Panduan Pelayanan Vct.docx

  • Uploaded by: radiologi ambarawa
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Panduan Pelayanan Vct.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,073
  • Pages: 19
PANDUAN …………………………. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG 201X

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala rahmat yang telah dikaruniakan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan Buku Panduan Pelayanan VCT Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa. Buku Panduan Pelayanan VCT Ini merupakan pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan layanan pada pasien dengan HIV Diharapkan dengan adanya buku ini dapat meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit dan digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tugas. Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan semua pihak dalam menyelesaikan Buku Panduan Pelayanan VCT. Kami sangat menyadari banyak terdapat kekurangankekurangan dalam buku ini. Kekurangan ini secara berkesinambungan akan terus diperbaiki sesuai dengan tuntunan dalam pengembangan rumah sakit ini.

Ambarawa, 31 Desember 2015 Penyusun

ii

PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA Jl. Kartini No 101 Telp (0298) 591022 Fax (0298) 591866 Email : [email protected] AMBARAWA - 50611

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA NOMOR : 800/2934/2015 TENTANG PANDUAN PELAYANAN VCT

Disusun Oleh :

dr. Kusworo Yulianto NIP. 196807072007011017

Disetujui Oleh :

Dra. Sri Suwanti NIP. 196508181991012001

Ditetapkan Oleh :

dr. Rini Susilowati, M.Kes, MM NIP. 19610506 198910 2 001

iii

PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA Jl. Kartini No 101 Telp (0298) 591022 Fax (0298) 591866 Email : [email protected] AMBARAWA - 50611

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA NOMOR : 800/2934/2015 TENTANG PANDUAN PELAYANAN VCT DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG, Menimbang

: a. bahwa dalam upaya optimalisasi pelayanan dan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya dalam rangka pelayanan VCT di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang serta untuk mendukung pencapaian Provinsi Jawa Tengah dalam upaya penurunan Angka Kejadian Kasus HIV-AIDS di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang; b. bahwa panduan VCT RSUD Ambarawa telah diterbitkan untuk penerapannya di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang; c. bahwa untuk mencapai tujuan diatas dipandang perlu menetapkan Panduan Pelayanan Voluntary Counseling And Test (VCT) melalui suatu Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang.

Mengingat

: 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5063); 2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5072); 3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 780/Menkes/SK/IV/2011 tentang Penetapan Lanjutan Rumah Sakit Rujukan Bagi orang dengan HIV; 4. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. 1691/ Menkes/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit; iv

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan; 6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal; 7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : KESATU : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tentang Panduan Pelayanan VCT. KEDUA

: Panduan Pelayanan VCT Sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu sebagaimana terlampir dalam lampiran keputusan ini.

KETIGA

: Panduan Pelayanan VCT sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua digunakan sebagai acuan dalam Pelayanan.

KEEMPAT

: Keputusan ditetapkan

ini

mulai

berlaku

pada

tanggal

Ditetapkan di : Ambarawa pada tanggal : 31 Desember 2015 DIREKTUR RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG,

RINI SUSILOWATI

v

Daftar Isi DEFINISI .................................................................................... 1 RUANG LINGKUP ....................................................................... 2 TATA LAKSANA .......................................................................... 4 A. PEMERIKSAAN LABORAT .................................................. 7 B. PEMERIKSAAN DAN TATALAKSANA SETELAH DIAGNOSIS HIV DITEGAKKAN ................................................................... 8 C. PENILAIAN STADIUM KLINIS ........................................... 8 D. PENILAIAN IMUNOLOGI ( PEMERIKSAAN JUMLAH CD4 ) 10 E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEBELUM PENGOBATAN ARV....................................................................................... 11 DOKUMENTASI ........................................................................ 12 Ada beberapa hal yang perlu di Dokumentasikan pada kegiatan pelayanan pasien di poliklinik VCT: .......................................... 12 DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 13

vi

BAB I DEFINISI Voluntary Counseling and Testing adalah Konseling dan Testing HIV-AIDS sukarela, Suatu prosedur diskusi pembelajaran antara konselor dan klien untuk memahami HIV-AIDS berserta resiko dan konsekwensi terhadap diri sendiri, pasangan dan keluarga serta orang di sekitarnya. Tujuan utamanya adalah perubahan perilaku ke arah perilaku lebih sehat dan lebih nayaman. VCT (Voluntery Counseling dan Testing) merupakan kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV-AIDS, mencegah penularan HIV, mempromosikan perubahan prilaku yang bertanggung jawab, pengobatan ARV dan memastikan pemecahan berbagai masalah terkait HIV-AIDS. Konseling pra test adalah diskusi antar klien dan konselor bertujuan menyiapkan klien untuk testing HIV-AIDS. Isi diskusi adalah klarifikasi pengetahuan klien tentang HIV-AIDS, memyampaikan prosedur test dan pengelolaan diri setelah menerima hasil test, menyiapkan klien menghadapi hari depan, membantu klien memutuskan akan test atau tidak, mempersiapkan informed consent, dan conseling sex yang aman. Konseling paska test adalah diskusi antara konselor dengan klien, dengan tujuan menyampaikan hasil test HIV klien, membantu klien beradaptasi dengan hasil test. Materi diskusi adalah menyampaikan hasil secara jelas, menilai pemahaman mental emosional klien, membuat rencana menyertakan orang lain yang bermakna dalam kehidupan klien, menjawab respon emosional yang tiba-tiba mencuat, meyusun rencana tentang kehidupan yang mesti dijalani dengan menurunkan perilaku beresiko daan perawatan, membuat perencanaan dukungan. Perawatan dan dukungan adalah layanan komprehensif yang disediakan untuk ODHA dan keluargannya. Termasuk di dalamnya konseling lanjutan, perawatan, diagnosis, terapi dan pencegahan infeksi oportunistik dukungan sosioekonomi dan perawatan di rumah.

1

BAB II RUANG LINGKUP Buku panduan memuat tentang penjelasan mengenai program dan layanan komprehensi mengenai VCT di RSUD Ambarawa Kegiatannya meliputi aspek promotif, preventif dan kuratif .Bagian pengelolaan penyakit ditekankan pada upaya deteksi dini, diagnosis, prinsip serta garis besar cara terapinya. Promosi pelayanan VCT dilaksanakan berdasarkan sasaran, tempat, waktu, dan metode yang digunakan dengan tujuan merubah perilaku masyarakat agar mau memanfaatkan pusat pelayanan VCT tersebut. Pelayanan konseling dimulai dengan suasana yang bersahabat yang dilayani konselor. VCT merupakan salah satu strategis kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV-AIDS berkelanjutan: 1. Layanan VCT dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan klien pada saat klien mencari pertolongan medik dan testing yaitu dengan memberikan layanan dini dan memadai,baik kepada mereka dengan HIV positif maupun negatif, layanan ini termasuk konseling, dukungan,akses untuk terapy suportif terapy infeksi oportunistik dan ART. 2. VCT harus dikerjakan secara profesional dan konsisten untuk memperoleh intervensi yang efektif dimana memungkinkan klien dengan bantuan konselor terlatih mengali dan memahami diri akan resiko infeksi HIV, mendapatkan informasi HIVAIDS,mempelajari status dirinya dan mengerti tanggung jawab untuk menurunkan perilaku beresiko dan mencegah penyebaran infeksi kepada orang lain guna mempertahankandan meningkatkan perilaku sehat 3. Testing HIV dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dan tekanan, segera setelah klien memahami berbagai keuntungan,konsekwensinya dan resiko. Target sasaran layanan VCT sangat luas yaitu pada kelompok beresiko tertular dan kelompok rentan yaitu kelompok masyarakat yang karena ruang lingkup pekerjaan, rendahnya kesejahteraan, lingkungan rendahnya ketahanan keluarga dan rendahnya kesejahteraan keluarga, status kesehatan, sehinga mudah tertular HIV.

2

Buku panduan memuat tentang penjelasan mengenai program dan layanan komprehensi mengenai VCT di RSUD Ambarawa Kegiatannya meliputi aspek promotif, preventif dan kuratif .Bagian pengelolaan penyakit ditekankan pada upaya deteksi dini, diagnosis, prinsip serta garis besar cara terapinya. Promosi pelayanan VCT dilaksanakan berdasarkan sasaran, tempat, waktu, dan metode yang digunakan dengan tujuan merubah perilaku masyarakat agar mau memanfaatkan pusat pelayanan VCT tersebut. Pelayanan konseling dimulai dengan suasana yang bersahabat yang dilayani konselor. VCT merupakan salah satu strategis kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV-AIDS berkelanjutan: 4. Layanan VCT dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan klien pada saat klien mencari pertolongan medik dan testing yaitu dengan memberikan layanan dini dan memadai,baik kepada mereka dengan HIV positif maupun negatif, layanan ini termasuk konseling, dukungan,akses untuk terapy suportif terapy infeksi oportunistik dan ART. 5. VCT harus dikerjakan secara profesional dan konsisten untuk memperoleh intervensi yang efektif dimana memungkinkan klien dengan bantuan konselor terlatih mengali dan memahami diri akan resiko infeksi HIV, mendapatkan informasi HIVAIDS,mempelajari status dirinya dan mengerti tanggung jawab untuk menurunkan perilaku beresiko dan mencegah penyebaran infeksi kepada orang lain guna mempertahankandan meningkatkan perilaku sehat 6. Testing HIV dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dan tekanan, segera setelah klien memahami berbagai keuntungan,konsekwensinya dan resiko. Target sasaran layanan VCT sangat luas yaitu pada kelompok beresiko tertular dan kelompok rentan yaitu kelompok masyarakat yang karena ruang lingkup pekerjaan, rendahnya kesejahteraan, lingkungan rendahnya ketahanan keluarga dan rendahnya kesejahteraan keluarga, status kesehatan, sehinga mudah tertular HIV.

3

BAB III TATA LAKSANA

Semua pasien yang datang ke RSUD Ambarawa berhak mendapatkan layanan HIV-AIDS di Klinik VCT yang sesuai. Layanan Klinik VCT ini dapat diakses oleh mereka yang datang baik atas kemauan sendiri, dari rawat jalan , maupun rawat inap. Berikut ini adalah alur kedatangan pasien : 1. Pasien IGD/Rawat Jalan

2. Rawat Inap

4

Untuk penanganan pasien yang di curigai dengan gejala dan faktor resiko ke arah suspek HIV-AIDS di Rawat Inap dapat dilakukan oleh DPJP atau dokter ruangan yang bertugas untuk kemudian konsul ke tim HIV-AIDS untuk melakukan pra test dan post test sehingga pasien merasa nyaman selama dalam perawatan, penanganan kasusnya dapat di tangani bersamaan dengan kasus penyakit penyerta lainya. Apabila hasil di dapatkan (+) penanganannya sesuai dengan alur pelayanan pasien rawat inap (+), bila hasilnya (-) alur pelayanannya sesuai dengan alur pelayanan pasien rawat inap (-). Rumah Sakit merupakan instansi kesehatan yang berperan penting melawan penyebaran HIV-AIDS, perawatan pasien suspek HIV-AIDS di ruangan tetap dilakukan dengan tidak diskriminatif dan tindakan yang dilakukan tetap harus melalui prosedur dan harus mendapatkan persetujuan pasien seperti untuk pemeriksaan laboratorium. Obat-obatan ARV yang tersedia untuk pasien HIVAIDS semua di tangung pemerintah dan pemberian terapy tersebut di berikan setiap hari setelah di lakukan visite oleh dokter jaga di ruangan. Semua staff RS tidak diperkenankan memberikan informasi dalam bentuk apapun tertulis dan lisan mengenai diagnosis pasien HIV-AIDS kepada pihak manapun kecuali dokter yang berwenang dokter yang merawat untuk alasan yang jelas setelah ada permintaan yang resmi sesuai prosedur. Kewaspadaan Universal di terapkan pada semua pasien HIVAIDS tanpa memandang status atau umur dari yang bersangkutan dengan tujuan melindungi petugas dari resiko terpajan infeksi HIV-AIDS maupun klien/pasien. VCT (Voluntery Counseling dan Testing) merupakan kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV-AIDS, mencegah penularan HIV, mempromosikan perubahan prilaku yang bertanggungjawab, pengobatan ARV dan memastikan pemecahan berbagai masalah terkait HIV-AIDS Pasien yang datang dari rawat jalan setelah dilakukan registrasi untuk mendapatkan nomer rekam medis akan mendapatkan konseling pre test di Klinik VCT Konseling ini terdiri dari berbagai macam informasi tentang HIV-AIDS, penggalian faktor resiko dan penandatangan inform consent. Setelah penandatanganan inform consent, pasien dilakukan pengambilan sample darah untuk pemeriksaan Anti HIV. Setelah hasil jadi, dilakukan konseling post test dan disampaikan ke pasien. Bila hasil negative dan penggalian

5

faktor resiko pasien tidak dalam masa jendela, maka pasien pulang. Tapi apabila hasil yang didapatkan adalah negative dan penggalian faktor resiko dalam masa jendela, maka diarahkan untuk dilakukan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Untuk pasien dengan hasil positif, segera kita alihkan ke Manager Kasus selaku pendamping pasien untuk segera dilakukan pemeriksaan lanjut yaitu pengambilan darah untuk pemeriksaan CD4. Dan di lakukan pemeriksaan fisik oleh CST. Tabel 1.Tanda Dan Gejala Klinis Yang Patut Diduga Infeksi HIV 1. KEADAAN UMUM a. Kehilangan berat badan > 10% dari berat badan dasar b. Demam ( terus menerus atau intermitten , temperature oral >37,5°C ) yang lebih dari satu bulan c. Diare ( terus menerus atau intermitten ) yang lebih dari satu bulan d. Limphadenophaty meluas 2. KULIT a. PPE* dan kulit kering yang meluas* merupakan dugaan kuat infeksi HIV. Beberapa kelainan seperti kutil genital ( genital warts ) ,folliculitis dan psoriasis sering terjadi pada ODHA tapi tidak selalu terkait dengan HIV

3. INFEKSI Infeksi Jamur

Infeksi viral

Gangguan pernafasan

Gejala neurologis

a. b. c. d.

Kandidiasis oral Dermatitis seboroik Kandidiasis berulang Herpes Zooster ( berulang atau melibatkan lebih dari satu dermatom )* e. Herpes Genital ( berulang ) f. Moluskum Contagiosum g. Kondiloma h. Batuk lebih dari satu bulan i. Sesak nafas j. Tuberculosis k. Pneumoni berulang l. Sinusitis kronis atau berulang m. Nyeri kepala yang semakin parah ( terus menerus dan tidak jelas penyebabnya )

6

n. Kejang demam o. Menurunnyaf ungsi kognitif * Keadaan tersebut merupakan dugaan kuat terhadap infeksi HIV Sumber : WHO SEARO 2007 A. PEMERIKSAAN LABORAT 1. Prosedur Pemeriksaan Prosedur pemeriksaan laboratorium untuk HIV sesuai dengan panduan nasional yang berlaku pada saat ini, yaitu dengan menggunakan strategi 3 dan selalu didahului dengan konseling pra tes atau informasi singkat. Ketiga tes tersebut dapat menggunakan reagen tes cepat atau dengan ELISA. Untuk pemeriksaan pertama (A1) harus digunakan tes dengan sensitifitas yang tinggi (>99%), sedang untuk pemeriksaan selanjutnya (A2 dan A3) menggunakan tes dengan spesifisitas tinggi (>99%). Antibodi biasanya baru dapat terdeteksi dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan setelah terinfeksi HIV yang disebut masa jendela. Bila tes HIV yang dilakukan dalam masa jendela menunjukkan hasil ”negatif”, maka perlu dilakukan tes ulang, terutama bila masih terdapat perilaku yang berisiko.

2. Alur Laborat VCT HASIL

INTERPRETASI

A1 (-) Atau A1 (-) A2 (-) Non reaktif A3 (-)

7

TINDAK LANJUT a.Bila yakin tidak ada factor resiko dan atau perilaku beresiko dilakukan lebih dari 3 bulan sebelumnya maka pasien diberikan konseling agar menjagat etap negative b. Bila belum yakin ada atau tidaknya factor resiko dan atau perilaku beresiko dilakukan 3 bulan terakhir maka dianjurkan untuk tes ulang dalam waktu 1 bulan

A1 (+) A2 (+) Reaktif A3 (-)

Lakukan konseling hasil tes positif dan rujuk ke CST melalui manager kasus untuk mendapatkan layanan selanjutnya

B. PEMERIKSAAN DAN TATALAKSANA SETELAH DIAGNOSIS HIV DITEGAKKAN Setelah dinyatakan terinfeksi HIV , maka pasien ODHA perlu dirujuk ke layanan CST untuk menjalankan serangkaian layanan yang meliputi penilaian stadium klinik, penilaian imunologis dan virologi.Hal tersebut dilakukan untuk : 1. Menentukan apakah pasien sudah memenuhi syarat untuk pengobatan antiretroviral. 2. Menilai status supresi imun pasien 3. Menentukan infeksi oportunistik yang pernah dan sedang terjadi 4. Menentukan panduan obat ARV yang sesuai C. PENILAIAN STADIUM KLINIS Penilaian stadium klinis dinilai pada saat kunjungan awal dan setiap kali kunjungan untuk penentuan terapi ARV dengan lebih tepat waktu. Stadium Klinis Infeksi HIV : 1. Stadium 1 a. Tidak ada gejala b. Limfadenopati Generalisata Persisten 2. Stadium 2 a. Penurunan berat badan bersifat sedang yang tak diketahui penyebabnya (<10% dari perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya) b. Infeksi saluran pernafasan yang berulang (sinusitis, tonsillitis, otitis media, faringitis) c. Herpes zoster d. Keilitis angularis e. Ulkus mulut yang berulang f. Ruam kulit berupa papel yang gatal (Papular pruritic eruption) 8

g. Dermatisis seboroik h. Infeksi jamur pada kuku 3. Stadium 3 a. Penurunan berat badan bersifat berat yang tak diketahui penyebabnya (lebih dari 10% dari perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya) b. Diarekronis yang tak diketahui penyebabnya selama lebih dari 1 bulan c. Demam menetap yang tak diketahui penyebabnya d. Kandidiasis pada mulut yang menetap e. Oral hairy leukoplakia f. Tuberkulosis paru g. Infeksi bakteri yang berat (contoh: pneumonia, empiema, meningitis, piomiositis, infeksi tulang atau sendi, bakteraemia, penyakit inflamasi panggul yang berat) h. Stomatitis nekrotikans ulserative akut, gingivitis atau periodontitis i. Anemi yang tak diketahui penyebabnya (<8g/dl), netropeni (<0.5 x 10/l) / trombositopeni kronis (<50 x 10) 4. Stadium 4 a. Sindrom wasting HIV b. Pneumonia Pneumocystis jiroveci c. Pneumonia bacteri berat yang berulang d. Infeksi herpes simplex kronis (orolabial) genital, atau anorektal selama lebih dari1 bulan atau viseral di bagian manapun) e. Kandidiasis esofageal (atau kandidiasis trakea, bronkus atau paru) f. Tuberkulosis ekstra paru g. Sarkoma Kaposi h. Penyakit Cytomegalovirus (retinitis atau infeksi organ lain, tidak termasuk hati, limpa dan kelenjar getah bening) i. Toksoplasmosis di system saraf pusat j. Ensefalopati HIV k. Pneumonia Kriptokokus ekstra pulmoner, termasuk meningitis l. Infeksi mycobacteria non tuberculosis yang menyebar m. Leukoencephalopathy multifocal progresif n. Cyrptosporidiosis kronis o. Isosporiasis kronis p. Mikosis diseminata (histoplasmosis, coccidiomycosis) q. Septikemi yang berulang (termasuk Salmonella non-tifoid) r. Limfoma (serebral atau Sel B non Hodgkin) s. Karsinoma serviks invasif

9

t. Leishmaniasis diseminata atipika u. Nefropati atau kardiomiopati terkait HIV yang simtomatis

DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN FISIK Tanda vital Berat badan dan tinggi badan, tekanan darah, frekuensi denyut nadi, respirasi, suhu badan Keadaan Umum Kehilangan berat badan tanpa sebab yang jelas (Wasting syndrome) atau akibat infeksi oportunistik Jejas suntikan pada penasun Penyakit lain Malaria, TB, PCP, Pneumonia bakterial, selain HIV infeksi susunan syaraf pusat, penyakit kelamin, gastroenteritis, hepatitis viral, dan lain-lain Pruritic papular eruption (PPe), dermatitis Kulit seborhoik, herpes simpleks, herpes zoster atau bekasnya Kelenjar Getah Persitent generalyzed l ynpohadenopathy Bening (PGL) Lymphadenopathy TB Lymphoma maligna Mulut Kandidiasis oral Oral hairy leucoplakia (OHL) Keilitis angularis Dada TB PCP Pneumonia bacterial Abdomen Kandidiasis oesophageal Hepatitis akut dan kronik Anogenital Herpes simpleks Lesi genital, duh tubuh Pap smear bila perlu Neurologi Visus, tanda-tanda neuropathy D. PENILAIAN IMUNOLOGI ( PEMERIKSAAN JUMLAH CD4 ) Jumlah CD4 adalah cara untuk menilai status imunitas ODHA. Pemeriksaan CD4 melengkapi pemeriksaan klinis untuk menentukan pasien yang memerlukan pengobatan profilaksis IO dan terapi ARV. Rata-rata penurunan CD4 adalah sekitar 70100 sel/mm³/tahun dengan peningkatan setelah pemberian ARV selama 50-100 sel/mm³/tahun. Jumlah limfosit total (TLC) tidak dapat menggantikan pemeriksaan CD4.

10

E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEBELUM PENGOBATAN ARV Pada dasarnya pemantauan laboratorium bukan merupakan persyaratan mutlak untuk menginisiasi terapi ARV. Pemeriksaan CD4 dan viral load juga bukan kebutuhan mutlak dalam pemantauan pasien yang mendapat terapi ARV, namun pemantauan laboratorium atas indikasi gejala yang ada sangat dianjurkan untuk memantau keamanan dan toksisitas pada ODHA yang menerima terapi ARV. Hanya apabila sumber daya memungkinkan maka dianjurkan melakukan pemeriksaan viral load pada pasien tertentu untuk mengkonfirmasi adanya gagal terapi menurut kriteria klinis dan imunologis. Di bawah ini adalah pemeriksaan laboratorium yang ideal sebelum memulai ART apabila sumber daya memungkinkan: 1. Darah lengkap* 2. Jumlah CD4* 3. SGOT / SGPT* 4. Kreatinin Serum* 5. Urinalisa* 6. Hbs Ag 7. Tes Kehamilan (perempuan usia reproduktif dan perlu anamnesis mens terakhir) 8. PAP smear / IFA-IMS untuk menyingkirkan adanya Ca Cervix yang pada ODHA bisa bersifat progresif) 9. Jumlah virus / Viral Load RNA HIV** dalam plasma (bila tersedia dan bila pasien mampu) 10. Anti-HCV (untuk ODHA IDU atau dengan riwayat IDU) 11. Profil lipid serum 12. Gula darah 13. VDRL/TPHA/PRP 14. Rontgen dada (utamanya bila curiga ada infeksi paru)

11

BAB IV DOKUMENTASI Ada beberapa hal yang perlu di Dokumentasikan pada kegiatan pelayanan pasien di poliklinik VCT: 1. Pendokumentasian dilakukan setiap kali pasien dating kunjungan ulang di Poliklinik VCT 2. Setiap kali pasien yang melakukan pra test dan post test 3. Setiap kali pasien yang telah melakukan pemeriksaan laboratorium 4. Setiap kali pasien datang kontrol yang di periksa kesehatannya 5. Dokumentasi pasien disimpan di Rekam Medis. 6. Pendokumentasian juga dilakukan Setiap kali persetujuan pasien terhadap tindak lanjut untuk penanganan kesehatannya.

12

DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI,Dirjen Pengendalian penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2006,Pedoman pelayanan konseling dan testing HIV/AIDS secara sukarela (Voluntary Counselling and Testing) 2. Kepmenkes RI, nomor 1507/Menkes/SK/X/2005,tentang Pedoman Pelayanan Conseling dan Testing HIV/AIDS secara Sukarela 3. Depkes RI,Dirjen Bina Pelayanan Medik Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2008, Pedoman Akrteditasi Rumah Sakit di Indonesia 4. Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2012, Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi

13

Related Documents


More Documents from "Hero Matsuyama"