Panduan Transfer Pasien.docx

  • Uploaded by: Muhammad Iqbal
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Panduan Transfer Pasien.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,847
  • Pages: 19
PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KEPAHIANG

BAB I PENDAHULUAN

A. Definisi Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan sehari-hari adalah hak setiap orang dan merupakan kewajiban yang harus di miliki oleh semua orang. Pemerintah dan segenap masyarakat bertanggungjawab

dalam memelihara dan meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan. Untuk menunjang system yang baik diperlukan sumber daya manusia yang trampil dan terlatih dalam menangani penderita dengan gawat darurat. Transfer pasien adalah memindahkan

pasien dari satu ruangan ke ruang

perawatan/ruang tindakan lain didalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau memindahkan pasien dari satu rumah sakit kerumah sakit lain (antar rumah sakit). Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien

layak untuk ditransfer.

Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani transfer. Pelaksanaan transfer pasien dapat dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit. Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra transportasi pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan peralatan yang disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer. Transfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang kompeten serta petugas professional lainnya yang sudah terlatih. B. Tujuan Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah: 1. Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara professional dan berdedikasi tinggi. 2. Agar proses transfer / pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan lancar serta pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien

serta

sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan. BAB II 1

RUANG LINGKUP

Transfer pasien di dalam rumah sakit terdiri dari: 



Transfer pasien dari IGD ke Instalasi Rawat Inap, ICU, Kamar Operasi, Kamar Bersalin,

Ruang Radiologi  Transfer pasien dari Instalasi Jawat Jalan ke IGD  Transfer pasien antar Instalasi Rawat Inap  Transfer pasien dari Instalasi Rawat Inap ke ICU  Transfer pasien dari ICU ke Instalasi Rawat Inap, Kamar Operasi  Transfer pasien dari Kamar Operasi ke Instalasi Rawat Inap, ICU Transfer pasien dari Kamar Bersalin ke Ruang Rawat Gabung Transfer pasien antar rumah sakit terdiri dari:  

Transfer pasien dari Rumah Sakit Islam Kendal ke Rumah Sakit lain atau sebaliknya Transfer pasien dari Rumah Sakit Islam Kendal ke rumah pasien atau sebaliknya

2

BAB III TATA LAKSANA

A. PENGATURAN TRANSFER 1. Rumah Sakit Umum DaerahKkepahiang memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari DPJP, dr IGD/dr ruangan, PPJP, perawat yang kompeten dalam merawat pasien kritis (perawatICU), petugas medis, dan petugas ambulans. Tim ini yang berwenang untuk memutuskan metode transfer mana yang akan dipilih. 2. Berikut adalah metode transfer yang ada di RSI Kendal a. Layanan Antar-Jemput Pasien: merupakan layanan / jasa umum khusus untuk pasien RSI Kendal dengan tim transfer darI petugas IGD, dimana tim tersebut akan mengambil / menjemput pasien dari rumah / rumah sakit jejaring untuk dibawake RSI Kendal. b. Tim transfer local: RSI Kendal memiliki tim transfernya sendiri dan mengirimkan sendiri pasiennya ke rumah sakit lain. 3. Rumah Sakit Islam Kendal mempunyai system resusitasi, stabilisasi, dan transfer untuk pasien -pasien dengan sakit berat / kritis tanpa terkecuali. 4. Dokter senior / spesialis (DPJP) / d o k t e r u m u m y a n g t e r l a t i h yang bertanggung jawab dalam tim transfer pasien harus siap sedia 24 jam untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan transfer pasien sakit berat / kritis antar-rumah sakit. B. KEPUTUSAN MELAKUKAN TRANSFER 1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien. 2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan

transfer,

kemudian lakukan stabilisasi pre-transfer dan manajemen transfer. 3. Hal ini mencakup tahapan: evaluasi, komunikasi, dokumentasi / pencatatan, pemantauan, penatalaksanaan, penyerahan pasien antar ruangan dalam rumah sakit maupun kerumah sakit rujukan/penerima, dan kembali ke Rumah Sakit Islam Kendal. 4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman: edukasi dan persiapan. 5. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkan dengan matang karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personel rumah sakit akan risiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan keluarga dan kerabat pasien. 6. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika

risikonya

lebih besar, sebaiknya jangan melakukan transfer.

3

7. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten, peralatan dan kendaraan khusus. 8. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP/dokter senior (biasanya seorang konsultan) dan dokter ruangan. 9. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yang mengambil keputusan (berikut gelar dan biodata detailnya), tanggal dan waktu diambilnya keputusan, serta alasan yang mendasari. 10. Terdapat 3 alasan untuk melakukan transfer pasien keluar Rumah Sakit Islam Kendal, yaitu: a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjut  Ini merupakan situasi emergensi dimana sangat diperlukan transfer yang efisien untuk tata laksana pasien lebih lanjut, yang tidak dapat  

disediakan Rumah Sakit Islam Kendal. Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum ditransfer. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien dapat dikategorikan sebagai tipe transfer ‘gawat darurat’, (misalnya ruptur aneurisma aorta) Juga dapat

dikategorikan sebagai tipe transfer ‘gawat’, misalnya pasien

dengan kebutuhan hemodialisa. b. Transfer antar rumah sakit untu kalasan non-medis (misalnya karena ruangan penuh, fasilitas kurang mendukung, jumlah petugas rumah sakit tidak adekuat)  Idealnya, pasien 

sebaiknya

tidak

ditransfer

jika

bukan

untuk

kepentingan mereka. Terdapat beberapa kondisi dimana permintaan /kebutuhan akan tempat tidur/ ruang rawat inap melebihi suplai sehingga diputuskanlah tindakan



untuk mentransfer pasien keunit/rumah sakit lain. Pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan

aspek etika,

apakah akan mentransfer pasien stabil yang telah berada/dirawat diunit intensif rumah sakit atau mentransfer pasien baru yang membutuhkan 

perawatan intensif tetapi kondisinya tidak stabil. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini dapat dikategorikan

sebagai tipe transfer ‘gawat’. c. Repatriasi/Pemulangan Kembali  Transfer hanya boleh dilakukan jika pasien telah stabil dan kondisinya dinilai cukup baik untuk menjalani transfer oleh DPJP/ dokter senior 

/ konsultan yang merawatnya. Pertimbangan akan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer harus



dipikirkan dengan matang dan dicatat. Jika telah diputuskan untuk melakukan repatriasi, transfer pasien ini haruslah menjadi prioritas di

rumah sakit penerima dan biasanya

4

lebih diutamakan dibandingkan penerimaan pasien elektif keunit ruang rawat. Hal ini juga membantu menjaga hubungan baik antar-rumah 

sakit. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini biasanya dikategorikan

sebagai tipe transfer ‘elektif’. 11. Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung jawab/ dokter ruangan akan menghubungi unit/rumah sakit yang dituju. 12. Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit, tim transfer Rumah Sakit Islam Kendal (DPJP/ PPJP/ dr ruangan) akan menghubungi rumah sakit yang dituju dan melakukan negosiasi dengan unit yang dituju. Jika unit tersebut setuju untuk menerima pasien rujukan, tim transfer Rumah Sakit Islam Kendal harus memastikan tersedianya peralatan medis yang memadai di rumah sakit yang dituju. 13. Keputusan final untuk melakukan transfer keluar Rumah Sakit Islam Kendal dipegang oleh dokter senior/ DPJP/ konsultan rumah sakit yang dituju. 14. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga mengenai perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit, dan mintalah persetujuan tindakan transfer. 15. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam status rekam medis pasien yang meliputi: nama, jabatan, dandetail

kontak personel yang membuat

kesepakatan baik di rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima tanggal dan waktu dilakukannya komunikasi antar-rumah sakit, serta saransaran/ hasil negosiasi kedua belah pihak. 16. Personel tim transfer harus mengikuti pelatihan transfer, memiliki kompetensi yang sesuai,

berpengalaman, mempunyai peralatan yang memadai, dapat

bekerjasama dengan jasa pelayanan ambulan, protokol dan panduan rumah sakit, serta pihak-pihak lainnya yang terkait, dan juga memastikan

proses

transfer berlangsung dengan aman dan lancar tanpa mengganggu pekerjaan lain dirumah sakit yang merujuk 17. Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan untuk melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum diputuskan. Hal ini memungkinkan layanan ambulan untuk merencanakan pengerahan petugas dengan lebih efisien. C. PEMILIHAN ALAT TRANSPORTASI UNTUK TRANSFER PASIEN 1. Alat transportasi untuk transfer pasien intra rumah sakit Alat transportasi intra rumah sakit dapat menggunakan: a. Brankar b. Kursi roda c. Incubator transport

5

2. Alat transportasi untuk transfer pasien antar rumah sakit a. Gunakan mobil ambulan RSI Kendal / AGD118. Mobil dilengkapi soket listrik12V, suplai oksigen, monitor, dan peralatan lainnya. b. Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan-kebutuhan

untuk

mentransfer pasien terpenuhi (seperti suplai oksigen, baterai cadangan, dll). c. Standar Peralatan di Ambulans 1) Suplai oksigen 2) Jarum suntik 3) Suction 4) Baterai cadangan 5) Obat-obatan emergensi 6) Syringe/ infuse on pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi posisi pasien) 7) Alat kejut jantung (defibrillator) d. Tim transfer/ SDM pendamping dapat memberi saran mengenai kecepatan ambulan yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien. e. Keputusan

untuk menggunakan sirene diserahkan

kepada

supir

ambulans. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar f.

dan segera dengan akselerasi dan deselerasi yang minimal. Pendampingan oleh polisi dapat dipertimbangkan pada area yang

sangat padat penduduknya. g. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk pengaman. h. Jika terdapat

kegawatdaruratan

medis

dan

pasien

membutuhkan

intervensi segera, berhentikan ambulan ditempat yang aman dan lakukan i.

tindakan yang diperlukan. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan, gunakanlah pakaian yang jelas terlihat ole hpengguna jalan lainnya.

D. STABILISASI SEBELUM TRANSFER 1. Meskipun berpotensi memberikan risiko tambahan terhadap pasien, transfer yang aman dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat/ kritis (extremely ill). 2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil. 3. Unit/ rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada prosedur / pengaturan transfer pasien yang memadai. 4. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan dibuat hingga pasien ditransfer keunit/ rumah sakit lain. 5. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer: a. Amankan patensi jalan napas

6

Beberapa pasien mungkin membutuhkan

intubasi atau trakeostomi

dengan pemantauan end-tidal carbondioxide yang adekuat. b. Analisis gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunakan ventilator portabel selama minimal 15 menit. c. Terdapat jalur/ akses vena yang adekuat. d. Pengukuran tekanan darah yang kontinu / terus-menerus merupakan teknik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama proses transfer berlangsung. e. Jika terdapat pneumotoraks,

selang drainase dada (Water-Sealed

Drainage-WSD) harus terpasang dan tidak boleh diklem. f. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan. g. Pemberian terapi/ tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan transfer 6. Unit/ rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan segera / resusitasi yang

perlu dilakukan terhadap pasien pada

situasi-

situasi khusus, namun tanggungjawab tetap pada tim transfer. 7. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen menilai kondisi pasien. 8. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer. E. PENDAMPINGAN PASIEN SELAMA TRANSFER 1. Pasien dengan sakit berat/kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang tenaga medis. 2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi pasien bergantung pada kondisi

/ situasi klinis dari tiap kasus (tingkat / derajat

beratnya penyakit / kondisi pasien). 3. DPJP / dokter jaga bertugas untuk membuat keputusan dalam menentukan siapa saja yang harus mendampingi pasien selama transfer berlangsung. 4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan proses transfer. 5. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan DPJP / dokter jaga selama proses transfer antar-rumah sakit berlangsung. a. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik dan tidak membutuhkan bantuan ventilator/ oksigenasi. b. Pasien dengan perintah ‘Do Not Resus citate’ (DNR) 6. Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan tingkat / level kebutuhan perawatan pasien kritis (keputusan harus dibuat oleh DPJP) a. Level 0 :

7

Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa diunit/ rumah sakit yang dituju, biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter, perawat, atau paramedis (selama transfer). b. Level 1 : Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya menjalani perawatan

di High Care Unit (HCU), dimana membutuhkan

perawatan diruang rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari

tim

perawatan

kritis,

dapat didampingi oleh perawat, petugas

ambulan, dan atau dokter (selama transfer). c. Level2: Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, termasuk penanganan kegagalan operasi,

satu sistem organ atau perawatan

pasca-

dan pasien yang sebelumnya dirawat diHCU, harus didampingi

oleh petugas yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter dan perawat/ paramedic lainnya). d. Level3: Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan respiratory

lanjut (advanced

support) atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory

support) dengan dukungan / bantuan pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien-pasien yang membutuhkan penanganan kegagalan multiorgan, harus didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih,dan berpengalaman (biasanya dokter jaga yang terlatihdan perawat

ruang

intensif / IGD atau paramedis lainnya). 7. Saat dokter jaga/ DPJP / anestesiologi di Rumah Sakit Islam Kendal tidak dapat menjamin terlaksananya bantuan / dukungan anestesiologi yang aman selama

proses

transfer,

pengambilan

keputusan

haruslah

mempertimbangkan prioritas dan risiko terkait transfer. 8. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan sakit berat/ kritis harus kompeten, terlatih, dan berpengalaman. 9. Petugas yang mendampingi harus membawa telepon selama

genggam

transfer berlangsung yang berisi nomor telepon Rumah Sakit Islam

Kendal dan rumah sakit tujuan. 10. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.

8

F. KOMPETENSI PENDAMPING PASIEN DAN PERALATAN YANG HARUS DIBAWA SELAMA TRANSFER 1. Kompetensi SDM untuk transfer intra Rumah Sakit Islam Kendal Pasien

Petugas Pendamping

Level 0

Petugas ambulance / Petugas keamanan

Level 1

Perawat/ Petugas yang berpengalaman (sesuai dengan kebutuhan pasien)

Keterampilan yang Dibutuhkan - Bantuan hidup dasar - Pelatihan transfer -

pasien Bantuan hidup dasar Pelatihan p Pemberian obat-obatan Mengenali tanda-tanda

deteriorasi - Keterampilan perawatan trakeostomi

Level 2

Perawat dan Petugas keamanan/ petugas ambulance

Peralatan Utama

- Oksigen - Suction - Tiang infuse portable - Infuse pump dengan baterai - Pulse oxymetri

dan suction - Semua keterampilan

- Semua peralatan

diatas, ditambah: - Dua tahun

diatas, ditambah: - Monitor EKG dan

berpengalaman dalam perawatan intensif

tekanan darah - Defibrillator

(oksigenasi, sungkup prnapasan, defibrillator, Level 3

Dokter, Perawat dan

monitor) Standar kompetensi

Petugas keamanan/

dokter harus diatas

Petugas ambulance

standar minimal Dokter: - Minimal 6 bulan pengalaman mengenai perawatan pasien

- Semua peralatan diatas, ditambah: - Ventilator dan peralatan transfer yang memenuhi standar minimal

intensif dan bekerja di ICU. - Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut. 9

- Keterampilan advanced airway management invasive (intubasi, LMA, crictiroidektomi, trakeostomi) - Pengetahuan dan keterampilan tentang peralatan transfer standar seperti ventilator, oksigen, syringe pump, infuse pump, monitor) - Harus mengikuti pelatihan transfer pasien dengan sakit berat/ kritis. Perawat: - Minimal 2 tahun bekerja di unit intensif. - Keterampilan bantuan dasar dan lanjutan. - Pengetahuan tentang peralatan transfer standar seperti ventilator, oksigen, syringe pump, infuse pump, monitor) - Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat/ kritis. 2. Transfer Intra-RumahSakit a. Standar, pemantauan minimal,

pelatihan,

dan

petugas

yang

berpengalaman, diaplikasikan pada transfer intra dan antar-rumah sakit. b. Sebelum transfer, lakukanan alisis mengenai risiko dan keuntungannya.

10

c. Sediakan

kapasitas

cadangan

oksigen

dan

daya

baterai

yang

cukup untuk mengantisipasi kejadian emergensi. d. Peralatan listrik harus tepasang ke sumber daya (stop kontak) dan oksigen sentral digunakan selama perawatan di unit tujuan. e. Petugas yang mentransfer pasien keruang pemeriksaaan radiologi harus f.

paham akan bahaya potensial yang ada. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level pasien

3. Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit

Pasien Level 0

Keterampilan yang

Petugas Pendamping Petugas ambulance / Petugas keamanan

Dibutuhkan - Bantuan hidup dasar - Pelatihan transfer pasien

Level 1

Perawat/ Petugas yang berpengalaman (sesuai dengan kebutuhan pasien)

-

Bantuan hidup dasar Pelatihan tabung gas Pemberian obat-obatan Mengenali tanda-tanda

deteriorasi - Keterampilan perawatan trakeostomi dan suction

Level 2

Perawat dan Petugas

- Semua keterampilan

keamanan/ petugas

diatas, ditambah: - Dua tahun

ambulance

berpengalaman dalam perawatan intensif (oksigenasi, sungkup prnapasan, defibrillator, monitor) Level 3

Dokter, Perawat dan

Standar kompetensi dokter

Petugas keamanan/

harus diatas standar

Petugas ambulance

minimal Dokter: - Minimal 6 bulan

Peralatan Utama dan Jenis Kendaraan Kendaraan High Dependency Service (HDS) / Ambulance - Ambulance - Oksigen - Suction - Tiang infuse portable - Infuse pump dengan baterai - Pulse oxymetri - Ambulance - Semua peralatan diatas, ditambah: - Monitor EKG dan tekanan darah - Defibrillator - Ambulance lengkap - Semua peralatan diatas,

11

pengalaman mengenai perawatan pasien intensif dan bekerja di ICU. - Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut. - Keterampilan advanced

ditambah: - Ventilator dan peralatan transfer yang memenuhi standar minimal

airway management invasive (intubasi, LMA, crictiroidektomi, trakeostomi) - Pengetahuan dan keterampilan tentang peralatan transfer standar seperti ventilator, oksigen, syringe pump, infuse pump, monitor) - Harus mengikuti pelatihan transfer pasien dengan sakit berat/ kritis. Perawat: - Minimal 2 tahun bekerja di unit intensif. - Keterampilan bantuan dasar dan lanjutan. - Pengetahuan tentang peralatan transfer standar seperti ventilator, oksigen, syringe pump, infuse pump, monitor) - Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat/ kritis.

12

G. PENGELOLAAN SELAMA TRANSFER Petugas pendamping harus yang terlatih, tergantung keadaan pasien dan masalah yang mungkin akan timbul. Selama transfer perlu dilakukan: 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Monitoring tanda vital dan pulse oximetry Bantuan kardiorespirasi dimana diperlukan Pemberian darah bila diperlukan Pemberian obat sesuai instruksi dokter selama prosedur tetap Menjaga komunikasi dengan dokter selama transfer Melakukan dokumentasi selama transportasi

13

BAB IV DOKUMENTASI

Dokumentasi transfer pasien dicatat dalam: a. Formulir Transfer Pasien untuk transfer didalam rumah sakit b. Formulir Rujukan untuk transfer keluar rumah sakit

14

BABV PENUTUP

Demikian Panduan Transfer Pasien disusun sebagai acuan dalam penyelenggaraan transfer pasien intra rumah sakit dan ekstra rumah sakit sehingga terciptanya pelayanan transfer pasien yang aman lancar

dan

pelaksanaannya

sangat

memperhatikan

keselamatan pasien serta sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

15

Lampiran 1 STABILISASI PASIEN SEBELUM TRANSFER

1. Airway, menjaga airway dengan control servikal (servical spine control) Step 1 : Penilaian a. Mengenal patensi airway Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan napas. b. Penilaian cepat akan adanya obstruksi Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan napas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur ruling wajah, fraktu mandibula atau maksila, fraktur laring atau trakea. Step 2 : Pengelolaan – mengusahakan airway a. Melakukan chin lift atau jaw thrust b. Membersihkan airway dari benda asing c. Memasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal d. Memasang airway definitive 1) Intubasi oro-atau naso-trakeal 2) Krikotiroidektomi dengan pembedahan e. Melakukan jet insufflations dari airway dan mengetahui bahwa tindakan ini bersifat sementara. Step 3 : Menjaga leher dalam posisi netral, bila perlu secara manual, bila melakukan tindakan untuk membebaskan aiway.

Step 4 : Fiksasi leher dengan berbagai cara setelah memasang airway.

Ingat : Anggaplah fraktur servikal pada setiap pasien multi-trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau perlukaan di atas klavikula. Harus dilakukan segala usaha untuk menjaga jalan napas dan memasang airway definitive bila diperlukan. Tidak kalah pentingnya mengenali kemungkinan gangguan airway yang dapat terjadi kemudian dan ini hanya dapat dikenali dengan reevaluasi berulang terhadap airway.

2. Breathing dan Ventilasi Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaan gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi secara cepat. Step 1 : Penilaian a. Buka leher dan dada sambil menjaga imobilisasi leher dan kepala. b. Tentukan laju dan dalamnya pernapasan.

16

c. Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengetahui adanya deviasi trakea, ekspansi thoraks simetris atau tidak simetris, pemakaian otot tambahan dan tandatanda cedera lainnya. d. Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor. e. Auskultasi thoraks bilateral. Perlukaan yang mengakibatkan gangguan ventilasi yang berat adalah tension pneumothoraks, flail chest dengan kontusio paru, dan open penumothoraks. Keadaankeadaan ini harus dikenali pada saat dilakukan primary survey. Hematothoraks, simple penumothoraks, patahnya tulang iga dan kontusio paru mengganggu ventilasi dalam derajat yang lebih ringan dan harus dikenali pada saat melakukan secondary survey.

Step 2 : Pengelolaan a. b. c. d. e. f.

Pemberian oksigen konsentrasi tinggi Ventilasi dengan alat Bag-Valve-Mask Menghilangkan tension pneumothoraks Menutup open pneumothoraks Memasang sensor CO2 dari kapnograf pada ETT Memasang pulse oxymetri

3. Circulation dengan control perdarahan Yang dibicarakan adalah volume darah dan cardiac output, serta perdarahan. Step 1 : Penilaian a. Dapat mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal. b. Mengetahui sumber perdarahan internal. c. Nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. Periksalah pada nadi yang besar seperti a. femoralis atau a. carotis (kanan-kiri), untuk kekuatan nadi, kecepatan dan irama. Nadi yang tidak cepat, kuat dan teratur biasanya merupakan tanda normovolemia (bila pasien tidak minum obat betablocker). Nadi yang cepat dan kecil merupakan tanda hipovolemia, walaupun dapat disebabkan keadaan yang lain. Nadi yang tidak teratur biasanya merupajan tanda gangguan jantung. Tidak ditemukannya pulsasi arteri besar merupakan tanda diperlukannya resusitasi segera untuk memperbaiki volume dan cardiac output. d. Warna kulit Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovolemia. Pasien trauma yang kulitnya kemerahan, terutama pada wajah dan ektermitas, jarang yang dalam keadaan hipovolemia. Sebaliknya, wajah pucat keabu-abuan dan kulit ekstermitas yang pucat merupakan tanda hipovolemia. e. Tekanan darah (bila ada waktu) Penilaian tekanan darah merupakan indikator yang kurang baik guna menilai perfusi jaringan. Step 2 : Pengelolaan 17

a. Tekanan langsung pada tempat perdarahan eksternal Perdarahan eksternal dihentikan dengan penekanan pada luka. Spalk udara (pneumatic splinting device) juga dapat digunakan untuk mengontrol perdarahan. Spalk jenis ini harus tembus cahaya untuk dapat dilakukan pengawasan perdarahan. Tourniquet sebaiknya jangan dipakai karena merusak jaringan dan menyebabkan iskemia distal, sehingga tourniquet hanya dipakai bila ada amputasi traumatic. Pemakaian hemostat dapat merusak jaringan seperti saraf dan pembuluh darah. b. Mengenal adanya perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta konsultasi bedah. Sumber perdarahan internal (tidak terlihat) adalah perdarahan dalam rongga thoraks, abdomen, sekitar fraktur dari tulang panjang, retro-peritoneal atau fraktur pelvis. c. Memasang 2 kateter IV ukuran besar. d. Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin, analisis kimia, tes kehamilan, golongan darah dan cross-match, dan analisa gas darah. e. Memberikan cairan dengan cairan Ringer Laktat yang dihangatkan dan pemberian f.

darah. Cegah hipotermi.

4. Disability (Neurologic Evaluation) Menjelang akhir primary care dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat. Step 1 : Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS GCS (Glasgow Coma Scale) adalah system yang sederhana dan dapat meramal kesudahan (outcome) pasien terutama motorik terbaiknya. Skor GCS, skor 14-15 : ringan, skor 9-13 : sedang, skor 3-8 : berat. Pemeriksaan GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur 5 tahun. Tingkat adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan. Tingkat kesadaran dibagi menjadi: a. Composmentis (conscious) yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. b. Apatis yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. c. Delirium yaitu gelisah, disorientasi (oranf, empat, waktu) memberontak, berteriakteriak, berhalusinasi, berkhayal. d. Somnolen (obtundasi letargi) yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tidur lagi, mampu member jawaban verbal. e. Stupor (spoor koma) yaitu keadaan seperti tertidur lelap tetapi ada respon terhadap f.

nyeri. Coma (comatose) yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap kornea).

18

Penurunan kesadaran dapat disebabkan oksigenasi atau/dan penurunan pefusi ke otak atau disebabkan trauma langsung pada otak. Penurunan kesadaran menuntut dilakukannya reevaluasi terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi dan perfusi. Alcohol dan obat-obatan dapat mengganggu tingkat kesadaran pasien. Walaupun demikian, bila sudah disingkirkan kemungkinan hipoksia atau hipovolemia sebagai sebab penurunan kesadaran, maka trauma kapitis dianggap sebagai penyebab penurunan kesadaran dan bukan alkoholisme, sampai terbukti sebaliknya. Step 2 : Nilai pupil untuk besarnya isokor dan reaksi. 5. Exposure / Kontrol Lingkungan Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, sering dengan cara menggunting guna memeriksa dan evaluasi pasien. Setelah pakaian dibuka, penting bahwa pasien diselimuti agar tidak hipotermia. Harus dipakaikan selimut hangat, ruangan cukup hangat dan diberikan cairan intravena yang sudah dihangatkan. Yang penting adalah suhu tubuh pasien, bukan rasa nyaman petugas kesehatan.

19

Related Documents


More Documents from "Ratna Puja Nae"

Presentasi.pptx
June 2020 20
Jaras.pptx
June 2020 20
Presentasi (1).pptx
June 2020 15
Presentasi (1).pptx
June 2020 19
Defri Skn.docx
May 2020 3