Paper Ambar V 021208

  • Uploaded by: Feriawan Agung Nugroho-Full
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Paper Ambar V 021208 as PDF for free.

More details

  • Words: 1,274
  • Pages: 5
Dutch Desease : Wabah yang Bisa Menjangkit di Kutai Kartanegara Oleh : Ambarsari DC Periset Pusat Telaah Informasi Regional (PATTIRO) Jakarta

Sekilas Profil Kabupaten Kutai Kartanegara Kutai Kartanegara (Kukar) merupakan salah satu Kabupaten di provinsi Kalimantan Timur. Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki luas wilayah 27.263,10 km² dan luas perairan kurang lebih 4.097 km². Wilayah administrasi terbagi dalam 18 wilayah kecamatan dan 226 desa/kelurahan, dimana jumlah penduduk mencapai 547.422 jiwa (2005). Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan kelanjutan dari Kabupaten Kutai sebelum terjadi pemekaran wilayah pada tahun 1999. Wilayah Kabupaten Kutai sendiri, termasuk Kota Balikpapan, Bontang, dan Samarinda, sebelumnya merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Pada tahun 1999, wilayah Kabupaten Kutai dimekarkan menjadi 4 daerah otonom berdasarkan UU No. 47 Tahun 1999. Kutai Kartanegara mulanya bernama Kabupaten Kutai. Lalu, melalui Peraturan Pemerintah RI No. 8 Tahun 2002 tentang "Perubahan Nama Kabupaten Kutai Menjadi Kabupaten Kutai Kartanegara”, maka nama Kabupaten Kutai berubah menjadi Kabupaten Kutai Kartanegara dengan ibu kota Tenggarong.

Jumlah penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara berdasarkan P4B tahun 2005 tercatat mencapai 547.422 jiwa Sebagian besar penduduk Kutai Kartanegara tinggal di pedesaan yakni mencapai 75,7% dan 24,3% berada di daerah perkotaan. Sementara mata pencaharian penduduk sebagian besar di sektor pertanian 43,27%, perdagangan 13,03%, dan jasa 11,65%.

Beberapa Data dan Olahannya APBD Kutai Kartanegara Tanggal 23 Mei tahun 2005 berdasarkan Perda no 01/2005, telah disahkan APBD tahun 2005. Dimana APBD 2005 adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan

Rp 2.642.731.052.799,-

2. Belanja

Rp 2.674.379.301.229,-

Defisit 3. Pembiayaan :

Rp

31.648.248.430,-

a. Penerimaan : Rp 31.648.248.430,b. Pengeluaran :Rp

-_______ Rp

31.648.248.430,-

Jika dibandingkan dengan APBD Bojonegoro (pendapatan Rp 449,7 milyar tahun 2005) untuk tahun yang sama, pendapatan Kukar mencapai 5,7 kali lipat.

PDRB Kutai Kartanegara tahun 2000-2006 dan Tenaga Kerja Data PDRB Kutai Kartanegara dalam kurun waktu 2000-2006 disajikan pada tabel berikut : Tabel 1. PDRB per sektor Berdasarkan Harga Konstan PDRB per Sektor Berdasarkan Harga Konstan (dalam juta rupiah) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik Gas dan Air Minum Bangunan dan Konstruksi Perdagangan Restoran Hotel Pengangkutan dan Transportasi Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB DENGAN MIGAS PDRB TANPA MIGAS

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

1,930,664 1,922,796 719,121 2,009,326 1,964,114 2,058,335 2,067,586 19,450,109 21,310,222 22,519,377 22,232,199 22,534,027 22,942,467 23,035,527 445,377 465,732 268,145 520,162 549,713 573,981 598,780 11,852 12,245 6,947 14,918 16,480 17,431 19,000 512,650 419,089 266,862 667,667 809,124 933,411 989,032 568,313 605,281 316,381 730,052 801,814 855,914 979,981 116,979 134,893 92,689 149,856 155,295 162,564 175,023 159,111 160,688 137,330 177,480 188,159 188,026 184,714 209,454 231,105 147,579 252,830 260,795 276,357 313,912 23,404,509 25,262,051 24,474,431 26,754,490 27,279,521 28,008,486 28,363,555 4,760,076 5,010,617 5,245,097 5,602,802 5,960,847 6,650,958 7,437,449

Sumber : Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kutai kartanegara

Dari tabel tersebut, struktur PDRB kab. Kukar dapat digambarkan dalam bagan berikut : Industri Pengolahan 2.11% Listrik Gas dan Air Minum 0.07% Bangunan dan Konstruksi 3.49%

Pertambangan dan Penggalian 81.22%

Pertanian 7.29%

Perdagangan Restoran Hotel 3.46% Jasa 9.32% Pengangkutan dan Transportasi 0.62%

Keuangan Persew aan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa 0.65% 1.11%

Tabel 2. Distribusi Persentase PDRB dengan Migas atas dasar Harga Konstan Kab. Kukar Klasifikasi Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik Gas dan Air Minum Jasa-jasa

2000 8.25% 83.10% 1.90% 0.05% 6.69%

2001 7.61% 84.36% 1.84% 0.05% 6.14%

2002 2.94% 92.01% 1.10% 0.03% 3.93%

2003 7.51% 83.10% 1.94% 0.06% 7.39%

2004 7.20% 82.60% 2.02% 0.06% 8.12%

2005 7.35% 81.91% 2.05% 0.06% 8.63%

2006 7.29% 81.22% 2.11% 0.07% 9.32%

Tabel 3. Distribusi Persentase PDRB Non Migas atas dasar Harga Konstan Kab. Kukar Klasifikasi Usaha Pertanian Industri Pengolahan Listrik Gas dan Air Minum Jasa-jasa

2000 48.82% 11.26% 0.30% 39.61%

2001 48.66% 11.79% 0.31% 39.25%

2002 36.78% 13.72% 0.36% 49.15%

2003 44.43% 11.50% 0.33% 43.74%

2004 41.39% 11.58% 0.35% 46.68%

2005 40.63% 11.33% 0.34% 47.70%

Data tenaga kerja ditampilkan sbb. Tabel 4. Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha, 2005 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik Gas dan Air Minum Bangunan dan Konstruksi Perdagangan Restoran Hotel Pengangkutan dan Transportasi Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Lainnya Total

Jumlah

Persentase

86,693 11,540 18,879 371 16,787 26,101 8,103

43.27% 5.76% 9.42% 0.19% 8.38% 13.03% 4.04%

754 23,350 7,784 200,362

0.38% 11.65% 3.88%

Nilai tambah per tenaga kerja ditampilkan pada tabel berikut : Tabel 5. Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keu, Persewaan, Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total

Nilai Tambah 2005 23.74 1,988.08 30.40 46.98 55.60 32.79 20.06 249.37 11.84 3,598.21

2006 38.81% 11.24% 0.36% 49.60%

Definisi Kutukan SDA dan Analisis sederhana terhadap PDRB Kutukan Sumber Alam : Datang Dari Mana? Sejak istilah kutukan SDA ini populer di Indonesia, mulai banyak pihak melihat fenomena pemanfaatan hasil industri ekstraktif di daerah kaya sumber daya alam. Paradoks sumber daya alam ada karena sumber daya ekstraktif berbeda dengan jenis kekayaan lain. Terdapat 2 perbedaan utama, yaitu pertama bahwa kekayaan sumber daya ekstraktif tidak memerlukan proses produksi yang terkait dengan proses ekonomi lain. Kedua, sumber daya mineral dan migas ini tidak dapat diperbaharui. Sehingga dari aspek ekonomi, kekayaan seperti ini lebih tepat jika menjadi aset bukan sebagai sumber penghasilan. Kedua sifat tersebut memunculkan proses ekonomi dan politik yang menghasilkan dampak berlawanan terhadap ekonomi. Yaitu salah satunya muncul perilaku rent-seeking dari sektor swasta serta para politisi dengan menggunakan mekanisme politik demi menangguk keuntungan.

Dutch Desease Istilah ini muncul diilhami oleh kejadian yang menimpa Belanda d tahun 1970-an. Menyusul penemuan gas alam di Laut Utara, Belanda tiba-tiba menyadari bahwa sektor manufaktur mereka tiba-tiba mulai berkinerja lebih buruk. Industri ekstraktif telah menggerakkan ekonomi ke arah sektor domestic yang bersumber pada dua sektor domestik, yaitu sektor sumber daya alam dan sektor jasa seperti konstruksi. Dalam kasus Belanda, kinerja yang memburuk adalah sektor manufaktur, sedangkan di Negara berkembang seperti Indonesia, sektor yang dirugikan umumnya adalah sektor pertanian.

Analisa terhadap Data dan Olahannya : Distribusi Persentase PDRB sangat dipengaruhi oleh sektor Migas. Sejak tahun 2000 hingga tahun 2006, Kab. Kutai Kartanegara sangat bergantung dari sektor migas. Meskipun tampak pertumbuhan dari sektor pertanian dan sektor industri pengolahan, peningkatannya sangat tidak signifikan untuk dapat mengeluarkan Kab. Kukar dari kemungkinan mengalami wabah Dutch Desease. Dalam kurun waktu 20 tahun jika tak dilakukan suatu program perencanaan yang bersumber pada sektor basis, maka Kab. Kukar dapat dijangkiti wabah Belanda ini.

Sektor jasa yang melebihi separuh PDRB mengindikasikan adanya lapis ekonomi yang lepas dari mata rantai sektor basis (discoupled economy). Tahun 2006, sektor pertanian dan industri olahan hanya mencapai 10,40% PDRB harga konstan dengan serapan

tenaga kerja yang lebih besar (52,69%) dibanding sektor jasa (41,36%). Sebagian nilai tambah sektor jasa yang cukup besar ini terkait dengan kegiatan penyediaan input bagi aktivitas sektor basis, dan sebagian yang lain terkait dengan aktivitas distribusi produk sektor basis maupun produk konsumsi yang didatangkan dari luar wilayah. Mengingat porsi sektor jasa yang melebihi sektor basis, diperkirakan terdapat sejumlah besar nilai tambah sektor jasa dengan kegiatan yang terlepas dari mata rantai ekonomi sektor basis.

Mengapa sektor jasa berkembang lebih pesat dari sektor pertanian? Hingga 2006 sektor jasa tumbuh pesat dan memberikan sumbangan hampir separuh PDRB (49,6%). Perkembangan sektor jasa ini diantaranya terkait erat dengan: (i) aktivitas sektor pertambangan dan penggalian; (ii) belanja pemerintah. Ke depan, tampaknya pola pertumbuhan sektor jasa masih akan meningkat untuk subsektor yang terkait dengan eksploitasi minyak dan gas.

Kesimpulan dan Rekomendasi Kabupaten Kukar memiliki SDA Migas yang sangat besar. Ditinjau dari perhitungan PDRB saja, tampak bahwa kabupaten ini bisa dengan mudah terjangkiti wabah Belanda. Yaitu dimana sektor non migas dan non jasa (sektor basis) dikesampingkan. Pada kurun waktu 20 tahun ketika SDA migas mulai menipis, kondisi ketergantungan akan membalik kekayaan menjadi ketidaksiapan pemerintah daerah dalam mengelola perekonomiannya.

Note : paper ini dibuat dalam waktu separuh hari, untuk hal yang kurang jelas, dapat menghubungi : [email protected]

Jakarta, 02 Desember 2008

Related Documents

Paper Ambar V 021208
December 2019 11
Ambar Arratia
May 2020 4
Neele Neele Ambar Par
November 2019 3
Orler-cdom-021208
July 2020 9
021208 Problemas Na Escola
November 2019 25

More Documents from ""