SEBUAH AMANAH DARI SURABI HANGAT
“Ada agenda rutin tiap sore minggu
euy…
kemarin
juga
makanya ane
minta
minggu supaya
mentoringnya dipindah hari, ke hari Pagi hari yang cukup indah,
Sabtu yang kosong…,”
burung-burung berkicau merdu dan seakan membuat hati ini syahdu. Beberapa awan mulai bergerak diterpa
“Hmm… yaudah berarti nanti ane kasih tau ke adik-adik mentor,”
oleh sejuknya angin pagi, beberapa orang mulai sibuk untuk memulai
“Oh ya San… biasanya si Teh Ian minta dikirimin surabi,” kata Dodi.
aktivitas di hari libur ini. Kali ini Ihsan mulai
melangkah
untuk
mencari
sarapan pagi, tujuannya seperti biasa membeli surabi hangat di Cibeusi bersama kedua temannya, Dodi dan
“Astagfirullahaladzim… iya ya, yaudah nanti ane hubungin beliau, sekarang
kampus,
salah
seorang
mereka,
Dodi,
merupakan
“Inget…
ROHIS Fakultas di sebuah perguruan tinggi ternama di Jatinangor. Berasal dari tempat berbeda,
bersama-sama
sepertiga…
kayak
lagunya Tashiru,” papar Mail.
diantara ketua
kita
menikmati sarapan pagi…!?”
Mail. Ketiganya berjalan kaki perlahan sambil berdiskusi mengenai dakwah
mari
Mereka bertiga tertawa kecil dan
terus
Ihsan
melanjutkan
sendiri
mulai
perjalanan, mengirimkan
pesan untuk Teh Ian, orang yang selama
ini
menjadi
tempat
untuk
namun semakin memperkuat ukhuwah
berbagi cerita dan juga sharing. Jalan
diantara ketiganya.
raya mulai dipenuhi kendaraan roda
“Akh, nanti sore mentoringnya gimana…?” Tanya Mail kepada Dodi. “Insya Allah tetep jadi, tapi
dua yang hendak menuju kampus untuk belanja di pasar kaget, beberapa pemuda mulai berlari untuk olahraga pagi, sementara yang lainnya mulai
kemungkinan ane gak bisa mengisi
membawa
materi… jadi mungkin antum aja yang
masing-masing
megang,”
keramaian. “Antum
Tanya Ihsan.
mau
kemana…?”
pasangan untuk
sementara menuju
Lima belas menit kemudian mereka bertiga akhirnya sampai di tempat tujuan, dan ternyata sudah
menanti tiga orang perempuan yang
perlahan ditemani gorengan dan juga
dengan santainya menyantap surabi
sambal
hangat. Dodi mulai memesan tiga
menunjukkan pukul tujuh pagi, dan
buah surabi ditambah telur, menu
sebuah pesan muncul dari layar HP
yang biasa ditawarkan disini. Segelas
Ihsan.
teh
hangat
mulai
yang
menemani
pembicaraan diantara ketiganya.
mantap.
Waktu
‘Wa’alaikumsalam…
boleh
atuh, tapi pesen surabinya dua ya,
“Mail, kondisi kader di Geologi gimana…?” Tanya Ihsan.
buat adik kamu juga tuh Ihsan… kebetulan kita berdua habis mabit
“Alhamdulillah sudah mulai ada
bareng dikosan…^_^’
pembinaan yang intensif, kita sudah
Ihsan tersenyum kecil, ternyata
mulai alur kaderisasi yang baru agar
adik perempuannya sedang berada
terbentuk kader-kader bermutu yang
disana. Ia memesan kembali dua buah
siap melanjutkan dakwah Islam ketika
surabi untuk mereka berdua, sambil
kami para seniornya sudah lulus,”
mengambil air minum untuk dinikmati
“Baguslah kalau begitu, tementemen
fakultas
yang
lain
selalu
nanyain Geologi loh… perkembangan dakwahnya, para kadernya dan juga kegiatan dakwah disana, oh iya… antum
sudah
siap
jadi
ketua
GEMA…??!” Ihsan mulai bertanya kepada Mail. “Hmm… Insya Allah sudah ada yang cocok jadi ketua kok, ane sih
bersama
loh… kenapa nggak dicoba aja?”
temannya.
Ketiga
perempuan yang duduk di depan sudah selesai dengan sarapannya, mereka bertiga mulai mengambil alih tempat duduk dan kembali menyantap surabi hangat dan juga mengambil beberapa
gorengan
sebagai
pelengkap sarapan kali ini. “Oh ya San, antum kapan mau berangkat KKN…?” Tanya Mail.
tsiqah aja ama ketua selanjutnya…” “Antum punya kemampuan
kedua
“Insya Allah minggu depan, lagi menunggu kabar dari ketua kelompok juga sih.”
papar Dodi.
“Dapet daerah mana San…?”
Mail hanya tersenyum kecil, akhirnya
surabi
hangat
mereka
bertiga
mulai
pun
“Padalarang, lokasinya deket
tiba,
tempat
menyantap
teliti…”
yang
bulan
kemarin
Mail
Mail hanya mengangguk pelan. Beberapa orang mulai datang untuk memesan
surabi
hangat
saat kemudian Teh Ian keluar sambil membawa sebuah buku,
seperti
ketiganya. Surabi buatan si bibi sangat enak dan mungkin hanya satu-satunya
“Assalamualaikum…,” Teh Ian sambil tersenyum.
“Wa’alaikumsalam… oh ya teh,
penjual surabi disini. Tempat jual surabi lainnya berjarak cukup jauh dari
surabinya udah ama Rina.”
kosan mereka bertiga, sehingga lebih memilih untuk membeli surabi disini. Ihsan sudah selesai dengan sarapannya, matangnya
berbarengan surabi
untuk
Teteh dan adiknya. Ia mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya untuk membayar surabi yang barusan ia makan dan juga pesanan barusan. “Ane
duluan
“Alhamdulillah…
ya…
takut
surabinya dingin, assalamualaikum…!”
makasih
banget, wah kayaknya tiap minggu wajib ngirim nih,”
dengan
pesanan
sapa
“Iya kak, buat ade juga… kan kakak suka manggung buat ngisi acara nasyidan…?! Jadi pasti ada royalty atas suara emas kakak… heheh…,” “Wah… wah… jadi pada nagih nih, kakak nyanyi juga dapet tepuk tangan penonton ama sertifikat. Kalo dana mah dari orang tua juga… tapi
“Wa’alaikumsalam…!” “Hati-hati San…,” imbuh Mail.
Insya
Allah
tek
kirimin
deh
tiap
minggu,”
Ihsan tersenyum kecil dan mulai
Mereka bertiga tertawa kecil,
meninggalkan tempat ini. Ia berjalan cukup cepat dan akhirnya sampai di
“Oh iya… kang Ihsan, semalem
tempat tujuan. Setelah mengucapkan
Rina curhat kalau mau pindah kosan…
salam
bareng
akhirnya
seseorang
teteh
disini,
diizinin
nggak…?!”
membukakan pintu,
“Mmm, boleh-boleh aja… jadi
“Eh kak Ihsan… oh iya mana
ada yang ngawasi teh, kan ane nggak
surabinya…?” Ihsan
ama
tersenyum
kecil
dan
memberikan surabi yang dibawanya untuk sang adik tercinta. Beberapa
perlu
bolak-balik
kegiatan
Rina.
buat Jadi
ngawasin ada
yang
ngebantu buat ngajarin Rina berbagai macam hal,”
“Teteh nggak jago-jago amat kok,
cuma
karena
kuliah
duluan
makanya jadi lebih ngerti…,”
ngebantu…,” “Insya Allah…,” Teh
Ian
mulai
sendiri duduk santai sambil membalas beberapa pesan yang masuk.
urgen, karena berhubungan dengan kelangsungan
nggak…??!” Tanya Rina.
kampus.
Islam
di
Berdasarkan
kampus, Ihsan masuk dalam kandidat calon ketua lembaga dakwah kampus tahun depan. Sebenarnya masih ada dua orang lagi yang menjadi kandidat yang berbeda dari kedua calon yang lain. Ihsan terus diawasi pergerakan dakwahnya selama ini, dan dinilai
“Boleh deh…,”
layak dari segi semangat, kemauan
Rina segera mengambilkan air minum untuk kakaknya, Ihsan…
dan
juga
gaya
bahasa
ketika
menyampaikn materi yang menggugah teteh
ada
sebuah amanah yang mungkin bisa dilaksanakan,” kata Teh Ian sambil tersenyum.
hati siapa pun yang mendengarkan. Kehidupan dakwah Ihsan mungkin baru dimulai selama kuliah, berbeda dengan dua calon yang lain, mereka sudah dibina sejak SMA.
“Mmm… amanah yang seperti apa ya…? Insya Allah ane bisa laksanakan semisal amanah yang lain sudah terlaksana, bisi amanah yang masih
belum
selesai
dilaksanakan,”
sebuah amanah yang mungkin hanya melaksanakannya,
dari hasil syuro kedepannya… tapi kang
Ihsan
siap-siap
aja
untuk
menyampaikan visi, misi dan program kedepannya
untuk
meneruskan
selama ini didiskusikan, kang Ihsan
Teh Ian mulai menceritakan yang
“Keputusan memang akan ada
dakwah Islam di kampus. Dari yang
“Jadi gini…,”
Ihsan
dakwah
kuat, namun Ihsan memiliki ciri khas
“Oh iya kak, mau minum
sebelumnya
dengan
analisa majelis syuro lembaga dakwah
menyantap surabi hangat ini, Ihsan
“Kang
datang
membawa minuman untuk dinikmati
lingkungan
dan
Rina
bersama kali ini. Amanah ini cukup
“Ya tapi kan jadi ada yang
Rina
kemudian
mampu beberapa
untuk saat
memiliki kapabilitas yang cukup tinggi untuk menjadi seorang pemimpin… tinggal dipikirkan saja, apakah mau
mengambil
atau
memberikannya
kepada orang lain…?”
ini
“Kak Ihsan ambil aja… kakak memang memiliki kualitas yang luar biasa, jadi sayang sekali kalau tidak disampaikan kepada kader dakwah yang lainnya, Rina sangat mendukung kakak untuk menjadi pemimpin kader dakwah di kampus…!” imbuh Rina. Ihsan
tersenyum
kecil,
ia
dengan baik perkataan barusan. Hal yang sudah alam ia pikirkan pasti akan dan
sekarang
ia
harus
memutuskan sebuah hal yang akan menajdi tinta emas dalam sejarah kehidupan dakwahnya. “Ane pikirkan lagi ya…,” “Semangat kak…!!” “Sudah waktunya kang Ihsan untuk unjuk kemampuan, bakat yang terpendam selama ini…,” imbuh Teh Ian. “Insya Allah Teh Ian…,” Ihsan tersenyum kecil. Babak baru akan segera dimulai. Setelah mengucapkan salam, Ihsan berlalu dari hadapan mereka berdua, ia berjalan sambil tersenyum dan sesekali menghela nafas.
tetap
istiqomah
dalam
jalan
dakwah-Mu, tak kenal lelah untuk menyampaikan
risalah
dan
kebenaran… jika memang ini adalah jalan yang Engkau tunjukkan, maka tetapkanlah menerimanya
hati
ini
dengan
untuk penuh
keyakinan… Wahai Dzat yang selalu memberikan jalan yang terbaik bagi
tertunduk sejenak untuk mencerna
terjadi,
‘Ya Allah… semoga hamba-Mu
hamba-Nya.’