Pembahasan Ii -akhlak Tasawuf.docx

  • Uploaded by: Lelyriz Murda Mtsn
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pembahasan Ii -akhlak Tasawuf.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,174
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tasawuf timbul dalam Islam sesudah umat Islam mempunyai kontak dengan agama Kristen, filsafat Yunani dan agama Hindu dan Budha, muncullah anggapan bahwa aliran tasawuf lahir dalam Islam atas pengaruh dari luar. Ada yang mengatakan bahwa pengaruhnya datang dari rahib-rahib Kristen yang mengasingkan diri untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan di gurun pasir Arabia. Tempat mereka menjadi tujuan orang yang perlu bantuan di padang yang gersang. Di siang hari, kemah mereka menjadi tempat berteduh bagi orang yang kepanasan; dan di malam hari lampu mereka menjadi petunjuk jalan bagi musafir. Rahib-rahib itu berhati baik, dan pemurah dan suka menolong. Sufi juga mengasingkan diri dari khalayak ramai. Mereka adalah orang yang berhati baik, pemurah dan suka menolong. Hakekat tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam ajaran Islam, Tuhan memang dekat sekali dengan manusia. Dekatnya Tuhan kepada manusia disebutkan Al Quran dan Hadits. “Jika hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka Aku dekat dan mengabulkan seruan orang yang memanggil jika Aku dipanggil.” Disini, sufi melihat persatuan manusia dengan Tuhan. Perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan. Tuhan dekat bukan hanya kepada manusia, tapi juga kepada makhluk lain sebagaimana dijelaskan hadis berikut, “Pada mulanya Aku adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal. Maka Kuciptakan makhluk, dan melalui mereka Aku pun dikenal.” B.

Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Tasawuf Akhlaqi ? 2. Apa yang dimaksud dengan Tasawuf Amali ? 3. Apa yang dimaksud dengan Tasawuf Filsafati ?

1

BAB II PEMBAHASAN A. Tasawuf Akhlaqi

1. Pengertian Tasawuf Akhlaqi Kata “tasawuf” dalam bahasa Arab adalah bisa “membersihkan” atau “saling membersihkan”. Kata “membersihkan” merupakan kata kerja yang membutuhkan objek. Objek tasawuf adalah akhlak manusia. Kemudian kata “ahlaq” juga berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa bermakna “pembuatan” atau “penciptaan”. Dalam konteks agama, akhlak bermakna perangai, budi, tabiat, adab, atau tingkah laku. Menurut Imam Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan. Secata etimologis tasawuf akhlaki ini bermakna membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku, jika konteksnya adalah manusia, tingkah laku manusia menjadi sasarannya. Tasawuf ini bisa di pandang sebagai sebuah tatanan dasar untuk menjaga akhlak manusia, atau dalam bahasa sosialnya moralitas masyarakat. Oleh karena itu tasawuf akhlaki merupakan kajian ilmu yang sangat memerlukan praktik untuk menguasainya. Tidak hanya berupa teori sebagai sebuah pengetahuan akan tetapi harus terealisasi dalam perbuatan manusia, supaya lebih mudah menempatkan posisi tasawuf dalam kehidupan masyarakat. Tasawuf akhlaki merupakan gabungan antara ilmu tasawuf dan ilmu akhlak. Akhlak hubungannya sangat erat dengan tingkah laku dan perbuatan manusia dalam interaksi sosial pada lingkungan tempat tinggalnya.1

1

Rosihan anwar,ahklak tasawuf,(Bandung: Pustaka Setia2009), hal 6

2

Tasawuf akhlaqi adalah tasawuf yang berkonstrasi pada teori-teori perilaku, akhlaq atau budi pekerti atau perbaikan akhlaq. Dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan, tasawuf seperti ini berupaya untuk menghindari akhlaq mazmunah dan mewujudkan akhlaq mahmudah.2 Karakteristik Tasawuf Akhlaki Adapun ciri-ciri tasawuf akhlaki antara lain: 1.

Melandaskan diri pada Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam ajaran-ajarannya, cenderung memakai landasan Qur’ani dan Hadis sebagai kerangka pendekatannya.

2.

Kesinambungan antara hakikat dengan syariat, yaitu keterkaitan antara tasawuf (sebagai aspek batiniahnya) dengan fiqh (sebagai aspek lahirnya).

3.

Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antartuhan dan manusia.

4.

Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak dan pengobatan jiwa dengan cara latihan mental (takhalli, tahalli, dan tajalli).

5.

Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat. Terminologi-terminologi yang dikembangkan lebih transparan.

2. Tokoh dan Ajaran-ajaran Tasawuf Akhlaqi a. Hasan Albasri Nama lengkap Hasan Al-Bashri adalah Abu Sa’id Al Hasan bin Yasar.Ia seorang yang masyur dikalangan tabi’in. Ia lahir di Madinah pada tahun 21 H/632 M dan wafat pada hari Kamis bulan Rajab tanggal 10 tahun 110 H/728 M. Ajaran-ajaran tasawufnya Ajaran-Ajaran tasawuf Hasan Al-Bashri adalah anjuran kepadanya setiap orang untuk senantiasa bersedih hati dan takut kalau tidak mampu melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya Dan ajarannya yaitu:

2

Abudin Nats, Akhlak Tasawuf, cet. Kelima (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal 29

3

1) “Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tentram lebih baik daripada rasa tentram tapi yang menimbulkan rasa takut.” 2) “Dunia adalah negeri tempat beramal” 3) “Tafakur membawa kita pada kebaikan dan selalu berusaha untuk mengerjakannya. Menyesal atas perbuatan jahat menyebabkan kita bermaksud untuk tidak mengulanginya lagi.” 4) “Dunia ini adalah seorang janda tua yang telah bungkuk dan beberapa kali ditinggalkan mati suaminya”. “Orang yang beriman akan senantiasa berduka cita pada pagi dan sore hari karena

5)

berada di antara dua perasaan takut” 6) “Hendaklah setiap orang sadar akan kematian yang senantiasa mengancamnya, dan juga takut akan kiamat yang hendak menagih janjinya” 7) “Banyak

duka

cita

di

dunia

memperteguh

semangat

amal

shaleh”

Sikap tasawuf Hasan Al-Bashri senada dengan sabda Nabi yang berbunyi: “Orang yang selalu mengingat dosa-dosa yang pernah dilakukannya adalah laksana orang yang duduk di bawah sebuah gunung besar yang senantiasa merasa takut gunung itu akan menimpa dirinya”.3

b. Al Muhasibi Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Al Harits bin Asad Al Muhasibi (w 243 H). Ia di lahirkan di Basrah Irak tahun 165 H/781M dan meninggal di Bahgdad Irak tahun 243H/857M. Ia menempuh jalan tasawuf

karena hendak keluar dari keraguan yang

dihadapinya. Dia memandang bahwa jalan keselamatan hanya dapat ditempuh melalui ketakwaan kepada Allah, melaksanakan kewajiban, wara’ dan meneladani Rasulullah. 1)

Pandangan Al Muhasibi tentang Ma’rifat Menurut Al Muhasibi, ma’rifat harus ditempuh melalui jalan tasawuf yang mendasarkan kepada kitab dan sunnah. Tahapan ma’rifat adalah sebagai berikut:

3

Rosihan anwar,ahklak tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal 15

4

a. Taat. Awal kecintaan kepada Allah SWT adalah taat, yaitu wujud konkret ketaatan hamba kepada Allah. Kecintaan kepada Allah hanya dapat dibuktikan dengan jalan ketaatan, bukan hanya sekedar pengungkapan semata. Implementasinya adalah memenuhi hati dengan sinar dan kemudian melimpah pada lidah dan anggota tubuh yang lain. b. Aktivitas anggota tubuh yang telah disinari oleh cahaya yang memenuhi hati merupakan ma’rifat selanjutnya. c. Pada tahap ketiga ini Allah menyingkapkan khazanah-khazanah keilmuan dan keghaiban kepada setiap orang yang telah menempuh kedua tahap di atas. Ia akan menyaksikan berbagai rahasia yang selamam ini disimpan Allah. d. Tahap keempat adalah apa yang dikatakan oleh sementara sufi dengan gana’ yang menyebabkan baqa’. 2)

Pandangan Al Muhasibi tentang Khauf dan Raja’

Khauf (rasa takut) dan raja’ (pengharapan) menempati posisi penting dalam perjalanan seseorang dalam membersihkan jiwa. Khauf dan raja’ dapat dilakukan dengan sempurna bila berpegang teguh pada Al Qur-an dan As Sunnah. Sebagaimana penjelasan Al Qur-an tentang surga dan neraka.

                          Artinya : Sesungguhnya orang-orang

 

yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, Sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah

5

orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.(Q.S. Adz Dzariyyat: 15-18)

c. Al-Qusyairi Nama lengkapnya adalah Abdul Karim Bin Hawazin ia lahir tahun 376H di Istewa, kawasan Naisabur dan wafat pada tahun 465H. Ajaran-Ajaran Tasawuf Al Qusyairi Dalam karyanya Ar Risalah Al Qusyairiyyah, Al Qusyairi cenderung mengembalikan tasawuf ke atas landasan doktrin Ahlus Sunnah. Dalam ungkapannya, Al Qusyairi menolak para sufi syathahi, yang mengesankan terjadinya perpaduan antara sifat-sifat ketuhanan, khsususnya sifat terdahuluNya, dan sifat-sifat kemanusiaan, khususnya sifat baharuNya. a. Mengembalikan tasawuf ke landasan Ahlussunnah. b. Kesehatan batin. c. Penyimpangan para sufi.

d. Al Ghazali Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ta’us Ath Thust Asy Syafi’i Al Ghazali. Dia dipanggil AlGhazali karena dilahirkan di Ghazlah. Iran pada yahun 1058 M. Dan meninggal pada tahun 505 H pada usia 54 tahun. Karya-karyanya menunjukkan bahwa Al-Ghazali merupakan seorang pemikir kelas dunia yang sangat berpengaruh. Di kalangan Islam sendiri banyak yang menilai bahwa dalam hal ajaran ia adalah seorang kedua yang paling berpengaruh sesudah rasulullah Saw. Ajaran Tasawuf Al Ghazali Di dalam tasawufnya, Al Ghazali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan Al Qur-an dan sunnah Nabi. Ditambah dengan doktrin Ahlu Al Sunnah wa Al Jamaah. Corak tasawufnya

6

adalah psiko-moral yang mengutamakan pendidikan moral. Hal ini dapat dilihat dari karyakaryanya seperti Ihya Ulum Al Din, Minhaj Al Abidin, Mizan Al Amal, Bidayah Al Hidayah, Mi’raj Al Salikin, Ayyuhal Walad. Oleh sebab itu, Al Ghazali mempunyai jasa besar dalam dunia Islam. Dialah yang memadukan antara ketiga keilmuan Islam, yakni tasawuf, fiqih dan ilmu kalam. 1. Pandangan Al Ghazali tentang Ma’rifat Menurut Al Ghazali, ma’rifat adalah mengetahui rahasia Allah dan pengetahui peraturanperaturan Tuhan tentang segala yang ada. Alat memperoleh ma’rifat bersandar pada sir, qalb dan roh. Ma’rifat seorang sufi tidak dihalangi oleh hijab, sebagaimana ia melihat si Fulan ada di dalam rumah dengan mata kepala sendiri. Jadi ma’rifat menurut Al Ghazali adalah ma’rifat yang dibangun atas dasar dzauq rohani dan jasyf ilahi. Ma’rifat seperti ini dapat dicapai oleh para khawash auliya tanpa melalui perantara atau langsung dari Allah, sebagaimana ilmu kenabian. Nabi mendapat ilmu Allah melalui perantara malaikat, sedangkan wali mendapat ilmu melalui ilham. Namun kedua-duanya sama-sama memperoleh ilmu dari Allah. 2. Pandangan Al Ghazali tentang As Sa’adah Menurut Al Ghazali, kelezatan dan kebahagiaan yang paling tinggi adalah melihat Allah (ru’yatullah). Kenikmatan qalb sebagai alat memperoleh ma’rifat terletak ketika melihat Allah. Melihat Allah merupakan kenikmatan paling agung yang tiada taranya karena ma’rifat itu sendiri agung dan mulia. Kenikmatan qolb sebagai alat memperoleh ma’rifat terletak ketika melihat Allah. Melihat Allah merupakan kenikmatan paling agung yang tiada taranya karena ma’rifat itu sendiri agung dan mulia. Kelezatan dan kenikmatan dunia tergantung pada nafsu dan akan hilang setelah manusia mati, sedangkan kelezatan dan kenikmatan melihat Tuhan tergantung pada qalbu dan tidak akan hilang walaupun manusia sudah mati, hal ini karena qalbu tidak ikut mati, malah kenikmatannya bertambah karena dapat keluar dari kegelapan menuju cahaya terang.

7

B.

Tasawuf Amali 1. Pengertian Tasawuf Amali Tasawuf amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan

diri kepada Allah SWT. Tasawuf amali adalah seperti yang dipraktekan di dalam kelompok tarekat, dimana dalam kelompok ini terdapat sejumlah sufi yang mendapat bimbingan dan petujuk dari seorang guru tentang bacaan dan amalan yang harus di tempuh oleh seorang sufi dalam mencapai kesempurnaan rohani agar dapat berhubungan langsung dengan Allah. Tasawuf amali atau hadah, menghapuskan sifat-sifat yang tercela, melintasi semua hambatan itu, dan menghadap total dari segenap esensi diri hanya kepada Allah SWT. Di dalamnya terdapat kaedah-kaedah suluk (perjalanan tarbiyah ruhaniyah), macam-macam etika (adab) secara terperinci, seperti hubungan antara murid dengan shaykh, uzlah dengan khalwah, tidak banyak makan, mengoptimalkan waktu malam, diam, memperbanyak zikir, dan semua yang berkaitan dengan kaedah-kedah suluk dan adab.4 2. Istilah-istilah dalam Tasawuf Amali Dilihat dari sudut amalan serta jenis ilmu yang dipelajari, maka terdapat beberapa istilah yang khas dalam dunia tasawuf, yaitu : ilmu-lahir dan ilmu-bathin. Oleh karena itu cara memahami dan mengamalkannya juga harus memiliki aspek lahir dan aspek batin. Kedua aspek yang terkandung dalam ilmu itu mereka bagi kepada empat kelompok, yaitu : 1. Syari’at. Syari’at mereka artikan sebagai amalan-amalan lahir yang difardukan dalam Agama, yang biasanya dikenal sebagai rukun Islam dan segala hal yang berhubungan dengan itu bersumber dari Al Quran dan Sunnah Rasul.

4

http://referensiagama.blogspot.com/januari/2011

8

2. Tarekat.. Dalam melakukan syari’at tersebut di atas, haruslah berdasarkan tata cara yang telah digariskan dalam Agama dan dilakukan hanya karena pengahambaan diri kepada Allah, karena kecintaan kepada Allah dan karena ingin berjumpa dengan-Nya. 3. Hakikat. Secara lughawi, hakikat berarti inti sesuatu, puncak atau sumber asal sesuatu. Dalam dunia sufi, hakikat diartikan sebagai aspek lain dari syari’at yang bersifat lahiriyah, yaitu aspek bathiniah. Dengan demikian dapat diartikan sebagai rahasia yang paling dalam dari segala amal, inti dari syari’at dan akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh seorang sufi. 4. Ma’rifah. Dari segi bahasa, ma’rifah berarti pengetahuan atau pengalaman, sedangkan dalam istilah sufi, ma’rifah itu diartikan sebagai pengetahuan mengenai Tuhan melalui hati sanubari.5

3.

Tokoh-Tokoh tasawuf Amali a. Rabiah Al-Adawiah. Bernama lengkap Rabi’ah bin Ismail Al-Adawiah AlBashriyah Al-Qaisiyah. Lahir tahun 95 H (713 H) di suatu perkampungan dekat kota Bashrah (Irak) dan wafat tahun 185 H (801 M). Rabiah Al-Adawiah dalam perkembangan mistisisme dalam Islam tercatat sebagai peletak dasar tasawuf berasaskan cinta kepada Allah SWT. b. Dzu Al-Nun Al-Mishri. Bernama lengkap Abu Al-Faidh Tsauban bin Ibrahim. Lahir di Ikhkim, daratan tinggi Mesir tahun 180 H (796 M) dan wafat tahun 246 H (856 M). Al-Mishri membedakan ma’rifat menjadi dua yaitu ma’rifat sufiah adalah pendekatan menggunakan pendekatan qalb dan ma’rifat aqliyah adalah pendekatan yang menggunakan akal. Ma’rifat menurutnya sebenarnya adalah musyahadah qalbiyah (penyaksian hati), sebab maa’rifat merupakan fitrah dalam hati manusia. c. Abu Yazid Al-Bustami. Bernama lengkap Abu Yazid Thaifur bin ‘Isa bin Syarusan Al-Bustami. Lahir di daerah Bustam (Persia) tahun 874 M dan wafat tahun 947 M. Ajaran tasawuf terpenting Abu Yazid adalah fana dan baqa. Dalam istilah tasawuf, fana diartikan sebagai keadaan moral yang luhur. Dan fana berarti mendirikan sifat-sifat terpuji kepada Allah.

5

Ibid, hal. 128-129

9

d. Abu Manshur Al-Hallaj. Bernama lengkap Abu Al-Mughist Al-Husain bin Mashur bin Muhammad Al-Baidhawi. Lahir di Baida sebuah kota kecil di daerah Persia tahun 244 H (855 M). Diantara ajaran tasawufnya yang paling terkenal adalah Al-Hulul dan Wahdat Asy-Syuhud yang kemudian melahirkan paham wihdad al-wujud (kesatuan wujud) yang di kembangkan Ibnu Arabi. C. Tasawuf Falsafi 1. Pengertian Tasawuf Falsafi Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional. Tasawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya, yang berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya. Tasawuf Falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang mengenal tuhan (ma’rifat) dengan pendekatan rasio (akal) hingga menuju tingkatan yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal Tuhan saja melainkan lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud (kesatuan wujud). Yang dimaksud dengan tasawuf falsafi adalah tasawuf yang bersandarkan pada pemaduan antara intuisi para sufi dengan cara pandang rasional mereka, serta menggunakan tema-tema filsafat dari berbagai macam sumber untuk mengungkapkan tasawufnya itu.Bisa juga dikatakan bahwa tasawuf falsafi adalah tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat. Konsep-konsep mereka yang disebut dengan tasawuf falsafi yakni tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat. Kaum sufi falsafi menganggap bahwasanya tiada sesuatupun yang wujud kecuali Allah, sehingga manusia dan alam semesta, semuanya adalah Allah. Mereka tidak menganggap bahwasanya Allah itu zat yang Esa, yang bersemayam diatas Arsy.

10

Dalam tasawuf falsafi, tentang bersatunya Tuhan dengan makhluknya, setidaknya terdapat beberapa term yang telah masyhur beserta para tokohnya yaitu ; hulul,wadah al~wujud, insan kamil, Wujud Mutlak.6

2. Macam-macam tasawuf Falsafi 1. Hulul Hulul merupakan salah satu konsep didalam tasawuf falsafi yang meyakini terjadinya kesatuan antara kholiq dengan makhluk. Paham hululini disusun oleh Alhallaj 2. Wahdah Al-Wujud Istilah wahdah Al-wujud sangat dekat dengan pribadi Ibnu Arabi, sehingga ketika menyebut pemikiran Ibnu Arabi seakan-akan terlintas tentang doktrin wahdah Alwujud sebenarnya wihdatul wujud bukan penyebutan dari Ibnu Arbai sendiri melainkan sebutan yang dilontarkan oleh musuh bebuyutannya yaitu Ibnu Taimiyah. 3. Ittihad Pengertian ittihad sebagaimana disebutkan dalam sufi terminologi adalah; ittihad adalah penggabungan antara dua hal yang menjadi satu. Ittihad merupakan doktrin yang menyimpang dimana didalamnya terjadi proses pemaksaan antara dua ekssistensi. Kata ini berasal dari katawahd atau wahdah yang berarti satu atau tunggal. Jadi ittihad artinya bersatunya manusia dengan Tuhan. 4. Insan Kamil Al-jilli adalah seorang yang sangat terkenal di Baqhdat, riwayat hidupnya tidak banyak diketahui oleh sejrah tapi yang jelas ajaran yang Al-jilli ini ialah Insan kamil. Insan kamil menurut Al-jilli ialah manusia. 5. Wujud al mutlak Ibnu Sab’in 6

Ibid, hal, 135

11

Disamping para sufi ia juga seorang filosof yang sangat terkenal dari Andalusia, ia adalah seorang penggagas paham tasawuf yang lebih dikenal dengan kesatuan Mutlak Ibnu Khaldun dalam karyanya Al-Muqaddimah, menyimpulkan bahwa ada empat objek utama yang menjadi perhatian para sufi filosof, antara lain : 1. Latihan rohaniah dengan rasa, instiusi serta introspeksi diri yang timbul darinya. 2. Iluminasi atau hakekat yang tersingkap dari alam gaib, seperti sifat – sifat rabbani, ‘arsy, kursi, malaikat dll. 3. Peristiwa – peristiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan. 4. Penciptaan ungkapan – ungkapan yang pengertiannya sepintas samar – samar (syatahiyyat).

3. Tokoh-Tokoh Tasawauf FalsafI a. Ibnu Arabi Bernama lengkap Muhammad bin ‘Ali bin Ahmad bin ‘Abdullah Ath-Tha’i Al-Haitami. Lahir di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol tahun 560 M. Di antara karya monumentalnya adalah Al-Futuhat Al-Makiyyah yang di tulis tahun 1201, dan masih banyak karya lainnya. Ajaran-Ajaran Tasawufnya a. Wahdat Al Wujud, Ajaran sentral Ibnu Arabi adalah tentang wahdat al-wujusd (kesatuan wujud). Menurut Ibnu Arabi wujud semua yang ada ini hanya satu dan wujud makhluk pada hakikatnya adalah wujud Khaliq. b. Haqiqah Muhammadiyyah, Ibnu Arabi menjelaskan bahwa terjadinya alam ini tidak bisa dipisahkan dari ajaran Haqiqah Muhammadiyyah atau Nur Muhammad. Menurutnya, tahapan-tahapan kejadian proses penciptaan alam dan hubungannya dengan kedua ajaran itu dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, wujud tuhan sebagai wujud mutlak yaitu dzat yang mandiri dan tidak berhajat kepada suatu apapun. Kedua, wujud Haqiqah Muhammadiyyah sebagai emansi (pelimpahan) pertama dari wujud Tuhan dan dari sini muncul segala yang wujud dengan proses tahapantahapannya.

12

c. Wahdatul Adyan, Adapun yang berkenaan dengan konsepnya wahdat al-adyan (kesamaan agama), Ibnu Arabi memandang bahwa sumber agama adalah satu, yaitu hakikat Muhammadiyyah. Konsekuensinya, semua agama adalah tunggal dan semua itu kepunyaan Allah. b. Al-Jili Bernama lengkap ‘Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jili. Lahir pada tahun 1365 M di Jilan (Gilan) sebuah provinsi di sebelah selatan Kaspi dan wafat tahun 1417 M.

Ajaran-Ajaran Tasawufnya a. Insan Kamil. Ajaran tasawuf Al-Jili yang terpenting adalah paham insan kamil (manusia sempurna). Menurut Al-Jili, insan kamil adalah nuskhah atau copy Tuhan. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa perumpamaan hubungan Tuhan dengan insan kamil adalah bagaikan cermin di mana seseorang tidak akan dapat melihat bentuk dirinya sendiri, kecuali melalui cermin itu. b. Maqamat (Al-Martabah). Al-Jili merumuskan beberapa maqam yang harus dilalui

seorang sufi, yang menurut istilahnya ia sebut al-martabah (jenjang atau tingkat). Tingkat-tingkat itu adalah: islam, iman, shalah, ihsan, syahadah, shiddiqiyah, dan qurbah. 4. Ibnu Sab’in Bernama lengkap ‘Abdul Haqq Ibnu Ibrahim Muhammad Ibnu Nashr, ia dilahirkan tahun 614 H (1217-1218 M) di kawasan Murcia. Ajaran-Ajaran Tasawufnya a. Kesatuan Mutlak. Ibnu Sab’in adalah seorang pengasas sebuah paham dalam kalangan

tasawuf filosof, yang dikenal dengan paham kesatuan mutlak. Gagasan esensial pahamnya sederhana saja, yaitu wujud adalah satu alias wujud Allah semata. b. Penolakan Terhadap Logika Arisotelian. Paham Ibnu Sab’in tentang kesatuan mutlak

telah mebuatnya menolak logika Aristotelian. Oleh karena it dalam karyanya “Budd Al‘Arif” ia berusaha menyusun suatu logika baru yang bercorak iluminatif, sebagai pengganti logika yang berdasarkan pada konsepsi jamak. Ibnu Sab’in berpendapat bahwa logika barunya tersebut, yang dia sebut juga dengan logika pencapaian kesatuan mutlak, tidak termasuk kategori logika yang bisa dicapai dengan penalaran, tetapi

13

termasuk penalaran Ilahi yang membuat manusia bisa melihat yang belum pernah dilihatnya maupun mendengar apa yang belum di dengarnya.

BAB III PENUTUP A.

KESIMPULAN

a. Tasawuf akhlaki adalah membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku. Tokoh-tokohnya yaitu Hasan Al-Bashri, Al-Muhasibi, Al-Qusyairi dan AlGhazali. b. Tasawuf amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tokoh-tokohnya adalah Rabiah Al-Adawiyah, Abu Yazid AlBustami, Dzu Al-Nun Al-Mishri, dan Abu Manshur Al-Hallaj. c. Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasionalnya. Tokoh-tokohnya adalah Ibnu Arabi, Al-Jili dan Ibnu Sab’in. B.

SARAN Untuk menuju kesempurnaan tentu butuh koreksi dari semua pihak yaitu koreksi yang

bersifat konstruktif agar pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik, olehnya itu penulis mengharapkan adanya koreksi dari pembaca agar kesempurnaan dalam penulisan makalah dapat tercapai.

14

15

Related Documents


More Documents from "tyara chan"

Sk Uks
November 2019 30