Pelayanan Penunjang Di Puskesmas: Penugasan Khusus Individual 2019

  • Uploaded by: Febi Valentine Aritonang
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pelayanan Penunjang Di Puskesmas: Penugasan Khusus Individual 2019 as PDF for free.

More details

  • Words: 3,606
  • Pages: 68
PELAYANAN PENUNJANG DI PUSKESMAS PENUGASAN KHUSUS INDIVIDUAL 2019

4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

1

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Peserta mampu melakukan standar pelayanan puskesmas (pelayanan laboratorium dan pelayanan kefarmasian) yang terintegrasi dengan PIS-PK

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Peserta mampu melakukan : 1. UKM esensial di puskesmas terintegrasi PIS-PK 2. UKP di puskesmas.

3. Pelayanan penunjang di puskesmas: pelayanan laboratorium dan kefarmasian.

L/O/G/O

STANDAR PELAYANAN LABORATORIUM

LATAR BELAKANG • Upkes yang diselenggarakan di Puskesmas: UKP primer dan UKM primer. • Upkes: wajib dan pilihan. • Upaya pelayanan Laboratorium Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan di Puskesmas, maka Puskesmas wajib menyelenggarakan laboratorium di Puskesmas. • Mutu pelayanan yang optimal, perlu kegiatan yang dapat menentukan diagnosa penyakit secara pasti (pelayanan laboratorium yang bermutu). • Melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. 4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

5

LABORATORIUM PUSKESMAS (PMK 37/2012) • Sarana yankes di Puskesmas yg melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat. • Diselenggarakan berdasarkan kondisi dan permasalahan kesehatan masyarakat setempat dengan tetap berprinsip pada pelayanan secara holistik, komprehensif, dan terpadu dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. • Harus diselenggarakan secara baik dengan memenuhi kriteria ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan, kegiatan pemeriksaan, kesehatan dan keselamatan kerja, dan mutu 4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

6

SUMBER DAYA

Pola ketenagaan minimal harus dimiliki oleh Puskesmas, Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (PDTP), dan Puskesmas di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan terluar (PDTPK).

SARANA • Ukuran ruang minimal 3x4 m2, kebutuhan luas ruang disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diselenggarakan oleh Puskesmas. • Langit-langit berwarna terang dan mudah dibersihkan. • Dinding berwarna terang, harus keras, tidak berpori, kedap air, dan mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (keramik). • Lantai harus terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, warna terang, dan mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (epoxi, vinyl). • Pintu disarankan memiliki lebar bukaan minimal 100 cm yang terdiri dari 2 dua daun pintu dengan ukuran 80 cm dan 20 cm.

8

4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

SARANA • Disarankan disediakan akses langsung (lubang/celah) bagi pasien untuk memberikan sampel dahak. • Pada area bak cuci disarankan untuk menggunakan pembatas transparan (contoh: pembatas polikarbonat) untuk menghindari paparan/tampias air cucian ke area sekitarnya. • Kamar kecil/WC pasien laboratorium dapat bergabung dengan WC pasien Puskesmas.

9

4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

PERLENGKAPAN • Meja pengambilan sampel darah • Loket pendaftaran, penerimaan sampel urin dan dahak, pengambilan hasil • Kursi petugas laboratorium dan kursi pasien • Bak cuci/sink • Meja pemeriksaan • Lemari pendingin (refrigerator) • Lemari alat 10 • Rak reagen

PRASARANA • Pencahayaan harus cukup. Pencahayaan alami diperoleh setidaknya dari jendela dengan luas minimal 1,6 m2 (yaitu terdiri dari 2 jendela dengan ukuran lebar 80 cm x tinggi 100 cm). Cahaya dari jendela tidak boleh langsung mengarah ke meja pemeriksaan dan rak reagen, untuk menghindari terjadinya reaksi antara reagen dengan sinar matahari yang panas. • Ruangan harus mempunyai sirkulasi udara yang baik (ventilasi silang/cross ventilation), sehingga pertukaran udara dari dalam ruangan dapat mengalir ke luar ruangan. Pertukaran udara yang disarankan adalah 12 s/d 15 kali per jam (Air Change per Hour; ACH = 12–15 times) • Disarankan pada area pengambilan sampel dilengkapi exhauster yang mengarah keluar bangunan Puskesmas ke area terbuka sehingga pasien tidak dapat memapar/memajan petugas Puskesmas. Exhauster dipasang pada ketinggian + 120 cm dari permukaan lantai. 11

4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

PRASARANA • Suhu ruangan tidak boleh panas, dengan sirkulasi udara yang baik maka disarankan suhu dipertahankan antara 220C s/d 260C. • Pengambilan dahak dilakukan di ruangan terbuka yang telah disiapkan. • Harus tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dan debit air yang cukup pada bak cuci. Air tersebut harus memenuhi syarat kesehatan. • Harus tersedia wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang dilengkapi dengan penutupnya untuk pembuangan limbah padat medis infeksius dan non infeksius pada laboratorium. Pengelolaan (pewadahan, pengangkutan dan pemusnahan) limbah padat dilakukan sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku. • Limbah cair/air buangan dari laboratorium harus diolah pada sistem/instalasi pengolahan air limbah Puskesmas. 12

4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

KEGIATAN PEMERIKSAAN

4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

13

KEMAMPUAN PEMERIKSAAN Pemeriksaan dasar seperti: • Hematologi: Hemoglobin, Hematokrit, Hitung eritrosit, Hitung trombosit, Hitung lekosit, Hitung jenis lekosit, LED, Masa perdarahan dan Masa pembekuan. • Kimia klinik: Glukosa, Protein, Albumin, Bilirubin total, Bilirubin direk, SGOT, SGPT, Alkali fosfatase, Asam urat, Ureum/BUN, Kreatinin, Trigliserida, Kolesterol total, Kolesterol HDL dan Kolesterol LDL. • Mikrobiologi dan Parasitologi: BTA, Diplococcus gram negatif, Trichomonas vaginalis, Candida albicans, Bacterial vaginosis, Malaria, Microfilaria dan Jamur permukaan. • Imunologi: Tes kehamilan, Golongan darah, Widal, VDRL, HbsAg, Anti Hbs, Anti HIV dan Antigen/antibody dengue. • Urinalisa: Makroskopis (Warna, Kejernihan, Bau, Volume), pH, Berat jenis, Protein, Glukosa, Bilirubin, Urobilinogen, Keton, Nitrit, Lekosit, Eritrosit dan Mikroskopik (sedimen). • Tinja: Makroskopik, Darah samar dan Mikroskopik. 14

METODA • Manual • Semi automatik • Automatik

4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

15

REAGEN • Sesuai metode yg digunakan untuk tiap pemeriksaan di Laboratorium Puskesmas. • Penanganan dan penyimpanan reagen harus sesuai persyaratan antara lain: a. Perhatikan tanggal kadaluwarsa, suhu penyimpanan. b. Pemakaian reagen dengan metode First in–First out (sesuai urutan penerimaan). c. Sisa pemakaian reagen tidak diperbolehkan dikembalikan ke dalam sediaan induk. d. Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang terjadi pada sediaan reagen. e. Segera tutup kembali botol sediaan reagen setelah digunakan. f. Lindungi label dari kerusakan. g. Tempatkan reagen dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak kena cahaya matahari langsung. h. Reagen harus terdaftar di Kementerian Kesehatan. i. Reagen HIV harus sudah dievaluasi oleh Laboratorium Rujukan Nasional. 4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

16

RUJUKAN (1) Spesimen dikirim dalam bentuk yg relatif stabil. Perhatikan persyaratan pengiriman • Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas spesimen • Tidak terkena sinar matahari langsung • Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja lab (pemberian label yang bertuliskan ”Bahan Pemeriksaan Infeksius”/”Bahan Pemeriksaan Berbahaya”) • Suhu pengiriman harus memenuhi syarat • Penggunaan media transpor untuk pemeriksaan mikrobiologi (2). Spesimen harus diberi label berisi nomor spesimen, nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal pengambilan spesimen pada badan wadah (3). Spesimen harus disertai formulir pengiriman yang berisi data: No spesimen, Nama penderita, Umur, Jenis kelamin, Alamat penderita, Tgl dan jam pengambilan spesimen, Jenis spesimen dan asal bahan, Gejala penyakit, lamanya penyakit dan pengobatan yang diberikan sebelumnya, Permintaan pemeriksaan, Tanggal pengiriman, Nama serta alamat pengirim (Dokter, Puskesmas, dll) (4). Dikirim melalui petugas atau melalui pos 4/3/2019

17

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 1. Desain Tempat Kerja Yang Menunjang K3 a. Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses kerja di laboratorium b. Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja c. Pencahayaan cukup dan nyaman d. Ventilasi cukup dan sesuai e. Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah dijangkau jika diperlukan f. Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya 2. Sanitasi Lingkungan a. Semua ruangan harus bersih, kering dan higienis; b. Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan kantong plastik dan diberi tanda khusus; c. Tata ruang laboratorium harus baik sehingga tidak dapat dimasuki/ menjadi sarang serangga atau binatang pengerat; d. Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan dibersihkan secara teratur e. Petugas laboratorium dilarang makan dan minum dalam laboratorium; f. Dilarang meletakkan hiasan dalam bentuk apapun di dalam laboratorium.

18

PROSES KERJA, BAHAN DAN PERALATAN KERJA 1. Melaksanakan praktek laboratorium yang benar setiap petugas laboratorium harus mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan terhadap bahaya yang mungkin terjadi, dapat menggunakan setiap peralatan laboratorium dan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja dengan benar, serta mengetahui cara mengatasi apabila terjadi kecelakaan di laboratorium. 2. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan keselamatan kerja, seperti tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan alat pemadam kebakaran. 3. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium, masker, sarung tangan, alas kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja. 4. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus selama bekerja dalam laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di laboratorium (hati-hati dengan jas laboratorium yang berpotensi infeksi). 5. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat ke belakang dengan rapi. 19

PROSES KERJA, BAHAN DAN PERALATAN KERJA 6. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum dan setelah selesai melakukan aktifitas laboratorium dan harus melepaskan baju proteksi sebelum meninggalkan ruang laboratorium. 7. Dilarang melakukan kegiatan percobaan laboratorium tanpa ijin pejabat yang berwenang. 8. Dilarang makan, minum (termasuk minum dari botol air) dan merokok di tempat kerja. 9. Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah, jarum atau benda tajam dan barang sisa laboratorium harus ditempatkan di bak/peti dalam laboratorium dan diberi keterangan. 10. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/ peti kuning (menjadi limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus. 11. Semua tumpahan harus segera dibersihkan. 4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

20

PROSES KERJA, BAHAN DAN PERALATAN KERJA 12. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan karet penghisap. 13. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada penanggung jawab Laboratorium. 14. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang ditentukan. 15. Pengelolaan spesimen 16. Pengelolaan bahan kimia dengan benar 17. Pengelolaan limbah dengan benar

4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

21

PENCATATAN DAN PELAPORAN • Pencatatan – Untuk pemantauan data dan evaluasi – Buku register pendaftaran pemeriksaan dan hasil pemeriksaan, buku rujukan, buku ekspedisi pengambilan sampel

• Pelaporan – Lap bulanan, triwulan, semester, dan tahunan disampaikan ke Dinkes kab/kota. – Untuk penyakit tertentu menggunakan formulir baku yg sudah ditentukan program. 22

4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

Oleh: Nila Arianingsih

Bentuk layanan apa yang diharapkan oleh pasien jika datang ke sarana kesehatan ?

Tujuan Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas a. meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian; b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas 1. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai; dan 2. Pelayanan farmasi klinik.

Tahunan Perencanaan

Permintaan per periode

Hasil Permintaan

Penggunaan

Dukungan Manajemen

Distribusi

Pengadaan

Penyimpanan

Pembelian

Penerimaan

Hukum, Kebijakan, Peraturan

Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengkajian R/ Konseling PIO

Visitor pasien

Pelayanan farmasi klinik

MESO

Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Media Habis Pakai 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Perencanaan kebutuhan; Permintaan; Penerimaan; Penyimpanan: Pendistribusian; Pengendalian; Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan; Pemantauan dan evaluasi pengelolaan.

Pelayanan farmasi klinik 1. Pengkajian resep, penyerahan Obat, dan pemberian informasi Obat; 2. Pelayanan Informasi Obat (PIO); 3. Konseling; 4. Ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap); 5. Pemantauan dan pelaporan efek samping Obat; 6. Pemantauan terapi Obat; dan 7. Evaluasi penggunaan Obat.

Perlu didukung 1. Ketersediaan sumber daya kefarmasian 2. Pengorganisasian yang berorientasi kepada keselamatan pasien 3. Standar prosedur operasional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PENGELOLAAN OBAT & BAHAN MEDIS HABIS PAKAI DI PUSKESMAS

4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

32

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas)

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai Pelayanan Farmasi Klinik termasuk di dalamnya Penggunaan Obat Rasional

Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas:

- Perencanaan - Pengadaan - Penerimaan dan Penyimpanan - Distribusi - Penggunaan Obat

- Pencatatan dan Pelaporan - Evaluasi Penggunaan

Tujuan Pengelolaan Obat dan BMHP menjamin kelangsungan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan BMHP yang efektif, efisien dan rasional, dengan mutu yang terjaga dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan

Tahunan Permintaan per periode

Perencanaan

Hasil Permintaan

Penggunaan

Dukungan Manajemen

Distribusi

Pengadaan

Penyimpanan

Pembelian

Penerimaan

Hukum, Kebijakan, Peraturan 4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

36

Perencanaan Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat di Puskesmas. Seleksi obat mengacu kepada Formularium Nasional.

Perencanaan Kebutuhan TAHUNAN

Pusat Provinsi Kab./Kota

Puskesmas PERMINTAAN PERIODIK KE IFK MENGGUNAKAN LPLPO •MEMPERHITUNGKAN STOK OPTIMUM : LEAD TIME, BUFFER STOK, KEKOSONGAN OBAT, PEMAKAIAN RATA-RATA PER HARI •TREND KUNJUNGAN DAQN POLA PENYAKIT

1. TEPAT JENIS DAN JUMLAH 2. EFISIEN 3. POR TERLAKSANA

Pengadaan Pengadaan di Puskesmas bisa diartikan lebih luas sebagai proses penyediaan barang, secara teknis merupakan realisasi perencanaan menjadi ketersediaan obat Hasil permintaan ke Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota

pembelian menggunakan dana kapitasi Puskesmas

Sesuai Permenkes No. 21/2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah pasal 3 bahwa • Dana Kapitasi yang diterima oleh FKTP dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) dimanfaatkan seluruhnya untuk: a. pembayaran jasa pelayanan kesehatan (minimal 60%) b. dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan 4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

40

Penyimpanan Obat yang dikirimkan oleh Instalasi Farmasi maupun hasil pengadaan dengan dana kapitasi, sebelum disimpan, harus dilakukan proses penerimaan oleh petugas pengelola obat atau petugas lain yang diberi kuasa oleh Kepala Puskesmas Tujuan penyimpanan: Memelihara dan menjamin mutu Menjamin keamanan persediaan Memudahkan dalam melakukan pencarian & pengawasan Mengendalikan stok

Gudang Obat di Puskesmas Gudang berfungsi untuk menerima, menyimpan dan melayani permintaan barang/obat secara efektif dan efisien sesuai dengan ketentuan yang berlaku, menjaga agar barang/obat senantiasa dalam keadaan/mutu yang baik dan terlindungi dari kemungkinan kehilangan, kerusakan, kebakaran, dll.

DISTRIBUSI PUSKESMAS METODA : PUSH/PULL FREKWENSI DISTRIBUSI

SARANA DISTRIBUSI: MAMPU MENJAGA MUTU OBAT

PERTIMBANGAN : PEMAKAIAN RATA2, SISA STOK, POLA PENYAKIT, JML KUNJUNGAN

SUB UNIT PUSKESMAS 4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

43

Penggunaan Obat Data penggunaan obat periode sebelumnya akan digunakan untuk menghitung perencanaan kebutuhan periode selanjutnya

Metode

Metode

morbiditas

konsumsi

Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas dan/ atau unit pelayanan lainnya: LPLPO  Ketersediaan Obat Indikator di Puskesmas

Laporan lain (Keuangan, BMD, dll)

Petunjuk Pengisian telah tercantum dalam Juknis Tata Laksana Indikator Kinerja Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dan telah dibagikan ke seluruh Dinas Kesehatan

Evaluasi Pengelolaan Obat dan BMHP Indikator Pengelolaan Obat di Puskesmas antara lain: 1. Kesesuaian item obat yang tersedia dengan Formularium Nasional 2. Tingkat ketersediaan obat

3. Prosentase dan nilai obat rusak/kadaluarsa 4. Rata-rata bobot variasi persediaan

5. Rata-rata waktu kekosongan obat 6. Persentase obat tidak diresepkan

PELAYANAN FARMASI KLINIK

4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

48

- Pengkajian dan Pelayanan Resep - Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan Farmasi Klinik

- Konseling - Visite Pasien (Puskesmas dengan rawat inap) - Monitoring Efek Samping Obat (MESO) - Pemantauan Terapi Obat (PTO) - Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Pengkajian & Pelayanan Resep a. menyiapkan/ meracik obat

b. memberikan label/ etiket c. menyerahkan sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai pendokumentasian. 4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

50

Pelayanan Informasi Obat a.memberikan dan menyebarkan informasi b.menjawab pertanyaan dari pasien/ nakes c.membuat buletin, leaflet, poster dll d.melakukan penyuluhan ke pasien & masyarakat. e.pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga f. mengkoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian

4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

51

Konseling adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat 4/3/2019

Memberikan pemahaman tentang - tujuan pengobatan - jadwal pengobatan - cara dan lama penggunaan - efek samping - tanda-tanda toksisitas - cara penyimpanan - cara penggunaan obat

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

52

INDIKATOR PELAYANAN KEFARMASIAN Persentase Puskesmas yang melakukan Pelayanan Kefarmasian sesuai standar. Puskesmas yang sesuai standar didefinisikan sebagai Puskesmas yang melakukan Pemberian Informasi Obat dan/atau Konseling yang terdokumentasi.

Puskesmas yang melakukan POR Persentase penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus ISPA non-pneumonia, diare non-spesifik, penggunaan injeksi pada penatalaksanaan kasus myalgia, dan rerata item obat perlembar resep di Puskesmas, terhadap seluruh kasus ISPA non-pneumonia, diare nonspesifik dan Myalgia di sarana yang sama 4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

53

Formulir Pelayanan Informasi Obat

Lembar Catatan Pemberian Informasi Obat

No. …..... Tanggal : ……… Waktu : …… Metode : Lisan/ Tertulis/ Telepon )*

Form. Informasi Obat 1. Identitas Penanya Nama ………………………………………………….. No. Telp. ……………………………… Status : Pasien/ Keluarga Pasien/ Petugas Kesehatan (………………………………………..)*

LEM BAR PENCATATAN P E M B E R IA N IN F O R M A S I O B A T P A S IE N

2. Data Pasien Umur : …….tahun; Tinggi : ….... cm; Berat : ………kg; Jenis kelamin : Laki laki/ Perempuan )* Kehamilan : Ya (……minggu)/ Tidak )* Menyusui : Ya/ Tidak )*

PUSK E SM AS __________________________ H a ri/T g l

4. Jawaban ………………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………......

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

PARAF PETUGAS

4

LAIN-LAIN

3

INTERAKSI

2

EFEK SAMPING

1

…………………..

STABILITAS

Dx

KONTRA INDIKASI

POLI

INDIKASI

UMUR

PENYIMPANAN

Penggunaan Terapeutik

NAMA PASIEN

CARA PAKAI

Cara Pemakaian

NO

Ketersediaan Obat Efek Samping Obat

DOSIS

Keracunan

Kontra Indikasi Lain-lain

Farmakodinamika

SEDIAAN

Harga Obat

Dosis

INFORMASI YANG DIBERIKAN

Farmakokinetika

NAMA OBAT

Interaksi Obat

Stabilitas

PENUNJANG

Identifikasi Obat

:

PARAF PASIEN

3. Pertanyaan Uraian Pertanyaan : ………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………… Jenis Pertanyaan:

18

19

1 2 3 4

5. Referensi ………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………

5 6 7

6. Penyampaian Jawaban : Segera/ Dalam 24 jam/ Lebih dari 24 jam )*

8

Apoteker yang menjawab : ………………………………………………………………………… Tanggal : ……………………………… Waktu : …………………………………. Metode Jawaban : Lisan/Tertulis/Telepon )*

10

4/3/2019

9

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dst

54

Format Laporan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Pelaporan pemberian informasi merupakan

rekapitulasi pemberian informasi obat yang dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan. Hasil rekapitulasi dilaporkan secara berjenjang kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Pelayanan Kefarmasian

4/3/2019

55

PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

56

Penggunaan Obat Rasional pasien menerima obat yang tepat untuk kebutuhan klinis,

Penggunaan obat dikatakan rasional, bila:

dalam dosis yang memenuhi kebutuhan,

untuk jangka waktu yang cukup, dan pada biaya yg terjangkau untuknya (individu) dan komunitas/masyarakat

PRINSIP PENGGUNAAN OBAT RASIONAL PENILAIAN KONDISI PASIEN

BIAYA TERJANGKAU

DIAGNOSIS

TEPAT

INDIKASI

MEDICATION SAFETY PRACTICE

JENIS OBAT DOSIS, CARA & DURASI INFORMASI

ESO : Efek Samping Obat 58

INDIKATOR KINERJA PROGRAM POR NASIONAL INDIKATOR KINERJA PROGRAM POR NASIONAL

INDIKATOR PERESEPAN DI PUSKESMAS

% AB ISPA Non Pneumonia

Batas toleransi 20 %

% AB pada Diare Non Spesifik

Batas toleransi 8%

% Injeksi Pada Myalgia

Batas toleransi 1%

% Rerata Jumlah Item Obat/Resep

Batas toleransi 2,6 item

*Indikator WHO lainnya tetap diukur, tapi tidak mjd indikator POR Nasional

59

PENINGKATAN POR DI PUSKESMAS Peningkatan POR di Puskesmas • Peresepan obat secara rasional  sesuai pedoman pengobatan • Penerapan Regulasi/Kebijakan POR  DOEN, FORNAS, Pedoman Umum Pengg AB, dll • Bimbingan teknis POR  kerjasama dengan Dinkes Kab/Kota dan organisasi profesi • Lokakarya Mini  Nakes (Dokter, Apoteker, Bidan, AA, Perawat & Nakes lain yang terlibat)

Peningkatan POR pada Masyarakat • Edukasi dan pemberdayaan masyarakat terkait POR melalui GeMa CerMat • Kerjasama lintas program dan lintas sektor (Promkes, institusi pendidikan, organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, organisasi lainnya) • Penyebaran informasi pada masyarakat & Nakes melalui media

Pemantauan dan Evaluasi POR • Pemantuan berkala (indikator kinerja POR), survei berkala  peresepan obat pada 3 penyakit • Hasil pemantauan dibahas oleh internal Puskesmas dan dilakukan evaluasi dan intervensi • Dilaporkan setiap bulan kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota

FORM PELAPORAN INDIKATOR PENGGUNAAN OBAT RASIONAL FORM-1 FORMULIR PELAPORAN INDIKATOR PERESEPAN ISPA NON PNEUMONIA Puskesmas : ………………………………………………………….. Kabupaten : ………………………………………………………….. Provinsi : …………………………………………………………..

Bulan : ………………………… Tahun : …………………………

Tgl

No.

Nama

Umur

Jumlah Item Obat

Antibiotik Ya/Tidak

Nama Obat

Dosis Obat

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

a. b.

1

c. d. a. b.

2

c. d. a. b.

3

c. d. Total Item Obat N=

A

B

Rerata Item Obat/ Lembar A / N Resep Persentase AB

B / N x 100 %

Lama Pemakaian Sesuai Pedoman (hari) Ya/Tidak (9)

( 10 )

FORM-2 FORMULIR PELAPORAN INDIKATOR PERESEPAN DIARE NON SPESIFIK Puskesmas : ………………………………………………………….. Kabupaten : ………………………………………………………….. Propinsi : …………………………………………………………..

Bulan : ………………………… Tahun : …………………………

Tgl

No.

Nama

Umur

Jumlah Item Obat

Antibiotik Ya/Tidak

Nama Obat

Dosis

Lama Pemakaian (hari)

Sesuai Pedoman Ya/Tidak

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(8)

(9)

( 10 )

( 11 )

a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d.

1

2

3

4

dst

N=

Total Item Obat Rerata Item Obat/ Lembar Resep Persentase AB

A

B

A/N B / N x 100 %

FORM-3

FORMULIR PELAPORAN INDIKATOR PERESEPAN MYALGIA Puskesmas : ………………………………………………………….. Kabupaten : ………………………………………………………….. Propinsi : …………………………………………………………..

Bulan : ………………………… Tahun : …………………………

Tgl

No.

Nama

Umur

Jumlah Item Obat

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Injeksi Ya/Tidak

Nama Obat

(6)

(8)

a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d.

1

2

3

4

dst

N=

Total Item Obat Rerata Persentase Injeksi

A A/N

B B / N x 100 %

Dosis

Lama Pemakaian (hari)

Sesuai Pedoman Ya/Tidak

( 9)

( 10 )

( 11 )

LAPORAN INDIKATOR PENGGUNAAN OBAT RASIONAL DI PUSKESMAS

Rerata Item / lembar Resep NO

% Penggunaan Antibiotik pada ISPA Non-Pneumonia (1)

% Penggunaan Antibiotik pada Diare Non-Spesifik (2)

% Penggunaan Injeksi pada Myalgia (3)

ISPA (4)

Diare (5)

Myalgia (6)

Rata-rata (7)

Puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan indikator POR secara berjenjang. Puskesmas membuat rekapitulasi data indikator peresepan per triwulan, untuk dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, paling lambat tanggal 4.

4/3/2019

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

64

Metode Perbaikan Mutu

Menentukan pokok masalah Membahas penyebab Menguji penyebab Menyusun rencana penanggulangan

Pelaksanaan penanggulangan

Meneliti hasil

Standarisasi Langkah berikutnya (adopt/adapt/abandon)

Kesimpulan • Analis laboratorium mempunyai peran yang sangat strategis dalam penyelenggaraan laboratorium di puskesmas dalam menunjang peningkatan kualitas pelayanan. • Apoteker yang bekerja di Puskesmas mempunyai peran yang sangat strategis dalam penerapan standar pelayanan kefarmasian dan peningkatan penggunaan obat rasional.

LOGO

Related Documents


More Documents from "pkm sudira"