Pedoman Unit Sterilisasi.docx

  • Uploaded by: dinaselv
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pedoman Unit Sterilisasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,262
  • Pages: 34
PEDOMAN PELAYANAN UNIT STERILISASI RS SATRIA MEDIKA

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk membunuh semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora yang dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Unit sterilisasi bertugas memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan peralatan dalam kondisi steril atau bebas dari semua mikroorganisme termasuk endospora secara tepat dan cepat di rumah sakit Untuk melaksanakan tugas sterilisasi peralatan secara professional diperlukan pengetahuan keterampilan dan pengalaman di bidang sterilisasi. Unit sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yamg penting untuk pencegahan dan pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial atau Healthcare Associated Infections ( HaLs ) di rumah sakit. Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di runah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi ( PPI ) Dengan adanya Unit Sterilisasi maka proses sterilisasi dapat maksimal sehingga keseluruhan proses menjadi lebih efisien, ekonomis dengan Jaminan Mutu dan keamanan pasien semakin terjamin. B. TUJUAN PEDOMAN 1. Tujuan : 1. 2. 3. 4. 5.

Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi serta mengevaluasi kegiatan sterilisasi. Menyediakan dan mendistribusikan peralatan steril yang dibutuhkan seluruh unit di rumah sakit. Melakukan inventarisasi peralatan milik Unit Sterilisasi.. Mendokumentasikan semua aktivitas di Unit Sterilisasi sebagai bagian dari upaya pengendalian mutu. Memberikan kontribusi pada pengembangan dan pelatihan tenaga kerja yang berkaitan dengan sterilsiasi.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN Dalam melayani semua unit di rumah sakit yang membutuhkan barang/alat steril unit sterilisasi selalu berhubungan dan bekerja sama dengan bagian-bagian lain yaitu:

1

-

Bagian rumah tangga (kamar cuci , kamar jahit) Bagian pemeliharaan (sterilisator dan peralatan lainnya) Bagian logistik/perbekalan (desinfektan) Bagian farmasi (indikator, Kassa , dll) Sanitasi (suplai air, uji kualitas air) Laboratorium (uji mikrobiologi)

Ruang lingkup kegiatan di Unit sterilisasi meliputi perencanaan dan pengadaan, pelayanan sterilisasi (penyediaan barang/alat steril), monitoring proses dan mutu sterilisasi, pemeliharaan sarana prasarana, serta pencatatan dan pelaporan.

I.

PENGADAAN BARANG Tergantung pada jenis barang, pengadaan kebutuhan barang di unit sterilisasi dapat berasal dari: 1. Gudang logistik 2. Gudang farmasi 3. Bagian rumah tangga (kamar jahit) 4. Bagian pemeliharaan (perbengkelan) Prosedur pengadaan barang:  Setelah usulan perencanaan barang disetujui oleh direktorat yang berkaitan, maka pada jadwal yang telah ditentukan petugas Unit sterilisasi mengambil ke gudang/bagian yang berkaitan dengan jenis barang., misalnya sarung tangan dan indikator di gudang farmasi, disinfektan dan tromol di gudang logistik, perabotan di bengkel kayu, kain pengemas di kamar jahit, dan sebagainya.  Pengambilan disertai dengan bon permintaan rangkap 2 (dua) yang sudah ditandatangani kepala bagian dan kepala direktorat.  Setelah barang diperiksa dan jumlahnya sesuai petugas menandatangani tanda bukti penerimaan barang.  Barang dibawa ke bagian Unit sterilisasi dan disimpan pada tempatnya  Salinan faktur disimpan di tempat yang telah ditentukan

II. PELAYANAN STERILISASI (penyediaan barang/alat steril) Penyediaan peralatan dan barang steril meliputi pencucian/pembersihan, pengemasan, sterilisasi, pendistribusian.

proses pengumpulan, penyimpanan, dan

1. Pengumpulan/penerimaan Barang yang akan disterilkan di bagian Unit sterilisasi dapat berasal dari kamar bedah, ruang-ruang perawatan, rawat jalan, bagian gawat darurat dan kamar cuci, berupa instrumen, sarung tangan dan linen. Barang/alat kesehatan pakai ulang yang sudah terkontaminasi harus ditangani, dikumpulkan dan dibawa ke Ruang Dekontaminasi unit sterilisasi sedemikian rupa sehingga tidak mengkontaminasi pasien, petugas dan barang-barang lainnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu pengumpulan dan penerimaan barang adalah sebagai berikut:  Penerimaan tersebut juga harus dicatat dalam buku register. Peralatan pakai ulang dipisahkan dari limbah/buang di tempat pemakaian (point of use) oleh petugas yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari benda-benda tersebut. Limbah diidentifikasi dan dibuang menurut prosedur yang telah ditetapkan.  Peralatan yang terkontaminasi dipisahkan dengan alat-alat yang bersih.

2

 Benda-benda tajam dipisahkan dan ditempatkan di dalam kontainer yang tidak dapat ditembus benda tajam (safety box)  Kain-kain pakai ulang dikumpulkan di tempat kain kotor dan dibawa ke kamar cuci (laundry)  Peralatan yang terkontaminasi dibungkus dalam kantong plastik tertutup dan tahan bocor atau kontainer untuk menghindari tumpahan atau penguapan dan dibawa sesegera mungkin setelah digunakan ke ruang dekontaminasi dengan kereta tertutup. Setiap kontainer diberi label untuk memudahkan proses. Peralatan harus dijaga kelembabannya supaya kotoran tidak mengering yang nantinya akan sukar dibersihkan.  Semua cairan terkontaminasi dimasukkan ke kontainer yang tahan bocor, jika tidak mungkin dibuang ke toilet atau sink.  Alat-alat yang tidak dipakai dan tidak dibuka yang dikembalikan ke ruang dekontaminasi, harus disterilkan ulang sebelum didistribusikan kembali.  Petugas yang menangani, mengumpulkan dan membawa alat-alat harus memakai pelindung untuk mencegah kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya.  Petugas yang menyerahan barang/instrumen ke unit sterilisasi harus menanda tangani dan menulis nama jelas pada buku penerimaan barang onsteril dan petugas Unit sterilisasi harus menulis Unit / bagian, jenis barang , kemasan dan jumlah barang / instrumen yang dikirim. Petugas Unit Sterilisasi juga harus menandatangani dan menulis nama jelas pada buku penerimaan barang on steril. 2. Pembersihan Pembersihan alat pakai ulang yang terkontaminasi dimulai sesegera mungkin setelah dipakai. Oleh karena itu, untuk memulai pembersihan dan mencegah kotoran menjadi kering, alat-alat harus:  Direndam dalam wadah berisi enzymatic ± 10 – 15 menit.  Langsung dibungkus dan dibawa ke ruang dekontaminasi.  Dibersihkan dari kotoran di tempat pemakaian sesuai prosedur yang berlaku dan langsung dibungkus untuk menghindari cipratan, tumpahan atau penguapan sampai dibawa ke ruang dekontaminasi.  Proses pembersihan meliputi proses dekontaminasi dan pencucian. a. Dekontaminasi Proses dekontaminasi harus dilakukan karena sesuai dengan SPO Dekontaminasi Peralatan Kritikal, semua barang yang terkena darah/cairan tubuh pasien dianggap berpotensi menularkan penyakit (misal: hepatitis, HIV/AIDS), terlepas apakah pasien tersebut terbukti berpenyakit. Selain itu, dekontaminasi juga dimaksudkan untuk mengurangi risiko penularan infeksi pada petugas kesehatan/unit sterilisasi yang akan menangani pembersihan alat-alat kesehatan/instrumen habis pakai. b. Pencucian Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar bersih sebelum didisinfeksi atau disterilkan. Mencuci bersih adalah proses menghilangkan semua partikel yang kelihatan, hampir semua partikel yang tidak kelihatan, sebanyak mungkin mikroorganisme, dan menyiapkan permukaan dari semua alat-alat aman untuk proses disinfeksi/sterilisasi. Hal ini penting dilakukan untuk mengurangi kotoran-kotoran yang menempel pada alat hingga 99%, sehingga membantu efektivitas sterilisasi.

3

3. Pemilihan ( Kontrol Spesifikasi ) dan Pengemasan Setelah instrumen dikeringkan, selanjutnya dilakukan pemilihan instrumen untuk dikemas dalam paket-paket tertentu, misalnya instrumen untuk apendiktomi, dan sebagainya. Tujuan dan fungsi pengemasan: membungkus peralatan medik yang akan disterilkan, dan menjaga sterilitas barang tersebut sampai digunakan. 4. Pemberian label Setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan asal, isi dari kemasan waktu sterilisasi / waktu kadaluarsa, nama petugas dan nama mesin sterilisator. 5. Sterilisasi Di bagian Unit sterilisasi RS. RK. Charitas metode sterilisasi yang dipakai adalah metode sterilisasi fisika yaitu sterilisasi uap dengan autoklaf Getinge. Penjelasan lebih lanjut diuraikan di bab mengenai metode sterilisasi. 6. Penyimpanan barang steril Setelah proses sterilisasi selesai barang/alat steril yang sudah dingin disimpan di ruang penyimpanan. Ruang penyimpanan berada dekat ruang sterilisasi, dan langsung berhubungan dengan pintu belakang mesin sterilisasi. Tujuan penyimpanan  Barang sampai ke pemakai dalam keadaan steril  Barang mudah dicari dengan cepat dan tepat pada waktu yang ditentukan  Mencegah kehilangan dan kerusakan 7. Pendistribusian Sistem distribusi barang steril kepada pemakai dapat dilakukan: a. Secara otomatis: yaitu barang steril diambil semua sesuai permintaan. b. Setiap pengambilan barang steril dari Unit sterilisasi, harus dicatat dan harus menandatangani buku expedisi baik yang mengambil maupun yang memberikan. Barang/alat steril yang dibungkus kain 2 lapis tidak digunakan dalam waktu satu minggu harus disterilkan ulang. 8. Pencatatan dan pelaporan Setiap penerimaan barang onsteril dan pendistribusian barang steril dicatat dalam buku register dan dilakukan rekapitulasi tiap bulan. Hasil rekapitulasi tiap bulan dilaporkan kepada direktur penunjang medis.

4

ALUR KERJA PELAYANAN STERILISASI

Ruang kotor Ruang bersih Ruang Steril

Tidak Steril? Ya

Jadwal pelayanan unit sterilisasi diatur sebagai berikut:  Jadwal dinas karyawan:  Jam dinas : jam 07.00 – 15.00 

Jadwal pelayanan:  penerimaan barang onsteril dan steril jam 08.00 – 10.00 / 13.00-15.00 hari kerja

5

D. BATASAN OPERASIONAL Unit sterilisasi adalah suatu unit di rumah sakit yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan sterilisasi untuk memenuhi kebutuhan akan barang/alat steril di unit rumah sakit. Steril adalah suatu keadaan yang bebas dari mikroorganisme baik patogen maupun apatogen beserta sporanya. Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme termasuk endospora melalui proses fisika maupun kimia. Disinfeksi adalah suatu tindakan untuk membebaskan/menghancurkan, membunuh mikroorganisme baik patogen maupun apatogen tetapi tidak dengan sporanya. Sedangkan dekontaminasi adalah proses kimia/fisika yang digunakan untuk menurunkan jumlah mikroorganisme pada benda mati sehingga aman untuk digunakan lebih lanjut. Yang dimaksud dengan pelayanan sterilisasi adalah kegiatan yang memproses bahan, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medik di rumah sakit, mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit. Pelayanan sterilisasi merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit, khususnya dalam usaha menghindari infeksi silang, sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah dan dikendalikan. Agar pelayanan sterilisasi dapat berjalan dengan baik sesuai standar dengan Mutu terjamin maka pelayanan sterilisasi dilakukan di unit sterilisasi. E. LANDASAN HUKUM

1. 2. 3.

4. 5. 6.

6

Undang-Undang Negara RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Bab V Pasal 10 Ruang Steril Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 38/Menkes/SK/III/2007 tanggal 27 Maret 2007, tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas kesehatan lainnya. Peraturan Menkes RI Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan RS Kemenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkunagan Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi ( Unit sterilisasi ) di Rumah Sakit, Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, Dirjen Yanmed, tahun 2009

II. STANDAR KETENAGAAN A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA Nama Jabatan

Pendidikan

Sertifikasi

Jumlah Kebutuhan 1 1

Ka Instalasi Ka Unit

Dokter ( S2 ). D3 Keperawatan

Dokter Spesialis Pelatihan & Pendididkan Dasar unit sterilisasi

Pelaksana

SPK / SMU / sederajat

Pelatihan & Pendididkan Dasar unit sterilisasi

1

Petugas Sanitasi

SMU/ Sederajat

Pelatihan & Pendididkan Dasar unit sterilisasi

2

Kebutuhan tenga di bagian unit sterilisasi dihitung berdasarkan Penghitungan Kebutuhan Tenaga berdasarkan Beban Kerja ( Workload Indicator Staff Need ) Ketenagaan di bagian unit sterilisasi adalah sebagai berikut: 1. Jumlah : 1 orang kepala bagian / kepala Seksi 1 orang pelaksana unit sterilisasi 2.Pendidikan pelaksana unit sterilisasi: - Perawat : 1 orang - SMA/sederajat : 1 orang Jumlah ini cukup memadai untuk proses pengambilan instrumen dari kamar bedah, dekontaminasi hingga Sterilisasi peralatan kamar bedah . Dan juga proses pengemasan hingga sterilisasi dari bagian-bagian yang ada di rumah sakit serta pengemasan kassa dalam steril pouches. B. DISTRIBUSI KETENAGAAN Jenis tenaga Perawat Perawat Pekerja Sanitasi

Jml 1 1 1 2

Keterangan Penanggung jawab Inventaris Instrumen Bedah, Proses Sterilisasi, Dekontaminasi Penerimaan s/d Distribusi Tranportasi peralatan Bedah Kebersihan ruang unit sterilisasi

C. PENGATURAN JAGA Di lakukan setiap hari jam 07.00 – 15.00 WIB. Diluar jam dinas untuk Dekontaminasi Peralatan Medis kamar bedah dilakukan sendiri oleh Petugas Kamar Bedah sesuai SPO Dekontaminasi Peralatan Kritikal unit sterilisasi. III.

STANDAR FASILITAS A. DENAH RUANG Lokasi unit sterilisasi di RSUD Kardinah berada di samping Instalasi Bedah Sentral. Area unit sterilisasi menempati area seluas kurang lebih 100 m2. Untuk keefisienan dan keoptimalan fungsi kerja dari unit sterilisasi, maka ruangan harus tersedia secara memadai.

B. STANDAR FASILITAS 1. Daerah / Ruang Unit Sterilisasi

7

Pada prinsipnya ruangan unit sterilisasi terdiri dari daerah bersih, daerah kotor dan daerah Steril sehingga ruangan harus didesain sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kontaminasi silang dari daerah kotor ke daerah bersih. Untuk menghindari kontaminasi silang di unit sterilisasi maka ruangan unit sterilisasi RSUD Kardinah dibagi menjadi 3 bagian mencakup: a. Ruang dekontaminasi Pada ruangan ini terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan pembersihan/pencucian. Di daerah ini terdapat: a) Loket penerimaan instrumen/alat lain b) Beberapa bak untuk merendam dan mencuci c) Meja untuk melakukan pengeringan b. Daerah pengemasan Ruang ini untuk melakukan pengemasan terhadap barang/peralatan, linen serta penyimpan barang bersih. Pada daerah ini ada tempat penyimpanan barang tertutup dan di sini juga dilakukan produksi kapas lidi , botol steril, dan kassa steril c. Daerah bersih Tempat di mana proses sterilisasi dilakukan. Pada daerah ini terdapat: Sterilisator uap/autoklaf ( jumlah 3 buah) d. Daerah produksi Kassa Tempat di mana pembuatan Kassa dilakukan. e. Ruang Penyimpan Barang Steril Terletak berdekatan dengan proses sterilisasi dilakukan. Ruang ini langsung berhubungan dengan pintu belakang mesin sterilisasi dan dilengkapi lampu ultraviolet. Selain daerah/ruang tersebut di atas, unit sterilisasi juga dilengkapi dengan Gudang bersih 2. Persyaratan Ruang Unit sterilisasi a. Ruang dekontaminasi. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan pada ruang dekontaminasi antara lain: a) pergantian b) c) d) e) f) g) h)

Udara harus dihisap (ada exhaust udara) ke luar gedung dengan udara 10 kali perjam. Ruangan Dekontaminasi menggunakan sistem tekanan negatif sehingga tidak akan mencemari ruangan lain. Tidak boleh menggunakan kipas angin. Suhu antara 18 oC – 22 oC, dengan kelembaban antara 35 % -75 %. Ruangan tidak boleh becek dan licin. Lantai dipel atau divacum basah minimal sekali sehari. Bak pencuci, meja kerja dan peralatan dibersihkan dan didisinfeksi minimal sekali sehari Apabila ada tumpahan darah langsung dibersihkan dan didisinfeksi

dengan i) j) k) l)

disinfektan. Rak-rak penyimpanan, dinding, langit-langit, ventilasi AC dan alat lain (lampu, sprinkler, ducting, dan sebagainya) dibersihkan secara teratur. Prosedur kontrol terhadap binatang perusak (serangga, tikus, dsb). Sampah dibuang minimal sekali sehari. Pemisahan sampah infeksius dan non infeksius

b. Ruang penyimpanan barang steril Beberapa hal yang harus diperhatikan:

8

a) b) c) d) e) f) g) h) i)

Penerangan harus memadai. Suhu antara 18 oC – 22 oC. Kelembaban antara 35% - 75%. Ventilasi menggunakan sistem tekanan positif dengan efisiensi filtrasi partikulat antara 90%-95% (untuk partikulat berukuran 0,5 mikron). Dinding dan lantai terbuat dari bahan halus dan kuat sehingga mudah dibersihkan. Letak Rak penyimpanan barang steril 19-24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding. Harus diupayakan untuk menghindari penumpukan debu pada kemasan. Barang steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran pipa lainnya. Akses ke ruangan penyimpanan steril dibatasi hanya kepada petugas yang terlatih, bebas dari penyakit menular dan menggunakan pakaian

pelindung khusus ruang steril. C. PEMELIHARAAN PERALATAN 1. Pemeliharaan Sterilisator Secara Rutin dan Berkala a. Mesin sterilisasi harus diperiksa dan dibersihkan setiap hari, karena pengawasan secara periodik dan pembersihan secara rutin dapat menurunkan kemungkinan tidak berfungsinya mesin sterilisasi. Kebersihan juga menurunkan risiko kontaminasi terhadap barang steril. b. Beberapa hal yang harus dibersihkan setiap hari meliputi: a) recording charts dan jarum penunjuk b) gasket pintu c) bagian dalam chamber dan permukaan lainnya. d) Pembersihan mingguan dan pengawasan lainnya sesuai dengan yang disarankan produsen mesin. c. Beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pemeliharaan rutin sterilisator: a) Produsen mesin harus membuat instruksi tertulis untuk pemeliharaan mesin sterilisasi. Pemeliharaan ini harus dilakukan oleh orang yang ahli. Perhatikan pemeliharaan dan penggantian komponen-komponen yang aus, seperti filter, perangkap steam (steam traps), pipa drainase, valve dan gasket pintu. Pemeliharaan dapat dilakukan oleh petugas rumah sakit yang terlatih, produsen alat atau perusahaan pemberi jasa pemeliharaan yang berkualifikasi. b) Untuk perbaikan rutin terhadap komponen umum dapat dilakukan oleh pihak rumah sakit setelah mendapat pelatihan dari supplier. c) Perbaikan terhadap komponen peralatan rutin hanya dilakukan oleh pihak yang mampu melakukannya. d) Teknisi yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan harus dilatih oleh lembaga berwenang atau pihak pembuat mesin sterilisasi tersebut.

d.

9

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai upaya pemeliharaan dan pencegahan kerusakan: a) Garansi selama masa tertentu. b) Suku cadang pokok harus tersedia. c) Sebaiknya dilakukan kontrak servis baik dengan pihak suplier atau pihak lain yang kompeten. e) Stabilisator voltase berikut saklar otomatis ke generator untuk keperluan darurat.

f) Kondisi lingkungan, suhu dan kelembaban yang memadai. 2. Kalibrasi sterilisator Kalibrasi terhadap mesin sterilisasi sangat penting dilakukan untuk menjamin bahwa mesin sterilisasi bekerja dengan baik dan efektif, serta dapat diandalkan. Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai instruksi manual produsen mesin, misal setahun sekali. Beberapa hal yang harus dikalibrasi meliputi pengukur suhu dan tekanan, timer, dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus dilakukan bila komponen ini mengalami perbaikan. Kalibrasi harus dilakukan oleh orang yang terlatih khususnya terhadap jenis mesin yang akan dikalibrasi. D. PEMELIHARAAN RUANGAN 1. Ruang dekontaminasi a. Usahakan lantai tidak basah/becek, bila basah harus segera dikeringkan. b. Ruangan dan peralatan dibersihkan setiap hari: lantai, meja, alat-alat, dan washbak menggunakan disinfektan. c. Jangan lupa memakai APD pada waktu membersihkan ruang dekontaminasi d. Jangan lupa mencuci tangan sebelun dan setelah membersihkan e. Setiap malam setelah selesai sift sore, hidupkan lampu ultraviolet hingga pagi hari sebelum mulai sift pagi. 2.

Ruang pengemasan a. Lantai, peralatan, meja, kursi, almari dibersihkan setiap hari sebelum dan setelah bekerja b. Cucilah tangan sesuai prosedur, siapkan semua peralatan yang diperlukan (kain pel, lap, ember, disinfektan) dan pakailah APD sebelum mulai pembersihan c. Peralatan, meja, kursi dan almari dibersihkan dengan cara mengelap dengan lap yang dibasahi larutan disinfektan (misal presept) d. Lantai dibersihkan dengan cara mengepel dengan kain pel yang dicelupkan dalam larutan clorin 5% e. Setelah selesai mengelap maupun mengepel, lantai maupun peralatan dikeringkan dengan lap kering f. Setelah kegiatan selesai, peralatan dicuci dan dikeringkan, simpan di tempat khusus dalam keadaan siap pakai. g. Cucilah tangan kembali.

3. Pembersihan dan sterilisasi ruang steril Cara pembersihan hampir sama dengan ruang pengemasan, perbedaannya adalah: a. semua peralatan yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu b. petugas harus mengenakan APD khusus ruang steril ( baju, topi, masker, alas kaki khusus). c. Sterilisasi ruangan dilakukan dengan sinar ultraviolet. Penyinaran dilakukan tiap hari, setelah shift sore pulang. Sinar Ultraviolet akan menyala selama 15 setelah 15 menit secara otomatis sinar ultraviolet akan mati dengan sendirinya. d. Setiap hari jumat dilakukan pembersihan lantai dan dinding dengan clorin 5%

10

III.

TATA LAKSANA PELAYANAN E. JADWA PELAYANAN Penerimaan barang on steril

jam 08.00 - 12.00 / hari kerja

 LALU LINTAS DI UNIT STERILISASI Pengaturan lalu lintas di bagian unit sterilisasi penting dilakukan dengan tujuan mengurangi risiko terjadinya kontaminasi silang. a. Lalu lintas petugas unit sterilisasi  Sarana yang harus ada: perlengkapan khusus, batas daerah bersih dan kotor.  Petugas membuka alas kaki dan mengganti pakaian dengan pakaian khusus atau mengenakan skort.  Pakaian petugas disimpan dalam loker yang telah disediakan, sepatu diletakkan pada tempat yang disediakan.  Petugas yang bertugas di ruang dekontaminasi masuk ke ruang dekontaminasi. Pada waktu bekerja di ruang dekontaminasi harus mengenakan alat pelindung diri berupa skort plastik, masker, topi, kaca mata pelindung, dan sepatu tahan air.  Petugas yang bertugas di ruang pengepakan dan ruang mesin langsung masuk ke ruang tersebut dan mengenakan alas kaki khusus dan penutup kepala.  Petugas ruang steril harus mengenakan perlengkapan ruang steril di ruang ganti sebelum masuk ke ruang tersebut.  Petugas ruang dekontaminasi tidak boleh memasuki ruang pengemasan dan ruang steril, demikian juga sebaliknya.  Bila sudah selesai bekerja, petugas keluar memasuki jalur yang sama dengan meletakkan perlengkapan yang sudah dipakai pada tempat yang sudah ditentukan. b. Lalu lintas barang/alat 1. Sarana untuk lalu lintas alat - Ruang dekontaminasi dilengkapi loket - Ruang pengepakan alat-alat sebelum disterilkan - Ruang penyimpanan alat steril - Alat pengangkut/kontainer 2. Prosedur Setelah digunakan, barang/alat kotor dari kamar bedah direndam dalam larutan disinfektan di dalam kontainer tertutup berisi larutan enzymatic (kontainer onsteril). Satu kontainer berisi 1 paket instrumen. Bagian luar kontainer diberi label yang menjelaskan isi kontainer. Prosedur ini dilakukan oleh petugas unit sterilisasi yang ada di kamar bedah. Kontainer yang berisi instrumen kotor tersebut kemudian dibawa ke ruang dekontaminasi unit sterilisasi menggunakan troli onsteril (tertutup),Barang dimasukkan ke ruang dekontaminasi melalui loket onsteril. - Barang/alat dari bagian/unit lain dicuci dan dikemas di bagian masing-masing, kemudian dibawa ke unit sterilisasi menggunakan container tertutup melalui pintu onsteril, selanjutnya diserahkan kepada petugas unit sterilisasi lewat loket ruang dekontaminasi. Barang ini kemudian dimasukkan ke ruang sterilisasi melalui loket untuk disterilkan. - Barang/alat kotor dari kamar bedah dicuci dan dikeringkan, kemudian dimasukkan ke ruang pengemasan, dikemas dan disterilkan. - Linen bersih dari laundry dikirim ke unit sterilisasi melalui loket linen bersih, sudah dikemas menurut kebutuhan IBS dan disterilkan. - Barang/alat yang telah disterilkan disimpan di dalam almari khusus di ruang steril. - Barang/alat steril didistribusikan melalui loket ruang distribusi (loket steril).

11

C . Lalu lintas petugas unit lain      

Petugas unit lain hanya boleh memasuki area unit sterilisasi baik melalui pintu onsteril maupun pintu steril bila mempunyai keperluan yang berhubungan dengan sterilisasi barang/alat. Petugas unit lain dilarang memasuki ruang kerja unit sterilisasi, kecuali ruang kantor. Keperluan yang berhubungan pengiriman dan distribusi barang dilayani melalui loket. Lalu lintas petugas yang membawa barang onsteril adalah sebagai berikut: masuk melalui pintu onsteril – barang diserahkan di loket onsteril – keluar melalui pintu onsteril. Lalu lintas petugas yang mengambil barang steril adalah sebagai berikut: masuk melalui pintu steril – barang diambil melalui loket steril – keluar melalui pintu steril.

 DEKONTAMINASI Dekontaminasi adalah suatu proses fisika / kimia yang digunakan untuk menurunkan jumlah mikroorganisme sehingga peralatan aman untuk pemakaian selanjutnya. Termasuk di dalamnya adalah pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi. Dekontaminasi dilakukan berdasarkan anggapan bahwa semua peralatan telah terkontaminasi dan potensial menyebabkan infeksi. Prosedur dekontaminasi pada dasarnya terdiri dari: a. Penyortiran Langkah pertama dalam proses dekontaminasi dimulai setelah peralatan, instrumen atau alat lainnya digunakan pada pasien dan dianggap terkontaminasi. Peralatan pakai ulang (reusable) dipisahkan dari peralatan sekali pakai (dispossable) pada titik penggunaan.

b. Perendaman Peralatan pakai ulang harus dikondisikan lembab atau basah untuk mencegah pengeringan materi organik pada peralatan tersebut dan untuk memperlunak materi organik tersebut sehingga memudahkan pada saat pembersihan. Cairan untuk merendam alat berupa disinfektan atau larutan enzimatik. Larutan Enzym yang dipakai adalah Helyzym / Alkazym yang berfungsi sebagai enzymatic cleaner, detergente enzimatico dan enzymatisch. Kemudian peralatan ini diantar ke ruang dekontaminasi tanpa mengkontaminasi pasien, staf medis maupun fasilitas kesehatan. Peralatan medis harus ditransportasikan ke ruang dekontaminasi dalam wadah plastik anti bocor bertutup untuk menghindari tumpahnya cairan perendam. Semua peralatan medis terkontaminasi harus diantarkan ke unit sterilisasi melalui ruang dekontaminsi. Dekontaminasi instrumen dilakukan dengan cara merendam dalam larutan disinfektan (direndam dalam larutan Stabimed konsentrasi 2 % ( perbandingan 1 liter air + 20 cc larutan Stabimed ) selama 15 menit) c. Pembersihan / Pencucian Tujuan utama pembersihan adalah menghilangkan kotoran terlihat, menghilangkan kotoran tidak terlihat dan menghilangkan sebanyak mungkin mikroorganisme berbahaya dengan memperhatikan aspek fundamental pembersihan.

12

Beberapa aspek fundamental proses pembersihan yang harus diketahui oleh staf unit sterilisasi adalah sebagai berikut: 1. Materi organik yang menempel pada permukaan instrumen atau peralatan medis lain bukan hanya merupakan media bagi pertumbuhan mikroorganisme tetapi juga akan mempengaruhi efektifitas proses sterilisasi. 2. Rekomendasi pembersihan alat/instrumen dari pabrik pembuatnya harus selalu diikuti secara seksama. 3. Semua alat/instrumen yang dapat dibongkar-pasang harus dibongkar pada saat akan dibersihkan. Hal ini merupakan persyaratan mutlak proses pembersihan. 4. Friksi merupakan dasar proses pembersihan manual, sedangkan deterjen berperan mengikat kotoran sehingga kotoran mudah rontok pada saat dibersihkan. 5. Sebagai aturan baku pembersihan, setiap barang/item harus mengalami pemeriksaan pada setiap tahapan proses yang dilalui baik pada saat penerimaan, pengemasan maupun pada titik pemakaian. 6. Banyak peralatan maupun bahan pencuci memiliki sifat inkompatibilitas. Oleh karena itu sangat penting bagi operator pencucian mengetahui dengan pasti pemakaian pencuci mana yang tepat untuk peralatan tertentu. Untuk memulai pencucian, alat-alat harus: - dibongkar jika dirakit lebih dari 1 komponen dan dibuka semua sambungannya untuk memastikan seluruh permukaan tercuci bersih - disortir berdasarkan metode pembersihan - dibersihkan sebelum sterilisasi karena uap tidak dapat meresap dan membunuh mikroorganisme jika alat-alat tidak dibersihkan dengan baik terlebih dahulu.

Bahan-bahan pencuci (cleaning agent) Bahan pencuci yang baik adalah bahan pencuci yang dapat menghilangkan sisa-sisa kotoran organik tanpa merusak alat. Untuk mendapatkan kedua hal tersebut maka bahan pencuci harus: -

-

-

Sesuai dengan bahan, alat dan metode mencuci yang dipilih: Pemilihan bahan pencuci sedapat mungkin mengikuti rekomendasi dari produsen alat, selain juga bergantung pada tipe kotoran yang ada. Pada umumnya, protein lebih mudah dihilangkan dengan detergen yang bersifat basa. Garam mineral lebih mudah dihilangkan dengan detergen asam. Pemilihan bahan pencuci dan metode mencuci harus ditetapkan sebelum proses dijalankan, jika tidak, dapat terjadi kerusakan pada alat atau alat pencuci. Tentukan banyaknya detergen yang diperlukan, tergantung pada kandungan garam mineral dalam air. Jika kandungan garam mineral dalam air sedikit, gunakan sedikit detergen. Sebaliknya, jika kandungan garam mineral dalam air lebih banyak, gunakan lebih banyak detergen. Pertimbangkan untuk menggunakan enzim pelarut protein untuk alat-alat yang memiliki lumen/lubang atau sambungan. Metode pencucian 1. Pencucian instrumen

Untuk memastikan kebersihan, tidak merusak alat, dan untuk keamanan pekerja,

13

proses pencucian sebagai berikut. a. Setelah proses dekontaminasi maka proses selanjutnya adalah pembersihan/pencucian. b. Setiap alat yang dapat dibongkar pasang, harus dibongkar sebelum dibersihkan. c. Pencucian alat dilakukan di bawah permukaan air untuk menghindari aerosol yang dapat terisap oleh pencuci. d. Petugas pencuci harus menggunakan pakaian pelindung kedap air, sarung tangan, pelindung kaki tertutup dan masker. e. Pencucian dilakukan dengan cara manual. f. Untuk mencegah kerusakan pada alat pembersihan dilakukan dengan alat anti gores. Alat-alat dengan lumen atau berlubang kecil-kecil harus dibersihkan dengan sikat dengan diameter yang tepat. Sikat harus didisinfeksi atau disterilkan setiap hari. g. Setelah pencucian selesai, untuk menghilangkan deterjen lakukan pembilasan pertama dengan air biasa bersuhu 45oC dilanjutkan pembilasan kedua sebaiknya dengan air deionisasi atau air suling untuk menghindari terbentuknya noda-noda pada alat stainless juga untuk membilas pyrogen yang mungkin ada. h. Setelah dicuci dan dibilas, alat dikeringkan dengan lap sampai kering. 2. Pencucian linen Pencucian linen dilakukan di kamar cuci. Linen yang sudah dicuci harus bebas dari detergen, bahan pemutih atau bahan kimia lainnya yang dapat bereaksi dengan uap sehingga menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau menimbulkan perubahan kimia pada alat di dalam kemasan.

 . DISINFEKTAN Disinfektan adalah bahan yang dapat membebaskan/menghancurkan/membunuh mikroorganisme baik patogen maupun apatogen tetapi tidak beserta sporanya. Pemilihan disinfektan didasarkan pada tujuan pemakaian dan derajat disinfeksi yang diharapkan, kompatibilitas disinfektan dengan alat medis, harga, keamanan dan kemudahan penggunaannya. Rasionalisasi pendekatan dalam pemilihan disinfektan dikemukakan oleh Dr. E.H. Spaulding. Beliau mengklasifikasikan peralatan medis menjadi 3 kategori berdasarkan risiko infeksi yang mungkin terjadi pada saat alat tersebut digunakan pada pasien. Pendekatan ini juga dipakai oleh CDC (Centers for Disease Control) dan AAMI (Association for the Advancement of Medical Instrumentation) dalam guideline dan rekomendasinya. Tiga kategori peralatan yang disampaikan oleh Dr. Earl Spaulding meliputi: 1. Peralatan Kritis: adalah instrumen/alat medis yang masuk ke dalam jaringan steril tubuh atau masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Contoh: instrumen bedah, kateter jantung, implant, kompartemen pada hemodializer. 2. Peralatan Semikritis: adalah instrumen/alat medis yang kontak dengan membrana mukosa tubuh. Contoh: endoskop, endotrakeal tube, peralatan nafas anestesi dan sitoskop. Pada peralatan semikritis, proses sterilisasi disarankan, namun tidak mutlak. Jadi biasa dilakukan proses disinfeksi tingkat tinggi. 3. Peralatan Nonkritis: adalah instrumen/alat medis yang kontak dengan permukaan kulit saja. Contoh: alat pengukur tekanan darah, stetoskop, elektroda diagnostik, dorongan tempat tidur dan lain-lain. Untuk jenis peralatan ini dapat digunakan intermediet sampai low level disinfektan.

14

Selain pengklasifikasian peralatan medis yang ada, Dr. Earl Spaulding juga mengklasifikasikan disinfektan menjadi tiga, yaitu : 





High Level Disinfection (HLD) : Sterilisasi peralatan medis memang diharapkan tetapi apabila hal ini tidak memungkinkan, HLD merupakan perlakuan minimum yang direkomendasikan oleh CDC. HLD dapat menghancurkan semua mikroorganisme vegetatif, tubercle bacilli, fungi, virus ukuran kecil maupun nonlipid, virus berukuran sedang kecuali sejumlah tertentu spora bakteri. Intermediate Level Disinfection (ILD) : Disinfektan jenis ini akan membunuh mikroorganisme vegetatif, fungi, Mycobacterium tuberculosis, virus berukuran kecil maupun sedang virus lipid dan non-lipid, namun tidak mempunyai aktivitas pembunuhan terhadap spora bakteri. Low Level Disinfection (LLD) : Disinfektan jenis ini tidak memiliki daya bunuh terhadap spora bakteri, mycobacterium, semua fungi, maupun semua virus ukuran kecil dan sedang. Untuk melakukan disinfeksi secara baik salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah pembersihan yang baik pula. Proses pembersihan tidak saja menurunkan bioburden mikroorganisme yang ada tetapi juga menurunkan jumlah materi organik yang dapat mempengaruhi aktifitas disinfektan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas kimia dari disinfektan adalah :   

  

Pembersihan yang baik. Pembersihan pengotor perlu dilakukan untuk dapat melakukan disinfeksi secara optimal. Beban kandungan materi organik. Adanya materi organik dapat mempengaruhi kerja disinfektan dengan cara melakukan pengikatan terhadap zat aktif disinfektan. Tipe dan jumlah mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme mempunyai daya tahan lebih baik dibandingkan yang lainnya, misal : Mycobacterium tuberculosis relatif lebih tahan dibandingkan mikroorganisme vegetatif. Juga jumlah mikroorganisme pencemar, makin banyak jumlah mikroorganisme maka beban kerja disinfektan akan semakin berat. Suhu dan Waktu. Suhu dan Waktu yang diindikasikan pada label disinfektan harus diikuti. Waktu yang dimaksudkan di sini adalah lamanya kontak antara disinfektan dengan mikroorganisme yang akan dieliminir. Tingkat keasaman atau kebasahan (pH). Tergantung disinfektannya maka ada yang bekerja secara optimal pada pH asam atau basa. Tingkat kekerasan air (hardness of water). Adanya mineral seperti calcium atau magnesium dapat mempengaruhi efikasi dari disinfektan dengan cara mengikat zat aktif dari disinfektan. Standard EPA untuk ini adalah sampai 400 ppm.

TABEL BEBERAPA JENIS DISINFEKTAN BESERTA KARAKTERISTIKNYA

Produk

Tingkat Aktivitas

Kelebihan

Kekurangan

Germicidal Alkohol

Menengah

Denaturasi protein

Ethyl atau isopropyl alkohol 60 – 90 %

15

- Membunuh bakteri vegetatif, tubercule bacilli, jamur, virus - Bekerja cepat, tanpa residu

- Basah dan memerlukan paling sedikit 5 menit untuk mencapai tingkat disinfeksi yang baik. - Tidak ada aktivitas lebih lanjut. - Mudah menguap dan terbakar. - Dapat diinaktivasi oleh bahan organik. - Dapat mengikis

-

Chlorine

Menengah

Mengekang beberapa fungsi reaksi enzym utama dalam sel, denaturasi protein dan inaktivasi asam nukleat.

Hypochlorites

Iodophor

Menengah

Sel beracun bagi asam nukleat; menyerap dinding sel mikroorganis dengan cepat.

Iodine

Glutaraldehyde

Tingkat tinggi/ sterilan

Membunuh mikroorganisme dengan mengalkylation protein

2% alkaline, pH 7.5 – 8.5

Tingkat tinggi 8% formaldehyde+ 70 % alkohol Cocopropylene Diamine

Tingkat tinggi/ sterilan 2% Cocopropylene Diamine

16

- Sangat aktif sebagai chlorin bebas. - Membunuh Mikroorganisme gram negatif (vegetatif), tubercule bacilli, jamur, virus. - Bekerja cepat. - Relatif tidak stabil.

-

lapisan lensa pada beberapa instrumen optikal. Cenderung membuat keras dan bengkak tubing plastik, termasuk polyethylene. Tidak membuat spora. Dapat diinaktivasi oleh bahan organik. Menyebabkan karat pada logam. Tidak membunuh spora. Berbekas pada kain, plastik dan bahan sintetis lainnya.

- Membunuh bakteri, tubercule bacilli, virus. - Memerlukan waktu lebih lama untuk membunuh jamur tertentu. - Bekerja sangat cepat.

- Menyebabkan karat pada logam kecuali mengandung anti karat. - Berbahaya bagi karet dan beberapa plastik. - Dapat membakar tissue. - Berbekas pada kain dan bahan lainnya.

- Membunuh bakteri vegetatif dalam 2 menit. - Membunuh bakteri (gram+dan gram tubercule bacilli, jamur, virus, spora. Untuk sterilisasi (membunuh spora), waktu rendam adalah 6 – 10 jam. - Tidak menyebabkan karat pada logam. - Aman untuk karet dan plastik. - Membunuh bakteri vegetatif dalam 2 menit. - Membunuh bakteri (gram+dan gram tubercule bacilli, jamur, virus, spora - Untuk sterilisasi (membunuh spora), waktu rendam adalah 6 – 10 jam. - Tidak menyebabkan karat pada logam. Aman untuk karet dan

- Berbau, perlu ventilasi yang baik. - Tidak stabil (14-28 hari). - Menguap - Tidak bisa mencuci (alat harus dicuci bersih lebih dulu).

- Berbau, perlu ventilasi yang baik. - Tidak stabil (14 hari). - Menguap - Tidak bisa mencuci (alat harus dicuci bersih lebih dulu).

plastik. Phenolic Penetrasi terhadap dinding sel dan mengendapkan protein sel

Disinfeksi dinding, lantai, permukaan meja serta furniture.

- Spektrum luas: membunuh bakteri gram positif dan negatif, jamur, kuman tbc dan virus lipofilik. - Toleransi cukup baik terhadap beban organic dan air sadah. - Mempunyai aktivitas residual

- Tidak bersifat sporisidal - Terinaktivasi oleh materi organik - Korosif terhadap karet dan sebagian plastik

 PENGEMASAN Pengemasan instrumen atau alat-alat medis lainnya merupakan kegiatan yang penting sebelum sterilisasi. Tujuan dan fungsi pengemasan adalah untuk membungkus peralatan medis yang akan disterilkan dan mempertahankan sterilitas alat tersebut sampai waktu penggunaan. Mengingat fungsinya, maka dalam pengemasan harus diperhatikan dalam hal pemilihan bahan dan teknik pengemasan yang benar. Prinsip dasar pengemasan: 1. Sterilan harus dapat menyerap ke seluruh permukaan kemasan dan isinya. 2. Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka. 3. Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan kontaminasi. Persyaratan bahan pengemas  Tahan terhadap kondisi fisik seperti suhu tinggi, kelembaban, tekanan dan/atau hisapan pada proses sterilisasi.  Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar secara total tanpa mengganggu bentuk kemasan dan segelnya.  Sterilan pada proses uap, etilen oksida atau panas kering harus dapat menyerap dengan baik pada seluruh permukaan dan serat semua isi dan kemasan.  Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi.  Pada sterilisasi uap, bahan kemasan harus mudah kering dan memudahkan pengeringan isinya.  Pada sterilisasi panas-kering, bahan kemasan dan isinya harus tahan terhadap suhu selama waktu yang diperlukan, tanpa meleleh, terbakar, atau rusak.  Harus dapat menjaga sterilitas dan melindungi isinya yang sudah steril dari kontaminasi mikroba mulai saat kemasan dikeluarkan dari mesin sampai kemasan dibuka untuk dipakai. Karenanya, bahan yang dipakai sebaiknya tidak berbulu dan dapat menahan masuknya debu dan terserapnya uap (air atau cairan lainnya).  Harus cukup kuat menampung isinya selama proses sterilisasi dan penanganannya. Harus tahan sobekan dan tusukan, tidak boleh terpengaruh tingkat atmosfir dan kelembaban udara. Selama penyimpanan sebelum dan sesudah sterilisasi, bahan kemasan tidak boleh berkerut, berlubang jika dilipat, kusut atau melekat satu sama lain jika ditumpuk dan segel tidak boleh lepas.  Harus mudah digunakan untuk membungkus dan harus sesuai dengan ukuran dan bentuk alat yang akan dikemas dan harus membungkus alat rapat-rapat.

17

 Tidak boleh mengandung bahan beracun dan zat warna yang bisa menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan terhadap pekerja, atau yang luntur jika terkena sterilan.  Harus mudah dibuka dengan risiko kontaminasi kecil. bahan pengemas yang dipakai: Kain (linen), Kertas, Kombinasi plastik film dan kertas Prosedur dan langkah-langkah pengemasan a. Pengemasan instrumen - Setelah instrumen bersih dan kering, dikemas dalam tromol atau dibungkus dengan kain dan dikelompokkan sesuai dengan jenis paketnya. - Pengemasan dengan kain dilakukan 2 lapis dengan cara seperti pada gambar. - Berilah label kode paket (sesuai isi paket, dilakukan oleh petugas bagian terkait) dan kode waktu sterilisasi (tanggal dan jam sterilisasi, dilakukan petugas UNIT STERILISASI). - Tempelkan indikator kimia sekaligus sebagai segel. b. Pengemasan kain tenun/linen - Kain tenun yang bersih dan kering dikemas dengan kain minimal 2 lapis atau dimasukkan dalam tromol. - Berilah kode paket dan kode waktu sterilisasi. - Tempelkan indikator kimia sekaligus sebagai segel.

18

19

 . METODE STERILISASI Sterilisasi adalah suatu proses untuk membebaskan suatu barang/alat dari semua bentuk mikroorganisme dengan menggunakan sterilan. Sterilan adalah bahan yang digunakan untuk mensterilkan barang/alat. Berdasarkan sterilan yang digunakan, metode sterilisasi dibedakan menjadi: - Sterilisasi uap panas - Sterilisasi gas etilen oksid - Sterilisasi panas kering - Sterilisasi radiasi - Sterilisasi plasma Metode yang digunakan di RSUD Kardinahadalah sterilisasi uap panas A. STERILISASI UAP PANAS Sterilisasi uap panas (Steam Sterilization) merupakan metode sterilisasi yang paling tua, namun aman dan murah. Metode ini menggunakan uap panas sebagai sterilan. Mekanisme pembunuhan mikroorganisme dilakukan menggunakan kombinasi efek dari uap dan panas selama periode waktu tertentu. Metode ini hanya dapat digunakan untuk barang/alat yang stabil terhadap suhu tinggi. Mekanisme aksi sterilisasi uap adalah memaparkan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu obyek sehingga terjadi pelepasan energi laten uap yang mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme secara ireversibel akibat denaturasi atau koagulasi protein sel. Sterilisasi uap merupakan metode sterilisasi yang paling efektif karena uap merupakan pembawa energi panas paling efektif dan semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi. Kualitas uap yang terbaik adalah 100% dimana uap sama sekali tidak mengandung air. Untuk keperluan sterilisasi kualitas uap sebaiknya antara 97-100%. Kualitas uap dibawah 100% tidak akan mempengaruhi proses sterilisasi tetapi dapat menyebabkan pembasahan pada pembungkus atau packing. Kualitas uap yang rendah dapat disebabkan oleh: - Boiler yang bekerja kurang baik - Pemeliharaan distribusi uap yang kurang baik - Kegagalan jaket pemerangkap uap pada mesin sterilisasi. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan proses sterilisasi uap meliputi waktu, suhu dan kelembaban. 1. Fase Siklus Sterilisasi Uap Fase-fase yang terjadi pada satu siklus sterilisasi uap meliputi: 1. Fase pemanasan(conditioning) 2. Fase pemaparan uap (exposure) 3. Fase pembuangan (exhaust) 4. Fase pengeringan Fase pemanasan merupakan fase awal dari siklus sterilisasi uap. Pada fase ini selain terjadi proses pemvakuman chamber juga jacket chamber mengalami pemanasan. Pemanasan ini dimaksudkan agar ketika uap masuk maka perbedaan suhu antara chamber dan uap tidak terlalu tinggi sehingga dapat meminimalisir terbentuknya kondensat. Uap akan terus masuk ke dalam chamber, namun kali ini pada kondisi ruang yang tertutup secara rapat. Tekanan akan naik, demikian pula dengan suhu ruangannya sampai tercapai suhu sterilisasi yang diharapkan. Baru kemudian sistem pengontrolan pemaparan uap bekerja mempertahankan suhu dan tekanan ruangan.

20

Pada fase inilah sebetulnya terjadi proses sterilisasi. Suhu yang biasanya digunakan antara lain 121oC dan 134 oC. Setelah waktu pemaparan pada suhu tertentu tercapai, valve drainase akan terbuka sehingga terjadi penurunan kembali tekanan dalam chamber. Fase ini dikenal sebagai fase pengeluaran atau fase exhaust. Baru kemudian udara secara gradual di introduksi kembali sampai tercapai tekanan atmosfir sehingga terjadi pengeringan dari alat yang disterilkan. 2. Tekanan supply uap Sebaiknya diperiksa setiap minggu oleh bagian teknik rumah sakit sehingga memenuhi persyaratan spesifikasi pabrik pembuat mesin. 3. Memasukkan barang pada mesin Penataan barang di dalam mesin ikut menentukan keberhasilan proses sterilisasi.. Penataan barang yang benar akan memudahkan proses pengosongan udara dari chamber, memudahkan uap berpenetrasi ke dalam kemasan dan akan mencegah terbentuknya kondensat berlebihan yang akan menyebabkan kemasan basah. Kemasan linen sebaiknya diposisikan secara vertikal untuk memudahkan uap berpenetrasi pada kemasan dan memudahkan pengosongan udara. Pengisian chamber mesin dengan barang sebaiknya memanfaatkan 75% dari kapasitas chamber. 4. Mengeluarkan barang dari mesin  Isi chamber harus dibiarkan dalam mesin sampai semua uap keluar dari chamber dan barang sudah mengalami proses pendinginan.  Tidak diperbolehkan memakai pendingin baik dengan kipas atau blower AC.  Untuk mencegah masuknya lembab (dapat membawa mikroorganisme) ke dalam kemasan, barang-barang steril hanya boleh ditangani setelah mengalami pendinginan secara sempurna.  Pada saat proses pendinginan, barang steril tidak boleh diletakkan pada permukaan logam karena akan terjadi proses kondensasi pada barang sehingga terjadi rekontaminasi.  Sebelum didistribusikan, barang steril disimpan dalam almari khusus di ruang penyimpan barang steril. 5. Beberapa program sterilisasi dengan sterilisator uap (autoklaf) Getinge a. Sterilisasi dengan autoklaf Getinge program P-1 / Prevac 1 Sterilisasi dengan program ini digunakan untuk kain tenun, kasa, kapas lidi, dan instrumen logam yang telah dikemas. Suhu pemanasan 135oC, lama pemanasan pada suhu tersebut selama 7 menit. Bila kain tenun/kasa/instrumen dikemas dalam tromol, selama sterilisasi pori-pori tromol harus dalam keadan terbuka agar bisa ditembus uap panas. b. Sterilisasi dengan autoklaf Getinge program P-2 / Program gravity Digunakan untuk sterilisasi sarung tangan karet, kateter karet dan bahan lain yang terbuat dari karet/plastik (misal tabung spuit) yang telah dikemas. Suhu pemanasan 121oC, dengan lama pemanasan pada suhu tersebut selama 20 menit. c. Sterilisasi dengan autoklaf Getinge program P-3 / B & D Test Digunakan untuk Bowie –Dick Test d. Sterilisasi dengan autoklaf Getinge program P-4 Digunakan untuk sterilisasi instrumen logam yang diletakkan dalam bak/tromol terbuka, botol kaca, bak/tromol kosong, dan kapas lidi. Suhu pemanasan 135oC, dengan lama pemanasan pada susu tersebut selama 3,5 menit. Selama sterilisasi bak/tromol harus dalam keadaan terbuka dan segera menutup bak/tromol tersebut jika proses sterilisasi telah selesai.

21

e. Sterilisasi dengan autoklaf Getinge program P-5 Digunakan untuk semua jenis alat yang tidak tahan panas ( karet, plastik ) f. Sterilisasi dengan autoklaf Getinge program P-6 Digunakan untuk tes kebocoran / Leak Test 6. Proses Sterilisasi  Masukkan barang yang akan disterilkan ke dalam autoklaf, barang yang lebih berat diletakkan di sebelah bawah tabung/ruang, barang yang berbentuk wadah diletakkan secara terbalik/posisi lubang di bawah.  Periksa tekanan suplai uap air pada tampilan di pintu luar autoklaf minimal menunjukkan 250 kpa.  Tutup pintu autoklaf.  Tekan tombol “start”, tahapan proses sterilisasi dapat dilihat/dinyatakan dengan menyalakan tombol “pre treatment”, “sterilising” dan “post treatment”. Jangan mengubah program pada saat proses sterilisasi sedang berlangsung.  Bila tombol “proses end” menyala, adalah tanda bahwa proses sterilisasi telah selesai, buka pintu dengan melepaskan sistem penguncian.  Bila barang yang disterilkan dikehendaki lebih kering dan waktunya memungkinkan maka diamkan sebentar barang di dalam dengan pintu pintu terbuka sedikit sebelum dikeluarkan dari autoklaf. Selama proses sterilisasi dengan autoklaf, petugas UNIT STERILISASImerekam data proses sterilisasi dengan kertas grafik dan mencatat dalam Buku Laporan Sterilisasi.

IV. LOGISTIK

PERALATAN YANG ADA DI UNIT STERILISASI 1. Peralatan medik a. b. c. d. e.

Sterilisator uap panas (autoklaf) merek Getinge Sterilisator uap panas ( autoclave) merk Delta Clave Troli pengangkut Lemari penyimpan barang steril Rak penyimpanan barang steril

1. Peralatan non medic

22

: 1 unit : 1 unit : 2 unit : 1 unit : 1 unit

a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q.

Meja stainless steel : 1 buah Meja kayu : 1 buah Kursi kayu panjang : 1 stel Kursi : 3 buah Lemari : 2 unit Alat pelindung: apron, masker, kaca mata, topi, sarung tangan, alas kaki khusus Wash bak : 3 unit Ember : 9 buah Baskom : 5 buah Tromol : 5 buah Kontainer plastik : 5 buah Bahan pengemas Alat pengering Alat pencuci Jam dinding : 2 buah Alat pembersih ruangan Alat pendingin ruangan AC Split :1 buah

3. Bahan/zat kimia a. Indikator external / Label b. Deterjen c. Disinfektan: Clorin tablet d. Kapas, lidi e. Pembersih lantai, sink, dinding/ruangan

V.

KESELAMATAN PASIEN Kejadian infkesi Nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat dirumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit infeksi nosokomial merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian pasien namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama di rumah sakit ini berarti pasien membayar lebih mahal .

PENCEGAHAN KECELAKAAN PADA PASIEN Petugas unit sterilisasi bertanggung jawab terhadap pencegahan kecelakaan pada pasien sehubungan dengan alat/instrumen yang digunakan. Melakukan proses dekontaminasi, disinfeksi, pengemasan, sterilisasi dan penanganan barang steril secara aseptik dan sesuai SOP yang ditetapkan merupakan cara terbaik mencegah terjadinya kecelakaan/luka pada pasien. Pasien penerima barang yang belum diuji kelayakan fungsi dan cara pakainya dapat mengalami komplikasi atau penundaan tindakan. Alat terkontaminasi atau on-steril apabila digunakan pada pasien dapat menimbulkan infeksi nosokomial. Saran Tindakan Aman a. Setiap melakukan kegiatan di unit sterilisasi lakukan kebersihan tangan b. Lakukan pengujian terhadap instrumen/alat sebelum didistribusikan. c. Pastikan bahwa semua barang telah didekontaminasi dan bebas dari kotoran, kerusakan atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang/alat.

23

d. Pastikan bahwa barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat transportasi menuju ruang dekontaminasi. e. Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisasi diuji secara teratur dan dijamin dengan baik. f. Pastikan bahwa semua komponen instrumen berada dalam keadaan lengkap dan berfungsi secara normal. g. Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi udara dalam chamber. KETERKAITAN UNIT STERILISASIDENGAN KESELAMATAN PASIEN

Kebersihan tangan

Proses Dekontaminasi

Proses Strerilisasi

Penyimpanan dan Distribusi Peralatan Steril

VI.

Tidak menjaga kebersihan tangan

Melakukan Dekontaminasi

Keselamatan pasien

Keselamatan pasien

Tidak sesuai SPO - Human Error - Mekanik - Kesalahan-kesalahan pengelolaan peralatan medis

- Ruang Penyimpanan tidak standar - Transportasi yang tidak benar

Keselamatan pasien

Keselamatan pasien

KESELAMATAN KERJA A. ALAT PELINDUNG DIRI Untuk melindungi petugas dari kontaminasi, petugas UNIT STERILISASIharus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti apron lengan panjang yang tahan terhadap cairan kimia, penutup kepala, masker dan kaca mata pelindung, khususnya untuk staf saat melakukan prosedur yang memungkinkan cipratan atau kontaminasi dari cairan yang mengandung darah atau cairan tubuh lainnya. Harus ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi dan sepatu tahan air. Masker dan kaca mata pelindung harus dilepas saat meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung tangan, gaun pelindung dan kaca mata pelindung harus dicuci setiap hari. Alat pelindung yang dipakai ulang harus dicuci setelah setiap pemakaian. B. PENCEGAHAN KECELAKAAN PADA PETUGAS Pada dasarnya kecelakaan kerja dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya. Semua petugas UNIT STERILISASI mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan di lingkungan UNIT STERILISASIsecara

24

aman, sehingga semua petugas harus mengetahui potensi bahaya dari pekerjaan yang dilakukannya. 1. Penerimaan Barang Kotor dan Daerah Kontaminasi Bahaya paparan darah dan cairan tubuh lainnya, maupun zat kimia di lingkungan UNIT STERILISASIdapat mengakibatkan luka dan penyakit. Upaya pencegahan dapat dilakukan secara efektif menggunakan pelindung diri: sarung tangan, penutup kepala, penutup kaki, gaun anti cairan, masker, maupun kaca mata pelindung. Seluruh petugas UNIT STERILISASIbertanggung jawab untuk melindungi dirinya dengan menggunakan alat pelindung diri secara benar. Saran Tindakan Aman a. b.

c. d.

e. f.

Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi barang terkontaminsi tanpa dapat melihat secara jelas isi dari wadah tadi. Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pandangan terhadap alat-alat, lalu pindahkan alat/instrumen satu per satu. Pada saat transportasi, pastikan agar bagian runcing dari instrumen mengarah berlawanan terhadap tubuh kita. Buang sampah benda tajam (jarum suntik, silet) ke dalam wadah tahan tusukan, jangan pada tempat sampah biasa. Ikuti petunjuk pabrik mengenai penggunaan zat kimia secara aman dan gunakan alat pelindung diri untuk mencegah paparan zat kimia terhadap kulit dan membrana mukosa (selaput lendir) yang dapat menyebabkan luka bakar kimia. Berhati-hatilah apabila mendekati area yang berair (area dekontaminasi dan pencucian), pastikan lantai tidak licin. Pada waktu mencuci instrumen di dalam bak, gosoklah instrumen di bawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol yang dapat terhirup.

2. Proses sterilisasi Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang telah mendapat pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara menggunakan mesin sterilisasi yang benar, sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dapat diperkecil dan upaya penyediaan barang steril lebih terjamin. Jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit maupun selaput lendir yang disebabkan oleh kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun akibat terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas (misalnya sterilisator uap, sterilisator panas kering). Selain itu juga dapat terjadi luka pada mata akibat cipratan zat kimia, sehingga diperlukan alat pelindung mata. Saran tindakan aman a. Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani obyek bersuhu tinggi. b. Hati-hati pada saat menggunakan “sealer panas” dan pemotong kantong sterilisasi (pouches). c. Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih. C. PENANGANAN ZAT-ZAT KIMIA DI UNIT STERILISASI Mengingat banyak zat kimia yang digunakan di UNIT STERILISASIbersifat toksik, maka penanganan zat kimia di UNIT STERILISASIsangat perlu diperhatikan. Hal ini penting, karena apabila tidak ditangani secara baik dapat membahayakan baik bagi petugas maupun pasien. 1. LYSOL Lysol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat, hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbol kreolin dan likresol. Lisol banyak

25

digunakan sebagai disinfektan rumah tangga untuk membersihkan lantai, kamar mandi/WC dan menghilangkan bau busuk. Dalam bidang kesehatan digunakan sebagai larutan antiseptik dengan konsentrasi antara 1%-2%. Dosis letal oral pada manusia adalah 140 mg/kgBB. Bahaya utama pada kesehatan Pada kulit dan mukosa: Gatal dan mati rasa. Pada keadaan berulang atau berat: kemerahan, gatal, dan luka bakar Paparan kronis pada kulit: dapat timbul dermatitis kontak yang antara lain ditandai oleh eritema dan vesikel. Paparan pada mata: Iritasi konjungtiva, kornea berwarna putih, edema palpebra, dan iritis. Efek sistemik: nyeri kepala, nausea, diare, lemah, pusing, dispnea, penglihatan kabur, nyeri abdomen, muntah dan rash. Jika konsentrasi fenol >5% dapat menyebabkan luka bakar pada mulut dan esofagus. Efek pada sistem kardiovaskuler: hipotensi, syok. Efek pada ginjal: Urin berwarna gelap karena hemoglobinuria. Efek pada pernafasan: depresi pernafasan dan gagal nafas. Tindakan pertolongan bila terhirup : - Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik. Tindakan pertolongan pada pemaparan mata:  

Tengadahkan kepala dan miring ke sisi mata yang terkena. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit.  Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.  Jangan biarkan korban menggosok mata.  Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata. Tindakan pertolongan paparan gastrointestinal:   

Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk pengenceran. Untuk dewasa maksimal 250 cc sekali minum, anak-anak 100 ml. Tidak boleh dirangsang muntah dan diberikan karbon aktif. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.

Tindakan pertolongan paparan pada kulit:      

Bawa pasien segera ke kran terdekat. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan. Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup. Pada saat memberi pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, apron. Keringkan dengan handuk kering dan lembut.

2. NATRIUM HIPOKLORIT Larutan Natrium Hipoklorit (NaOCl) 5-10% biasa digunakan sebagai pemutih (contoh Bayclin). Selain itu, larutan ini juga digunakan sebagai disinfektan. Pada konsentrasi >20% zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan berbahaya karena jika kontak dengan asam lambung akan melepaskan asam klorat dan gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup dapat menyebabkan kerusakan paru-paru.

26

Bahaya utama terhadap kesehatan Inhalasi: Bila terhirup, tenggorokan akan terasa sakit, iritasi saluran pernafasan, batuk, sesak nafas dan edema paru-paru. Kontak kulit: Kulit memerah, terasa perih, iritasi lokal dan erupsi. Kontak mata: Mata memerah, korosif, perih, penglihatan kabur. Tertelan: Pada konsentrasi 3%-5% mulut dan tenggorokan terasa terbakar, iritasi mulut dan faring, edema faring dan laring, mual, muntah. Pada konsentrasi lebih pekat nyeri telan, salivasi, tenggorokan, dan perut terasa sangat nyeri. Tindakan pertolongan bila terhirup : - Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik. Tindakan pertolongan pada pemaparan mata:  Tengadahkan kepala dan miring ke sisi mata yang terkena.  Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit.  Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.  Jangan biarkan korban menggosok mata. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan paparan pada kulit:      

Bawa pasien segera ke kran terdekat. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan. Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup. Pada saat memberi pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, apron. Keringkan dengan handuk kering dan lembut.

Tindakan pertolongan paparan gastrointestinal    

Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, anak-anak 100 ml. Tidak boleh dirangsang muntah dan diberikan karbon aktif. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi. Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antasida.

3. Glutaraldehyde / Cocpropylene Diamine Umumnya digunakan sebagai desinfektan. Bahaya terhadap kesehatan Jika tertelan muntah, Jika terhirup Kontak kulit Kontak mata

27

: Menyebabkan luka korosif mukosa gastrointestinal disertai mual, perdarahan. : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme. : Iritasi pada kulit : Iritasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat menyebabkan kornea

buram dan buta. Tindakan pertolongan bia terhirup : - Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik. Tindakan pertolongan pada pemaparan mata:  Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena.  Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit.  Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.  Jangan biarkan korban menggosok mata. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata  Tindakan pertolongan paparan pada kulit:  Bawa pasien segera ke kran terdekat.  Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit.  Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan.  Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.  Pada saat memberi pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, apron.  Keringkan dengan handuk kering dan lembut.

Tindakan pertolongan paparan gastrointestinal  Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-anak maksimal 100 ml.  Tidak boleh dirangsang muntah dan diberikan karbon aktif.  Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.

VII.

PENGENDALIAN MUTU Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk steril dan harus ada jaminan barang yang telah disterilkan benar-benar steril. maka harus dilakukan monitor proses sterilisasi untuk memberi jaminan bahwa parameter yang ditentukan dalam proses sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik. Selain itu, juga harus dilakukan evaluasi mutu hasil sterilisasi untuk mengetahui apakah barang/alat yang disterilkan sudah betul-betul steril. Beberapa hal berkaitan dengan proses sterilisasi uap dengan mesin tipe prevacuum yang perlu dipantau antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Thermocouples, Uji kebocoran (leak rate test), Uji pengosongan udara (tes Bowie-Dick) Pencatatan suhu (thermograph), Indikator kimia pada kemasan, Indikator Biologis (Bacillus stearothermophilus)

A. Kontrol Kualitas Sterilisasi Kontrol proses sterilisasi yang ketat memberi jaminan bawa peralatan medis yang kita sediakan adalah benar-benar steril dengan melakukan kultur atau uji sterilitas setiap produk yang disterilkan. Tapi cara ini tidak praktis dan mahal, maka solusinya perlu dilakukan Monitoring Proses Sterilisasi, yatu memonitor proses sterilisasi untuk memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang ditentukan dalam proses sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik

28

Hal-Hal yang harus diperhatikan untuk control kualitas : 1. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan. Setiap kemasan yang disterilkan harus mencantumkan identitas berupa nomot lot yang mencakup : nomor mesin sterilisasi. Tanggal proses sterilisasi dan keterangan siklus ke berapa dari mesin sterilsasi. Alasan : Identifikasi ini akan memudahkan pada saat diperlukan melakukan recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah didistribusikan. 2. Data mesin Sterilisasi Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan informasi berikut harus didokumentasikan : a. Nomor lot b. Informasi umum kemasan ( linen, instrumen ) c. Waktu pemaparan dan suhu ( kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi ) d. Nama Operator e. Data hasil pengujian biologis f. Data respons terhadap indikator kimia g. Data hasil uji Bowie-Dick 3. Waktu Kadaluarsa Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan rotasi stok B. MONITORING PROSES STERILISASI Monitoring proses sterilisasi dilakukan dengan menggunakan indikator sterilisasi. Jenis-jenis Indikator Sterilisasi: 1.

Indikator Mekanik Indikator mekanik adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi seperti gauge, tebel, dan indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan apakah alat sterilisasi bekerja dengan baik. Pengukuran suhu dan tekanan merupakan fungsi penting dari sistem monitoring. Bila indikator mekanik berfungsi dengan baik, akan memberikan informasi segera mengenai suhu, tekanan, waktu dan fungsi mekanik lain dari alat. Karena bersifat mekanis, maka bila tidak dilakukan kalibrasi alat dengan tepat atau pemakaian yang terlalu sering dapat memberikan informasi yang tidak tepat.

2.

Indikator kimia Adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada obyek yang disterilkan yang ditandai dengan adanya perubahan warna. Indikator kimia diproduksi dalam berbagai bentuk (strip, tape, kartu, vial). Yang dipakai di Unit Sterilisasi berupa tape. Indikator ini memberikan informasi kondisi steril pada tiap kemasan (pack by pack basis), sehingga selain digunakan di luar, ada juga yang diletakkan di dalam kemasan.

Klasifikasi indikator kimia: a.

Kelas 1: indikator eksternal dan indikator internal Indikator eksternal, contoh: Autoclave tape Berbentuk tape (pita), dan digunakan di bagian luar setiap kemasan. Dengan terjadinya perubahan warna, indikator ini memberi informasi:   

29

bahwa bagian luar kemasan telah melewati proses sterilisasi. membedakan antara benda yang sudah dan belum disterilkan, dan berfungsi sebagai segel/pengaman kemasan. Indikator internal, contoh: Comply (3M)

Indikator ini berbentuk strip dan pemakaiannya diletakkan dalam tiap kemasan. Melalui perubahan warna yang terjadi, indikator ini memberi informasi bahwa benda dalam kemasan telah melewati proses sterilisasi, yang berarti pula sterilan telah berpenetrasi ke dalam kemasan. b.

Indikator Bowie-dick Indikator ini digunakan untuk menilai efisiensi pompa vakum pada alat sterilisasi, serta untuk mengetahui adanya kebocoran udara dalam ruang sterilisasi. Indikator ini hanya digunakan pada metode sterilisasi uap panas yang menggunakan sistem vakum. Bila alat sterilisasi sudah dilengkapi dengan perangkat untuk menguji kebocoran udara, maka tidak perlu lagi dilakukan tes Bowie-Dick. Tes Bowie-Dick dilakukan dengan Bowie-Dick dengan kemasan kertas dan dalam kemasan tabung. Lembar tes Bowie-dick diletakkan di tengah-tengah kemasan. Kemasan uji dimasukkan dalam sterilisator yang kosong, tepatnya di bagian depan bawah, di atas drain. Kemudian dilakukan sterilisasi pada suhu 132oC-134oC selama 3,5 - 4 menit (perhitungan waktu mulai dilakukan saat suhu menunjukkan 132oC). Setelah selesai, lembaran tes dievaluasi. Hasil yang baik ditandai dengan perubahan warna dari putih menjadi hitam merata. Bila warna tidak merata, maka diduga masih ada udara yang tertinggal dalam ruang sterilisasi yang berarti kerusakan pompa vakum dari alat. Indikator kimia lainnya meliputi indikator kelas 3 (Indikator single parameter), kelas 4 (Indikator multiparameter), kelas 5 (Integrator), dan kelas 6 (Emulgator) tidak dilakukan di Unit Sterilisasi Rumah Sakit RK.Charitas, karena tidak direkomendasikan oleh berbagai organisasi (AAMI, AORN, CDC, JC) sebagai bagian dari program jaminan sterilitas.

3.

Indikator Biologi Adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu. Prinsip kerja dari indikator biologi adalah dengan mensterilkan spora hidup yang non patogenik dan sangat resisten dalam jumlah tertentu. Apabila selama proses sterilisasi spora tersebut terbunuh, maka diasumsikan bahwa mikroorganisme lainnya juga ikut terbunuh dan benda yang disterilkan bisa disebut steril. Indikator biologi tersedia untuk metode sterilisasi uap panas, gas etilen oksid dan panas kering. Indikator biologi yang digunakan adalah ampul Attest. Ampul dimasukkan pada bagian tengah kemasan uji. Kemasan uji tersebut diletakkan pada bagian depan bawah di atas drain, bersama barang lain yang akan disterilkan. Lakukan sterilisasi sesuai suhu yang diinginkan. Setelah sterilisasi selesai, indikator diaktifkan (ampul dipecah), kemudian dimasukkan dalam inkubator (suhu 57oC selama 24-48 jam). Bila selama proses sterilisasi spora terbunuh, maka tidak akan terjadi perubahan warna (tetap berwarna ungu). Ini berarti proses sterilisasi telah tercapai. Sebaliknya bila spora dapat bertahan maka dalam media pertumbuhan akan terjadi pembentukan asam yang dapat mengakibatkan perubahan warna. Sampai saat ini indikator biologi merupakan referensi dasar untuk menentukan tercapainya kondisi steril.

30

C. MONITORING MUTU HASIL STERILISASI 1. Uji sterilitas dengan pembiakan/kultur Di RSUD Kardinahmonitoring mutu hasil sterilisasi dilakukan dengan cara pembiakan/kultur yang dilakukan tiap 6 bulan sekali. Bahan uji meliputi instrumen, kassa, kapas lidi, kain tenun , botol kosong, dan selang yang telah disterilkan. Bahan tersebut dikirim ke Labkesda untuk dilakukan pembiakan. Apabila tidak tumbuh kuman maka kualitas hasil sterilisasi dikatakan baik. Hasil kultur dilaporkan kepada direktur.

2. Surveilans kejadian infeksi luka operasi Salah satu dampak terpenting akibat mutu hasil sterilisasi yang kurang baik adalah terjadinya infeksi luka operasi, oleh karena itu salah satu cara memonitor mutu hasil sterilisasi adalah dengan memantau terjadinya kasus infeksi luka operasi. Pemantauan dilakukan setiap hari pada semua pasien paska operasi. Yang dipantau adalah ada/tidaknya gejala/tanda infeksi luka operasi sesuai kriteria diagnosis infeksi luka operasi. D. MONITORING MUTU AIR BERSIH Untuk mengetahui mutu air bersih yang digunakan di Unit Sterilisasi, dilakukan pemeriksaan mutu air bersih tiap 3 bulan sekali untuk pemeriksaan Kimia dan 1 bulan sekali untuk pemeriksaan Mikrobiologi. Sampel diambil dari kran pemakaian Unit Sterilisasi, pengambilan dilakukan oleh petugas pengelola air bersih dari Bagian Sanitasi. Selanjutnya sampel dikirim ke Labkesda untuk diperiksa apakah memenuhi syarat mutu air bersih/tidak. Bila hasil belum baik, maka dilakukan tindak lanjut berupa pengurasan bak penampung dan pembubuhan kaporit sesuai prosedur.

31

VIII.

PENUTUP EVALUASI DAN TINDAK LANJUT Salah satu cara untuk menilai kemajuan atau keberhasilan suatu program/kegiatan adalah dengan cara melakukan evaluasi. Di bagian unit sterilisasi evaluasi yang dilakukan meliputi: 1. Proses sterilisasi Dilakukan dengan menggunakan indikator baik indikator fisik/mekanik, kimia, maupun biologi. Bila hasilnya tidak bagus berarti ada gangguan pada sterilisator dan segera dilakukan perbaikan. 2. Mutu hasil sterilisasi Dilakukan dengan cara uji mikrobiologis dengan biakan/kultur. Bila hasilnya masih tumbuh kuman berarti mutu sterilisasi jelek, sehingga harus dicari penyebabnya apakah pada alat, sumber daya manusia (petugas), pelaksanaan SOP yang tidak benar atau SOPnya yang kurang sesuai dan segera dilakukan perbaikan. 3. Pelaksanaan prosedur tetap unit sterilisasi Evaluasi pelaksanaan prosedur tetap dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh prosedur tetap itu dilaksanakan oleh petugas. Evaluasi dilakukan 1 kali /tahun, dengan cara mengobservasi petugas dalam melakukan prosedur tertentu, dengan menggunakan instrumen yang berisi hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang petugas dalam melaksanakan suatu prosedur tertentu. Bila nilainya masih kurang dari 75% maka harus dilakukan sosialisasi ulang. 4. Pelayanan unit sterilisasi Evaluasi pelayanan unit sterilisasi dilakukan dengan cara membagi kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan antara lain tentang: - pemenuhan kebutuhan barang steril di unit masing-masing - kecepatan pelayanan unit sterilisasi - komunikasi petugas - kritik dan saran - dan sebagainya Kuesioner dibagikan kepada seluruh unit terkait, hasilnya direkapitulasi dan dievaluasi. Bila masih banyak yang menjawab kurang memuaskan maka segera dilakukan perbaikan sesuai permasalahan yang masih ada. Kritik dan saran segera ditindaklanjuti. 5. Mutu air bersih unit sterilisasi Dilakukan tiap 4 bulan sekali. Sampel air dari kran unit sterilisasi dikirim ke Labkesda untuk dilakukan uji mutu air bersih. Bila hasilnya belum baik, dicari penyebabnya dan dilakukan tindak lanjut, dapat berupa pengurasan bak, pembersihan saluran, dan pembubuhan kaporit. 6. Pemeriksaan mikrobiologi ruang penyimpan barang steril (udara, AC, almari) Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi sterilitas ruangan dan mengetahui pola kuman. Dilakukan dengan kultur udara dan usapan pada AC dan almari penyimpan.

32

Pelaksanaan dilakukan oleh petugas Labkesda. Hasil kultur dievaluasi, bila msih didapatkan kuman, segera dilakukan sterilitas ruangan dengan fogging serta pembersihan Ac dan lemari secara lebih intensif dengan larutan presept.

Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjadi tantangan yang harus diantisipasi para praktisi pelayanan kesehatan. Selain itu kita juga dituntut memberikan pelayanan yang profesinal dengan diberlakukannya undang-undang tentang Praktek Kedokteran yang ditujukan bagi kepastian hukum baik bagi penerima pelayanan maupun pemberi pelayanan kesehatan. Kejadian infksi Nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat dirumah sakit. Bagi pasien dirumah sakit infeksi nosokomial merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian pasien namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama dirumah sakit ini berarti pasien membayar lebih mahal . Pencegahan dan Pengendalian infeksi dirumah sakit (PPIRS) merupakan kegiatan yang sangat penting dan salah satu faktor yang mendukung untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan erat kaitannya dengan citra rumah sakit. Oleh karena itu pencegahan dan pengendalian infeksi perlu diperhatikan. Salah satu upaya untuk menekan kejadian infeksi nosokomial adalah dengan melaksanakan pelayanan Unit sterilisasi yang baik. Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan pusat sterilisasi menjadi tanggung jawab petugas pusat sterilisasi Setelah dilakukan pembekalan terhadap petugas terhadap bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan pusat sterilisasi. Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang dapat ditimbulkan. Dengan memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan.

33

PEDOMAN PELAYANAN UNIT STERILISASI RSUD KARDINAH KOTA TEGAL

34

Related Documents


More Documents from "dinaselv"