Pemanasan Global Dan Pengaruhnya Bagi Perekonomian

  • Uploaded by: Muhamad Khairul Bahri
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pemanasan Global Dan Pengaruhnya Bagi Perekonomian as PDF for free.

More details

  • Words: 2,244
  • Pages: 14
PEMANASAN GLOBAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN

Oleh : Muhamad Khairul Bahri

( Bappeda Kota Mataram – Alumni Program Magister Studi Pembangunan – Institut Teknologi Bandung )

Fenomena Global Warming dalam Model dan Pengaruhnya bagi Perekonomian Sejauh ini banyak orang dan pakar telah menjelaskan apa itu Global Warming atau pemanasan global. Sejumlah artikel juga telah menampilkan penyebab pemanasan global dan fenomena alam yang diakibatkan oleh pemanasan global. Untuk menambah pemahaman kita mengenai pemanasan global, artikel ini mencoba menampilkan bagaimana pengaruh pemanasan global terhadap perekonomian dan menampilkan beberapa diagram dan model ( dalam bentuk system dynamics ) bagaimana pengaruh pemanasan global terhadap perekonomian kita. Selain dampak ke kehidupan manusia dan lingkungan, dampak paling menakutkan dari fenomena pemanasan global adalah terhadap perekonomian. Bahkan para ahli memperkirakan dampak pemanasan global terhadap perekonomian dunia bisa jauh lebih parah dari kerusakan yang diakibatkan oleh kombinasi dua Perang Dunia dan depresi ekonomi dunia tahun 1930-an.

Data yang diungkapkan mantan ekonom Bank Dunia, Nicholas Stern, emisi karbon dioksida (CO2) selama ini sebagian besar bersumber dari penggunaan energi berbahan bakar fosil yang sangat berperan besar dalam menopang kegiatan dan pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia. Ironisnya, bahan bakar fosil yang mencemari lingkungan ini diperkirakan masih akan menjadi sumber energi yang dominan bagi dunia hingga beberapa dekade ke depan.

Penggunaan energi ini terutama (61 %) untuk pembangkit listrik, pemanasan, transportasi, dan industri. Perubahan fungsi lahan seperti penggundulan hutan (deforestasi) dan pertanian juga

menyumbang besar pada pemanasan global, yakni 18 % dan 14 %. Belakangan, kebutuhan energi untuk transportasi bahkan menggusur kebutuhan untuk aktivitas lainnya. Emiten terbesar gas rumah kaca sekarang ini masih negara-negara maju, yakni Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Negara-negara maju secara bersama-sama bertanggung jawab atas sekitar 79 % emisi gas rumah kaca global dalam 50 tahun terakhir. Namun, posisi negara maju sebagai pencemar biosfir ini diperkirakan Stern sudah akan tergusur oleh kelompok negara berkembang dalam satu dekade atau lebih mendatang. Dan dalam 20-25 tahun ke depan, sekitar 70 % emisi gas rumah kaca di perkirakan akan disumbangkan oleh negara-negara berkembang sekarang ini.

PricewaterhouseCoopers memperkirakan produksi COz global akan meningkat dua kali lipat lebih dari yang sekarang pada tahun 2050 jika negara-negara di dunia ini tidak melakukan apaapa (business as usual). Berdasarkan beberapa skenario model yang dibuatnya, Stern mempredikasikan bakal terjadi pemangkasan pertumbuhan ekonomi global hingga 3 % jika temperatur global meningkat hingga 2-3 derajat Celsius, di bandingkan jika tidak ada perubahan iklim. Jika temperatur naik hingga 5 derajat Celsius, penurunan ekonomi bisa sampai 10 %. Skenario terburuk adalah jika negara-negara di dunia ini tidak melakukan apa pun untuk menekan tingkat emisi gas rumah kaca. Berdasarkan skenario terburuk ini, perekonomian global berisiko mengalami pemangkasan pertumbuhan yang sifatnya permanen hingga 20 % dibandingkan jika tidak ada pemanasan global. Itu artinya rata-rata penduduk dunia akan 20 % lebih miskin dibandingkan yang seharusnya.

Stern sendiri memperkirakan kemungkinan besar kenaikan suhu bisa mencapai 5-6 derajat Celsius dalam satu abad mendatang. Sedangkan biaya (cost) yang harus ditanggung perekonomian global mencapai 9 triliun dollar AS. Artinya, dampaknya jauh lebih dahsyat dari dampak gabungan dua perang dunia atau depresi ekonomi tahun 1930-an. Angka itu belum memperhitungkan dampak pada kesehatan manusia dan lingkungan.

Dan yang menjadi masalah lain, beban dampak pemanasan global ini tidak dibagi secara merata. Rakyat miskin dan negara-negara paling miskin adalah yang paling banyak menanggung kerugian karena ketidaksiapan mereka dan juga karena ketergantungan kehidupan mereka pada kondisi cuaca selama ini.

Prediksi Stern itu kurang lebih sejalan dengan perkiraan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Menurut IPCC, stabilisasi konsentrasi CO2 pada level antara 445-535 part per million (ppm) yang sekarang akan memangkas pertumbuhan ekonomi global hingga 3 %.

Kalangan perusahaan asuransi global yang mengelola 26 triliun dollar AS aset perusahaan dunia, termasuk industri bahan bakar fosil, memperkirakan kerugian per tahun akibat pemanasan global pada dekade mendatang bisa mencapai 150 miliar dollar AS per tahun, atau lima kali lipat pendapatan total penduduk Nigeria per tahun. Seperti Stern, Andrew Dlugolenski yang ikut menyusun laporan IPCC juga melihat dampak ekonomi akan paling berat dihadapi oleh negara Dunia Ketiga seperti Banglades, sebagian wilayah India seperti Mumbai, dan Indonesia, antara lain karena garis pantai yang rendah.

IPCC Working Group II memperkirakan 75 juta-250 juta penduduk di berbagai wilayah Benua Afrika akan menghadapi kelangkaan pasokan air pada tahun 2020. Kelaparan juga akan meluas. Di Asia Timor dan Asia Tenggara, produksi pertanian diperkirakan akan meningkat 20 %, namun sebaliknya di Asia Selatan dan Asia Tengah merosot sekitar 30 %. Area pertanian yang mendapatkan hujan berkurang separuhnya di Afrika hingga 2020. Sekitar 20 -40 % spesies satwa dan tanaman terancam punah jika suhu meningkat 1,5 - 2,5 derajat Celsius. Menurut IPCC, emisi gas rumah kaca meningkat 70 % sejak 1970 dan akan meningkat 25-90 % dalam 25 tahun ke depan. Akan tetapi, sekali lagi, perkiraan kondisi di atas adalah jika dunia tidak melakukan tindakan apa-apa dan bersikap business as usual. Berdasarkan model yang dikembangkan Stern, mimpi buruk itu hanya bisa dicegah jika ada tindakan secara simultan dari seluruh masyarakat dunia untuk melakukan mitigasi dan antisipasi. Global Warming dalam Model dan Pengaruhnya bagi Perekonomian Dari bagan dibawah ini kita bisa melihat bahwa penyebab pemanasan global adalah pertumbuhan populasi manusia yang menyebabkan peningkatan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak), deforestasi (penebangan hutan) yang berujung pada peningkatan konsentrasi CO2 diatmosfer bumi kita. Untuk memperjelas bagaimana pengaruh pertumbuhan populasi terhadap pemanasan global dan aktivitas perekonomian manusia, berikut ini kami tampilkan model yang mensimulasikan pengaruh populasi manusia terhadap pemanasan global dan efek pemanasan global terhadap perekonomian (dalam model gangguan berupa petani).

penurunan jumlah panen dan pendapatan

Strukutur fenomena pemanasan global secara sederhana dapat dijelaskan dalam bagan di bawah ini: Terganggunya aktivitas perekonomian yang bisa berakibat penurunan pendapatan masyarakat. Tenggelamnya pulau-pulau

Peningkatan Temperatur

Melelehnya Es di Kutub

Meningkatnya Permukaan Air Laut

Banjir, Kekeringan, Kebakaran Hutan

Perubahan Iklim yang Ekstrim (El Nina dan El Nino)

Peningkatan Konsentrasi CO2 di atmosfer

Methan (CH4) dan CFC

CO2

Konsumsi BBM

Pertanian dan Aktivitas Manusia Lain

CO2

Penebangan Hutan

Manusia Bagan Aktivitas Manusia dan Pemanasan Global

Model 1: Pengaruh Aktivitas Manusia terhadap pemanasan global warming: Simulasi menunjukkan bahwa siklus karbon mencapai ekuilibrium, jika populasi manusia tidak mengalami pertumbuhan (populasi konstan). Sebaliknya siklus karbon tidak mengalami ekuilibrium jika populasi manusia mengalami pertumbuhan. Fenomena global warming adalah suatu fenomena yang menunjukkan peran manusia dalam merubah/memperlambat kondisi equilibrium CO2/siklus karbon.

2

6e9 2

5e9 2

4e9 2

3e9 2e9 1 2

2 1

1

1

1

1

1e9 0 0

20

40

60

80

100

Time

2

1.000

Atmosfer

2 2 2 1

1

0

20

40

1

1

1

60

80

100

500

Time

2 25 2

20 15

2

10 2 5 2 01 2 0

1 20

1 40

1 60

1 80

1 100

Time 2

12

peningkatan_temperatur_global

The_World_Population

7e9

Grafik disebalah kiri menyatakan konsentrasi CO2 diatmosfer. Garis 1 adalah konsentrasi CO2 jika populasi disimulasikan tanpa pertumbuhan dan garis 2 menampilkan konsentrasi CO2 jika pertumbuhan populasi diskenariokan 1.25%/thn.

pCO2_min pCO2_eff

Fotosintesis_max pCO2_atm

peningkatan_temperatur_global

T_sens_p

pCO2_atm Atmosfer

Biota_Tanah

Khs

Fotosintesis_Tumbuhan

Respirasi_Tumbuhan

Soil

Litter_Fall

T_sens_r

CO2_emisi Soil_Respiration_plus_Emisi_CO2

The_World_Population

Dead_Plant

Minyak_Bumi Fossil_Fuel

population_DOT Atmosfer switch_population population_growth

Diagram dibawah menjelaskan kurangnya pemahaman manusia mengenai siklus kehidupan. Siklus alam yang kita namakan proses respirasi dan fotosintesis (link negatif – goal seeking ) di “ganggu” oleh tindakan negatif penebangan hutan. Kegiatan Penebangan Hutan dan Konsumsi BBM meningkatkan dominasi loop produksi CO2 dibandingkan dengan loop pengolahan CO2 menjadi O2.

Aktivitas Manusia (Metabolisme)

- O 2

+

+

-

+

-

CO2

Tumbuhan

-

Penebangan Hutan

+ +

Konsumsi BBM

Sedangkan diagram dibawah ini menunjukkan proses fotosintesis yang diimbangi oleh proses respirasi tumbuhan, litter fall yang diimbangi oleh soil respiration. + CO2 di Atmosfer -

-

-

+

Fotosintesis

-

-

-

+

CO2 di Biota Tanah

-

-

+ Litter Fall

CO2 di Soil

-

Respirasi Tumbuhan

Soil Respiration

Litter Fall: Proses dimana menumpuknya fosil tumbuhan (yang mengandung senyawa karbon) ke atas tanah. Soil Respiration: Proses dimana mikroba melakukan respirasi (mengolah fosil tumbuhan yang mengandung senyawa karbon) dan melepas senyawa karbon ke atmosfer. Para ahli ekologi memperkirakan tahapan ini berlangsung antar 1 s/d 3 tahun. Sensitivitas Temperatur: Menyatakan bahwa temperatur merupakan faktor penting bagi proses fotosintesis dan proses soil respiration. Namun terlalu tinggi temperatur juga dapat menghambat proses fotosintesis. Dalam model ini disituasikan tidak ada batas terhadap temperatur, dengan kata lain makin tinggi temperatur makin meningkat proses fotosintesis dan soil respiration.

Model 2. Pengaruh global warming terhadap perekonomian: Dalam simulasi berikut diketengahkan bagaimana faktor climate change (perubahan iklim) sebagai faktor eksogenous mempengaruhi perekonomian (pendapatan petani). Persoalan : Lahan pertanian terganggu karena tingkat produksinya karena adanya climate change. Terganggunya produksi gabah akhirnya mengurangi pendapatan petani.

+

+ Buka Lahan Pertanian

-

+

+

-

-

+ Konversi Lahan

Lahan Pertanian

-

-

Export Beras

+ Faktor Konversi

+

+

Densitas

+ Pendapatan Petani +

-

Lahan Kosong

+

Produksi Beras

-

Suplai Beras

+

Produktivitas Lahan

+

Climate Change

populasi

Surplus

Import Beras

-

kematian

-

+

-

Harga beras

+

Endogenous Penduduk (Jiwa) Suplai Beras (Ton/yr) Demand Beras (Ton/yr) Export/Import Beras (Ton/yr) Produksi Gabah (Ton/yr) Lahan Pertanian (Ha) Pembukaan Lahan Tani (Ha/Yr) Konversi Lahan Tani (Ha/Yr) Tingkat Kematian/Kelahiran (jiwa/yr) Harga Beras (Rp/kg) Pendapatan Petani Total (Rp)

-

+ +

-

-

+ kelahiran

+

Produksi Gabah

+

+

+ Demand Beras

Exogenous Fraksi Konversi Lahan (1/yr) Fraksi Pembukaan Lahan (1/yr) Lahan Kosong (Ha) Fertilitas (1/yr) ; Usia Harapan Hidup (yr) Konversi Gabah Beras (dimensionless) Fraksi produktivitas gabah (1/yr) Konsumsi beras per kapita (ton/jiwa/yr) Delaytime untuk ekspor dan impor (yr) Target Harga Beras (Rp/Ton) Harga Gabah (Rp/Ton) Climate Change (dimensionless)

Excluded Subsidi Beras Export dan Impor Gelap Beras Inflasi Bantuan Beras dari Luar Bea Impor dan Ekspor Fluktuasi Harga Gabah

Hasil simulasi menunjukkan bahwa perubahan iklim (climate change diasumsikan berdistribusi normal ) mengganggu perekonomian dengan cara :

a. Menurunkan pendapatan petani;

b. Meningkatkan kebutuhan akan desired stok (untuk mengantisipasi perubahan iklim yang kadangkala sukar diduga); c. Menurunkan jumlah lahan pertanian yang dapat dipanen. Hasil simulasi (garis 1 menunjukkan gangguan climate change =0 dan garis 2 menunjukkan climate change = 5%): 2

12

produksi_gabah_aktual

desired_stok_beras

110,000 100,000 2

90,000

1

80,000

2

1

70,000 2

1

60,000 2

50,000

1

12

10

20

30

40

50

50

1,400,000

1,350,000

0

10

20

4,400,000,000,000 2 1

2 1

2

250,000

1 2 12 1

200,000 10

20

30

Time

30

Time

pendapatan_petani_total

lahan_panen

40

2

1

350,000

0

1

2

Time

300,000

12

1,300,000

2 0

1

1

1,450,000

40

50

12

1

12

4,300,000,000,000

1

1

1

2 2

4,200,000,000,000 4,100,000,000,000 2

4,000,000,000,000

3,900,000,000,000 0

10

20

30

Time

40

50

delay_time_import

jumlah_gabah_tahun_start lahan_pertanian_awal lhn_kosong

produktivitas_per_ha_awal

lahan_pertanian

import_aktual

switch_1 fraksi_konversi_rata2 prakiraan_produksi_beras delay_informasi

pembukaan_lhn_tani

konversi_lhn_tani koreksi_import_2

fraksi_growth lahan_panen

produksi_gabah_rata2

produksi_gabah_aktual

desired_import

koreksi_import_1

delay_eksport prakiraan_produksi_gabah koreksi_import_3 past_time curve_nrm2 ekspor_aktual produktivitas_gabah_ha produksi_beras_aktual ekspor_aktual sdva_climate_change konversi_gabah demand_beras suplai_beras stok_beras_tersedia

import_aktual

desired_Ekspor

switch_export

beras_yang_keluar

demand_beras titik_nol

konsumsi_beras_per_kapita

stok_beras_tersedia

prakiraan_produksi_beras

populasi tingkat_kelahiran

desired_stok_beras

koreksi_export_1

fertilitas

wkt_koreksi1

tingkat_kematian

koreksi_export_3

usia_hrp_hidup produktivitas_per_ha_awal

koreksi_export_2

demand_beras

technological_change prakiraan_produksi_beras ratio_stok pendapatan_petani_total produktivitas_gabah_ha produktivitas_DOT

sdva_climate_change

wkt_koreksi stok_beras_tersedia

produksi_gabah_aktual

harga_gabah_per_ton

desired_stok_beras koreksi_import_2

ratio_demand_suplai demand_beras

ratio_stok suplai_siaga suplai_cadangan stok_coverage

harga_beras_aktual

suplai_beras demand_beras target_harga_beras defisit_beras

Lampiran Persamaan Model 1 (Satuan Stok: Giga Ton Satuan Flow: Giga Ton/year (termasuk Pmax) init flow

Atmosfer = 600 Atmosfer = +dt*Soil_Respiration_plus_Emisi_CO2 +dt*Respirasi_Tumbuhan -dt*Fotosintesis_Tumbuhan init Biota_Tanah = 610 flow Biota_Tanah = -dt*Litter_Fall -dt*Respirasi_Tumbuhan +dt*Fotosintesis_Tumbuhan init Soil = 1580 flow Soil = -dt*Soil_Respiration_plus_Emisi_CO2 +dt*Litter_Fall init The_World_Population = 2000000000 flow The_World_Population = +dt*population_DOT aux Fotosintesis_Tumbuhan = (Fotosintesis_max*(pCO2_eff/(pCO2_eff+Khs)))*(1+(T_sens_p*peningkatan_temperatur_global)) aux Litter_Fall = (INIT(Fotosintesis_Tumbuhan)INIT(Respirasi_Tumbuhan))*(Biota_Tanah/INIT(Biota_Tanah)) aux population_DOT = population_growth*The_World_Population*switch_population aux Respirasi_Tumbuhan = Fotosintesis_Tumbuhan*50/100 aux Soil_Respiration_plus_Emisi_CO2 = 0.3*Dead_Plant*(1+(T_sens_r*peningkatan_temperatur_global))+CO2_emisi aux CO2_emisi = Minyak_Bumi*The_World_Population/INIT(The_World_Population) aux Dead_Plant = (49.49/INIT(Soil))*Soil aux Fossil_Fuel = (0.7*Dead_Plant)*(1+(T_sens_r*peningkatan_temperatur_global)) aux Fotosintesis_max = ((Khs+250)*100)/250 aux Minyak_Bumi = DELAYMTR(Fossil_Fuel,1000000,3,Fossil_Fuel) aux pCO2_atm = Atmosfer*280/INIT(Atmosfer) aux pCO2_eff = pCO2_atm-pCO2_min aux peningkatan_temperatur_global = (pCO2_atm-280)*0.1 const Khs = 62.5 const pCO2_min = 30 const population_growth = 0.0125 const switch_population = 1 const T_sens_p = 0.04 const T_sens_r = 0.1

Lampiran Persamaan Model 2 init flow init flow init flow init flow aux aux aux aux aux aux aux aux aux aux aux aux

lahan_pertanian = lahan_pertanian_awal lahan_pertanian = -dt*konversi_lhn_tani +dt*pembukaan_lhn_tani populasi = 3830600 populasi = -dt*tingkat_kematian +dt*tingkat_kelahiran produktivitas_gabah_ha = produktivitas_per_ha_awal produktivitas_gabah_ha = +dt*produktivitas_DOT stok_beras_tersedia = 50000 stok_beras_tersedia = -dt*beras_yang_keluar +dt*suplai_beras beras_yang_keluar = IF(stok_beras_tersedia>0,demand_beras,0) konversi_lhn_tani = lahan_pertanian*fraksi_konversi_rata2 pembukaan_lhn_tani = fraksi_growth*(1-lahan_pertanian/(lhn_kosong+lahan_pertanian_awal)) produktivitas_DOT = technological_change*produktivitas_gabah_ha suplai_beras = produksi_beras_aktual+import_aktual-ekspor_aktual tingkat_kelahiran = populasi*fertilitas tingkat_kematian = populasi/usia_hrp_hidup curve_nrm2 = NORMAL(0,lahan_pertanian*sdva_climate_change) defisit_beras = demand_beras-suplai_beras demand_beras = populasi*konsumsi_beras_per_kapita desired_Ekspor = switch_export*(koreksi_export_1+koreksi_export_2+koreksi_export_3) desired_import = (koreksi_import_1+koreksi_import_2+koreksi_import_3)

aux desired_stok_beras = demand_beras*ratio_stok*stok_coverage aux ekspor_aktual = DELAYINF(desired_Ekspor, delay_eksport,1,desired_Ekspor) aux harga_beras_aktual = IF(ratio_demand_suplai<1,target_harga_beras,target_harga_beras*ratio_demand_suplai) aux import_aktual = switch_1*DELAYINF(desired_import, delay_time_import,1,desired_import) aux jumlah_gabah_tahun_start = lahan_pertanian_awal*produktivitas_per_ha_awal aux koreksi_export_1 = MAX(produksi_beras_aktual-prakiraan_produksi_beras,0) aux koreksi_export_2 = IF(stok_beras_tersedia>desired_stok_beras,(stok_beras_tersediadesired_stok_beras)/wkt_koreksi1,0) aux koreksi_export_3 = MAX(prakiraan_produksi_beras-demand_beras,0) aux koreksi_import_1 = MAX(prakiraan_produksi_beras-produksi_beras_aktual,0) aux koreksi_import_2 = IF(stok_beras_tersedia<desired_stok_beras,(desired_stok_berasstok_beras_tersedia)/wkt_koreksi,0) aux koreksi_import_3 = MAX(demand_beras-prakiraan_produksi_beras,0) aux lahan_panen = MIN((lahan_pertanian+SAMPLE(curve_nrm2,0,4/12,0)),lahan_pertanian) aux pendapatan_petani_total = produksi_gabah_aktual*harga_gabah_per_ton aux prakiraan_produksi_beras = prakiraan_produksi_gabah*konversi_gabah aux prakiraan_produksi_gabah = FORECAST(produksi_gabah_rata2, past_time,10,produksi_gabah_rata2) aux produksi_beras_aktual = produksi_gabah_aktual*konversi_gabah aux produksi_gabah_aktual = (lahan_panen*produktivitas_gabah_ha) aux produksi_gabah_rata2 = DELAYINF(produksi_gabah_aktual,delay_informasi,1,produksi_gabah_aktual) aux ratio_demand_suplai = demand_beras/suplai_siaga aux ratio_stok = (sdva_climate_change+IF(sdva_climate_change>=0.1,0.3,0.2)) aux suplai_cadangan = stok_beras_tersedia/stok_coverage-defisit_beras aux suplai_siaga = suplai_beras+defisit_beras const delay_eksport = 1/12 const delay_informasi = 4/12 const delay_time_import = 3/12 const fertilitas = (0.0326) const fraksi_growth = 0.7 const fraksi_konversi_rata2 = 0.01 const harga_gabah_per_ton = 3e6 const konsumsi_beras_per_kapita = 0.145 const konversi_gabah = 0.65 const lahan_pertanian_awal = 340635 const lhn_kosong = 900000 const past_time = 5 const produktivitas_per_ha_awal = 4.3 const sdva_climate_change = 0.025 const stok_coverage = 4/12 const switch_1 = 1 const switch_export = 1 const target_harga_beras = 5500 const technological_change = 0.01 const titik_nol = 0 const usia_hrp_hidup = (66) const wkt_koreksi = 1/12 const wkt_koreksi1 = 1/12

This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only. This page will not be added after purchasing Win2PDF.

Related Documents


More Documents from ""