Paper Kelompok 1 (sasaran Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit).docx

  • Uploaded by: Viola Alvionita
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Paper Kelompok 1 (sasaran Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,109
  • Pages: 8
SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT: KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

PAPER

Oleh: Kelompok 1 / Kelas C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2018

SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT: KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

PAPER Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamata Kesehatan Kerja dalam Keperawatan

Disusun oleh: Alfia Andriyani Aisyah Lely Trisnindasari Fidha Pradinna Nurani Bela Aprilia Nuraini Viola Alvionita Muhammad Alfin Maulana Resti Indri Safitri Githania Riswan Dasri Alfalsah

NIM 152310101151 NIM 172310101127 NIM 172310101129 NIM 172310101143 NIM 172310101146 NIM 172310101147 NIM 172310101151 NIM 172310101155 NIM 172310101156

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2018

I.

Pengertian Keselamatan dan Ketepatan Pasien Keselamatan pasien (patient safety) adalah proses rumah sakit dalam memberikan pelayanan pasien yang aman termasuk dalam pengkajian resiko, identifikasi, dan manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, dan menerapkan solusi

untuk mengurangi serta

meminimalisir timbulnya resiko (UU 44/2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 43 dalam KKPRS, 2015). Ketepatan pasien atau identifikasi pasien merupakan upaya untuk mengetahui upaya identitas pasien melalui nomor ID yang dimiliki pasien seperti KTP, SIM, kartu pelajar, kartu mahasiswa, BPJS, askes, serta tanggal lahir untuk mempermudah pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien (Umaternate dkk., 2015).

II.

Waktu Pelaksanaan Identifikasi Pasien Menurut Wardhani (2017), waktu pelaksanaan identifikasi pasien sebagai berikut: 1)

Ada regulasi yang mengatur pelaksanaan identifikasi pasien.

2)

Identifikasi pasien dilakukan dengan meggunakan minimal dua identitas dan tidak boleh menggunakan nomer kamar pasien atau lokasi pasien dirawat sesuai dengan regulasi rumah sakit.

3)

Identifikasi pasien dilakukan sebelum dilakukan tindakan, prosedur diagnostik, dan terpaeutik.

4)

Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, produk darah, pengambilan spesimen, dan pemberian diet.

5)

Pasien diidentifikasi sebelum pemberian radioterapi, menerima cairan intravena, hemodialisis, pengambilan darah, atau pengambilan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis, katerisasi jantung, prosedur radiologi diagnostik, dan identifikasi terhadap pasien koma.

III. Solusi Ketepatan Identitas Pasien Menurut Wardhani (2017), solusi keselamatan pasien dikembangkan berdasarkan adanya kondisi situasi ataupun faktor yang diidentifikasi mampu menyebabkan resiko tinggi terjadinya insiden di rumah sakit sehingga perlu diberikan solusi efektif agar kekeliruan identitas dalam berbagai tahap proses pelayanan kesehatan menjadi minim. Adapun solusinya sebagai berikut: 1)

Ada penanggung jawab utama yang memastikan ketepatan identitas pasien saat pertama kali diterima.

2)

Mendorong penggunaan setidaknya dua identitas pembeda,

misal

nama dan tanggal lahir, serta tidak menggunakan nomor ruang sebagai identitas. 3)

Memastikan keseragaman dalam sistem dan metode identifikasi pasien.

4)

Memastikan adanya prosedur identifikasi yang mengakomodasi pasien dengan ketidakjelasan identitas, atau memiliki ketidakmampuan untuk menyampaikan identitas secara verbal (pasien koma, gangguan jiwa, maupun pada pasien dengan hambatan bahasa).

5)

Mendorong partisipasi pasien dalam setiap tahapan proses identifikasi.

6)

Mendorong adanya kehadiran pasien dalam proses pemberian label sediaan pemeriksaan dan darah.

7)

Menyediakan prosedur yang jelas untuk memastikan kesesuaian identitas pasien dan seluruh proses pemeriksaan mulai permintaan, pengambilan sampel, pemeriksaan, hingga hasil pemeriksaan.

8)

Menyediakan prosedur yang jelas untuk menanyakan kembali akurasi hasil ketika ditemukan ketidaksesuaian identitas.

9)

Memastikan adanya prosedru review dan pengecekan kembali identitas untuk mencegah mekanisme penggandaan automatis jika terjadi kekeliruan sistem informasi.

10)

Memastikan adanya pelatihan berkelanjutan dalam implementasi kebijakan dan prosedur tersebut pada semua komponen.

11)

Memberikan informasi solusi dan edukasi pasien tentang pentingnya proses identifikasi, risiko akibat kekeliruan identifikasi yang tetap menghargai privasi.

IV. Standard dan Kebijakan Identifikasi Pasien Menurut Kemenkes RI (2017), kebijakan dan atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya proses yang diginakan untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah atau produk darah, dan pemberian tindakan lain. Kebijakan atau prosedur memerlukan dua cara dalam mengidentifikasi pasien, seperti nama pasien, dengan dua nama pasien, nomor identifikasi menggunakan nomor rekam medis, tanggal lahir, dan gelang pasien. Gelang berisi identitas pasien yang berisi nama lengkap, nomor rekam medik, dan identitas lain (nama rumah sakit dan petugas). Adanya perbedaan warna pada gelang yaitu kode jenis kelamin dengan klasifikasi merah muda menandakan untuk peremouan dan biru muda untuk laki-laki, kode peringatan resiko dengan klasifikasi merah untuk alergi, kuning untuk resiko jatuh, hijau menandakan tidak boleh transfusi dan ungu tidak resusitasi (Wardhani, 2017). Nomor kamar atau lokasi pasien berada, tidat dapat digunakan dalam identifikasi. Kebijakan prosedur menjelaskan mengenai penggunaan dua pengidentifikasi ataupun penanda yang berbeda pada lokasi yang berbeda di fasilitas pelayanan kesehata, seperti di pelayanan ambulatori atau pelayanan rawat jalan lain, UGD, atau kamar operasi. Identifikasi pada pasien yang koma tanpa identitas juga harus dilakukan. Suatu proses kolaboratif digunakan dalam mengembangkan kebijakanuntuk memastikan adanya pengaturan semua situasi yang memungkinkan dalam diidentifikasi (Kemenkes RI, 2017).

Menurut Wardhani (2017), berikut merupakan beberapa kebijakan dan prosedur dalam mengidentifikasi ketepatan pada pasien: 1)

Ada penanggungbjawab utama dalam memastikan ketepatan identitas pasien saat pertama kali diterima.

2)

Memastikan keseragaman dalam sistem dan metode identifikasi pasien.

3)

Memastikan adanya prosedur identifikasi yang mengakomodasikan pasien dengan ketidakjelasan identitas atau memiliki ketidakmampuan untuk menyampaikan identitas secara verbal maupun pasien dengan hambatan bahasa.

4)

Mendorong partisipasi pasien dalam tiap tahapan proses identifikasi

5)

Mendorong adanya kehadiran pasien dalam proses pemberian label sediaan pemeriksaan dan darah.

6)

Menyediakan prosedur yang jelas untuk memastikan kesesuaian identitas pasien dalam seluruh proses pemeriksaan.

7)

Menyediakan prosedur yang jelas untuk menanyakan kembali akurasi hasil ketika ditemukan ketidaksesuaian identitas.

8)

Memastikan adanya prosedur review identitas pasien untuk mencegah mekanisme penggandaan automatis jika terjadi kekeliruan sistem informasi.

V.

Tindakan Tindakan yang dilakukan menurut WHO (2007) terhadap identifikasi pasien di pelayanan kesehatan yakni: 1)

Memastikan bahwa organisasi pelayanan kesehatan tersebut memiliki sebuah sistem. a)

Menekankan tanggung jawab pada petugas kesehatan.

b)

Menggunakan minimal dua pengenal yakni nama dan tanggal lahir.

c)

Standarisasi pendekatan identifikasi pasien

d)

Menyediakan protokol yang jelas.

e)

Mendorong pasien untuk ikut berpartisipasi dalam tahapan proses.

f) 2)

Melakukan pelabelan wadah.

Melakukan pelatihan tentang proseduruntuk memeriksa identitas pasien dan melanjutkan pengembangan profesional untuk petugas kesehatan.

3)

Mengedukasi pasien atau keluarga pasien mengenai relevansi ataupun identifikasi pasien dengan benar.

VI. Aspek Legal Etik dalam Ketepatan Pasien Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 Pasal 5 tentang Keselamatan Pasien, tertulis bahwa sasaran keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi tercapainya hal-hal: 1)

Mengidentifikasi pasien dengan benar;

2)

Meningkatkan komunikasi yang efektif;

3)

Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai;

4)

Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prossedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar;

5)

Mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan; dan

6)

Mengurangi resiko cedera pasien akibat terjatuh.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11. Jakarta: Depkes RI.

Umaternate, T. S., L. T. Kumaat, dan Mulyadi. 2015. Hubungan Pelaksanaan Identifikasi Pasien Secara Benar dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. eJournal Keperawatan. 3(2): 1-6.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009. Rumah Sakit.

Wardhani, V. 2017. Manajemen Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Malang: Universitas Brawijaya Press.

World Health Organization. 2007. Patient Identification: Patient Safety Solution.

Related Documents


More Documents from "Puskesmas Talang betutu"