BAB I PENGENALAN BAHAN URINE
A. LANGKAH PENGENALAN B. PENGAMBILAN BAHAN URINE PENGENALAN BAHAN URINE TUJUAN
:
Mengenal Bahan pemeriksaan urine
A.LANGKAH PENGENALAN : 1. Apakah Urine Itu ? Urine adalah bahan buangan tubuh yang berupa cairan yang dikeluarkan melalui sistem Urogenital 2. Mengapa kita perlu memeriksa urine ? Sebab hasil ketidak normalan dari urine dapat memberikan gambaran dalam membantu diagnosa pada kelainan dari alat-alat ginjal,saluran urine ,faal hati,saluran empedu,kelenjar pankreas,dibagian corty ginjal,di kelenjar adrenal dll. 3. Perlukah kita memilih sample urine ? Perlu sekali sebab dengan mengambil sample urine yang tepat ,dengan pemeriksaan yang diminta,hasilnya akan memberikan data-data yang diharapkan ssehingga akan membantu sekali dalam diagnosa penyakit. Contoh bahan urine yang manakah yang saudara ketahui? a. Urine sewaktu: adalah urine yang dikeluarkan oleh pasien pada waktu yang tidak ditentukan khusus dan diambil pada saat mau digunakan untuk pemeriksaan ( urine sewaktu baik digunakan untuk pemeriksaan urine rutin). b. Urine pagi adalah urine yang dikeluarkan pada waktu pagi hari setelah bangun tidur.Urinenya lebih pekat dari urine siang hari,baik digunakan untuk pemeriksaan tes kehamilan (HCG) & untuk bj protein & untuk pemeriksaan sediment. c. Urine Post Prandial Adalah urine yang dikeluarkan pertama kali setelah makan(Diambil 1,1/2 3jam setelah makan) baik digunakan untuk pemeriksaan glukosuria (untuk mengetahui glukosa dalam urin)..
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 1
d. Urin 24 jam Adalah urine yang dikumpulkan selama 24 jam,digunakan untuk pemeriksaan metabolit dalam tubuh. Cara pengambilan bahan urine 24 jam : 1. Jam .7.00 pagi pasien disuruh buang air kecil dan seluruh urine yang didapat ditampung dan dicatat pula waktu kencingnya. 2. Setelah itu seluruh urine pasien tersebut ditampung dalam satu wadah urine yang disediahkan selama 24 jam,yaitu sampai jam 7.00 pagi hari berikutnya. 3. Kemudian wadah urine ditutup rapat dan dibawa ketempat pemeriksaan
e.
1.
2. 3.
Keterangan: Urine 24 jam dapat dipakai utuk pemeriksaan khusus mis:Diabetes Mellitus,Protein Urine 24 jam. Urine 3 gelas dan urine 2 gelas: Adalah urine khusus yang diambil dari pasien yang tersangka ada radang karena adanya nanah atau darah dalam urine laki-laki. Contoh :Sediahkan 3 gelas penampung urine dan selama 3 jam tidak boleh berkemih. Kedalam gelas pertama ditampung urine 20 – 30 ml urine .Dalam urine ini akan berisi sel-sel dari post anterior dan post prostetika juga sel – sel dari tempat-tempat yang lebih proximal. Kedalam gelas kedua diisi urine lanjutan kesatu,disini berisi sel dari kantong kencing. Kedalam gelas ketiga ditampung lagi urine lanjutan dari gelas kedua ,disini akan didapat unsur khusus dari post prostetika serta getah prostat yang terpisah bersama air kemih.Untuk mendapatkan urine 2 gelas sama seperti di atas hanya urine ditampung dalam 2 buah gelas dan diisi 50 – 75 ml.
5.Apakah urine harus diperiksa extemporer (segar ) ?
Sebaiknya urine diperiksa selama masih segar atau baru.Jika dilamakan diduga akan terjadi perubahan kuman –kuman.Supaya tidak terlalu banyak perubahan harus disimpan ditempat dingin ( 40 C ) dengan botol tertutup rapat. Bakteri-bakteri merubah urine membentuk amoniak dan CO2 .Amoniak merubah pH menjadi basa dan jadilah pengendapan calsium dan magnesium fosfat.Suasana basa merusak silinder cast dan sedimen.Glucosa akan diuraikan oleh bakteri dan hilang dari urine ,tanpa ada bakteri dalam urine yang dibiarkan lama akan berubah susunannya .Untuk mengurangi hal itu perlu memakai pengawet ,meskipun pengawet terssebut tidak dapat semuanya melindungi urine secara utuh. Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 2
6. Zat apa saja yang dapat dipakai sebagai pengawet ?
Toluena Pengawet ini mungkin yang terbaik lebih-lebih bila ditempatkan ditempat yang dingin bisa menghambat kerja bakteri.Dapat dipakai dalam pemeriksaan glukosa urine ,aceton dan asam diacet ,untuk urine 24 jam cukup 25 ml Toluena.
Thymol. Sebutir Thymol dapat dimasukkan dalam urine 24 jam. Formaldehida. Untuk mengawetkan urine 24 jam tambah 1-2 ml formaldehida kocok hingga homogen ; urine ini baik untuk pemeriksaan sedimen.Bila terlalu banyak reaksi benedict bisa positif (+) Asam sulfat pekat Asam sulfat ini dipakai untuk mengawetkan urine dalam pemeriksaan Ca,Nitrogen dan zat asam organik lain dengan cara menjaga asam supaya pH urine tidak kurang dari 4,5. Natrium Karbonat Khusus dipakai untuk mengawetkan urine 24 jam untuk pemeriksaan eksresi Urobilinogen dengan jalan memasukkan 5 gram natrium karbonat pada botol penampung ditambah dengan beberapa ml toluena. Catatan : Untuk beberapa pemeriksaan ada yang tidak boleh pakai pengawet mis.pemeriksaan Forfirin dalam urine.
7. Wadah urine yang bagaimana sebaiknya yang dipakai ? Syarat wadah yang sebaiknya dipakai adalah sebagai berikut : a. Botol gelas ,bermulut lebar dapat disumbat rapat. - Untuk urine sewaktu dapat dipakai botol yang volumenya 300 ml. - Untuk urine 24 jam sebaiknya botol yang lebih besar lagi.(mis. dirgen volume 2 liter ) b. Bersih dan kering ( steril lebih baik ) c. Pada botol urine tersebut diberi etiket sebagai berikut : - Nama Pasien. - Tempat pengambilan bahan - Tanggal - Jenis Urine - Pengawet yang dipakai.
B.PENGAMBILAN BAHAN URINE SENDIRI
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 3
Tujuan : Siswa mampu mengambil contoh bahan pemeriksaan urine yang baik Waktu : Alat
: -
Botol mulut besar. Prop karet yang cocok Etiket.
Keselamatan Kerja : Siswa harus selalu menganggap bahwa urine pasien merupakan sumber penularan penyakit. Langkah kerja : Persiapan : 1. Siapkan botol tempat urine kemudian bersihkan dan keringkan. 2. Tempelkan etiket yang telah ditulis dengan pensil yang berisi sebagai berikut: - Nama Pasien. - Tempat pengambilan bahan - Tanggal - Jenis Urine - Pengawet 3. Siapkan prop yang cocok kemulut botol tersebut. Pelaksanaan : 1. Bawa tempat urine tadi ke WC yang telah tersedia . 2. Tampung air kemih langsung ke dalam botol ( usahakan jangan sampai ada percikkan kepinggir botol ),bila ada percikkan harus cepat dibersihkan dengan desinfektan. 3. Tutup rapat-rapat mulut botol tersebut. 4. Tulisi etiket dibotol tersebut. 5. Bawa ketempat pemeriksaan urine untuk langsung diperiksa, Pertanyaan : 1. Mengapa harus memakai botol yang bermulut besar ? 2. Perlukah bahan pengawet untuk urine sewaktu ? Catatan : Siswa harus dapat menjelaskan bagaimana cara pengambilan urine sesuai dengan bahan pemeriksaan yang diinginkan.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 4
BAB II
PEMBUATAN REAGENSIA UNTUK PEMERIKSAAN URINE RUTIN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Reagen Asam Sulfosalysil 20 % Reagen Bang Reagen Benedict Reagen Fehling A Reagen Fehling B Reagen Esbach Reagen Causse Bonnans Standart Glucosa 0,5 % Reagen Schelisinger Reagen Ehrlich Reagen Fauchet Reagen Rothera
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 5
Tujuan : - Siswa terampil dalam membuat reagensia - Siswa cermat dan tanggap bila dalam pemeriksaan ada kesalahan Waktu : Alat
: -
Semua alat-alat gelas untuk keperluan pembuatan reagen. Semua zat-zat kimia sesuai dengan resep reagen masing-masing Aquadest Botol reagen,baik yang berwarna maupun yang putih. Etiket
Keselamatan kerja : -
Bekerja Hati-hati dan teliti Hati-Hati dengan zat kimia yang berbahaya Hati-hati dalam sistem pelarutan dan penyampuran.
LANGKAH KERJA. 1. Reagen Asam Sulfosalisil 20 % - Asam sulfosalysil Kristal = 20 gram - H2O = 100 ml - Simpan dalam botol reagen tertutup. - Etiket : Asam Sulfosalisil 20 % Untuk pemeriksaan protein urine. Di buat tanggal ............................ oleh............................. 2. Reagen Bang : - Asam Cuka Glasial = 56,5 gram - Natrium Asetat = 118 gram - Aquadest = 1000 ml - Sim pan dalam botol reagen tertutup. - Etiket : - Reagen Bang - Pemeriksaan Protein Urine - Di buat oleh .................................... tanggal ............. 3. Reagen Benediet : - CuSO4 5H2O = 17,3 gram - Natrium Citrat = 173 gram - Natrium Karbonat = 100 gram - Aquadest = 1.0000 ml - Masukkan dalam botol reagen berwarna dan tertutup. - Etiket : - Reagen Benedict - Pemeriksaan reduksi urine -Dibuat tanggal................................................oleh......................................... ...... Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 6
Catatan : a. CuSO4 dilarutkan dalam 100 ml aguadest b. Natrium Citrat dan Natrium Karbonat dilarutkan dalam 500 ml aquadest panas c. Campuran a dan b sedikit demi sedikit sambil diaduk lalu tambah aquadest hingga menjadi1000 ml ( bila keruh harus disaring ).
4. Reagen Fehling A - CuSO4 5H2O = 35 Gram - Aquadest = 1.000 ml - Masukkan dalam botol reagen berwarna dan tertutup. - Etiket : - Reagen Fehling A - Untuk pemeriksaan reduksi urine Dibuat tanggal ......................................... .............................................
oleh
5. Reagen Fehling B -
Kalium Natrium Tartrat = 173 Gram NaOH = 60 Gram Aquadest = 1.000 ml Masukkan dalam botol reagen yang berwarna dan tertutup Ertiket : - Reagen Fehling B - Untuk pemeriksaan reduksi urine Dibuat tanggal ......................................... ..........................................
oleh
6. Reagen Esbach - Asam Pikrat = 10 Gram - Asam Sitrat = 20 Gram - Aquadest = 1.000 ml - Masukkan dalam botol reagen berwarna dan tertutupnya - Ertiket : - Reagen Esbach - Untuk pemeriksaan kadar protein -Dibuat tanggal ......................................... ....................................
oleh
7. Reagen Cause Bonnans a. -
Cause Bonnans I. CuSO4 5H2O = 35 Gram H2SO4 5H2O = 5 ml Aquadest = 1.000 ml Masukkan dalam botol berwarna dan tertutup. Etiket : - Cause Bonnans I. - Untuk kadar glukose urine Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 7
Dibuat tanggal ........................................
.........................................
oleh
Catatan : Mengambil 5 ml H2SO4 pekat tidak boleh dipakai pepet isap dilakukan diilemari asam.
b. -
Cause bonnans II. Kalium Natrium Tartrat = 150 Gram NaOH = 90 Gram Aquadest = 1.000 ml Masukkan dalam botol berwarna dan tertutup. Etiket : - Reagen cause Bonnans II. - Untuk pemeriksaan kadar glukose urine Dibuat tanggal ......................................... oleh ....................................... c. Cause bonnans III. - Kalium Fersianida = 50 Gram - Aquadest = 1.000 ml - Masukkan dalam botol berwarna dan tertutup - Etiket : - Reagen cause Bonnans III. - Untuk pemeriksaan kadar glukose urine -Dibuat tanggal .........................................oleh ................................. 8. Reagen standart Glucosa 0,5 % -
Glucosa = 5 gram Aquadest = 1.000 ml Masukkan dalam botol berwarna dan tertutup Etiket : -Reagen Standart Glucosa 0,5 % -Pemeriksaan kadar lucosa urine -Di buat tanggal..........................................oleh....................................
Catatan : - Baik pelarutan dan penimbangan harus teliti - Pengukuran menggunakan labu ukur 1 liter. 9.Reagen Schelisinger. a. Zink Asetat dalam alkohol 96 % - Masukkan dalam botol reagen - Etiket : - Zink Asetat jernih - Untuk pemeriksaan urobilin urine
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 8
- Di buat tanggal .................................. oleh ....................................... 10.Reagen Erhlich. -
Paradimenthyl amino benseldehida = HCI 38% (hati - hati asam kuat ) = Aquadest = Masukkan dalam botol reagen tertutup .
2 Gram 50 ml 1.00 ml
Etiket : Reagen Erhlich Untuk pemeriksaan urobilin Di buat tanggal .................................. oleh ............................................... 11.Reagen Fouchet A. - BaCI2 = 10 Gram - Aquadest = 100 ml - Masukkan dalam botol reagen tertutup - Etiket
: BaCI2 10% Untuk pemeriksaan bilirubin
Di buat tanggal .................................. oleh .............................. B. - Na2HPO4 larutan jenuh. -Masukkan dalam botol reagen tertutup. - Etiket : Larutan Na2HPO4 Jenuh Untuk pemeriksaan Di buat tanggal ..................................... oleh ........................... Reagen Fouchet . -Asam Trichlor Asetat = 25 Gram - FeCI3 10% = 10 ml - Aquadest = 100 ml - Masukkan dalam botol reagen tertutup. - Etiket : - Reagen Fouchet - Untuk pemeriksaan bilirubin -Di buat tanggal .................................oleh .......................... 12. Reagen Rothera. - Natrium Nitroprussid 5%
=
- Aquadest
=
5 Gram 100 ml
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 9
- Amonika 10% untuk reaksi Rothera. - Larutan jenuh Amonium Sulfat untuk reaksi Rothera . - Masukkan dalam botol reagen tertutup. - Etiket
: - Reagen Natrium Nitroprussid - Reaksi Rothera – mengenal aceton urine. - Di buat tanggal ..............................oleh ............................
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 10
BAB III
PEMERIKSAAN URINE RUTIN
1. Pemeriksaan Pendahuluan : A. Pemeriksaan Jumlah Urine B. Pemeriksaan Makroskopis 2. Pemeriksaan Urine Rutin yang meliputi : A. Penentuan Berat Jenis B. Penentuan Reaksi C. Penentuan Protein D. Penentuan Reduksi E. Penentuan Aceton F. Penentuan Urobilin G. Penentuan Bilirubin 3. Pemeriksaan Sedimen Urine ( pemeriksaan Mikroskopis )
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 11
I PEMERIKSAAN PENDAHULUAN URINE
Pemeriksaan Urine Pendahuluan yang meliputi : A. B.
Pemeriksaan jumlah urine Pemeriksaan Makroskopis urine
Tujuan
: - Menentukan berapa jumlah dari urine tertentu. - Melihat keadaan morfologis dari contoh urine secara makroskropis
Waktu
:
Bahan
:
Alat -
Urine 24 jam. Urine Sewaktu – waktu . : Gelas Ukur. Tabung reaksi bersih dan jernih.
Keselamatan Kerja : Hati – hati dalam bekerja dan bahan urine harus kita anggap sebagai sumber penularan. Langkah kerja : A.Menentukan Jumlah Urine: 1. Siapkan gelas ukur yang bersih dan kering. 2.Ukur volume urine bahan. 3.Catat hasilnya. B.Pemeriksaan Makroskopis a. Pemeriksaan warna urine: 1. Siapkan tabung reaksi bersih , kering dan jernih . ( tabung harus bebas dari garis dan tidak buram ) 2. Isi tabung tersebut dengan urine sebanyak 2/3 bagian. 3. Perhatikan urine tersebut di tempat terang , kemudian catat asilnya.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 12
4. Pernyataan hasil sebagai berikut : - Tidak berwarna . - Kuning muda - Kuning tua - Kuning bercampur merah - Coklat - Coklat bercampur kuning dan hijau - Serupa susu dan sebagainya. Warna normal : Warna antara kuning muda sampai kuning tua Ketrangan
: Warna normal karena adanya urobilin dan urochroom.
Beberapa sebab warna : -
Kuning karena zat warna normal dalam jumah besar urobilin dan urochroom. Zat warna abnormal :bilirubin Obat – obatan diagnostika : rhababer , senna , cascara , santonin dsbnya.
Hijau karena : -
Zat warna normal dalam jumlah besar , misal : indikan. Obat – obatan diagnostika : methylen blue . Adanya ada kuman B pyocyaneus.
Merah karena: -
Zat warna merah dalam jumlah besar , urorythim. Zat warna abnormal :haemoglobin porfirin , par fobilin. Obat – obatan dan diagnostika : rhabarber , senna , santonin amidopirin dll. Karena bakteri B. Prodigiosus.
Coklat karena : -
Zat warna normal dalam jumlah besar misal urobilin. Zat warna abnormal : bilirubin , hematin , perfobilin.
Coklat tua atau hitam karena : -
Zat warna dalam jumlah besar misalnya indikan. Zat warna abnormal : darah tua alkapton , melanin. Obat –obatan dan diagnostika : derivat – derivat dari fenol argyral.
Serupa susu karena : -
Zat normal dalam jumlah besar , fosfat , urat. Zat abnormal : pus , getah prostat , chylus , zat lemak , bakteri , protein , yang beku. Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 13
b. Pemeriksaan Kejernihan Dan Endapan Urine : - Cara penentuan sama dangan menentukan warna urine. - Hasil-hasil dinyatakan sbb. : - jernih. -agak keruh. - keruh. - sangat keruh. Catatan: 1. Urine keruh dari mula karena : - Banyak mengandung phosphat - Adanya bakteri 2. Unsur sediment dalam jumlah besar karena : - Adanya erythrocyt yang banyak sehingga urine seperti warna daging. - Adanya leucocyte-leucocyte yang banyak - Adanya sel Epithel yang banyak jumlahnya. - Ada chylus seperti susu encer,karena banyak butir lemak. - Adanya benda Toloid. 3. Urine menjadi keruh karena dibiarkan karena : - Mebecula karena adanya lendir,sel epythel dan leucocyte yang lambat laun mengendap. - Urat-Urat amorf yang terjadi karena asam dan dingin - Adanya fosfat-fosfat amorf yang mengendap dengan karbonat yang dihasilkan urine. - Karena bakteri kontaminan mungkin dari botol yang kotor dan berkembang biak dalam urine yang ditampung. c. -
Pemeriksaan Bau Urine : Bau karena makanan : misalnya karena jengkol,pete,durian dll Bau karena obat : terpentin ,menthol,balsamun copaivae. Bau Amoniak karena terjadi perombakkan urine bakteri terutama pada urine yang sudah lama. Bau pada ketonuri urine bau menyerupai buah-buahan,karena banyak aceton. Bau busuk karena terjadi perombakkan zat protein misalnya karena adanya carsinoma.
Keterangan: Bila ada hal yang mencurigakan dari bau urine tersebut baru dilaporkan. d. Pemeriksaan Buih Urine : - Perhatikan dari buih bahan urine tersebut ada atau tidak ada.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 14
-
Kocok bahan urine tersebut maka akan terjadi buih lama hilang. Bila buih tetap ada dan lama hilang perhatikan warna dari buih tersebut. Pernyataan hasil yang dinyatakan sbb :
Tidak berbuih Sedikit buih Buih banyak Buih banyak dan lama hilang warna buih kuning
Keterangan : -
Keadaan normal : ada buih dan bila dihilangkan hilang. Banyak Bilirubin : bila dikocok banyak buih warna kuning dan buih sukar hilang.
2.PEMRIKSAAN URINE RUTIN Pemeriksaan Urine Rutin meliputi : A. B. C. D. E. F. G.
Pemeriksaan Berat Jenis Pemeriksaan reaksi Penentuan Protein Penentuan Reduksi Penentuan Aceton Penentuan Urobilin Penetuan Bilirubin
A.PENENTUAN BERAT JENIS URINE Tujuan :Untuk mengetahui berat jenis dari urine bahan dalam melengkapi diagnosa penyakit. Waktu
:
Bahan
: Urine
Alat
: -
Urinometer Termometer Bejana gelas 50 ml Kertas Tissue
Keselamatan Kerja : Kerjakan dengan hati-hati dan teliti jangan sampai alat-alat pecah. Langkah Kerja : Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 15
-
-
Siapkan tempat yang aman dan rata untuk penentuan berat jenis. Siapkan bejana gelas bersih dan kering Isi dengan urine sebanyak 2/3 volume Ukur temperatur urine dalam bejana tersebut dan dicatat. Ukur berat jenis urine dengan memasukkan urinometer pada bejana tadi dan catat hasilnya. Bersihkan kembali semua alat yang telah dipakai tadi dan simpan kembali ketempat asalnya Pembacaan misalnya : Temperatur urine 300 C Berat Jenis sementara 1.020. Urinometer ditera pada 150C Kenaikkan tiap-tiap 30 = 0,001
Perhitungan : BJ +
T.urine−T.teraurinometer
= 1.020 +
3 (30−15 ) 3
x 0,001
x 0,001
= 1.020 + 0,005 = 1.025 Jadi B.J urine = 1.025 Keterangan : -
Urinometer harus benar-benar bersih dan kering Pada waktu pembacaan urinometer harus betul-betul tegak lurus. Pembacaan skala dimana miniscus urine berhimpit dengan scala urinometer pada waktu tegak lurus tersebut. Kadar normal Berat Djenis Urine : 1.010 – 1.025.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 16
Faktor Koreksi: Pemeriksaan Berat jenis dengan menggunakan urinometer memerlukan faktor koreksi. Faktor koreksi tersebut antara lain: 1. Faktor kalibrasi dengan aquades
misal BJ aquades = 1,003 --> BJ urine jadi dikurangi 0,003 misal BJ aquades = 1,005 --> BJ urine jadi dikurangi 0,005
2. Faktor suhu
baca dahulu suhu tera urinometer kemudian tentukan suhu ruangan pengukuran tiap kenaikan 3 derajat celcius dari suhu tera urinometer ---> BJ urine + 0,001
3. Faktor pengenceran
banyak pengenceran terhadap urine x 2 angka paling belakang pada BJ urine contoh: pengenceran 2x, BJ urine 1,013 ---> 2 x 13 ---> BJ urine = 1,026
4. Faktor protein dan glukosa
tiap 1 g protein atau glukosa yang terkandung dalam urine --> BJ urine 0,003
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 17
B.PENENTUAN REAKSI URINE Tujuan : Untuk mengetahui reaksi urine ,apakah bereaksi basa atau bereaksi asam dan sampai berapa tingkatannya. Prinsif : Warna yang terbentuk setelah kertas pH dicelupkan pada urine bahan disamakan dengan war-na standart. Waktu : Bahan : Urine yang baru dan masih segar. Alat
: Set pH paper ( 1- 10 ) Set pH paper ( 5,0 – 7,0 ) Set pH paper ( 6,0 – 8,0) Atau kertas lakmus asam ( merah ) dan kertas lakmus basa ( biru ) - Pinset - Pipet Tetes - Gelas Arloji
Keselamatan Kerja : - Bekerja hati-hati supaya alat tidak pecah - Urine harus diperlakukan sebagai sumber penyakit Langkah Kerja : 1. Siapkan tempat /meja kerja sedemikian rupa sehingga bersih dan bebas dari asam dan basa. 2. Siapkan gelas arloji yang kering dan bersih dan diatasnya diletakkan sepotong kertas pH ( kertas lakmus ) 3. Teteskan urine dengan pipet tetes pada kertas pH tersebut. 4. Jepit potongan lakmus yang telah ditetesi urine dengan pinset dan samakan dengan stabdar pH serta catat hasilnya. 5. Pembacaan : - Reaksi asam ,bila lakmus merah tetap merah ,lakmus biru berwarna merah. - Reaksi basa, bila lakmus merah berwarna biru dan lakmus biru tetap biru. 6. pH paper : - Reaksi normal bila pH lebih kurang 6,0 ( 5,0 – 7,0 ) - Reaksi dinyatakan asam bila pH antara 4,5 – 5,5 - Reaksi dinyatakan basa bila pH menunjukkan antara 7,8 – 8 ke atas.
C. PENENTUAN PROTEIN URINE
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 18
Tujuan : menentukan ada tidaknya protein dalam urine bahan Waktu
:
Bahan
: Urine
Alat
:
-
Tabung reaksi Pipet 0,5 ml dan 5 ml Pipet tetes Rak Tabung
Methode : - Asam Sulfosalicylat 20 % Prinsif -
Reaksi didih Bang . : Terbentuknya reaksi precipitasi antara asam sulfosalicylat dengan protein dalam urine yang tampak kekeruhan putih seperti awan. Reagen Bang dan Protein dalam urine yang dipanaskan terjadi reaksi presipitasi dan tampak kekeruhan dan endapan putih, Dengan penambahan asam cuka zat-zat bukan protein akan larut kembali.
Reagensia : -
Asam sulfosalicylat 20 % Reagen Bang
Keselamatan kerja : Hati-hati dalam pemansan tabung reaksi pada penentuan protein methode reaksi didih Bang. Langkah Kerja : a. Menentukan Protein methode asam sulfosalysil 20 % - Pipet urine 5 ml urine dan masukkan dalam tabung reaksi yang terletak pada rak tabung . - Teteskan 2 atau 3 tetes reagen asam sulfosalisil 20 % pada tabung urine tadi. - Kocok tabung urine tersebut lalu baca dan catat hasilnya. - Pembacaan : ( + ) Bila terjadi kekeruhan ( - ) Bila urine tetap jernih - Keterangan : Reaksi asam sulfosalysilat sangat aspesifik oleh karena itu harus dilakukan reaksi pembanding.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 19
Bahan urine harus jernih dan beraksi asam dan bila perlu harus diaring dahulu.
b. Menentukan protein dalam urine methode reaksi didih Bang - Pipet 5 ml urine pada tabung reaksi - Pipet reagen didih Bang 0,5 ml dan masukkan dalam tabung yang berisi urine tsb. - Didihkan tabung reaksi tsb diatas api kecil dengan menggunakan penjepit tabung selama 10 detik, - Letakkan tabung diatas rak tabung ,perhatihkan dan catat hasilnya. - Pembacaan : ( + ) Bila urine tampak ada kekeruhan dan endapan ( - ) Bila urine tetap jernih - Keterangan : Bila urine positif ( keruh ) tetesi 3 tetes asam cuka 6 % dan perhatikan reaksinya Urine tetap keruh protein ( + ) Urine kembali jernih protein ( - )
Karena endapan bukan protein akan larut dalam asam cuka Reaksi didih Bang ini lebih spesifik dari pada asam sulfosalysilat. Untuk mengetahui berapa banyak protein yang terkandung dalam urine tersebut harus dilakukan Penentuan Kadar Protein secara / menurut Esbach.
c. Penentuan Kadar Urine Menurut Esbach Tujuan
: Menentukan banyaknya protein yang terkandung dalam bahan urine tersebut.
Waktu
:
Bahan
: Urine yang positif protein.
Methode
: Menurut Esbach
Prinsif : Reagen Esbach membentuk endapan dengan protein yang terkandung dalam urine dan Endapan tersebut dibaca pada skala yang terdapat pada tabung Esbach dinyatakan dalam permil. Reagensia
: Reagen Esbach.
Keselamatan Kerja :
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 20
Pada penyimpanan selama 24 jam dalam temperatur kamar alat Esbach harus ditempatkan ditempat aman Langkah Kerja: a. Siapkan tabung albuminometer yang bersih dan kering dan perhatikan angka skala cukup jelas atau tidak. b. Isi tabung albuminometer tersebut dengan urine sampai tanda U dan reagen tanda R kemudian dikocok sampai homogen. c. Tutup dengan penutup tabung atau gabus dan letakkan pada tempatnya yang tertutup pula simpan selam 24 jam pada temperatur kamar. d. Pembacaan : Setelah 24 jam penyimpanan baca ketinggian endapan protein tsb,menunjukkan skala berapa nilainya menunjukkan angka X ,maka kadar protein dalam urine tsb=X protein. e. Keterangan : Urine yang mau diukur kadar proteinnya harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut: Urine harus bereaksi asam atau diasamkan dengan asam tatrat terhadap lakmus. Urine harus jernih, Berat jenis urine sekitar 1.012 atau lebih kecil dan bila lebih besar urine harus diencerkan. Kadar protein harus dibawah 4% Reagen yang lebih baik bisa dipakai reagen Tsuchiya yang terdiri dari : Asam phosphat wolfromat = 1,5 gram HCl 37 % = 5 ml Alkohol 96 % = 100 ml
D.PENENTUAN REDUKSI URINE
Tujuan
: Menentukan ada tidaknya gula ( glukosa ) dalam urine bahan dengan dasar reaksi reduksi.
Waktu
:
Bahan
: Urine
Alat
:Tabung reaksi Rak tabung Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 21
Penjepit tabung Pipet 5 ml Pembakar Methode
: 1. Benedict 2. Fehling.
Prinsif :
Reagensia:
Glukosa dalam urine akan mereduksi garam kompleks dari reagen Benedict atau Fehling ( ion cupri direduksi jadi cupro ) dan mengendap dalam bentuk CuO dan Cu2O berwarna kuning hingga merah bata.
Reagen Benedict. Reagen Fehling
Keselamatan Kerja: Dalam pemanasan tabung harus hati-hati sebab bila pecah maka cairan bisa berhamburan Pemanasan dalam penangas air mendidih akan lebih aman.
Langkah Kerja : 1.Methode Benedict: a. Pipet 5 ml reagen Benedict dan masukkan dalam tabung reaksi. b. Tambahkan pada tabung reaksi 8 tetes urine bahan dan kocok hingga merata. c. Dengan menggunakan penjepit tabung didihkan tabung tadi hingga mendidih antara 1-2 menit atau rebus dalam air panas selama 5 menit. d. Simpan tabung tsb dirak tabung dan biarkan 5 menit kemudian baca hasilnya e. Hasil pembacaan: ( - ) bila cairan dalam tabung tetap biru. ( +/ - ) bila cairan berwarna hijau tanpa endapan glukosa sedikit sekali ( + ) bila cairan berwarna hijau diikuti endapan berwarna kuning ,glukosa sedikit. ( ++ ) bila endapan kuning terlihat jelas dan banyak,mengandung glukosa 0,25 % Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 22
( +++ ) bila cairan tak berwarna diikuti dengan endapan kuning jingga sampai kecoklatan ,kadar glukosa diatas 1%. f. Keterangan : Methode Benedict banyak dignakan di Lab.Klinik bila dibandingkan dengan methode Fehling ,hal ini disebabkan: Kadar uric acid dan kreatinin yang tinggi tidak dapat mereduksi Benedict tapi dapat mereduksi reagen Fehling . Pada Benedict hanya menggunakan satu jenis larutan saja sedang pada Fehling tidak. Reaksi Benedict lebih specifik dari pada reaksi Fehling. Reaksi Benedict bisa dipakai untuk menaksir kadar gula secara kasar. Pemakaian bahan urine sedikit sekali. g. Catatan: Semua peralatan yang dipakai sebelumnya telah dibersihkan dan dalam keadaan kering Bila bahan yang diperiksa bahannya banyak sebaiknya pemanasan /pendidihan dilakukan dengan cara penggodokkan dalam penanggas air. 2.Methode Fehling : a. Isi tabung reaksi denngan 2 bagian reagen Fehling A.2 bagian rreagen Fehling B dan satu bagian bahan urine ( bisa juga 2 ml Fehling A + 2 ml Fehling B + 1 ml urine /bahan ),kemudian kocok sampai rata. b. Dengan menggunakan penjepit tabung tersebut di didihkan di atas api sehingga mendidih antara 1-2 menit. c. Perhatikan reaksi yang terjadi dan catat hasilnya. d. Pembacaan : Reaksi ( - ) bila cairan didalam tabung tetap biru Reaksi ( + ) bila cairan kembali menjadi jernih diikuti dengan enapan kuning sampai merah bata. e. Keterangan : Methode Fehling ini merupakan pendaping dari reaksi Benedict karena banyak kelemahan –kelemahannya misalnya : a. Semua larutan yang mempunyai gugusan aldehyd dan keton dapat bereaksi ( + ) dengan reagen Fehling. b. Larutan Fehling A dan Fehling B harus dipisahkan sebab bila dicampur akan terjadageni reduksi sendiri bila dibiarkan lama . c. Reagen Fehling lebih positif hanya menyatakan adanya zat reduksi saja sekali tidak menyatakan adanya gula ,sebab vitamin C pun menyebabkan Fehling positif. d. Reagen Fehling lebih aktif dalam suasana asam. Catatan :Sama seperti Benedict semua peralatan harus sudah bersih dan kering sebelumnya. Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 23
E.PENENTUAN ACETON Tujuan
Untuk menyatakan ada tidaknya aceton dalam urine guna menambah data dalam diagnosa suatu penyakit.
Waktu
:
Bahan
: Urine
Alat
:
-
Tabung reaksi Pipet 5 ml dan 10 ml Rak tabung Pipet tetes
Reagensia
:
a. Reagen Rothera : - Larutan Natrium Nitroprusid 5 % - Larutan Amonia 10% - Larutan jenuh Amonium sulfat.
b. Reagen Lange : - Larutan Natrium Nitroprusid 5 % - Larutan Amonia 10% - Larutan asam cuka glasial Keselamatan Kerja : Hati-hati bekerja dengan zat kimia mis.asam cuka glasial .Dalam reaksi Lange sebaiknya jangan diisap,juga hati-hati dengan larutan amonia 10% Langkah Kerja : A. Methode Rothera : 1. Isi tabung reaksi dengan 5 ml urine . 2. Tambahkan pada tabung reaksi tsb: - 3 tetes 5% larutan nitroprusid. - 5 ml larutan amonia 10% - 5 ml larutan jenuh amonium sulfat dan dikocok samapai rata. 3. Perhatikan tabung tersebut dan catat hasilnya. 4. Pembacaan : - Reaksi disebut positif bila pada cairan dalam tabung tersebut timbul warna lembayung ( mempunyai warna spt.KMNO4 ) - Reaksi disebut negatif bila tidak terbentuk warna.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 24
B. Methode Lange . 1. Isi tabung reaksi dengan 10 ml urine. 2. Tambahkan pada tabung tersebut 0,5 ml asam cuka glasial dan 5 tetes larutan natrium nitroprusid kocok yang rata. 3. Dengan melalui dinding tabung tambahkan hati-hati 3 ml larutan amonia 10% sehingga menumpang diatas sebelumnya. 4. Perhatikan batas kedua cairan tersebut dan catat reaksi yang terjadi. 5. Pembacaan : - Reaksi ( + ) bila terbentuk cincin lembayung dibatas kedua cairan tetrsebut. - Reaksi ( - ) bila tidak terjadi reaksi cincin pada tabung tersebut.
F.PENENTUAN UROBILIN. Tujuan
:Menentukan adanya urobilin dalam urine bahan guna membantu diagnosa suatu penyakit.
Waktu
:
Bahan
: Urine
Alat
:
-
Tabung reaksi Corong gelas Kertas saring
Methode -
:
Reaksi Schlesinger Reaksi Ehrlich.
Reagen
:
A. Reagen Schlesinger. - Larutan jenuh zink asetat dalam alkohol 96% - Larutan Yodium 1% dalam alkohol B. Reagen Ehrlich. - Paradimethylamino benzol dehida = 2 gr - HCl 38 % = 50 ml - Aquadest = 100 ml Keselamatan Kerja : Hati-hati dalam pembuatan reagen Ehrlich ,yaitu HCl 38% jangan dipipet dan dikerjaka dilemari es.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 25
Langkah Kerja : A. Methode Schlesinger 1. Isi tabung reaksi dengan 5 ml urine yang telah dibuat alkalis dengan beberapa tetes amonia encer 10% 2. Tambahkan 5 ml larutan zink asetat jenuh pada tabung tersebut kemudian dikocok samapai homogen 3. Lakukan penyaringan dari campuran tadi dan filtrat dari penyaringan dilihat didasar hitam. 4. Pembacaan : - Reaksi ( - ) bila tidak terjadi apa-apa. - Reaksi ( + ) bila tampak flouresensi hijau diikkuti warna yang lemah pada cairan. - Reaksi ( ++ ) bila tampak flouresensi hijau diikuti warna merah muda. - Reaksi ( +++ ) bila flouresensi hijau merah muda tampak jelas sekali. Keterangan : a. Urine yang baru dikeluarkan hanya mengandung urobilinogen dan akan berubah jadi urobillin karena oksidasi dengan udara. b. Dengan penambahan beberapa tetes larutan Yodium 1% kepada filtrat reaksi akan lebih jelas sebab Yodium merubah urobilinogen menjadi urobilin
B. Methode Ehrlich. 1. Pipet 5 ml urine yang masih baru dan masukkan dalam tabung reaksi. 2. Tambahkan 0,5 ml reagen Ehrlich kemudian kocok dan biarkan selama 5 menit dan dibaca hasilnya. 3. Pembacaan : - Reaksi ( + ) bila tampak warna kemerah-merahan . - Reaksi ( - ) bila tidak terjadi warna apa-apa. Catatan : Bahan urine yang diperiksa harus baru.
G.PENENTUAN BILIRUBIN Tujuan
Untuk menentukan ada atau tidaknya bilirubin dalam urine guna menambah data dianosa suatu penyakit.
Waktu
:
Bahan
: Urine
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 26
Alat
:
a. Reaksi Cincin Yodium - Tabung reaksi - Gelas ukur 10 cc - Rak Tabung b. Reaksi Fouchet - Tabung reaksi. - Corong gelas kecil - Kertas saring - Pipet 5 ml untuk reagen - Rak tabung - Pipet tetes. Reagen
:
A. Reagen Cincin Yodium : - Larutan Yodium 1% B. Reagen Fouchet: - Larutan BaCl2 - Larutan Jenuh Na2HPO4 - Larutan Fouchet. Keselamatan Kerja : Urine bahan harus kita anggap sebagai sumber penyebab penyakit oleh karena itu zat aseptis seperti alkohol atau lysol harus selalu siap sedia ditempat pratikum. Langkah Kerja : a.Methode Cincin Jodium : 1. Isi tabung reaksi dengan 5 ml urine bahan ( sebaiknya gunakan gelas ukur 10 ml ) jangan menggunakan pipet. 2. Dengan melalui dinding tabung reaksi teteskan yodium 1% sehingga menumpang di atas urine tadi. 3. Perhatikan rreaksi yang timbul dibatas kedua cairan tadi dan dicatat hasiknya. 4. Pembacaan: - Reaksi ( + ) bila dibatas kedua cairan tadi akan tampak cincin hijau, - Reaksi ( - ) bila dibatas kedua cairan tidak tampak apa-apa. 5. Keterangan : a. Urine biasanya berwarna coklat dan buih berawarna kuning bila mengandung bilirubin. b. Karena penyebab penyakit bisa virus dan menular sebaiknya tidak dipipet dan kerjakan hati-hati. b.Methode Fouchet :
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 27
1. Isi tabung reaksi dengan urine bahan sebanyak 5 ml dengan gelas takar 10 ml . 2. Tambahkan 2,5 ml larutan BaCl 10 % dan 2 tetes larutan Natrium Phosphat jenuh kemudian kocok yang rata. 3. Saring cairan tsb sampai habis. 4. Ambil kertas penyaringnya kemudian buka hati –hati dan tetesi dengan reagen Fouchet dipinggir endapannya ,kemudian perhatikan reaksi yang terjadi . 5. Pembacaan : - Rreaksi (+) bila ditempat tetesan tampak warna biru atau hijau . - Rreaksi (-) bila setelah dibiarkan selama 5 menit tidak terjadi apaapa ditempat tetesan tsb.. - Reaksi Fouchet lebih sensitif dibandingkan dengan reaksi cincin yodium
3.PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS /SEDIMEN URINE Tujuan
:
Waktu
:
Bahan
:
Alat
:
-
Memeriksa keadaan dari sedimen urine guna menambah data laboratorium mengenal diagnosa suatu penyakit.
Urine
Centrifuger boleh listrik atau tangan. Tabung centirifuger, Pipet tetes. Obyek glass./cover glass Erlenmayer 300 ml.
Reagen : Formaldehida 10 % ( bila diperlukan untuk pengawet ) Keselamatan kerja : Pada pemeriksaan mikroskopis ,hati-hati waktu menggunakan Oculer 40 X sebab dengan memutar makrometer terlalu keras sediaan terutama deglass/cover glass sering pecah dan oculer bisa rusak. Langkah Kerja
:
1. Pindahkan urine bahan dari botol pengambilan ke gelas erlenmayer 300 ml kemudian kocok. 2. Isi tabung centrifuger sebanyak ¾ volume 3. Putar dalam centrifuger selama 5-10 menit dengan kecepatan cukup saja mis.1000 rpm.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 28
4. Supernatan urine dibuang dan sisakan sedikit jangan dibuang habis semua 5. Dengan menggunakan pipet tetes ,teteskan sedimen pada object glass yang telah dibersihkan kemudian tutup dengan deg glass/cover glass lalu diperiksa dibawah mikroskop. 6. Dalam sediment mungkin akan ditemukan : - Erythrocyt - Leucocyte - Sel ragi /Yeast - Trichomonas - Spermatozoa - Ephitel cells - Cast/selinder - Parasit dari telur cacing dan larva. - Kristal-kristal an-organik.
YANG MUNGKIN DITEMUKAN DALAM SEDIMENT URINE Karena jumlah elemen yang ditemukan dalam setiap bidang dapat berbeda dari satu bidang ke bidang lainnya, beberapa bidang dirata-rata. Berbagai jenis sel yang biasanya digambarkan sebagai jumlah tiap jenis ditemukan per rata-rata lapang pandang kuat. Jumlah silinder biasanya dilaporkan sebagai jumlah tiap jenis yang ditemukan per lapang pandang lemah. Cara melaporkan hasil adalah sebagai berikut : Dilaporkan
Normal +
++
+++
++++
Eritrosit/LPK
0-3
4-8 8-30 lebih dari 30 penuh
Leukosit/LPK
0-4
5-20 20-50 lebih dari 50 penuh
Silinder/Kristal/LPL 0-1 1-5 5-10 10-30 lebih dari 30 Keterangan : Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan +++ sudah dinyatakan abnormal. 3. Eritrosit
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 29
4. Leukosit
Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 – 2 kali eritrosit. Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil (polymorphonuclear, PMN). Lekosit dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih. Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal. Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut. Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya infeksi atau inflamasi, karena kecepatan ekskresi leukosit meningkat yang mungkin disebabkan karena adanya perubahan permeabilitas membran glomerulus atau perubahan motilitas leukosit. Pada kondisi berat jenis urin rendah, leukosit dapat ditemukan dalam bentuk sel Glitter merupakan lekosit PMN yang menunjukkan gerakan Brown butiran dalam sitoplasma. Pada suasana pH alkali leukosit cenderung berkelompok. Lekosit dalam urine juga dapat merupakan suatu kontaminan dari saluran urogenital, misalnya dari vagina dan infeksi serviks, atau meatus uretra eksterna pada laki-laki. 5. Ragi
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 30
Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur sejati. Mereka sering sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf, membedakannya adalah bahwa ragi memiliki kecenderungan bertunas. Paling sering adalah Candida, yang dapat menginvasi kandung kemih, uretra, atau vagina. 6. Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual yang dapat berasal dari urogenital laki-laki dan perempuan. Ukuran organisme ini bervariasi antara 1-2 kali diameter leukosit. Organisme ini mudah diidentifikasi dengan cepat dengan melihat adanya flagella dan pergerakannya yang tidak menentu. 7. Sel Epitel
Sel Epitel TubulusSel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval, lebih besar dari leukosit, mengandung inti bulat atau oval besar, bergranula dan biasanya terbawa ke urin dalam jumlah kecil. Namun, pada sindrom nefrotik dan dalam kondisi yang mengarah ke degenerasi saluran kemih, jumlahnya bisa meningkat. Jumlah sel tubulus ≥ 13 / LPK atau penemuan fragmen sel tubulus dapat menunjukkan adanya penyakit ginjal yang aktif Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 31
atau luka pada tubulus, seperti pada nefritis, nekrosis tubuler akut, infeksi virus pada ginjal, penolakan transplnatasi ginjal, keracunan salisilat.
Sel epitel tubulus dapat terisi oleh banyak tetesan lemak yang berada dalam lumen tubulus (lipoprotein yang menembus glomerulus), sel-sel seperti ini disebut oval fat bodies / renal tubular fat / renal tubular fat bodies. Oval fat bodies menunjukkan adanya disfungsi disfungsi glomerulus dengan kebocoran plasma ke dalam urin dan kematian sel epitel tubulus.Oval fat bodies dapat dijumpai pada sindrom nefrotik, diabetes mellitus lanjut, kerusakan sel epitel tubulus yang berat karena keracunan etilen glikol, air raksa. Selain sel epitel tubulus, oval fat bodies juga dapat berupa makrofag atau hisiosit.Sel epitel tubulus yang membesar dengan multinukleus (multinucleated giant cells) dapat dijumpai pada infeksi virus. Jenis virus yang dapat menginfeksi saluran kemih adalah Cytomegalovirus (CMV) atau Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 maupun tipe 2. Sel epitel transisionalSel epitel ini dari pelvis ginjal, ureter, kandung kemih (vesica urinaria), atau uretra, lebih besar dari sel epitel tubulus ginjal, dan agak lebih kecil dari sel epitel skuamosa. Sel epitel ini berbentuk bulat atau oval, gelendong dan sering mempunyai tonjolan. Besar kecilnya ukuran sel epitel transisional tergantung dari bagian saluran kemih yang mana dia berasal. Sel epitel skuamosa adalah sel epitel terbesar yang terlihat pada spesimen urin normal. Sel epitel ini tipis, datar, dan inti bulat kecil. Mereka mungkin hadir sebagai sel tunggal atau sebagai kelompok dengan ukuran bervariasi.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 32
Sel skuamosaEpitel skuamosa umumnya dalam jumlah yang lebih rendah dan berasal dari permukaan kulit atau dari luar uretra. Signifikansi utama mereka adalah sebagai indikator kontaminasi. 8. Silinder
Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang terbentuk di tubulus ginjal dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder terbentuk hanya dalam tubulus distal yang rumit atau saluran pengumpul (nefron distal). Tubulus proksimal dan lengkung Henle bukan lokasi untuk pembentukan silinder. Silinder dibagi-bagi berdasarkan gambaran morfologik dan komposisinya. Faktor-faktor yang mendukung pembentukan silinder adalah laju aliran yang rendah, konsentrasi garam tinggi, volume urine yang rendah, dan pH rendah (asam) yang menyebabkan denaturasi dan precipitasi protein, terutama mukoprotein TammHorsfall. Mukoprotein Tamm-Horsfall adalah matriks protein yang lengket yang terdiri dari glikoprotein yang dihasilkan oleh sel epitel ginjal. Semua benda berupa partikel atau sel yang terdapat dalam tubulus yang abnormal mudah melekat pada matriks protein yang lengket. Konstituen selular yang umumnya melekat pada silinder adalah eritrosit, leukosit, dan sel epitel tubulus, baik dalam keadaan utuh atau dalam berbagai tahapan disintegrasi. Apabila silinder mengandung sel atau bahan lain yang cukup banyak, silinder tersebut dilaporkan berdasarkan konstituennya. Apabila konstituen selular mengalami disintegrasi menjadi partikel granuler atau debris, biasanya silinder hanya disebut sebagai silinder granular. a. Silinder hialin
Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein (protein Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini homogen (tanpa struktur), tekstur halus, jernih, sisi-sisinya parallel, dan ujung-ujungnya membulat. Sekresi protein Tamm-Horsfall membentuk sebuah silinder hialin di saluran pengumpul. Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin dapat dilihat bahkan pada pasien yang sehat. Sedimen urin normal mungkin berisi 0 – 1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang lebih besar dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal (misalnya, penyakit glomerular) atau ekstra-ginjal (misalnya, Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 33
overflow proteinuria seperti dalam myeloma). Silinder protein dengan panjang, ekor tipis terbentuk di persimpangan lengkung Henle’s dan tubulus distal yang rumit disebut silindroid (cylindroids). b. Silinder Eritrosit
Silinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung hemoglobin dari kerusakan eritrosit. Adanya silinder eritrosit disertai hematuria mikroskopik memperkuat diagnosis untuk kelainan glomerulus. Cedera glomerulus yang parah dengan kebocoran eritrosit atau kerusakan tubular yang parah menyebabkan sel-sel eritrosit melekat pada matriks protein (mukoprotein Tamm-Horsfall) dan membentuk silinder eritrosit. c. Silinder Leukosit
Silinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika leukosit masuk dalam matriks Silinder. Kehadiran mereka menunjukkan peradangan pada ginjal, karena silinder tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal. Silinder lekosit paling khas untuk pielonefritis akut, tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit glomerulus (glomerulonefritis). Glitter sel (fagositik neutrofil) biasanya akan menyertai silinder lekosit. Penemuan silinder leukosit yang bercampur dengan bakteri mempunyai arti penting untuk pielonefritis, mengingat pielonefritis dapat berjalan tanpa keluhan meskipun telah merusak jaringan ginjal secara progresif. d. Silinder Granular
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 34
Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami degenerasi. Disintegrasi sel selama transit melalui sistem saluran kemih menghasilkan perubahan membran sel, fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil disintegrasi awalnya granular kasar, kemudian menjadi butiran halus. e. Silinder Lilin (Waxy Cast)
Silinder lilin adalah silinder tua hasil silinder granular yang mengalami perubahan degeneratif lebih lanjut. Ketika silinder selular tetap berada di nefron untuk beberapa waktu sebelum mereka dikeluarkan ke kandung kemih, sel-sel dapat berubah menjadi silinder granular kasar, kemudian menjadi sebuah silinder granular halus, dan akhirnya, menjadi silinder yang licin seperti lilin (waxy). Silinder lilin umumnya terkait dengan penyakit ginjal berat dan amiloidosis ginjal. Kemunculan mereka menunjukkan keparahan penyakit dan dilasi nefron dan karena itu terlihat pada tahap akhir penyakit ginjal kronis. Yang disebut telescoped urinary sediment adalah salah satu di mana eritrosit, leukosit, oval fat bodies, dan segala jenis silinder yang ditemukan kurang lebih sama-sama berlimpah. Kondisi yang dapat menyebabkan telescoped urinary sediment adalah: 1) lupus nefritis 2) hipertensi ganas 3) diabetes glomerulosclerosis, dan 4) glomerulonefritis progresif cepat.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 35
Pada tahap akhir penyakit ginjal dari setiap penyebab, sedimen saluran kemih sering menjadi sangat kurang karena nefron yang masih tersisa menghasilkan urin encer. 9. Kristal Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam urat. Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi, memungkinkan timbulnya penyakit “kencing batu“, yaitu terbentuknya batu ginjal-saluran kemih (lithiasis) di sepanjang ginjal – saluran kemih, menimbulkan jejas, dan dapat menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai kristaluria, dan penemuan kristaluria tidak harus disertai pembentukan batu.
a. Kalsium Oksalat
Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan pada pasien yang sehat. Mereka dapat terjadi pada urin dari setiap pH, terutama pada pH yang asam. Kristal bervariasi dalam ukuran dari cukup besar untuk sangat kecil. Kristal caoxallate bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan bebentuk amplop atau halter. Kristal dapat muncul dalam specimen urine setelah konsumsi makanan tertentu (mis. asparagus, kubis, dll) dan keracunan ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-oxallate per LPL masih dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ ) sudah dinyatakan abnormal. b. Triple Fosfat
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 36
Seperti halnya Ca-oxallate, triple fosfat juga dapat dijumpai bahkan pada orang yang sehat. Kristal terlihat berbentuk prisma empat persegi panjang seperti tutup peti mati (kadang-kadang juga bentuk daun atau bintang), tak berwarna dan larut dalam asam cuka encer. Meskipun mereka dapat ditemukan dalam setiap pH, pembentukan mereka lebih disukai di pH netral ke basa. Kristal dapat muncul di urin setelah konsumsi makan tertentu (buah-buahan). Infeksi saluran kemih dengan bakteri penghasil urease (mis. Proteus vulgaris) dapat mendukung pembentukan kristal (dan urolithiasis) dengan meningkatkan pH urin dan meningkatkan amonia bebas. c.
Asam Urat
Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk belah ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Dengan pengecualian langka, penemuan kristal asam urat dalam urin sedikit memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat sampah metabolisme normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin. Meskipun peningkatan 16% pada pasien dengan gout, dan dalam keganasan limfoma atau leukemia, kehadiran mereka biasanya tidak patologis atau meningkatkan konsentrasi asam urat. d. Sistin (Cystine)
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 37
Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul dalam urin sebagai akibat dari cacat genetic atau penyakit hati yang parah. Kristal dan batu sistin dapat dijumpai pada cystinuria dan homocystinuria. Terbentuk pada pH asam dan ketika konsentrasinya > 300mg. Sering membingungkan dengan kristal asam urat. Sistin crystalluria atau urolithiasis merupakan indikasi cystinuria, yang merupakan kelainan metabolisme bawaan cacat yang melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu termasuk asam amino sistin.
e. Leusin dan Tirosin
Leusin dan tirosin adalah kristal asam amino dan sering muncul bersama-sama dalam penyakit hati yang parah. Tirosin tampak sebagai jarum yang tersusun sebagai berkas atau mawar dan kuning. Leusin muncul-muncul berminyak bola dengan radial dan konsentris striations. Kristal leucine dipandang sebagai bola kuning dengan radial konsentris. Kristal ini kadang-kadang dapat keliru dengan sel-sel, dengan pusat nukleus yang menyerupai. Kristal dari asam amino leusin dan tirosin sangat jarang terlihat di sedimen urin. Kristal ini dapat diamati pada beberapa penyakit keturunan seperti tyrosinosis dan “penyakit Maple Syrup”.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 38
Lebih sering kita menemukan kristal ini bersamaan pada pasien dengan penyakit hati berat (sering terminal). f. Kristal Kolesterol
Kristal kolesterol tampak regular atau irregular , transparan, tampak sebagai pelat tipis empat persegi panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki takik. Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak jelas, tetapi diduga memiliki makna klinis seperti oval fat bodies. Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan biasanya disertai oleh proteinuria. g.
Kristal lain
Berbagai macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin misalnya adalah : Kristal dalam urin asam :
Natirum urat : tak berwarna, bentuk batang ireguler tumpul, berkumpul membentuk roset. Amorf urat : warna kuning atau coklat, terlihat sebagai butiran, berkumpul.
Kristal dalam urin alkali :
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 39
Amonium urat (atau biurat) : warna kuning-coklat, bentuk bulat tidak teratur, bulat berduri, atau bulat bertanduk.
Ca-fosfat : tak berwarna, bentuk batang-batang panjang, berkumpul membentuk rosset.
Amorf fosfat : tak berwarna, bentuk butiran-butiran, berkumpul. Ca-karbonat : tak berwarna, bentuk bulat kecil, halter.
Secara umum, tidak ada intepretasi klinis, tetapi jika terdapat dalam jumlah yang banyak, mungkin dapat menimbulkan gangguan. Banyak obat diekskresikan dalam urin mempunyai potensi untuk membentuk kristal, seperti :
kristal Sulfadiazin
kristal Sulfonamid
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 40
BAB IV ANALISIS DIPSTICK
Dipstick adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli kertas seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter yang akan diperiksa. Urine Dip merupakan analisis kimia cepat untuk mendiagnosa berbagai penyakit. Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah : glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan leukosit esterase. Prosedur Tes
Ambil hanya sebanyak strip yang diperlukan dari wadah dan segera tutup wadah. Celupkan strip reagen sepenuhnya ke dalam urin selama dua detik. Hilangkan kelebihan urine dengan menyentuhkan strip di tepi wadah spesimen atau dengan meletakkan strip di atas secarik kertas tisu. Perubahan warna diinterpretasikan dengan membandingkannya dengan skala warna rujukan, yang biasanya ditempel pada botol/wadah reagen strip. Perhatikan waktu reaksi untuk setiap item. Hasil pembacaan mungkin tidak akurat jika membaca terlalu cepat atau terlalu lambat, atau jika pencahayaan kurang. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 41
Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena itu harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang reagen strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali dengan rapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan uap kimia. Setiap strip harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan warna.
Glukosa Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 42
glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna. Protein Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria. Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein tinggi. Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel. Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein BenceJones, dan mukoprotein. Bilirubin Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik. Urobilinogen Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu; dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urine oleh ginjal.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 43
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen. Keasaman (pH) Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urine. Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat. Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :
pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.
pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 44
Berat Jenis (Specific Gravity, SG) Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin. Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus dianggap wajar jika fungsi ginjal normal. Nilai rujukan untuk urine pagi adalah 1,015 – 1,025, sedangkan dengan pembatasan minum selama 12 jam nilai normal > 1,022, dan selama 24 jam bisa mencapai ≥1,026. Defek fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urine. BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus. Nokturia dengan ekskresi urine malam > 500 ml dan BJ kurang dari 1.018, kadar glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien baru-baru ini menerima pewarna radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi radiografi, atau larutan dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004 untuk setiap 1% glukosa untuk menentukan konsentrasi zat terlarut non-glukosa. Darah (Blood) Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin dengan adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan metode mikroskopik sedimen urine. Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urine yang disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urine juga dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine didiamkan lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam pembuluh darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga sebagai akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki berat molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi ke dalam urine. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Hasil positif palsu dapat terjadi bila urine tercemar deterjen yang mengandung hipoklorid atau peroksida, bila terdapat bakteriuria yang mengandung peroksidase.
Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urine mengandung vitamin C dosis tinggi, pengawet formaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangat tinggi.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 45
Urine dari wanita yang sedang menstruasi dapat memberikan hasil positif. Keton Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat) diproduksi untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam aseotasetat dan asam β-hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi normal dan sumber energi penting terutama untuk otot jantung dan korteks ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urine, dan apabila kemampuan ginjal untuk mengekskresi keton telah melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat. Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak seimbangnya diet tinggi lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari lemak atau protein, febris. Nitrit Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urine telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Hasil negative bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau urine memang tidak mengandung nitrat, atau urine berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu, enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit berubah menjadi nitrogen. Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi dan diperiksa dalam keadaan segar, sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang biakan bakteri di luar saluran kemih, yang juga dapat menghasilkan nitrit. Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri in vitro apabila pemeriksaan tertunda, urine merah oleh sebab apapun, pengaruh obat (fenazopiridin). Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian menghasilkan nitrat dalam jumlah cukup banyak, terapi antibiotik mengubah metabolisme bakteri, organism penginfeksi mungkin tidak mereduksi nitrat, kadar asam askorbat tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-6 jam, atau berat jenis urine tinggi. Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 46
Lekosit esterase Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi. Hasil tes lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit (granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis. Limfosit tidak memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil positif. Hal ini memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan carik celup. Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine tinggi (>500mg/dl), protein urine tinggi (>300mg/dl), berat jenis urine tinggi, kadar asam oksalat tinggi, dan urine mengandung cephaloxin, cephalothin, tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet formaldehid. Urine basi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 47
BAB V ANALISIS SPERMA (SEMEN) Sperma yang sering disebut juga mani atau semen adalah ejakulat yang berasal dari seorang pria berupa cairan kental dan keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain dan spermamatozoa (R.Gandasoebrata). Pemeriksaan sperma merupakan salah satu elemen penting dalam penilaian fertilitas atau infertilitas. Pemeriksaan sperma meliputi maksroskopis (hal-hal yang terlihat dengan mata telanjang), mikrospkopis, kimia dan imunologi Dari banyak hal tentang pemeriksaan sperma ini ingin lebih menekankan hal-hal yang perlu diketahui oleh calon pasien yang hendak melakukan pemeriksaan sperma. Sejujurnya banyak pria yang sering merasa tidak nyaman dengan adanya pemeriksaan sperma hal ini mengingat sperma merupakan produk cairan tubuh yang hanya bisa dikeluarkan sebagai puncak rasa birahi (orgasme). Tidak seperti cairan tubuh lain yang biasa diperoleh dengan cara yang menyakitkan yaitu disuntik seperti darah, cairan sumsum tulang, cairan otak maka cairan sperma ini dikeluarkan dengan cara “tidak menyakitkan”. Tidak semua pria dengan mudah bisa mengeluarkan sperma apalagi disebuah tempat yang cukup asing seperti rumah sakit atau laboratorium. Sebenarnya hal ini tidak bisa menjadi alasan karena saat ini rumah sakit atau laboratorium biasanya telah menyediakan tempat yang dibuat sedemikian rupa agar pasien bisa melakukan proses mengeluarkan sperma dengan nyaman. Selain sedikit ulasan psikologis tentang pengumpulan sperma ini maka ulasan teknis yang harus diketahui oleh calon pasien adalah sebagai berikut: Sebelum menjalani pemeriksaan pasien diminta tidak melakukan kegiatan sexual selama 3-5 hari, termasuk dalam hal ini adalah mimpi basah. Pengeluaran ejakulat dilakukan pagi hari dan harus langsung diperiksa dalam waktu 60 menit sejak dikeluarkan dengan cara masturbasi atau onani. Tidak diperkenankan memakai kondom, pelicin, sabun dan lain-lain karena bisa melemahkan bahkan membunuh spermatozoa. Sperma ditampung dalam wadah bermulut lebar yang bersih dan kering . Wadah harus dapat ditutup dengan baik agar sperma tidak tumpah. Catat waktu pengeluaran sperma tepat hingga menitnya. Juga laporkan kepada petugas jika ada sampel yang tumpah. Pemeriksaan sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur jumlah serta kualitas semen dan sperma seorang pria. Pengertian semen berbeda dengan sperma. Secara keseluruhan, cairan putih Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 48
dan kental yang keluar dari alat kelamin pria saat ejakulasi disebut semen. Sedangkan 'makhluk' kecil yang berenang-renang di dalam semen disebut sperma. Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan tahap pertama untuk menentukan kesuburan pria. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah ada masalah pada sistim produksi sperma atau pada kualitas sperma, yang menjadi biang ketidaksuburan. Perlu diketahui, hampir setengah pasangan yang tidak berhasil memperoleh keturunan, disebabkan karena ketidaksuburan pasangan prianya. Ada dua tahap penting pada pemeriksaan sperma, yaitu tahap pengambilan sampel dan tahap pemeriksaan sperma. I. Pada tahap pengambilan sampel, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : 1. 2.
3.
4.
Pria yang akan diambil semennya dalam keadaan sehat dan cukup istirahat. Tidak dalam keadaan letih atau lapar. Tiga atau empat hari sebelum semen diambil, pria tersebut tidak boleh melakukan aktifitas seksual yang mengakibatkan keluarnya semen. WHO bahkan merekomendasikan 2 – 7 hari harus puasa ejakulasi, tentunya tidak sebatas hubungan suami istri, tapi dengan cara apapun. Semen (sperma) dikeluarkan melalui masturbasi di laboratorium (biasanya disediakan tempat khusus). Sperma kemudian ditampung pada tabung terbuat dari gelas. Masturbasi tidak boleh menggunakan bahan pelicin seperti sabun, minyak, dll.
II. Pada tahap kedua, dilakukan pemeriksaan sampel semen di laboratorium. Beberapa hal yang diperiksa antara lain : 1. Hitung Sperma (Sperma Count) Semen normal biasanya mengandung 20 juta sperma per mililiternya dan 8 juta diantaranya bergerak aktif. Sperma yang bergerak aktif ini sangat penting artinya, karena menunjukkan kemampuan sperma untuk bergerak dari tempat dia disemprotkan menuju tempat pembuahan (tuba fallopi, bagian dari kandungan wanita). 2. Hasil pemeriksaan biasanya disajikan dalam istilah sebagai berikut : • Polyzoospermia : Konsentrasi sperma sangat tinggi • Oligozoospermia : Jumlah sperma kurang dari 20 juta/ml • Hypospermia : Volume semen < 1,5 ml • Hyperspermia : Volume semen > 5,5 ml • Aspermia : Tidak ada semen • Pyospermia : Ada sel darah putih pada semen • Hematospermia : Ada sel darah merah pada semen • Asthenozoospermia : Sperma yang mampu bergerak < 40%. Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 49
• Teratozoospermia : > 40% sperma mempunyai bentuk yang tidak normal • Necozoospermia : sperma yang tidak hidup • Oligoasthenozoospermia : Sperma yang mampu bergerak < 8 juta/ml Hasil pemeriksaan dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, yaitu : bentuk normal, kepala tidak normal, ekor tidak normal, dan sel sperma yang belum matang (immature germ cells, IGC). Gerakan Sperma (Sperm Motility) dikatakan normal jika 40% atau lebih sperma dapat bergerak normal. tetapi, beberapa pusat laboratorium mengatakan bahwa nilai normal adalah 60% atau lebih. Contoh kesimpulan dalam pemeriksaan sperma : -
Jumlah Sperma Motilitas Morfologi Viabilitas Viskositas
: Oligozoospermia : Nekrozoospermia : Teraozoospermia : Buruk : Normal
Hasil pemeriksaan sperma yang normal menurut WHO Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan nilai acuan untuk analisa sperma/air mani yang normal, sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Volume total cairan lebih dari 2 ml Konsentrasi sperma paling sedikit 20 juta sperma/ml Morfologinya paling sedikit 15% berbentuk normal. Pergerakan sperma lebih dari 50% bergerak ke depan, atau 25% bergerak secara acak kurang dari 1 jam setelah ejakulasi 5. Adanya sel darah putih kurang dari 1 juta/ml 6. Analisa lebih lanjut (tes reaksi antiglobulin menunjukkan partikel ikutan yang ada kurang dari 10 % dari jumlah sperma)
CARA KERJA PEMERIKSAAN SPERMA 1. Pemeriksaan makroskopis a. Volume -
Dimasukkan sampel ke dalam gelas ukur 10 ml. Dicatat volumenya.
b. Bau -
Tangan dikipas-kipaskan diatas sampel lalu dicium baunya. Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 50
-
Bau semen adalah spesifik/khas, menyerupai bau larutan encer hipokhlorit
c. Warna -
Warna/kekeruhan diperiksa secara visual biasa dengan bantuan latar belakang putih dan hitam. Normal akan tampak agak keruh-keabuan.
d. Viskositas/ kekentalan
Sampel yang telah homogen dihisap dengan pipet khusus (metode Eliasson) sampai angka 0,1 Tutup ujung atas pipet dengan jari dengan posisi vertikal dari tersebut dilepas serentak stop-watch dihidupkan Pada tetesan pertama stop-watch dihentikan Catat waktu yang dibutuhkan untuk penetesan tersebut. Bersihkan pipet yg selesai dipakai dengan cara sebagai berikut : Hisap asam asetat encer sampai pipet penuh. Bilas berulang-ulang dengan aquadest (hisap-tiup). Selanjutnya bilas dengan etanol 96% beberapa kali dan tiup keluar sisa cairan dan keringkan. Lakukan teknik yang sama untuk membersihkan pipet lekosit setelah saudara memakainya.
e. pH - Dicelupkan indicator pH ke dalam sampel lalu dibandingkan dengan standar f. Koagulum (gumpalan) diperiksa secara visual biasa. Koagulum tidak akan tampak bila proses likwifaksi (“pencairan”) telah berjalan sempurna. 2. Pemeriksaan mikroskopis a.
Pemeriksaan motility ( pergerakan) - Diletakkan satu tetes sperma di atas objek glass. - Ditutup dengan deck glass. - Diperiksa dengan mikroskop perbesaran 40x
b. Pemeriksaan veabilitas -
Diletakkan satu tetes sperma diatas objek glass Ditambahkan dua tetes cairan eosin 0,5% dicampur sampai rata Ditambahkan dua tetes negrosin 10% lalu dihomogenkan Dengan menggunakan objek glass yang lain dibuat hapusan lalu dikeringkan. - Diperiksa dengan mikroskop menggunakan perbesaran 40x
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 51
Pembacaan
:
Sperma yang hidup tidak berwarna. Spermatozoa yang mati berwarna. Dihitung 100 sel spermatozoa lalu dicatat berapa jumlah spermatozoa yang hidup dan berapa spermatozoa yang mati.
c. Pemeriksaan morfologi
Diteteskan satu tetes sampel pada objek glass Dibuat preparat hapus lalu dibiarkan kering Difiksasi dengan methanol absolute selama 3 – 5 menit Diwarnai dengan giemsa 10 – 15 menit Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan Dilihat dengan mikroskop menggunakan lensa objektif 100x Dihitung 200 sel spermatozoa, dicatat beberapa spermatozoa yang normal dan berapa spermatozoa yang tidak normal.
Harga normal:
Spermatozoa yang mempunyai bentuk normal : 80% Spermatozoa yang mempunyai bentuk abnormal : 20%
Uji Fragmentasi DNA Uji Fragmentasi DNA dilakukan untuk menilai integritas nukleus DNA spermatozoa dan kemampuan spermatozoa untuk membuahi sel telur. Semakin banyak spermatozoa yang tidak terjadi fragmentasi (non-fragmented DNA) berarti semakin tinggi kemampuan untuk membuahi sel telur.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 52
Tujuan : Analisis semen pada kasus infertilitas pria tidak hanya untuk diagnosis tetapi juga berguna bagi terapi dan prognosis. Analisis semen memberikan informasi : 1. Produksi sperma oleh testis 2. Sumbatan dan fungsi saluran reproduksi pria 3. Aktivitas kelenjar aksesori 4. Kapabilitas Ejakulasi. Sehingga pemeriksaan semen dilakukan untuk : Diagnosis kemandulan pria. Diagnosis infertilitas pria. Prognosis kesuburan pria. Mengidentifikasi penanganan yang akan dilakukan :
Medikamentosa. Pembedahan. Keperluan forensik. Efektivitas vasektomi (KB Pria mantap)
Pemeriksaan semen dilakukan untuk mengevaluasi spermatogenesis dan spermiogenesis. Interpretasi spermiogram sampai saat ini adalah berdasarkan pada 3 parameter pokok, yakni : 1. Jumlah spermatozoa/ml 2. Persentase spermatozoa motil 3. Persentase spermatozoa berbentuk normal Dengan perkataan lain, penilaian dititik beratkan pada spermatozoa. Walaupun demikian, parameter-parameter sperma yang lain tidak selalu dapat kita abaikan nilainya. Misalnya sperma yang tidak mengandung spermatozoa dengan volume kecil dan pH asam, memberikan dugaan suatu kelainan kongenital tertentu dari sistem reproduksi pria.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 53
BAB VI ANALISIS TRANSUDAT DAN EXUDAT
Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan itu terdapat umpama dalam rongga perikardium, rongga pleura, rongga perut dan berfungsi sebagai pelumas agar membran-membran yang dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa geseran. Jumlah cairan itu dalam keadaan normal hampir tidak dapat diukur karena sangat sedikit. Jumlah itu mungkin bertambah pada beberapa keadaan dan akan berupa transudat atau eksudat Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat karena gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang. Eksudat adalah cairan patologis dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke dalam jaringan pada waktu radang. Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat). Eksudat terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah. Sedangkan Transudat eksudat dapat terjadi pada sindroma nefrotik, sirosis hepatic dan gagal jantung. Untuk membantu diagnosa dan membedakan apakah itu transudat atau eksudat maka dilakukan pemeriksaan diantaranya pemeriksaaan makroskopis, mikroskopis, bakteriologi dan pemeriksaan kimiawi
Dalam praktek sering dijumpai cairan yang sifat-sifatnya sebagian sifat transudat dan sebagian eksudat lagi sifat eksudat, sehingga usaha untuk membedakan antara transudat dan eksudat menjadi sukar.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 54
Parameter pemeriksaan yang umum diperiksa pada transudat dan eksudat adalah sebagai berikut : 1. Makroskopik Warna Kejernihan Bekuan BJ pH 2. Mikroskopik Hitung Jumlah Sel Hitung Jenis Sel (Diff.Count) : Polymorphonuclear dan Mononuclear. 3. Kimiawi Rivalta Protein Glukosa 1. Pemeriksaan Makroskopik transudat eksudat: Metode : Visual (Manual) Tujuan : Untuk mengetahui cairan transudat eksudat secara makroskopik meliputi : warna, kejernihan, bekuan, pH dan BJ. Alat dan Bahan : - Tabung reaksi - Beaker gelas Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 55
Spesimen : Cairan Rongga Perut / Ascites
Cara Kerja : -
2.
Kertas indikator pH universal Refraktometer abbe
Cairan Ascites dimasukkan dalam tabung bersih dan kering. Diamati warna, kejernihan, adanya bekuan pada cahaya terang. Dicelupkan indikator pH universal pada Transudat Eksudat dan diukur pH dengan membandingkan deret standar pH. Cairan Transudat Eksudat diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer dan diperiksa pada eye piece BJ.
Nilai Normal : - Warna => Tidak berwarna, Kuning muda, Kuning, Kuning tua, Kuning coklat, merah, hitam coklat, serupa susu, merah jambu, biru kehijauan, kuning campur hijau. - Kejernihan => Jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh, keruh kemerahan, keruh putih serupa susu. - Bekuan => Tidak ada bekuan / ada bekuan - pH => 7,3 atau setara dengan pH plasma/serum - BJ => 1.000 - 1.010
Mikroskopik a. Menghitung Jumlah sel cairan Transudat dan Eksudat Metode : Bilik Hitung Tujuan : Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan Ascites. Prinsip : Transudat Eksudat diencerkan dengan larutan Turk akan ada sel leukosit dan dihitung selnya dalam kamar hitung di bawah mikroskop. Alat dan Reagensia : - Mikroskop - Hemocytometer : Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup, pipet thoma leukosit. - Tissue - Larutan Turk atau NaCl 0,9% Spesimen : Cairan Rongga Perut / Ascites
Cara Kerja : - Larutan Turk/NaCl 0,9% diisap sampai tanda 1 tepat - Larutan Transudat Eksudat diisap sampai tanda 11 tepat. - Dikocok perlahan dan dibuang cairan beberapa tetes. - Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung pada semua kotak leukosit di mikroskop lensa objektif 10x/40x.
Nilai Normal :
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 56
Jumlah sel Transudat 500 sel/mm3 sedangkan Eksudat > 500 sel/mm3.
Catatan : - Pengencer NaCl 0,9% digunakan apabila pada pemeriksaan makroskopik ditemukan adanya cairan ke arah eksudat dan terdapat bekuan yang banyak. Namun sebaiknya digunakan larutan NaCl 0,9% bila ragu membedakanya. - Larutan Turk mengandung asam asetat yang dapat menyebabkan protein menjadi denaturasi sehingga terjadi bekuan.
b. Hitung Jenis Sel Metode : Giemsa Stain. Tujuan : Untuk menghitung jenis sel mononuklear dan polinuklear dalam cairan diduga Transudat atau Eksudat. Alat dan Reagensia : - Objek Gelas - Kaca Penghapus/deglass - Sentrifuge - Tabung reaksi - Metanol absolut. - Giemsa. - Timer Spesimen : Cairan Rongga Perut / Ascites Cara Kerja : - Apabila cairan jernih maka cairan dilakukan sentrifugasi 5 menit 3000 rpm dibuat hapusan tebal, namun bila cairan sudah keruh dan berkeping-keping maka dapat langsung dibuat sediaan hapus tipis/tebal. - Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal. - Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut. - Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit. - Dicuci dan diperiksa di mikroskop lensa objektif 100x dengan oil emersi atau lensa objektif 40x 3. Kimiawi a. Uji Rivalta (Protein Kualitatif)
Metode : Rivalta Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam cairan untuk membedakan antara transudat dan eksudat. Prinsip : seromusin dalam suasana asam akan mengalami denaturasi hingga terjadi kekeruhan. Alat dan Reagensia : - Beaker gelas. - Pipet tetes.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 57
-
Asam asetat glasial (100%)
Spesimen : Cairan Rongga Perut /Asites Cara Kerja : - Dimasukkan 100 mL aqudest ke dalam beaker gelas dan ditambah 1 tetes asam asetat glasial. Atau dimodifikasi dengan asam asetat 12% dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 3 mL. - Ditambah 1 tetes cairan transudat atau eksudat. - Amati adanya kekeruhan pada larutan tersebut.
Nilai Normal : - Negatif : tidak terbentuk kekeruhan putih. - Positif : terbentuk kekeruhan putih.
b. Uji Protein
Metode : Biuret. Tujuan : Untuk menetapkan kadar protein dalam Transudat Eksudat. Prinsip : Protein dalam sampel bereaksi dengan ion cupri (II) dalam medium alkali membentuk komplek warna yang dapat diukur dengan spektrofotometer
Alat : -
Tabung reaksi Mikropipet 20 µLdan 1000 µL. Tip kuning dan biru. Fotometer
Reagensia : - Reagen Kerja: Cupri (II) asetat 6 mmol/L, Kalium Iodida 12 mmol/L, NaOH 1,15 mol/L, deterjen. - Reagen standard : 8,0 g/dL - Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu ruang.
Spesimen : Cairan Rongga Perut / Ascites
Cara Kerja metode carik celup : - Masukkan kertas carik celup ke dalam tabung yang telah berisi cairan ascites. - Lalu angkat dan diamkan sebentar. - Kemudian baca hasil dengan meliat pada standar -
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 58
Perhitungan : Total Protein = Absorben sampel Absorben standard x konsentrasi standar (8,0 g/dL) = ..............g/dL
Nilai Normal :
Protein Transudat < 2,5 g/dL Protein Eksudat > 2,5 g/dL
c. Uji Glukosa Metode : Carik Celup. Tujuan : Untuk menentukan kadar glukosa dalam cairan ascites. Prinsip : Glukosa dioksidasi oleh glukosa oksidase menghasilkan hidrogen peroksida yang bereaksi dengn 4-aminoantipirin dan fenol dengan pengaruh katalis peroksidase menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah. Reaksi : Glukosa + O2 + 2 H2O glukosa oxidase Glukonate + H2O2. 2 H2O2 + 4-Aminoantipyrine + Phenol POD Quinoneimine + 4 H2O Alat : - Tabung reaksi kecil - Timer - Mikropipet 10 dan 1000 l - Tissue - Tip kuning dan biru - Rak Tabung.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 59
-
Fotometer
Spesimen : Transudat Eksudat
Cara kerja: -
Masukkan kertas carik celup ke dalam tabung yang telah berisi cairan ascites. Lalu angkat dan diamkan sebentar. Kemudian baca hasil dengan meliat pada standar
Untuk Uji Glukosa dan Protein
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 60
Uji Rivalta
Sel MN
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 61
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 62
BAB VII CAIRAN OTAK (LIQUOR CEREBRO SPINALIS)
I.Pengertian Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi. Kelainan hasil pemeriksaan dapat memberikan petunjuk ke arah suatu penyakit susunan saraf pusat, baik kasus akut maupun kronis yang akan diberikan tindakan lebih lanjut oleh klinisi berupa pemberikan terapi adekuat. Cairan otak biasanya diperoleh dengan melakukan punksi lumbal pada lumbal III dan IV dai cavum subarachnoidale, namun dapat pula pada suboccipital ke dalam cisterna magma atau punksi ventrikel, yang dapat disesuaikan dengan indikasi klinik. Seorang klinik yang ahli dapat memperkirakan pengambilan tersebut. Hasil punksi lumbal dimasukkan dalam 3 tabung atau 3 syringe yang berbeda, antara lain : 1. Tabung I berisi 1 mL Dibuang karena tidak dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan karena mungkin mengandung darah pada saat penyedotan 2. Tabung II berisi 7 mL . Digunakan untuk pemeriksaan serologi, bakteriologi dan kimia klinik 3. Tabung III berisi 2 mL Digunakan untuk pemeriksaan jumlah sel, Diff.count dan protein kualitatif/kuantitatif. II.Parameter Pemeriksaan Parameter yang umum diperiksa pada cairan otak adalah sebagai berikut : a. Makroskopik Warna Kekeruhan (Kejernihan) Bekuan BJ pH b. Mikroskopik Hitung Jumlah Sel. Hitung Jenis Sel (Diff.Count) c. Kimiawi Pandy Nonne Protein Glukosa Chlorida d. Bakteriologi (Pembiakan)
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 63
III.METODE PEMERIKSAAN 1. Makroskopik Metode : Visual (Manual) Tujuan : Untuk mengetahui cairan LCS secara makroskopik meliputi : warna, kejernihan, bekuan, pH dan BJ. Alat dan Bahan : - Tabung reaksi - Beaker gelas - Kertas indikator pH universal - Refraktometer abbe Spesimen : Cairan LCS Cara Kerja : - Cairan LCS dimasukkan dalam tabung bersih dan kering. - Diamati warna, kejernihan, adanya bekuan pada cahaya terang. - Dicelupkan indikator pH universal pada LCS dan diukur pH dengan membandingkan deret standar pH. - Cairan LCS diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer dan diperiksa pada eye piece BJ. Hasil dan Interpretasi
No
Parameter
1.
Warna
2.
Kejernihan
3. 4.
Bekuan pH
5.
BJ
Penilaian Tidak berwarna, Kuning muda, Kuning, Kuning tua, Kuning coklat, merah, hitam coklat Jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh, keruh kemerahan Tidak ada bekuan, ada bekuan 7,3 atau setara dengan pH plasma/serum 1.000 – 1.010
Interpretasi Normal Tidak berwarna
Jernih Tidak ada bekuan 1.003 – 1.008
Hal yang perlu diperhatikan : - LCS yang bercampur darah dalam jumlah banyak pada kedua tabung, tidak dapat diperiksa karena karena akan sama hasilnya dengan pemeriksaan dalam darah, terutama bila ada bekuan merah sebagaimana darah membeku. - Adanya bekuan terlihat berupa kabut putih yang menggumpal karena bekuan terdiri atas benang fibrin. 2. Hitung Jumlah Sel Metode
:
Bilik Hitung
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 64
Prinsip : LCS diencerkan dengan larutan Turk pekat akan ada sel leukosit dan sel lainnya akan lisis dan dihitung selnya dalam kamar hitung di bawah mikroskop. Tujuan : Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan LCS. Alat dan Reagensia : - Mikroskop - Hemaocytometer : Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup, pipet thoma leukosit. - Tissue. - Larutan Turk Pekat : Kristal violet 0,1 gram, asam asetat glacial 10 mL dan aquadest 90 mL. Spesimen : LCS Cara Kerja : - Larutan Turk pekat diisap sampai tanda 1 tepat - Larutan LCS diisap sampai tanda 11 tepat. - Dikocok perlahan dan dibuang cairan beberapa tetes. - Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung pada semua kotak leukosit di mikroskop lensa objektif 10x/40x. Perhitungan : PDP : 1/10 = 0,1x TKP : 1/0,1 = 10x KBH : 4 kotak leukosit Ʃ Sel : Jumlah sel ditemukan (berwarna keunguan dengan inti dan sitoplasma) PDP x TKP x Jumlah sel ditemukan KBH 2,5 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙 = 4 = .............................sel/mm3 LCS
𝑆𝑒𝑙 =
Interpretasi
: Jumlah sel normal = 0 – 5 sel/mm3 LCS
IV.Hitung Jenis Sel Metode : Giemsa Stain. Tujuan : Untuk membedakan jenis sel mononuklear dan polinuklear dalam cairan LCS Alat dan Reagensia : - Objek Gelas. - Kaca Penghapus. - Sentrifuge. - Tabung reaksi - Metanol absolute.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 65
- Giemsa. - Timer Spesimen : LCS Cara Kerja : - Cairan LCS di masukkan dalam tabung secukupnya. - Disentrifugasi selama 5 menit 2000 rpm. - Supernatant dibuang dan endapan diambil. - Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal. - Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut. - Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit. - Dicuci dan diperiksa di mikroskop lensa objektif 100x denga imersi. Perhitungan Jenis sel 1 MN PMN Jumlah
: 2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
%
Interpretasi : Normal MN 100% dan PMN 0%
IV. Uji Pandy Metode : Pandy Prinsip : Protein dalam larutan jenuh phenol akan mengalami denaturasi berupa kekeruhan hingga terjadi endapan putih. Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam LCS. Alat dan Reagensia : - Tabung reaksi. - Pipet tetes. - Larutan Pandy : phenol 10 mL dan aquadest 90 mL. (larutan bila keruh disaring atau dibiarkan mengendap sisa jenuhnya) Spesimen : LCS Cara Kerja : - Dimasukkan 1 mL cairan otak ke dalam tabung reaksi. - Ditambah beberapa tetes larutan Pandy. - Amati adanya kekeruhan pada larutan tersebut. Interpretasi : - Negatif : tidak terbentuk kekeruhan putih - Positif : terbentuk kekeruhan putih.
V. Uji Nonne. Metode : Nonne Prinsip : Protein dalam larutan jenuh garam ammonium sulfat akan mengalami denaturasi berupa kekeruhan hingga terbentuka endapan.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 66
Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein jenis globulin dalam LCS Alat dan Reagensia : - Tabung reaksi. - Pipet tetes. - Larutan Nonne : Ammonium sulfat jenuh 80 gram dalam 100 mL aquadest. (disaring bila keruh) Spesimen : LCS Cara Kerja : - Dimasukkan 1 mL cairan otak ke dalam tabung reaksi. - Ditambah beberapa tetes larutan Nonne melalui dinding tabung dengan kemiringan 45°. - Amati adanya cincin putih keruh pada kedua lapis larutan tersebut pada posisi tegak. Interpretasi : - Negatif : tidak terbentuk cincin putih - Positif : terbentuk cincin putih. VI. Protein Metode : Biuret Prinsip : Protein dalam sampel bereaksi dengan ion cupri (II) dalam medium alkali membentuk komplek warna yang dapat diukur dengan spektrofotometer Tujuan : Untuk menetapkan kadar protein dalam LCS. Alat : - Tabung reaksi - Mikropipet 20 µLdan 1000 µL. - Tip kuning dan biru. - Fotometer Reagensia : - Reagen Kerja: Cupri (II) asetat 6 mmol/L, Kalium Iodida 12 mmol/L, NaOH 1,15 mol/L, - Deterjen. - Reagen standard : 8,0 g/dL Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu ruang. Spesimen : LCS Cara Kerja : - Masukkan ke dalam tabung berlabel : Blanko Standar Sampel Standar 20 µl Serum 20 μl Reagen kerja 1000 μl 1000 μl 1000 μl - Campur dan inkubasi selama 10 menit pada suhu ruang. - Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer dengan panjang gelombang 578 nm terhadap blanko reagent. Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 67
Perhitungan : 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 =
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑒𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 8,0𝑔 𝑥 𝑘𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 ( ) 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑒𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝑑𝑙
= ..............g/dL x 1000
= ......mg/dL
Nilai Normal : 15 – 45 mg/dL VII . Glukosa Metode : GOD-PAP Prinsip : Glukosa dioksidasi oleh glukosa oksidase menghasilkan hidrogen peroksida yang bereaksi dengn 4-aminoantipirin dan fenol dengan pengaruh katalis peroksidase menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah. Tujuan : Untuk menentukan kadar glukosa dalam LCS Reaksi : Glukosa + ½ O2 + 2 H2O glukosa oxidase Glukonate + H2O2. 2 H2O2 + 4-Aminoantipyrine + Phenol POD Quinoneimine + 4 H2O
Alat -
: Tabung reaksi kecil Timer Mikropipet 10 dan 1000 µl Tissue Tip kuning dan biru Rak Tabung Fotometer
Reagensia : - Reagen kerja Glukosa. - Reagen standar Glukosa 100 mg/dl Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu 2-8oC. Spesimen : LCS Cara kerja : - Dipipet ke dalam tabung :
-
Blanko Standar Sampel Standar 10 µl Serum 10 µl Reagen kerja 1000 µl 1000 µl 1000 µl Dicampur dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 68
Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer terhadap blanko dengan panjang gelombang 546 nm. Pengamatan dan Pembacaan : - Absorben blanko aquabidest : 0,000 - Dicatat Absorben pengukuran reagent blanko, standar dan sampel
Perhitungan : 𝐺𝑙𝑢𝑐𝑜𝑠𝑎 =
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑒𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 100𝑚𝑔 𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑( ) 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑒𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝑑𝐿
= ..............mg/dL
Nilai Normal : 45 – 70 mg/dL
VIII.Chlorida Metode : TPTZ Prinsip : Ion Chlorida bereaksi dengan Mercury (II), 2,4,4-tri-(2pyridil)-S-triazide kompleks (TPTZ) membentuk merkuri (II) chlorida. TPTZ bebas bereaksi dengan ion besi (II) menghasilkan warna biru kompleks. Perubahan absorben pada 578 nm sebanding dengan kadar chlorida. Tujuan : Untuk menentukan kadar Chlorida dalam LCS Alat : - Tabung reaksi kecil - Timer - Mikropipet 10 dan 1000 µl - Tissue - Tip kuning dan biru - Rak Tabung - Fotometer Reagensia : - Reagen warna : 2,4,6-tri-(2-pyridil)-S-triazide (TPTZ) dan merkuri (II) kompleks 0,96 mmol/L dan besi (II) sulfat 0,5 mmol/L - Standard Chlorida : Natrium chlorida 100 mmol/L atau 355 mg/dL Spesimen : LCS Cara Kerja : - Dipipet ke dalam tabung: Blanko Standar Sampel Standar 10 µl Serum 10 µl Reagen kerja 1000 µl 1000 µl 1000 µl -
Dicampur dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit. Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer terhadap blanko dengan panjang gelombang 546 nm. Perhitungan :
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 69
𝐶ℎ𝑙𝑜𝑟𝑖𝑑𝑎 =
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑒𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 (100 ) 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑒𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝐿
= ..............mmol/L
Nilai Normal : 98 - 106 mmol/L
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 70
BAB VIII ANALISIS CAIRAN PLEURA Dalam keadaan normal, pembentukan lapisan tipis cairan antara pleura parietal dan pleura viseral (disebut cairan pleura) merupakan ultrafiltrasi plasma. Kedua pleura bekerja seperti membran semipermiabel, sehingga kadar molekul kecil (misalnya glukosa) sama dengan plasma, sedangkan kadar molekul besar (seperti albumin) kadarnya sangat rendah bila dibandingkan dengan kadar dalam plasma.
Perbedaan transudat & eksudat Cairan pleura normal tampak seperti air jernih dan tidak berbau. Cairan normal ini mengandung sekitar 1000 sel per mililiter, sebagian besar sel mesotelial kemudian sel-sel lainnya adalah monosit dan limfosit.Abnormalitas cairan pleura, dengan dukungan pemeriksaan lain, biasanya berhasil untuk menentukan atau konfirmasi penyebab efusi pleura.
Chilotoraks Berbagai uji pemeriksaan bisa dilakukan, namun pemeriksaan gross dan mikroskopik, dan perbedaan kadar protein total dan LDH cairan pleura Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 71
dibandingkan dengan plasma, biasanya cukup untuk menentukan apakah cairan tersebut transudat atau eksudat. Hasil pemeriksaan tersebut biasanya bisa didapatkan dalam beberapa jam. Bila hasilnya eksudat, perlu dipertimbangkan pemeriksaan kimia, bakteriologi dan sitologi.
Gambaran makroskopis Transudat biasanya jernih, kadang warnanya sedikit kuning. Eksudat biasanya mengandung lebih banyak sel dan protein, warnanya lebih gelap, lebih keruh. Eksudat, berisi sejumlah besar sel, berhubungan dengan pneumonia, biasanya tampak seperti awan, sedangtkan cairan empiema tampak opak dan kental. Cairan pleura yang kaya dengan kolesterol mempunyai ciri khas tampak kemilau seperti satin. Efusi kilous (chilotoraks) warnanya putih seperti susu. Gambaranmikroskopis Informasi penting berkaitan dengan etiologi efusibisa didapatkan dari pemeriksaan komposisi selular cairan pleura. Efusi pleura disertai darah yang tampak dengan mata telanjang (kadar eritrosit >100.000/mm3 disebabkan oleh trauma, infark pulmonal atau keganasan. Pemeriksaan lain bisa dilihat pada tabel di bawah ini. Pemeriksaan
Nilai abnormal
Kondisi yang biasanya berkaitan
Jumlah Eritrosit (/mm3)
> 100.000
Malignansi, trauma, emboli pulmonary
Jumlah Leukosit (/mm3)
> 10.000
Infeksi pyogenik
Neutrofil (%)
> 50
Pleuritis akut
Limfosit
> 90
Tuberkulosis, keganasan
Eosinofilia
> 10
Asbestos effusion, pneumotoraks, sembuh dari infeksi
Sel mesotelial
Nihil
Tuberkulosis
Protein (CP/S)*
> 0,5
Eksudat
LDH (CP/S)
> 0,6
Eksudat
LDH (IU)**
> 200
Eksudat
Glukosa (mg/dl)
< 60
Empyema, Tuberkulosis, malignansi, rheumatoid arthritis
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 72
pH
< 7,20
Efusi parapneumonik dengan komplikasi, empyena, ruptur oesofagus, tuberculosis, kganasan, rheumatoid arthritis
Amilase (CP/S)
> 1
Pankreatitis
Bakteriologik
Positif
Disebabkan infeksi
Sitologi
Positif
Diagnosis malignansi
*CP/P = rasio kadar dalam cairan pleura dibandingkan dengan dalam serum **IU = kadar dalam International Units
ASITES (CAIRAN DALAM RONGGA PERUT)
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 73
Asites adalah penumpukan cairan dalam rongga perut. Cairan itu terjadi karena berbagai penyakit kronik yang mendasarinya. Penyakit kronik yang paling sering adalah penurunan fungsi liver yang kronik (sirosis hati). Penyakit lain yang dapat menimbulkan asites ini adalah penyakit yang menyebabkan kadar protein albumin turun dari dalam darah, gagal jantung, kuman tuberkulosa dalam rongga perut,kanker yang menyebar ke dalam rongga perut. Keluahan yang dirasakan pada penderita dengan asites ini sangat bergantung pada jumlah ciran asitesnya, bila masih sedikit tidak ada keluhan, tetapi bila sudah dalam jumlah banyak mulai timbul keluhan yakni rasa perut berat, sesak dan tegang permukaan perut. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya asites ini cukup sederhana yakni dengan pemeriksaan fisik tangan seorang dokter biasanya sudah ketahuan, bila asitesnya sangat sedikit dengan bantuan alat USG baru terdeteksi. Pengobatan asites ini adalah dengan cara dikeluarkan cairan tersebut sekaligus dilakukan analisa cairan asites untuk mendeteksi sel, kultur kuman dan analisa kimia (kadar prot ein-nya). Cara mengeluarkan cairan asites adalah dengan pungsi (dialirkan cairan dari dalam perut dengan bantuan jarum suntik). Pengobatan definitif adalah dengan mengobati penyakit yang mendasari terjadinya asites.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 74
Daftar Pustaka
Subrata Ganda R ,1978 Penuntun Laboratorium Klinik W.H.O,1980,Manual Of Basic Techniques For A Health Laboratory Litbangkes,1976,Manual Laboratorium Kimia Klinik Bagian I Diktat Kimia Klinik,Sekolah Menengah Analis Kesehatan Dep.Kes,Bandung Diktat Patologi Klinik ,Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran ,Bandung Gradwohl Volume 1,Clinical Laboratory Methods And Diagnosis. Levy Lambert,1974,Basic Techniques for a Medical Laboratory Pusat Pendidikan dan Latihan Peg.Dep.Kes.RI,Edisi I 1983,Penuntun Praktek Kimia Klinik,SMAK DEP.KES.RI.Medan. http://labkesehatan.blogspot.com/2010/02/urinalisis-1.html http://labkesehatan.blogspot.com/2010/02/urinalisis-2-analisis-mikroskopik.html http://meilindaadhasari.blogspot.com/2011/11/cairan-otak-liquor-cerebro-spinalislcs.html http://kuliahanaliskesehatan.blogspot.com/2013/05/pemeriksaan-transudateksudat.html
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 75
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 76
BAB IV PEMERIKSAAN AMILASE DALAM BAHAN URINE Tujuan : Untuk mengetahui berapa banyak kadar amilase yang terkandung dalam bahan urine. Waktu
:
Bahan
: Urine
Alat
: -
Tabung kecil. Rak tabung. Pipet 10 ml Pipet 5 ml Pipet 1 ml Termometer Burret 50 ml Erlenmayer 100 ml Dll.
Methode
: Woldgemuth
Reagen
: -
Larutan NaCl 0,9% Kresol merah atau phenolphtaline dalam alkohol 1% Larutan NaOH 0,1 N Larutan amilum dengan Buffer sebagai berikut 0,1 gram amilum 0,45 gram monokalium phosphat ( KH2PO4) 0,45 gram dinatrium phosphat ( Na2HPO4 ) yang dipanaskan dengan aquadest kemudian diukur dengan labu ukur sampai 100 ml. Larutan yodium 0,02 N yang dibuat dengan mengencerkan dari yodium 0,1 N.
Keselamatan kerja: Tidak ada yang membahayakan tapi meskipun demikian bekerja harus hati-hati dan teliti sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan. Langkah Kerja : c. Bila urine bersifat asam .netralkan dulu dengan 0,1 N NaOH . Caranya : Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 77
-
-
Isi erlenmayer 100 ml dengan 10 ml urine bahan kemudian tetesi 2 – 3 tetes krresol merah atau phenoptaline Titrasi dengan 0,1 N NaOH dan catat berapa ml diperlukan . Mis. Diperlukan X ml ,ini berarti dengan penambahan X ml 0,1 N NaOH urine bahan reaksinya netral.
d. Ambil erlenmayer 100 ml yang baru yang sudah bersih kemudian isi dengan 10 ml urine bahan dan tambah X ml 0,1 N,NaOH kemudian encerkan sampai 20 ml ( pengenceran 2X ). e. Susun tabung reaksi yang sudah bersih dan kering sebanyak 12 buah pada rak tabung kemudian diberi nomor 1-12 dengan pensil glass. f. Isi tabung tersebut dengan enceran urine mulai dari tabung no.1 s/d 11 ,sedangkan nomor 12 tidak disi.Dan pengisiannya dilakukan sbb: 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 1 g. Isi tabung tadi dengan larutan NaCl 0,9% sehingga volume tiap tabung berisi 1 ml kecuali tabung no 1 tidak diisi. Pengisiannya sebagai berikut : 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 h. Kemudian seluruh tabung diisi dengan amilum masing-masing sebanyak 2 ml. i. Campur yang baik hingga homogen kemudian masing-masing tabung dituutup dengan kapas.Lalu masukkan dalam waterbath 370 C biarkan selama 30 menit ,kemudian angkat dari waterbath dan dinginkan . j. Tetesi setiap tabung dengan 1-2 tetes larutan jodium 0,02 N lalu dikocok sampai homogen. Pembacaan : a. Perhatihkan tabung kontrol no.12 ,pada tabung ini cairan harus berwarna biru ( karena tabung ini hanya berisi amilum dan jodium tanpa ada cairan urine ) b. Tentukan total diastase pada tabung berapa? Misalkan : - Mulai tabung no.7 sampai 12 berwarna biru. - Tabung 1 sampai tabung no.5 tidak berwarna - Tabung no.6 tidak berwarna atau berwarna ungu dan tidak sama sekali warna biru,maka total diastase adalah pada tabung no.6. c. Perhitungan :
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 78
Total diastase pada tabung ke 6 mengandung larutan urine 0,5 ml 1 atau mengandung urine asal 0,25 ml jadi kadar diastase =0,25 x 2 atau = 8 unit. d. Catatan : - I unit diastase adalah banyaknya diastase yang terdapat dalam 1 ml urine yang selama 30 menit dapat menguraikan 1 ml larutan amilum 1 % dalam suhu 37 0 C - Total diastase ialah pengenceran tertinggi dari bahan urine yang mengandung enzym diastase yang sanggup menguraikan seluruh amilum 1% pada tabung tersebut. Keterangan : Didalam urine normal didapatkan diastase ( amilase ) enzym ini berasal dari pankreas ( melalui sistem sirkulasi ) . Apabila ductus pancreatius tersumbat kadar diastase meninggi.Sebaliknya bila ada atrophy dari pancreas kadar diastase dalam urine menurun.Selain enzym diastase dalam urine juga didapat enzym lain dalam jumlah kecil mis.pepsin, trypsin,lipase.
BAB V PEMERIKSAAN KLORIDA DALAM URINE Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 79
i. MENURUT CARA VOLHARD ii. MENURUT CARA VOTOCEK. A.PEMERIKSAAN KLORIDA DALAM BAHAN URINE Tujuan : Untuk mengetahui kadar klorida yang terkandung dalam bahan urine selama 24 jam Waktu
:
Bahan
: Urine
Alat
:
-
Labu ukur 50 ml Gelas ukur 25 ml Pipet 10 ml Pipet 5 ml Corong Kertas saring Erlenmayer 100 ml Buret 50 ml
Methode
: A.Menurut cara Volhard
Prinsif
: Titrasi dijalankan menurut cara Volhard.
Pada urine yang bebas protein diasamkan dengan HNO3 ditambahkan AgNO3 yang Berlebihan .AgCl yang terjadi disaring dari sebagian filtrat ditentukan kelebihan AgNO3 dengan KCNS dengan indikator ferriamoniumsulfat.Jika semua ion Hg+ su Sudah diendapkan,maka tampak cairan berwarna merah tetap ferrirhodanida. Reagen -
-
: HNO3 50 % ( bebas dari Cl- ) Larutan AgNO3 ; Timbang 29,06 gram AgNO3 dilarutkan dalam H2O dan ukur sampai 1 liter dengan labu ukur ( 1 ml larutan = 10 mg NaCl ) Larutan KCNS ;Timbang 8,3 gram KCNS larutkan dengan aquadest 1 liter.Tentukan kosentrasinya dengan AgNO3,lalu encerkan hingga kosentrasinya menjadi setengah kosentrasi AgNO3 Larutan jenuh ferriamoniumsulfat lebih kurang 33%
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 80
Keselamatan kerja : Hati-hati bekerja dengan zat kimia terutama dengan zat kimia pekat seperti HNO3 sebaiknya jangan menggunakan pipet yang diisap dengan mulut dan selalu harus didalam lemari asam bila saudara hendak mengambil asam pekat tersebut. Langkah kerja : 1. Isi labu ukur 50 ml dengan : - 10 ml urine bahan. - 5 ml HNO3 - Tambah H2O sampai 20 ml - Tambah 20 ml larutan AgNO3 - Tambah H2O sampai tanda batas 50 ml. 2. Cairan dicampur dan dikocok hingga homogen lalu disaring. 3. Erlenmayer 100 ml yang bersih dan kering diisi dengan : 25 ml filtrat dari no.2 dan tetesi 3 ml indikator ferriamonium sulfat kemudian titrasi dengan KCNS sampai warna merah. 4. Perhitungan : 1 ml AgNO3 = 10 mg NaCl 1 ml KCNS = 5 mg NaCl Urine asal = 10 ml Larutan AgNO3 = 20 ml Untuk menitrasi 5 ml urine diperlukan larutan KCNS sebanyak a ml . Jadi 20 x 10 – 2 ( a x 5 ) = 10 ( 20 – a ) mg NaCl 1000 10 ( 20−𝑎 ) Untuk 1 liter urine = 10 X gram = ( 20 – a ) gram NaCl 1000 Jadi kadar NaCl = 20 dikurangi jumlah KCNS yang diperlukan dalam titrasi yaitu a ml. Catatan: Bila protein mengandung protein harus diolah dahulu sebagai berikut : 50 ml urine diasamkan dengan menambahkan 5 ml HNO3 dan setelah beberapa menit disaring.10 ml filtrat pertama dibuang dan 10 ml filtrat berikutnya dilakukan seperti langkah kerja diatas ,sedang hasilnya harus dikalikan dengan 1,1 . Keterangan : -
Kadar Na+ dan Cl- akan meninggi biasanya pada penyakit adison ( adenocortical insufficiensy ) Perlu diingat penyuntikan corticon menyebabkan ekskresi K dan retensi Na+ dan ClB.MENURUT CARA VATOCEK
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 81
Tujuan : Untuk mengetahui kadar klorida yang terkandung dalam bahan urine selama 24 jam Waktu
:
Bahan
: Urine
Alat
: -
Methode
Erlenmayer 25 ml Pipet 5 ml Pipet Tetes Tabung reaksi Corong Kecil Kertas Saring Burret 50 ml atau microburet.
: B.Menurut cara Vatocek
Prinsip : Urine ditambah asam trichlor acetat,endapan protein yang terjadi disaring kemudian Dititrasi oleh Hg(NO3)2 dengan natrium nitroprusid sebagai indikator,titik akhir keruh yang tetap.Dengan titrasi tersebut terjadilah
PENDIDIKAN,KESEHATAN DAN BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 82
Pendidikan dan Kesehatan merupakan hal yang sangat penting, karena itu kami tampilkan beberapa hal yang berkaitan dengan pendidikan terutama di bidang Laboratorium Kesehatan. Serta hal-hal yang menyangkut masalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mikroba atau parasit Minggu, 21 Juni 2009 SOAL SOAL UJIAN SEMESTER SMK KESEHATAN TERPADU MEGAREZKY MAKASSAR Alamat : Jalan Aroepala (Hertasning Raya) Blok X No 1 B. Telp. (0411)8214703 Makassar 90232
Mata Pelajaran : Kimia Air, Makanan dan Minuman Kelas/Semester : X1/ IV Guru Penanggung Jawab : Mursalim, S.Pd.,M.Kes. Alokasi Waktu : 90 menit Hari / tanggal Ujian : Senin, 2 Juni 2009 Petunjuk Soal : Bacalah soal dengan cermat dan teliti sebelum menjawab Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang tepat Soal Pilihan Ganda 1. Bahan tambahan makanan anti kempal yang diijinkan menurut Permenkes no 722/MENKES/ PER/IX/88 adalah a. Asam cuka c. Asam sitrat b. MgO d. aspartam 2. Bahan pengawet asam propionate berguna untuk : a. Memberikan rasa manis b. Mencegah melunaknya makanan c. Menghambat/ membunuh mikroorganisme d. Mencegah dan menghambat oksidasi dari makanan 3. Bahan tambahan makanan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan makanan adalah: a. KBrO3 b. KClO4 c. Calsium laktat d. Jika a,b,c semua benar 4. Bahan tambahan makanan yang berfungsi sebagai pemanis yang di ijinkan adalah: a. Dulcin b. Sakarin c. Siklamat d. Jika semua benar 5. Bahan tambahan makanan yang berfungsi untuk pemutih dan mematangkan tepung adalah : a. Natrium stearyl fumarat c. Polisorbat b. Asam propionate d. AlNa Silikat Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 83
6. Zat pewarna yang dilarang sebagai Bahan tambahan makanan adalah a. Oil yellow c. Rhodamin b. Sakarin d. Jika a,b dan c semua benar 7. Bahan tambahan makan yang sering digunakan pada daging adalah : a. Klorofil b. benzoat c. Karoten d. MSG 8. Jika diketahu wadah kosong A gram dan wadah + sampel B gram, kemudian dimasukkan kedalam oven lalu ke eksikator dan ditimbang kembali dengan berat C gram,maka kadar air sampel tersebut adalah: a. A – B b. C – A c. B – A d. B - C C-AB-AC–AB-A 9. Jika diketahu wadah kosong A gram dan wadah + sampel B gram, kemudian dimasukkan kedalam tanur lalu ke eksikator dan ditimbang kembali dengan berat C gram,maka kadar abu sampel tersebut adalah: a .A – B b. C – A c. B – A d. B - C C-AB-AC–AB-A 10. Bahan pengawet makanan yang biasa digunakan dalam makanan adalah : a. Sulfit b. bromide c. perklorat d. permanganat
Menjodohkan ( jawaban lebih dari satu dan tidak boleh satu jawaban untuk dua nomor/soal ) 1. Analisa kadar protein 2. Analisa karbohidrat/ kadar glukosa 3. Analisa kadar lemak 4. Analisa Kadar Alkohol 5. Kadar abu dan kadar air 6. Bilangan asam a. Campuran alkohol benzene b. Kjeldahl c. Gravimetri d. Luff schorll e. Piknometer f. Soxlet g. Tabung reaksi h. Ekstraksi i. Titrasi j. Oven k. Destruksi l. Iodometri m. Pendingin liebieg n. Berat Jenis ESSAY Hitunglah kadar glukosa dalam sirup Jika berat sampel ditimbang sebanyak 5,..67 gram kemudian dimasukkan kedalam Labu ukur 100 ml + Zn asetat, K4Fe(CN)6 (1) dan norit dan aquadest sampai tanda garis, saring kedalam Erlemeyer 250 ml. 25,0 ml larutan tersebut dimasukkan ke dalam Labu ukur 250 ml (2) dan
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 84
diencerkan dengan aquadest sampai tanda garis, kemudian di pipet 25,0 ml larutan tersebut dimasukkan lagi ke Labu ukur 100 ml (3) kemudian diencerkan lagi dengan aquadest sampai tanda garis. 25,0 ml larutan ini dimasukkan kedalam Erlemeyer 250 + pereaksi dan batu didih dan didihkan sampai mendidih 10 menit tepat, dinginkan dan tambah 25 ml H2SO4 2 N dan 15 ml KI 20 % dan dititrasi dengan Na2S2O3 dengan Indikator amylum dengan volume titrasi sebanyak 25,.. ml. Titrasi blanko sebanyak 32,80 ml . (sebelum inversi). dan untuk sesudah Inversi volume titrasi 27,.. dengan jumlah pengenceran (400X). Ditanyakan : 1. Kadar glukosa sebelum inverse 2. Kadar glukosa sesudah Inversi 3. Kadar saccharosa Catatan : Isilah titik tersebut dengan dua angka terakhir dari No stambuk saudara Tabel glukosa adalah sebagai berikut : ml 0,1 N Na2S2O3 mg glukosa ml 0,1 N Na2S2O3 mg glukosa
Kisi Kisi Soal Kimia AMAMI Oleh : Mursalim, S.Pd.,M.Kes 1. Permenkes No 722 tentang Bahan tambahan makanan 2. Bahan tambahan makanan yang diijinkan dan tidak di perbolehkan 3. Bahan pengawet makanan 4. Cara menghitung kadar Glukosa dalam minuman dan makanan 5. Cara menghitung kadar protein dalam makanan 6. Analisa lemak 7. Analisa Minyak goring 8. Analisa kadar air dan kadar abu pada makanan 9. Analisa gravimetric 10. Analisa kadar alkohol dalam minuman UJIAN SEMESTER SMK KESEHATAN TERPADU MEGAREZKY MAKASSAR Alamat : Jalan Aroepala (Hertasning Raya) Blok X No 1 B. Telp. (0411)8214703 Makassar 90232
Mata Pelajaran : Mikrobiologi Kelas/Semester : X1/ IV Guru Penanggung Jawab : Mursalim, S.Pd.,M.Kes. Alokasi Waktu : 90 menit Hari / tanggal Ujian : Senin, 2 Juni 2009 Petunjuk Soal : Bacalah soal dengan cermat dan teliti sebelum menjawab
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 85
Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang tepat Soal Pilihan Ganda 1) Tes bacitrasin gunanya adalah a. Untuk membedakan Streptococcus grup A dari grup lainnya b. Untuk membedakan antara staphylococcus dengan streptococcus c. Untuk membedakan Streptococcus grup B dengan Staphilococcus d. Untuk membedakan Streptococcus viridans dengan βStreptococcus 2) Enzim hialuronidase dihasilkan oleh a) Streptococcus sp b) Pneumococcus sp c) Staphylococcus sp d) Jika a dan c saja yang benar 3) Morfologi dari bakteri Mycobacterium tuberculosis dibawah ini adalah a. Tidak bergerak, tidak berspora, berkapsul , anaerob b. Batang tipis, tidak bergerak , tidak berkapsul, anaerob c. Bergerak, tidak berspora, tidak berkapsul, Gram positif d. Bergerak, berspora, tidak berkapsul, Gram positif, sendiri-sendiri 4) Yang termasuk spesies dari Staphylococcus dibawah ini adalah a) Staphylococcus albus an haemoliticus b) Staphylococcus aureus haemoliticus c) Staphylococcus citrius d) Jika semua benar 5) Klassifikasi streptococcus menurut Brown adalah a. Streptococcus,grup A,B,C,D,E,F dll b. Streptococcus,βStreptococcus, α Streptococcus, c. Streptococcus,equi, Streptococcus, duran’s, faecalis d. Streptococcus viridans, Streptococcus haemoliticus, Streptococcus lactis 6) Toksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus sp adalah a. Leucocidin dan koagulasi b. Eryrogenik dan eksotoksin c. Eksotoksin dan enterotoksin d. Jika a dan c benar 7) Bakteri yang termasuk Anaerobic gram positive non sporeforming bacilli adalah : a) bacteroides ; fusobacterium; Leptotrichia ; Anaerobic vibrios b) bifidobacterium ; propionibacterium ; Eubacterium ; Actinomyces ; Arachnia c) Peptostreptococcus ; Peptococcus Veilonella ; Acidaminococcus;Megasphaera d) bacteroides ; Eubacterium; Actinomyces; fusobacterium; Leptotrichia ; Anaerobic vibrios 8) Yang termasuk Bacteroides adalah : a) fragilis, uniformis, fulgatus b) fulgatus, nucleatum, thetaiotaomicron c) thetaiotaomicron, mortiferum, distasonis d) fragilis, thetaiotaomicron, mortiferum, ovatus Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 86
9) Sekresi antibody …… dapat mencegah pelekatan salmonella pada epitel usus. a) Ig G b). Ig A c). Ig D d) Ig M 10) Media selektif yang dipakai untuk Salmonella adalah : a) Thioglikolat dan SS agar c. EMB Agar dan Thioglikolat b) Deoxycholate Citrat agar dan SS agar d. Agar darah dan agar coklat
11) Cara membandingkan radius zona hambatan yang terjadi antara bakteri control yang sudah diketahui kepekaannya terhadap obat dengan isolat bakteri yang diuji adalah : a. Cara Kirby baur c. Cara Joan Stokes b. Cara Perbandingan d. Cara Joan Stokes dan Cara Kirby baur 12) NCCLS adalah singkatan dari : a) National Commite For clinical Laboratory Standard. b) Nation of comite clinical and Laboratory standar c) Nederland company and clinical Laboratory standar d) Jika a, b, c tidak ada yang benar 13) Media yang dipakai untuk menghitung jumlah kuman ( Most probable number) adalah a. Media nutiren broth dan BGLB, LB dan Deoxycholate Citrat agar b. Media BGLB dan media Deoxycholate Citrat agar c. Deoxycholate Citrat agar dan lactose broth d. Media BGLB dan Lactosa broth 14) Serogroup dari meningococci yang paling penting yang berhubungan dengan penyakit pada manusia adalah : a. Serogroup A, B, C, D, dan W-135. b. Serogroup A, C, Y, X, dan W–125 c. Serogroup D, E, Y, X, dan W-125 d. Serogroup A, B, C, Y, dan W-135 15) Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium untuk Mycobakterium tuberkulosis adalah a. +1 jika ditemukan kuman 1 – 9 / 100 LP b. +2 Jika ditemukan kuman 10 – 90 / LP c. 10 / LP+3 Jika ditemukan d. 9/ 100 LP+3 Jika ditemukan 16) Shigella yang tidak tidak meragikan manitol adalah a) S.fleksneri b) S Boydii c) S.dysenteriae d) S. sonnei 17) Berdasarkan antigen O, Grup atau spesies dari S sonnei terdiri dari : a) 10 tipe b) 1 tipe c) 6 Tipe d) 15 tipe 18) Warna Koloni Shigella pada media SS agar dan Mc.conkey adalah : a) Merah metalik b) biru jernih c) hiaju jernih d) tidak berwarna 19) Kuman proteus yang dapat bereaksi dengan Richettsia adalah : a) Proteus OX1 dengan spotted fever c) Proteus OX1 dengan Scrub fever b) Proteus OX2 dengan Scrub fever d) Proteus OX19 dengan Shop fever 20) Treponema pallidum dapat menyebabkan penyakit a) Jantung b) Sifilis c) gonorrhoe d. Black fever Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 87
Menjodohkan : 1. Schottmuller 2. Neisseria meningitides 3. Streptococcus viridians 4. Wilson Blair 5. Tes koagulase a) Palsma citrat b) Salmonella enteric S tiphy c) Salmonella paratiphy d) Tidak berspora dan Gram negative e) Alfa hemolisin f) Clostridium tetani g) Clostridium septicum h) NaCl Essay : 1. Tuliskan prinsip dari uji sensitivity tes Metode Difusi Cakram 2. Apakah yang dimaksud dengan Swarming 3. Jelaskan 2 macam pigmen yang dihasilkan Pseudomonas aerogunosa 4. Tuliskan media yang digunakan untuk pertumbuhan dari : a. Vibrio b. E. Coli c. Neisseria gonorrhea d. Salmonella e. Shigella 5. Jelaskan eksotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani Kisi Kisi Soal Mikrobiologi Kelas dua Oleh : Mursalim, S.Pd.,M.Kes 1. Morfologi stafilococus dan, streptococcus , pneumococcus 2. Klassifikasi stafilococus, dan streptococcus 3. Media yang digunakan untuk identifikasi stafilococus, streptococcus, Mycobacterium, Salmonella, Neisseria, Clostridium 4. Interpretasi hasil BTA 5. Most probable number 6. Uji sensitivity tes 7. Struktur antigen Shigella 8. Sifat biakan Shigella 9. Struktur antigen Proteus 10. Reaksi biokimia Pseudomonas 11. Eksotoksin Clostridium tetani 12. Bacteroides 13. Test bacitrasin 14. Clostridium
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 88
UJIAN SEMESTER SMK KESEHATAN TERPADU MEGAREZKY MAKASSAR Alamat : Jalan Aroepala (Hertasning Raya) Blok X No 1 B. Telp. (0411)8214703 Makassar 90232
Mata Pelajaran : Parasitologi Kelas/Semester : X/ II Guru Penanggung Jawab : Mursalim, S.Pd.,M.Kes. Alokasi Waktu : 90 menit Hari / tanggal Ujian : Selasa, 2 Juni 2009 Petunjuk Soal : Bacalah soal dengan cermat dan teliti sebelum menjawab Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang tepat A. Soal Pilihan Ganda 1) Fase gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penyebar penyakit bagi nyamuk malaria (anopheles) adalah termasuk dalam : a. Siklus hidup diluar sel darah c. Siklus seksual sporogoni b. siklus hidup dalam sel darah merah d. Siklus aseksual sporogoni 2) Siklus hidup sporogoni untuk Plasmodium falcifarum berlangsung selama a. 14 – 15 hari b. 5 - 7 hari c. 8 - 11 hari d 10 – 12 hari 3) Paroksisme plasmodium biasanya terdiri atas 3 stadium yang berurutan yakni: a. cold stage,swearing stage, hot stage c. Hot stage, swearing stage, cold stage b. swearing stage, hot stage, cold stage d. Cold stage, hot stage, swearing stage 4) Penularan malaria yang terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik disebut : a. Penularan spontan c. Penularan alamiah b. Penularan mekanik d. Penularan bawaan 5) Siklus hidup seksual dari Plasmodium vivax berlangsung selama : a. 8 – 11 hari c. 14 hari b. 10 - 14 hari d. 15 hari 6) Siklus hidup seksual dari Plasmodium malariae berlangsung selama : a. 8 – 11 hari c. 14 hari b. 10 - 14 hari d. 15 hari 7) Masa tunas Intrinsik Plasmodium falcifarum berlangsung antara a. 8 - 10 hari c. 10 - 14 hari b. 9 - 14 hari d. 10 - 12 hari Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 89
8) Malaria tertiana disebabkan oleh a. Plasmodium vivax c. Plasmodium ovale b. Plasmodium malariae d. Plasmudium falciparum 9) Entamuba coli mempunyai 3 bentuk stadium yaitu bentuk a. tropozoit, scizon, merozoit c. tropozoit, merozoit dan kista b. tropozoit, prekista dan kista d. jika a, b, dan c semua benar 10) Cara penularan dari Entamuba coli adalah a. melalui seksual c. melalui vektor serangga b. melalui jarum suntik d. melalui nyamuk
B. Jawablah titik-titik dibawah ini dengan satu atau dua kata saja Ciri khas lain Plasmodium malariae adalah (1) ……………. dengan pewarnaan khusus dapat dilihat (2) .......... stipping pada stadium triphozoite muda. Inclusion badies ini nampak seperti (3) ……………… dan namun lebih halus Entamoeba coli ( Vegetatif) • Besar………(4) mikron . Inti entamoeba dengan kariosom tipe ……………(5)Endoplasma bervakuola didalamnya mengandung .………………… (6) dan tidak mengandung sel darah merah. Entamoeba coli (kista) - Ukuran ………… (7) mikron , Berbentuk ………(8). Dinding jelas refraktil dan berlapis ……. (9). Inti antara 1 - 8, dengan kariosom ………(10)
C. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan benar 1. Jelaskan patologi klinis dari Trichomonas vaginalis 2. Jelaskan perbedaan makrogametosit dan mikrogametosit dari Plasmodium vivax dengan Plasmodium falciparum 3. Tuliskan morfologi dari Toxoplasma gondii D. Lingkarilah (B) jika benar dan (S) jika salah 1. B - S Endoplasma Entamuba coli didapatkan adanya tumbuh-tumbuhan 2. B - S Reproduksi dari Balantidium coli adalah secara binary transverse fission 3. B - S Entamoeba histolytica pertama kali diuraikan oleh Roussel di Rusia (1875) 4. B – S Toxoplasma gondii adalah protozoa bebentuk ovoid 5. B – S Tes Wiff adalah tes dengan memeriksa adanya amine dengan
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 90
menambahkan NaOH pada discharge vagina 6. B – S Trichomonas vaginalis tergolong dalam kelas Ciliofora 7. B – S Sitoplasma dari P vivax hampir memenuhi seluruh sel darah merah 8. B – S makrogametozit P. falcifarum lebih langsing dan panjang dari mikrogametozit 9. B – S Siklus aseksual sering disebut schizogoni 10. B – S Plasmodium termasuk dalam kelas sporozoa
Kisi Kisi Soal Parasitologi kelas X semester II ( Dua ) 1. Pengantar Plasmodium 2. Gejala klinis dan cara penularan dan siklus hidup Plasmodium 3. Morfologi Plasmodium vivax, falcivarum dan ovale 4. Patologi dan gejala klinik dari Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum 5. Morfologi dan diagnose laboratorium Trichomonas 6. Pengantar dan morfologi Toxoplasma gondii, Entamuba coli dan histolityca 7. Tropozoit Entamuba histolica dan coli 8. Morfologi Entamuba histolica dan coli 9. Gejala klinik Entamuba histolica dan coli 10. Morfologi Balantidium coli 11. Morfologi dan daur hidup Giardia lamblia
UJIAN SEMESTER SMK KESEHATAN TERPADU MEGAREZKY MAKASSAR Alamat : Jalan Aroepala (Hertasning Raya) Blok X No 1 B. Telp. (0411)8214703 Makassar 90232
Mata Pelajaran : Mikrobiologi Kelas/Semester : X/ II Guru Penanggung Jawab : Mursalim, S.Pd.,M.Kes. Alokasi Waktu : 90 menit Hari / tanggal Ujian : Selasan, 2 Juni 2009 Petunjuk Soal : Bacalah soal dengan cermat dan teliti sebelum menjawab Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang tepat A. Soal Pilihan Ganda 1. Salah satu eksotoksin yang di hasilkan oleh Staphilokokkus adalah : a. hemolisin dan lekosidin hemolisin, b. Penisilinase, hialuronidase dan proteinase Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 91
c. hemolisin hemolisin dan hemolisin, d. Jika a, b, dan c benar semua 2. gamma Sterptococcus pada media agar darah adalah a. berwarna kuning kecoklatan b. berwarna hijau kekuning-kuningan c. menghemolise agar darah dengan warna jernih disekitar koloni d. tidak mengadakan perubahan apa-apa 3. Salah satu test pada Diplococcus pneumoniae yang dikenal dengan reaksi pembengkakan dikenal dengan nama a. tes basitrasin c. tes quellung b. tes inulin d. Tes kelarutan 4. Tes bacitrasin gunanya adalah a. Untuk membedakan Streptococcus grup A dari grup lainnya b. Untuk membedakan antara staphylococcus dengan streptococcus c. Untuk membedakan Streptococcus grup B dengan Staphilococcus d. Untuk membedakan Streptococcus viridans dengan βStreptococcus 5. Enzim hialuronidase dihasilkan oleh a. Streptococcus sp b. Pneumococcus sp c. Staphylococcus sp d. Jika a dan c saja yang benar 6. Morfologi dari bakteri Mycobacterium tuberculosis dibawah ini adalah a. Tidak bergerak, tidak berspora, berkapsul , anaerob b. Batang tipis, tidak bergerak , tidak berkapsul, anaerob c. Bergerak, tidak berspora, tidak berkapsul, Gram positif d. Bergerak, berspora, tidak berkapsul, Gram positif, sendiri-sendiri 7. Yang termasuk spesies dari Staphylococcus dibawah ini adalah a. Staphylococcus albus an haemoliticus b. Staphylococcus aureus haemoliticus c. Staphylococcus citrius d. Jika semua benar 8. Klassifikasi streptococcus menurut Brown adalah a. Streptococcus,grup A,B,C,D,E,F dll b. Streptococcus,βStreptococcus, α Streptococcus, c. Streptococcus,equi, Streptococcus, duran’s, faecalis d. Streptococcus viridans, Streptococcus haemoliticus, Streptococcus lactis 9. Toksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus sp adalah a. Leucocidin dan koagulasi b. Eryrogenik dan eksotoksin c. Eksotoksin dan enterotoksin d. Jika a dan c benar 10. Menurut Bargey’s Manual Enterobacteriaceae dibagi menjadi V, untuk group 1 adalah: a. Enterobacter dan Klebsiella c. Shigella dan Proteus b. Escherichia dan Edwarsiella d. Salmonella dan Citrobacter
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 92
11. Antigen flagellar pada salmonella bersifat termolabi dan dapat dirusak dengan a. alkohol, asam dan pemanasan c. Alkohol, penetrasi dan pemijaran b. alkohol, garam dan asam d. Jika a, b, dan c benar semua 12. Sekresi antibody …… dapat mencegah pelekatan salmonella pada epitel usus. b) Ig G b). Ig A c). Ig D d) Ig M 13. Media selektif yang dipakai untuk Salmonella adalah : a. Thioglikolat dan SS agar c. EMB Agar dan Thioglikolat b. Deoxycholate Citrat agar dan SS agar d. Agar darah dan agar coklat 14. Morfologi dari bakteri Mycobacterium tuberculosis dibawah ini adalah a. Tidak bergerak, tidak berspora, berkapsul , anaerob b. Batang tipis, tidak bergerak , tidak berkapsul, anaerob c. Bergerak, tidak berspora, tidak berkapsul, Gram positif d. Bergerak, berspora, tidak berkapsul, Gram positif, sendiri-sendiri 15. Media yang digunakan untuk pertumbuhan dari Mycobakterium tuberculosis adalah a. Lowenstein-Jensen, MSA, Dubos, Thioglikolat, dan Souton cair b. Lowenstein jensen, MSA, dan Dubos c. Lowenstein –Jensen, Dubos dan Souton cair d. Dubos, MSA dan Thioglikolat 16. Media yang dipakai untuk menghitung jumlah kuman ( Most probable number) adalah a. Media nutiren broth dan BGLB, LB dan Deoxycholate Citrat agar b. Media BGLB dan media Deoxycholate Citrat agar c. Deoxycholate Citrat agar dan lactose broth d. Media BGLB dan Lactosa broth 17. Media MSA digunakan untuk mengisolasi bakteri a. Streptococcus sp b. Pneumococcus sp c. Staphylococcus sp d. Jika semua benar 18. Tes tuberculin dapat dilakukan dengan cara : a. Mantoux, heaf dan tes Jelly b. Mantoux, Niacin dan tes Jelly c. Niacin, heaf dan tes Jelly d. Mantoux dan virulensi 19. Serogroup dari meningococci yang paling penting yang berhubungan dengan penyakit pada manusia adalah : a. Serogroup A, B, C, D, dan W-135. b. Serogroup A, C, Y, X, dan W–125 c. Serogroup D, E, Y, X, dan W-125 d. Serogroup A, B, C, Y, dan W-135 20. Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium untuk Mycobakterium tuberkulosis adalah a. +1 jika ditemukan kuman 1 – 9 / 100 LP b. +2 Jika ditemukan kuman 10 – 90 / LP
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 93
c. 10 / LP+3 Jika ditemukan d. 9/ 100 LP+3 Jika ditemukan B. Essay : 1. Apakah yang dimaksu dengan enterogenik toksin 2. Tuliskan sifat siafat enterotoksin dari stafilococcus 3. Tuliskan media yang digunakan untuk pertumbuhan dari : a. Staphilococcus sp b. Streptococcus Sp c. Neisseria gonorrhea d. Salmonella e. Mycobacterium tuberculosis 4. Bagaimana tes kelarutan empedu untuk diplococcus 5. Enterobactericeae Kisi Kisi Soal Mikrobiologi: 1. Micrococcaceae : a. Stafilococcus : patogenitas, Toksin dan enzim, media pertumbuhan b. Streptococcus : Morfologi pertumbuhan, Toksin dan enzim, Klassifikasi, Media pertumbuhan c. Diplococcus : sejarah, Cara menentukan tipe, tes kelarutan empedu 2. Neisseria: Meningitidis : Media yang digunakan untuk pertumbuhan, patogenitas Gonorrhoe : Morfologi, Sifat biakan, Media yang digunakan untuk pertumbuhan, metabolism, struktur antigen 3. MPN : Media yang digunakan untuk pertumbuhan 4. Mycobakterium : Media yang digunakan untuk pertumbuhan, interpretasi hasil, tes tuberculin, mantoux 5. Media yang digunakan dalam pertumbuhan a. Slamonella b. Staphilokokkus c. Streptokokkus d. Neisseria gonorrhoeae dan meningitides Kisi Kisi Soal Parasitologi kelas X semester II ( Dua ) 1. Pengantar Plasmodium 2. Gejala klinis dan cara penularan dan siklus hidup Plasmodium 3. Morfologi Plasmodium vivax, falcivarum dan ovale 4. Patologi dan gejala klinik dari Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum 5. Morfologi dan diagnose laboratorium Trichomonas 6. Pengantar dan morfologi Toxoplasma gondii, Entamuba coli dan histolityca 7. Tropozoit Entamuba histolica dan coli 8. Morfologi Entamuba histolica dan coli Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 94
9. Gejala klinik Entamuba histolica dan coli 10. Morfologi Balantidium coli 11. Morfologi dan daur hidup Giardia ललललललललल UJIAN AKHIR SEMESTER BAKTERIOLOGI STIKES MEGAREZKY MAKASSAR JURUSAN ANALIS KESEHATAN 1. Tuliskan Klassifikasi Corinebacterium diphteriae mulai dari urutan ordo, family, genus dan spesies 2. Tuliskan klassifikasi bacteri anaerob 3. Tuliskan 5 dari 6 spesies bacteroides 4. Apakah yang dimaksud Reaksi NAGLER 5. Tuliskan sifat sifat dari Neisseria gonorrhoeae 6. Jelaskan gambaran klinik dari Chlamydia trachomatis 7. Jelaskan pendapat biogenesis dan abiogenesis 8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Kuman autotrof dan Kuman heterotrof 9. Gam barkan dan Jelaskan fase pertumbuhan bakteri 10. Jelaskan prinsip dari pewarnaan Gram
Diposkan oleh Mursalim Achmad di 11.03 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Kimia Amami, Mikrobiologi, Parasitologi Reaksi: 1 komentar:
1. FARIDA BADRUM 'EFBI'26 Januari 2011 05.11
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 95
z menyukaiii materi materi bapak..... makasih pak,,,, zangat membantuu.... Balas Muat yang lain... Link ke posting ini Buat sebuah Link Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Iklan berlangganan Apple Google Microsoft Apple Is Set to Announce Two iPhones New York Times Published: September 8, 2013. SAN FRANCISCO — The handset market is so brutally competitive that Apple, the most successful smartphone maker, is preparing to step up its game this week by offering two new iPhones instead of one. Enlarge This Image ... Related Articles » What to expect from Apple's iPhone event CNNMoney While there's still no official confirmation of what Apple plans to show off Tuesday, it's the worst kept secret in tech: we're getting new iPhones. Apple (AAPL, Fortune 500) keeps its lips pretty tight when it comes to future products. But Apple does ... Related Articles » Not all Apple innovation rumors will be right on Tuesday ZDNet Summary: Based on the predictions of the Apple punditocracy, the intersection between innovation and expectations will be found Tuesday in Cupertino. There's a growing list of products that they say will be introduced at an invitation-only event ... Related Articles » Disruptions: Apple's Next Unveiling Could Make or Break a Business New York Times (blog) SAN FRANCISCO — On Tuesday morning, about 200 people — most of them from the news media — will gather in a Cupertino, Calif., auditorium to watch Timothy D. Cook, Apple's chief executive, unveil new iPhones. The people who make it their business ... Related Articles » Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 96
powered by Pengikut Arsip Blog
► 2013 (42)
► 2012 (22)
► 2011 (10)
► 2010 (9)
▼ 2009 (20) o ► Juli (2) o ▼ Juni (18) ► Jun 27 (1) ► Jun 22 (1) ▼ Jun 21 (16) CHOLESTEROL MEDIA DAN REAGENSIA MEDIA DAN REAGENSIA D4 Analis Kesehatan Makasar KIMIA SMA KIMIA AIR IMUNOLOGI POLYMERASE CHAIN REAKTION(PCR) SOAL SOAL HEPATITIS ATLAS HEMATOLOGI PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI JURNAL PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI KLINIK PRAKTIKUM : ... SALMONELLA ENTERICA SEROVAR TYPHI TIPE Hz:66 SALMONELLA ENTERICA SEROVAR TYPHY TIPE HZ;66 MIKROBIOLOGI KEBIDANAN
Mengenai Saya
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 97
Mursalim Achmad Sungguminasa, Sulawesi Selatan, Indonesia Nama saya : Mursalim Dg Masselekang S.Pd.M.Kes. Lahir di Gowa SulSel tanggal 16 September 1968. Sekolah SD di SD Negeri ParangloE dan Lanjut di SMP Negeri ParangloE Gowa kemudian lanjut ke Sekolah Menengah Analis Kesehatan Depkes Makassar tahun1984. Kemudian Lanjut di PT Universitas Muhammadiyah Palu FISIP JURUSAN sosioloGI Thn 1988. dan AAK Depkes Bandung Tahun 1993,Lanjut ke FMIPA Universitas Negeri Makassar Jurusan Pendidikan Kimia 2000 dan Pascasarjana Universitas Hasanuddin Prodi BIOMEDIK Konsentrasi Mikrobiologi Tahun 2004. Pekerjaan : Kepala Laboratorium Kesehatan RS Jiwa Palu tahun 1987 s/d 1999, Guru SMAK depkes Makassar tahun 1999 s/d 2004, Ketua Program Analis SMK Kesehatan Megarezky Makassar Tahun 2005 S/d 2009,Dosen Poltekkes Makassar Jurusan Analis Tahun 2004 S/D sekarang Lihat profil lengkapku Tampilan slide
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 98
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 99
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 100
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 101
facebook Pos Komentar Baris Video
powered by
Tampilan slide
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 102
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 103
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 104
Ada kesalahan di dalam gadget ini Google Hot Trends Baris Video
Ada kesalahan di dalam gadget ini
powered by Ada kesalahan di dalam gadget ini Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 105
Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger. e.
Pedoman Praktek Pemeriksaan Urine Rutin, sperma dan cairan tubuh lainnya 106