ASSALAMU’ALAIKU M WR.WB
PERUBAHAN ASPEK SPRITUAL PADA LANSIA Kelompok 2 :
1. Riniyanti 2. myelinda aryanti 3. putri utami
Aspek spiritual meliputi 3 komponen dasar yaitu: 1. Spiritual, merupakan keyakinan dalam hubungannya dengan yang maha kuasa dan maha pencipta dan percaya pada Allah atau Tuhan yang maha pencipta.
2. Kepercayaan, mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang, juga dapat dikatakan upaya seseorang untuk memahami tempat seseorang dalam kehidupan atau dapat dikatakan bagai mana seseorang melihat dinnya dalam hubungannya dengan lingkungan.
3. Agama, merupakan suatu system ibadah yang terorganisir atau teratur, mempunyai keyakinan sentral, ritual dan praktik yang biasanya berhubungan dengan kemaflan, perkawinan dan keselamatan dan mempunyai aturan-aturan tertentu yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dalam memberikan keputusan bagi yang menjankannya.
KARATERISTIK SPIRITUALITAS 1. Hubungan dengan diri sendiri a. Kekuatan dalam dan self-reliance b. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang bisa dilakukannya). 2. Hubungan dengan alam
a. Mengetahui tentang tanaman, margasatwa, iklim. b. Berkomunikasi dengan alam (mengabadikan , melindungi alam). 3. Hubungan dengan orang lain
a. Berbagai waktu, pengetahuan secara timbal balik b. Mengasuh anak, orang tua, dan orang sakit
4. Hubungan dengan Ketuhanan
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa seorang terpenuhi kebutuhan spiritualnya apabila mampu :
a. Merumuskan arti personal yang positif, tentang tujuan keberadaannya di dunia.
b. Mengembangkan arti penderitan dan menyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan.
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPIRITUAL 1. Pertimbangan tahap perkembangan Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan 4 agama yang berbeda di temukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembayang yang berbeda menurut usia, seks , agama, dan kepribadian anak. 2.
Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritualitas anak. Yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tapi apa yang dipelajari anak mengenai Tuhan. 3.
Latar belakang Etnik dan Budaya
Sikap keyakinan dandi pengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual agama.
4. Pengalaman Hidup Sebelumnya Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang. 5. Krisis Dan Perubahan Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang (TOTH,1993) dan Craven dan Hirnk (1996). Krisis sering dialami ketika seseorang mengadapi penyakit, penderitaan proses penuaan, kehilangan bahkan kematian. 6.Tepisah dari ikatan spiritual Menderita sakit taruma yang bersifat akut sering mebuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dorongan sosial. 7.Isu Moral Terakit Dengan Terapi Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan di anggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan kebesarannya walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan. 8. Asuhan Keperawatan Yang Kurang Sesuai Ketika memberikan Asuhan Keperawatan pada klien, perawat diharapkan untuk peka terhadap kebutuhan Spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan, ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk memberikan asuhan keperawatan.
MANIFESTASI PERUBAHAN FUNGSI SPIRITUAL 1. Verbalisasi distress Individu yang mengalami gangguan spiritual biasanya meverbalisaikan distress yang dialaminya atau mengeksporasikan kebutuhan untuk mendapatkan bantuan. Biasanya lien meminta perawat untuk berdoa bagi kesembuhannya atau memberitahukan kepada pemuka agama untuk mengunjunginya.
2. Perubahan perilaku Perubahan perilaku juga dapat merupakan manisfestasi gangguan fungsi spiritual, klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distress spiritual.
KEHILANGAN VERSUS HARAPAN Kehilangan dinyatakan dengan deprifasi yang berkaitan dengan status masa lalu. Seklipun intensitas kehilangan tersebut bergantung pada sistem nilai seorang. Jika frekuensi dan intensitas kehilangan semkin cepat, maka orang tersebutkurang mampu beradaptasi dan berintegrasi yang oleh karna itu membahayakan mental dan fisiknya. Efek kumulatif dari kehilangan seumur hidup, terutama setelah 75 tahun dialami berbagai ketidakberhargaan dan pengabaian. Burnside menganjurkan penggunaan strategi dan dukungan “Loss-Facing “ untuk meningkatkan kesejahteraan. Penyimpangan konsep kehilangan adalah konsep harapan. Harapan mengilangkan potensi efek tastrofik dari kehilangan kumulatif pada lansia. Harapan sebagai suatu eksprektasi mengatasi kehilangan yang tidak dapat dihindari yang terakumulasi dari masa anak-anak.
WASSALAMU’ALAIKUM WR.WB