PAK Karena HIV dan Virus Hepatitis
KARAKTERISTIK HIV •
•
•
• •
Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang termasuk dalam familia retrovirus yaitu kelompok virus terselubung (envelope virus) yang mempunyai enzim reverse transcriptase, enzim yang dapat mensintesis kopi DNA dari genon RNA. Virus ini masuk dalam sub familia lentivirus berdasarkan kesamaan segmen genon, morfologi dan siklus hidupnya. Partikel HIV terdiri atas inner core yang mengandung 2 untai DNA identik yang dikelilingi oleh selubung fosfolipid. Genon HIV mengandung gen env yang mengkode selubung glikoprotein, gen gag yang mengkode protein core yang terdiri dari protein p17 (BM 17.000) dan p24 (BM 24.000), dan gen pol yang mengkode beberapa enzim yaitu : reverse transcriptase, integrase dan protease. Selain itu HIV juga mengandung 6 gen lainnya yaitu vpr, vif, rev, nef dan vpu yang mengatur proses reproduksi virus. Bagian paling infeksius dari HIV adalah selubung glikoprotein gp 120 (BM 120.000) dan gp 41 (BM 41.000). Virion virus HIV berbentuk sferis dengan inti berbentuk kerucut yang dikelilingi oleh selubung lipid dari membran sel hopes. Inti virus mengandung protein kapsid terbesar yaitu p24, protein nukleokapsid p7/p9, sedangkan 3 enzim yaitu protease, reverse transcriptase dan integrase. Inti virus yang berada di bawah lapisan lipid dinamakan p17 yang dikelilingi oleh matriks protein. Hasil translasi berupa protein prekursor yang besar dan akan dipotong oleh enzim protease virus menjadi protein mature HIV dikelompokkan berdasarkan struktur genom dan antigenitasnya yaitu HIV - 1 dan HIV - 2
TEMPAT KERJA YANG BERESIKO TERKENA HIV Hasil penyelidikan IBCA menemukan beberapa kriteria tempat kerja yang berisiko, yaitu sebagai berikut: 1. Bidang kesehatan(RUMAH SAKIT) 2. Pembuat tato 3. Kemiskinan di sekitar tempat kerja tinggi 4. Dekat dengan lokalisasi 5. Mobilitas karyawan tinggi 6. Lokasi perusahaan terisolir 7. Nilai budaya setempat permisif 8. Karyawan jauh dari keluarga
DAMPAK AKUT DAN KRONIK TERKENA HIV DAMPAK AKUT 1. Demam hingga menggigil. 2. Muncul ruam di kulit. 3. Muntah. 4. Nyeri pada sendi dan otot. 5. Pembengkakan kelenjar getah bening. 6. Sakit kepala. 7. Sakit perut. 8. Sakit tenggorokan dan sariawan.
DAMPAK KRONIK 1. Berat badan turun. 2. Berkeringat di malam hari. 3. Demam. 4. Diare. 5. Mual dan muntah. 6. Herpes zoster. 7. Pembengkakan kelenjar getah bening. 8. Sakit kepala. 9. Tubuh terasa lemah.
PENCEGAHAN PAJANAN AKIBAT HIV Infeksi pada pajanan okupasional di layanan kesehatan dapat dicegah dengan mentaati praktek pencegahan dan pengendalian infeksi yang standar. 1.Kebersihan tangan 2.Alat Pelindung Diri (APD) 3.Etika batuk/kebersihan pernafasan 4.Penempatan pasien 5.Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai 6.Pengelolaan lingkungan 7.Pengelolaan linen 8.Praktik penyuntikan yang aman 9.Praktik pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal punksi 10.Perlindungan dan kesehatan karyawan dengan melaksanakan tatalaksana pasca pajanan
JURNAL:ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MENGGUNAKAN LAYANAN HIV/AIDS DI SURABAYA PADA PEKERJA BANGUNAN DI PROYEK BANGUNAN X SURABAYA •
•
•
Abstrak :Sejak tahun 2010-2012 jumlah infeksi HIV/AIDS di Indonesia semakin meningkat. Penelitian di Vietnam menemukan bahwa pekerja konstruksi dengan mobilitas yang tinggi termasuk dalam kelompok berisiko dan turut berperan dalam penyebaran HIV.Berdasarkan informasi tersebut, maka penelitian ini difokuskan pada analisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan HIV/AIDS dengan pekerja konstruksi sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional.Populasi adalah pekerja konstruksi di Educity Residence.Sampel berjumlah 50 orang yang diambil secara purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi.Variabel independen adalah pengetahuan dan data karakteristik yang meliputi umur, wilayah, jumlah anggota keluarga, pendidikan terakhir, upah, sumber biaya kesehatan, dan sumber informasi HIV/AIDS.Variabel dependen adalah perilaku pemanfaatan pelayananan HIV/AIDS.Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Analisis statistic menggunakan uji Spearman rho dan Chi-square dengan tingkat kemaknaan p≤0,05.Hasil analisis menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan dengan perilaku pemanfaatan pelayanan HIV/AIDS (p=0,007). Data karakteristik berupa umur, wilayah, jumlah anggota keluarga, pendidikan terakhir, upah, sumber biaya kesehatan, sumber informasi HIV/AIDS tidak berhubungan dengan perilaku pemanfaatan pelayanan HIV/AIDS. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor yang dapat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan HIV/AIDS pada pekerja konstruksi Educity Residence adalah pengetahuan. Karakteristik responden tidak mempengaruhi pemanfaatan pelayanan HIV/AIDS pada pekerja konstruksi. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menganalisis faktor lain yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan HIV/AIDS pada pekerja konstruksi.
•
PENDAHULUAN (Introduction)
•
Peningkatan kasus HIV/AIDS di Indonesia salah satunya disebabkan oleh perpindahan penduduk (Mutia, 2008). Hal ini didukung data dari Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Nasional tahun 2003, bahwa kelompok dengan mobilitas tinggi sangat rentan terhadap penularan HIV-AIDS. Mobilitas tinggi dan kondisi jauh dari keluarga dapat menyebabkan perilaku beresiko terkena HIV/AIDS karena memungkinkan untuk menggunakan jasa pelayanan seks komersial di wilayah mereka bekerja. Upaya penatalaksanaan HIV dan AIDS oleh pemerintah untukmengurangi angka insiden HIV baru dalam perawatan dan pencegahan,yaitu berupa konseling dan tes HIV sukarela, pendidikan tentang perilaku beresiko, dan distribusi kondom.Namun kenyataan jumlah kasus infeksi HIV/AIDS di Jawa Timur masih meningkat tiap tahun. Program layanan HIV/AIDS yang sudah ada di Indonesia antara lain, Voluntary, Counselling and Testing (VCT), Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT), Care, Support and Treatment (CST), Program Terapi Rumatan (PTR), Layanan Jarum dan Alat Suntik Steril (LJASS) serta layanan Infeksi menular Seksual (Layanan IMS). Voluntary, Counselling and Testing (VCT) merupakan layanan konseling dan tes sukarela untuk seluruh kalangan masyarakat, khususnya bagi mereka yang merasa terkontaminasi atau memiliki perilaku risiko terinfeksi HIV.Berhubungan dengan konteks epidemi AIDS, sebelum individu dan komunitas mengubah perilaku, mereka harus memahami fakta dasar HIV dan AIDS, mengadopsi inti sikap, belajar keterampilan dan diberi akses layanan sesuai.
• •
•
•
BAHAN DAN METODE (Methods)
•
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu pekerja bangunan di proyek bangunan X Surabaya, dengan jumlah 350 orang pekerja. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan besar sampel sebanyak 50 orang pekerja. Penelitian dilaksanakan pada 15-17 Juni 2013. Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu pengetahuan tentang HIV/AIDS, sumber biaya kesehatan, sumber informasi tentang HIV/AIDS, dandata karakteristik responden, yaitu umur, tempat tinggal, pendidikan terakhir, jumlah keluarga yang ditanggung, dan tingkat pendapatan. Instrumen penelitian untuk mengukur variabel karakteristik responden dan perilaku penggunaan layanan HIV/AIDS yaitu kuisioner Thought and Feeling terdiri dari HIV Testing, Treatment and prevention oleh WHO (2009). Sedangkan instrumen untuk mengukur pengetahuan tentang HIV/AIDS yaitu Psychometric Instrumens for Assessing HIV Risk Behaviors of Vulnerable Populations oleh Joseph dan Titilayo (2010). Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Spearman’s Rho atau Chi Square dengan tingkat signifikasi α < 0,05.
• • •
• •
•
•
•
PEMBAHASAN (Discuss) Pengetahuan tentang HIV/AIDS pada kelompok responden pekerja bangunan mayoritas menunjukkan kategori pengetahuan yang baik.Setelah dilakukan uji analisa data, hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan perilaku penggunaan layanan HIV/AIDS oleh responden dengan tingkat hubungan cukup berhubungan antara kedua variabel tersebut. Beberapa responden memiliki pengetahuan baik tentang HIV/AIDS dapat menunjukkan perilaku baik pula terhadap penggunaan layanan HIV/AIDS.Berbeda dengan data responden kode 37 yang memiliki pengetahuan kurang tetapi berperilakucukup terhadap penggunaan layanan HIV/AIDS.Hal ini menunjukkan bahwa teori adaptasi yang menyatakan semakin baik pengetahuan akan menunjang perilaku yang semakin baik pula tidak selalu terbukti benar adanya. Didukung oleh pernyataan Notoatmodjo bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan seperti tingkat pendidikan seseorang. Sebagian besar berada pada umur produktif dewasa muda sesuai pembagian kelompok umur oleh Ericson.Umur responden pekerja bangunan di Proyek Bangunan X tidak mempunyai hubungan dengan perilaku penggunaan layanan HIV/AIDS dan tingkat kekuatan korelasi pada kedua hubungan ini sangat rendah. Data penelitian ini, responden kode 34 menunjukkan bahwa umur lebih dari 55 tahun memiliki perilaku baik terhadap penggunaan layanan HIV/AIDS dengan nilai sempurna. Begitu pula pada responden kode 21, hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan umur kurang dari 18 tahun namun mampu memiliki perilaku baik terhadap penggunaan layanan HIV/AIDS dengan nilai sempurna.Sama halnya pada responden kode 8, 19, dan 30 dengan umur rentang 36-55 tahun dapat memiliki perilaku penggunaan layanan HIV/AIDS baik dengan nilai
Karakteristik virus Hepatitis
Tempat kerja yang beresiko terkena virus hepatitis
• pabrik • Petugas medis • industri besar
Dampak akut virus hepatitis 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kelelahan Mual Nafsu makan menurun Rasa tidak nyaman pada perut(nyeri pada hati) Urin yang keruh Dan penyakit kuning Feses yang berwarna pucat Penurunan berat badan yang tanpa sebab
Dampak kronik virus hepatitis’ • Nafsu makan yang menurun • Mudah kelelahan • Mengalami demam ringan dan ketidak nyaman bagian perut atas • telapak tanggan kemerah merahan • Pembesaran limpah • Kerusakan hati • Dapat menyebabkan penurunan fungsi otak dan penumpukan cairan dalam perut
Pencegahan pajanan akibat virus hepatitis 1. Lakukan vaksinasi vaksin hepatitis A dan B ternyatabmerupakan cara pencegaha yang efektif untuk menekan angka kejadian hepatitis.sedangkan hepatitis C tidak bisa di cegah dengan vaksin karna tidak ada vaksin yang tersedia untuk pencegahan penyakit tersebut 2. Biasakan untuk mencuci tangan Dapat mencegah terkena penyakit hepatitis A dan E karna penyakit tersebut menular dari feses ,kotoran ke makanan ,minuman yang di kosumsi 3. Hati hati dengan penggunaan jarum Jarum atau peralatan medis yang tidak steril dapat menjadi sarana penyebaran dari hepatitis 4. Melakukan hubungan seksual yang aman Jika pasangan mempunyai riwayat hepatitis sebaiknya melakukan hubungan seksual dengan menggunakan kondom 5. Perhatikan makan da minuman anda
TERIMAKASIH