Pang Suma Sosok Dibalik Persatuan Dayak Desa Di Kalimantan Barat (tim 3_man Ic Tanah Laut).pdf

  • Uploaded by: Mansyur Sammy
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pang Suma Sosok Dibalik Persatuan Dayak Desa Di Kalimantan Barat (tim 3_man Ic Tanah Laut).pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 1,503
  • Pages: 9
FORM PROPOSAL PEREKAMAN

I.

Judul Perekaman Pang Suma : Sosok Dibalik Persatuan Dayak Desa di Kalimantan Barat

II. Latar Belakang Sejarah merupakan potongan peristiwa penting yang menjadikan sebuah negara mampu berdiri. “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah” atau yang lebih dikenal dengan “ Jasmerah” , ujar Soekarno. Jasmerah merupakan sebuah semboyan yang terlintas dipikiran rakyat Indonesia. Tapi semboyan ini seakan sirna akibat banyaknya sejarah yang masih terlupakan. Untuk tanah Nusantara sendiri masih banyak sejarah yang tak terungkap, karena perjuangan-perjuangan dalam memperoleh kemerdekaan seolah terpusat di pulau Jawa. Namun sebaiknya kita tidak menutup mata terhadap perjuangan-perjuangan para pahlawan yang namanya asing di telinga masyarakat jaman sekarang, yaitu sosok-sosok pemberani yang memperjuangkan setiap jengkal tanah Nusantara dari kolonialisme. Pilar demi pilar disusun demi terbentuknya kemerdekaan. Di daerah kami sendiri, yaitu Kalimantan masih banyak sejarah yang belum terungkap, seperti suku Dayak yang merupakan suku asli Kalimantan yang memiliki peran besar dalam perlawanan terhadap kolonialisme. Salah satunya sejarah perlawanan suku Dayak yang berada di daerah Kalimantan Barat. Perlawanan suku Dayak di pelosok Kalimantan Barat yang dipelopori oleh Pang Suma berhasil mempersatukan seluruh suku Dayak di daerah Kalimantan Barat untuk turut membela dan mempertahankan Indonesia dari Jepang di daerah Kalimantan Barat, terkhusus dalam mempertahankan daerah Meliau.

III. Permasalahan Peristiwa pembantaian yang terjadi di daerah Mandor adalah sebuah awal mula munculnya rasa geram dari masyarakat kepada pihak Jepang. Langkah damai diambil oleh Pang Suma dan Pang Linggan, namun kedatangan mereka terhadap

pihak Jepang ditolak dalam bentuk serangan dari Jepang. Yang melatarbelakangi bersatunya suku Dayak di seluruh Kalimantan Barat yang dipelopori oleh Pang Suma. Banyak perlawanan yang dilakukan oleh suku Dayak terhadap Jepang dengan strategi dan senjata yang masih tradisional, dibandingkan dengan Jepang yang menggunakan senjata yang lebih modern. Walaupun demikian mereka dapat mengalahkan dan mempertahankan daerah Meliau sampai Indonesia merdeka dari pihak Jepang.

IV. Sinopsis Film ini meceritakan tentang perjuangan rakyat Dayak terhadap Jepang di daerah Meliau, Kalimantan Barat dengan bukti yang diambil langsung dari para pakar sejarah, tokoh masyarakat dan pihak-pihak lain yang mengetahui seluk beluk peristiwa yang terjadi saat itu. Sebagian film ini berisi video-video dokumentasi dan foto-foto yang tersisa dari peninggalan peristiwa serta beberapa reka ulang adegan (bila diperlukan) disertai dialog/keterangan oleh para pakar sejarah dan saksi peristiwa tersebut. Film ini akan mengambil lokasi shooting di daerah terjadinya peristiwa seperti tempat bekas peninggalan peristiwa Mandor, lokasi pertempuran meliau dan tempat-tempat yang bersangkutan. Berawal di daerah Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, Pasukan militer Jepang melakukan pembantaian yang keji terhadap golongan-golongan cendekia, raja-raja dan feodal-feodal etnis Tionghoa yang memiliki harta dan kekuasaan melimpah. Diantara tokoh penting yang turut terbunuh dengan cara dipancung adalah Pangeran Adipati dan Pangeran Agung, keduanya adalah putra Sultan Pontianak. Sedangkan Sultan Muhammad Alkadrie dan Keluarga Sultan banyak yang tewas saat menjadi tahanan di penjara. Diyakini bahwa korban tak hanya berasal dari golongan raja dan aristrokrat, namun juga dari rakyat jelata. Pasukan Jepang mendobrak pintu-pintu rumah dan melakukan pembunuhan dengan sadis, konon korban-korban ini diminta untuk menggali kuburannya sendiri, setelah itu, mereka dipancung dengan pedang samurai di atas kuburan yang telah digali tersebut. Situs sejarah pembantaian ini dapat kita temui di daerah Mandor.

Kabar mengenai Peristiwa Mandor menyebabkan seluruh rakyat Kalimantan Barat geram dengan tingkah laku Jepang. Terlebih, kala itu kekejian Jepang terhadap komunitas Dayak Desa di beberapa wilayah di Barat Kalimantan kian memuncak. Maka dengan segenap niat baik untuk berunding, beberapa petinggi Suku Dayak Desa di daerah Sikucing (kini: Tayan Hilir) yaitu Pang Suma dan Pang Linggan menemui seorang mandor Jepang bernama Osaki untuk meredakan benturan antara Suku Dayak dan kolonial Jepang. Saat akan berdiskusi dan menemukan mufakat, Osaki justru melakukan kekerasan dan perlawanan sepihak. Pang Suma dan Pang Linggan berhasil mengelak. Alih-alih membunuh Pang Suma dan Pang Linggan, Osaki justru terbunuh terlebih dahulu oleh kedua tokoh Dayak tersebut, hampir tanpa perlawanan Pihak Jepang semakin kalang kabut dengan terbunuhnya Osaki, Nagatani sebagai salah satu petinggi Militer Jepang menyusun strategi balas dendam dengan mempersiapkan persenjataan dan pasukan yang memadai. Mendengar kabar ini, warga segera mengadakan tradisi mangkok merah. Mangkok merah merupakan Diedarkannya mangkok merah di kalangan warga desa menandakan pernyataan perang terhadap semua tindakan hina Jepang terhadap warga dan tokoh masyarakat. Maka gerakan perang semesta Kalimantan Bagian Barat pun dimulai. Kekuatan-kekuatan pasukan dikumpulkan dan dikonsolidasi. Ekspedisi penumpasan warga mulai dilancarkan, Pasukan Nagatani menyusuri wilayah Tayan hingga ke Meliau (Kini daerah Sanggau, Kalimantan Barat) menelusuri Sungai Embuan menuju Tanjak Mulung. Disana lah, perang terbuka diperkirakan akan pecah. Belum sempat tiba di Meliau, pasukan Nagatani dihadang oleh kawanan pejuang yang sudah berada di daerah Umbuan Kunyil, Hulu Sungai Kapuas. Yang dipimpin oleh Pang Suma, Pang Rati, Pang Iyo, dan Djampi. Pertempuran Pecah, dengan hunusan mandau, Nagatani tewas ditempat, sedangkan Pang Suma terkena luka tembakan di kaki bagian atas. Dengan perjuangan gigih, dengan segenap pasukan bersenjatakan mandau, sumpit, tombak dan senapan tradisional, Meliau berhasil direbut pada 30 Juni 1945. Dan berada di bawah kontrol rakyat Dayak Desa.

Hingga pada 17 Juli 1945, Pasukan Jepang merangsak masuk Meliau. Peperangan besar pecah di Meliau. Pertempuran antara pasukan Jepang dan rakyat Dayak Desa pun meluas ke Wilayah pelosok Meliau. Dalam pertempuran, Pang Suma tertembak pangkal paha kirinya, sementara banyak panglima adat lain tewas seketika dengan tembakan-tembakan yang dilepas pasukan militer Jepang. Tak lama kemudian, di sekitar Kantor Guntyo Meliau, Panglima Ajun dan Pang Linggan, panglima lain dari desa dayak sekitar Meliau turut tertembak dengan luka yang parah. Kekuatan rakyat Dayak Desa nampaknya tak mampu bertahan lebih lama lagi, persenjataan yang tak sebanding membuat banyak rakyat Dayak yang gugur dalam pertempuran ini. Luka tembak Pang Suma nampaknya semakin parah, hingga akhirnya Pang Suma menghembuskan napas terakhirnya. Dalam situasi yang tidak menguntungkan ini, Panglima Kilat, panglima dari Jangkang, Sanggau berhasil menggerakkan seluruh sisa kekuatan dan menyampaikan pengumuman Perang Dayak Desa terhadap Jepang, menghabisi Jepang yang hendak menyakiti dan merebut kebebasan rakyat Dayak Desa. Sampai akhirnya Jepang menyerah dalam perang Pasifik karena jatuhnya kota Hiroshima dan seiring dengan kejadian Hiroshima, kolonial Jepang meninggalkan Tanah Air. Dibalik perjuangan mempertahankan daerah Kalimantan Barat ada sosok yang menjadi ujung tombak keberhasilan suku Dayak yaitu Pang Suma. Pang Suma adalah seorang pejuang dan pahlawan kemerdekaan suku Dayak di pelosok Kalimantan Barat. Beliau merupakan sosok yang pemberani dan sekaligus menjadi pembakar semangat juang suku Dayak dalam mempertahankan tanah kelahiran mereka.

.

FORMULIR PENDAFTARAN PESERTA LOMBA KREASI AUDIOVISUAL SEJARAH TAHUN 2018

A. Identitas Peserta 1. Nama Lengkap

: Ahmad Syifa’ul Anwari Arif

2. NISN

: 0010317030

3. Tempat/Tanggal lahir

: Tanah Laut, 28 Februari 2001

4. Jenis Kelamin

: Laki-laki

5. Sekolah

: MAN Insan Cendekia Tanah Laut

6. Alamat sekarang

: Jl. A. Yani, Km. 7, Ambungan, Pelaihari

7. Hp

: 085845938125

8. Alamat &Telp. Sekolah

: Jl. A. Yani, Km. 7, Ambungan, Pelaihari

9. E-mail (Harus diisi)

: [email protected]

10. Orang terdekat yang bisa

: Sriwati, M.Pd. HP : 085845938125

dihubungi (keterangan) 11. Judul Perekaman

(Guru Pembimbing) : Pang Suma: Sosok Dibalik Persatuan Dayak Desa di Kalimantan Barat

B. Identitas Kepribadian 1. Hobi

: Membaca, menulis cerpen dan novel

2. Organisasi

: OSICTA (Osis MAN Insan Cendekia Tanah Laut

3. Alasan mengikuti kegiatan ini: Untuk menambah pengalaman dan mengukur kemampuan 4. Prestasi yang pernah dicapai : -

Tanah Laut, Maret 2018 Calon Peserta

(Ahmad Syifa’ul Anwari Arif)

FORMULIR PENDAFTARAN PESERTA LOMBA KREASI AUDIOVISUAL SEJARAH TAHUN 2018

A. Identitas Peserta 1. Nama Lengkap

: Muhammad Hafizh Fuady

2. NISN

: 0012512458

3. Tempat/Tanggal lahir

: Tanah Laut, 15 Oktober 2001

4. Jenis Kelamin

: Laki-laki

5. Sekolah

: MAN Insan Cendekia Tanah Laut

6. Alamat sekarang

: Jl. A. Yani, Km. 7, Ambungan, Pelaihari

7. Hp

: 085845938125

8. Alamat &Telp. Sekolah

: Jl. A. Yani, Km. 7, Ambungan, Pelaihari

9. E-mail (Harus diisi)

: [email protected]

10. Orang terdekat yang bisa

: Sriwati, M.Pd. HP : 085845938125

dihubungi (keterangan) 11. Judul Perekaman

(Guru Pembimbing) : Pang Suma: Sosok Dibalik Persatuan Dayak Desa di Kalimantan Barat

B. Identitas Kepribadian 1. Hobi

: Membaca, bermain musik, film maker

2. Organisasi

: OSICTA (Osis MAN Insan Cendekia Tanah Laut

3. Alasan mengikuti kegiatan ini: Untuk menambah pengalaman dan mengukur kemampuan 4. Prestasi yang pernah dicapai : Peserta Terpilih Jambore Nasional Generasi Hijau IV 2018

Tanah Laut, Maret 2018 Calon Peserta

(Muhammad Hafizh Fuady)

FORMULIR PENDAFTARAN PESERTA LOMBA KREASI AUDIOVISUAL SEJARAH TAHUN 2018

A. Identitas Peserta 1. Nama Lengkap

: Rifqi Amrullah Karim

2. NISN

: 0000882490

3. Tempat/Tanggal lahir

: Yogyakarta. 8 Juli 2000

4. Jenis Kelamin

: Laki-laki

5. Sekolah

: MAN Insan Cendekia Tanah Laut

6. Alamat sekarang

: Jl. A. Yani, Km. 7, Ambungan, Pelaihari

7. Hp

: 085845938125

8. Alamat &Telp. Sekolah

: Jl. A. Yani, Km. 7, Ambungan, Pelaihari

9. E-mail (Harus diisi)

: [email protected]

10. Orang terdekat yang bisa

: Sriwati, M.Pd. HP : 085845938125

dihubungi (keterangan) 11. Judul Perekaman

(Guru Pembimbing) : Pang Suma: Sosok Dibalik Persatuan Dayak Desa di Kalimantan Barat

B. Identitas Kepribadian 1. Hobi

: Membaca, menulis, film maker

2. Organisasi

: OSICTA (Osis MAN Insan Cendekia Tanah Laut) Bidang Minat Bakat

3. Alasan mengikuti kegiatan ini: Untuk menambah pengalaman 4. Prestasi yang pernah dicapai : Finalis 5 Besar Festival Iklan Layanan Masyarakat Nasional 2017

Tanah Laut, Maret 2018 Calon Peserta

(Rifqi Amrullah Karim)

Related Documents


More Documents from ""