Bab 123 Asma (1)-1.docx

  • Uploaded by: Rifki
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 123 Asma (1)-1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,680
  • Pages: 16
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang Asma bronkial adalah gangguan pada bronkus yang ditandai adanya bronkospasme periodik yang reversibel (kontraksi berkepanjangan saluran napas bronkus). Asma sering juga disebut dengan penyakit saluran napas reaktif. Gangguan ini melibatkan beberapa faktor antara lain biokimia, imunologis, endokrin, infeksi, otonom, dan psikologis. Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma (GINA) pada tahun 2012 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma seluruh dunia adalah tiga ratus juta orang, dengan jumlah kematian yang terus meningkat hingga 180.000 orang per tahun (GINA, 2012). Data WHO juga menunjukkan data yang serupa bahwa prevalensi asma terus meningkat dalam tiga puluh tahun terakhir terutama di negara maju. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya (Rengganis, 2008) Penyakit asma masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Pada tahun 2005 Survei Kesehatan Rumah Tangga mencatat 225.000 orang meninggal karena asma (Dinkes Jogja, 2011). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) nasional tahun 2007, penyakit asma ditemukan sebesar 4% dari 222.000.000 total populasi nasional, sedangkan di Sumatera Barat Departemen Kesehatan menyatakan bahwa pada tahun 2012 jumlah penderita asma yang ditemukan sebesar 3,58% (Zara, 2011). Jumlah kunjungan penderita asma di seluruh rumah sakit dan puskesmas di Kota Padang sebanyak 12.456 kali di tahun 2013 (DKK Padang, 2013).

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca mengetahui dan memahami tentang konsep penyakit asma, mengetahui peran perawat terkait penyakit asma, dan dapat menerapkan atau mengimplementasikan tindakan keperawatan terkait dengan pengetahuan yang ada. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui konsep penyakit asma. b. Mengetahui tanda dan gejala penyakit asma. 1

c. Mengetahui faktor resiko penyakit asma. d. Mengetahui pemeriksaan fisik penyakit asma. e. Mengetahui penatalaksaan medik dan no-medik terkait penyakit asma. f. Mengetahui manajemen gizi terkait penyakit asma. g. Mengetahui tahap tumbuh kembang pasien dengan penyakit asma.

C. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat melakukan pencegahan untuk diri sendiri maupun orang disekitarnya, serta melakukan penanganan bagi pasien penyakit asma ketika terjadi serangan asma. 1. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Pendidikan Manfaat praktis bagi institusi pendidikan yaitu dapat dijadikan sebagai referensi dalam mengembangkan ilmu tentang penyakit asma mulai dari konsep hingga penatalaksaannya. b. Bagi Mahasiswa Keperawatan Manfaat praktis bagi mahasiswa keperawatan yaitu untuk menambah pengetahuan mahasiswa dan dapat menjadi pengetahuan dasar mahasiswa sebelum terjun ke masyarakat untuk memberikan pendidikan kesehatan terkait penyakit asma. c. Bagi Rumah Sakit Manfaat praktis bagi rumah sakit yaitu sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan bagi pasien khususnya pada pasien dengan penyakit asma, serta memfasilitasi perawat rumah sakit untuk melakukan tindakan mandiri perawat dalam penatalaksanaan non-medik seperti terapi komplementer. d. Bagi Pasien dan Keluarga Manfaat praktis bagi pasien dan keluarga pasien yaitu dapat mengetahui gambaran umum konsep penyakit asma, serta dapat melakukan pencegahan dan penanganan dini baik bagi diri pasien sendiri maupun meningkatkan kemampuan keluarga dalam mencegah dan menangani pasien ketika pasien mengalami serangan asma. e. Bagi Pembaca Manfaat bagi pembaca yaitu dapat menjadi pengetahuan dan referensi baru bagi pembaca makalah ini, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bronkus normal adalah saluran yang bebas dari berbagai hambatan sehingga aliran udara normal dan mudah dialiri. Sedangkan bronkus yang tidak normal adalah ketidakmampuan bronkus dalam mencapai angka aliran udara normal selama pernapasan, karena inflamasi akibat alergen menyebabkan saluran udara menyempit dan terjadi suara napas tambahan atau mengi (seperti siulan) serta tidak dapat dialiri dan dikosongkan dengan cepat (Price & Wilson, 2006).

Gambar 2.1. Perbedaan bronkus normal dan bronkus asma bronkial (sumber : Forum.Liputan6.Com). Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif dan irreversible dimana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Musliha, 2010). Secara klinis asma adalah serangan dengan sesak yang disertai dengan suara napas mengi (wheezing), yang dapat timbul sewaktu-waktu dan dapat hilang kembali (sempurna atau hanya sebagian), baik secara spontan maupun dengan obat-obatan tertentu serta bersifat reversibilitas (Danusantosa, 2011).

B. Patofisiologi Asma melibatkan proses peradangan kronis menyebabkan edema mukosa, sekresi mukus, dan peradangan saluran napas. Ketika orang dengan asma terpapar oleh alergen ekstrinsik dan iritan (misal, debu, serbuk sari, asap, tungau, obat-obatan, makanan, infeksi saluran napas) slauran napas akan meradang yang menyebabkan kesulitan bernafas, dada terasa sesak dan mengi. Manifestasi klinis awal, disebut reaksi fase cepat (early-phase), berkembang dengan cepat dan bertahan sekitar 1 jam (Cronin & Miracle, 2014). 3

Ketika seorang klien tepapar sebuah alergen, imunoglobulin E (IgE) akan di produksi oleh limfosit B. Antibodi IgE akan melekat pada sel mast dan basofil di dinding bronkus. Seperti di tunjukan pada peta konsep, sel mast akan menggosongkan dirinya melepaskan rediator peradangan kimia, seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan subtansi reaksi lambat (slow-reacting substance/SRS-A). Zat-zat tersebut menginduksi dilatasi kapiler yang menyebabkan edema saluran napas dalam usaha untuk menyingkirkan alergen. Mereka juga menginduksi kontriksi saluran napas untuk menutupnya sehingga tidak menghirup alergen lebih banyak lagi (Cronin & Miracle, 2014). Sekitar setengah dari seluruh klien asma mengalami reaksi fase lambat (late-phase). meskipun manifestasi klinis yang di hasilkan sama dengan pada fase awal, reaksi fase lambat akan dimulai 4 sampai 8 jam setelah paparan dan dapat bertahan selama beberapa jam atau hari (Cronin & Miracle, 2014). Pada kedua fase, pelepasan mediator kimia menghasilkan respons pada saluran napas. Pada respon fase lambat, mediator menarik sel-sel radang lainnya dan membuat siklus obstruksi, serta inflamasi yang terus-meneru. Peradangan kronis ini menyebabkan saluran napas menjadi hipperesponsif. Saluran napas yang hipperresponsif ini menyebabkan episode berikutnya berespons tidak hanya pada antigen spesifik, tetapi pada ransangan seperti kelelahan fisik dan menghirup udara dingin. Frekuensi dan keparahan dari gejala klinis yang ada dapat meningkat (Cronin & Miracle, 2014). Reseptor alfa-adrenergik dan beta-adrenergik dari sistem saraf simpatis dapat di temukan pada bronkus. Rangsangan terhadap reseptor alfa-adrenergik menyebabkan konstriksi bronkus, sebaliknya rangsangan pada reseptor beta-adrenergik menyebabkan dilatasi bronkus. Adenosin monofosfat siklik (cAMP) merupakan penyeimbang antara kedua reseptor tersebut. Beberapa teori menyatakan bahwa asma merupakan hasil dari kurangnya rangsangan terhadap reseptor beta-adrenergik (Cronin & Miracle, 2014).

C. Etiologi dan Faktor Resiko Asma terjadi dalam keluarga yang menunjukan bahwa asma merupakan gangguan yang diturunkan. Tampaknya, faktor lingkungan (misal, infeksi virus, alergen, polutan) berinteraksi dengan faktor keturunan mengakibatkan penyakit asma. Faktor lain yang memicu termasuk keadaan pemicu (stress, tertawa, menangis), olahraga, perubahan suhu, dan bau-bau yang menyengat asma termasuk sebagai komponen dari triad penyakit, yaitu asma, polip nasal, dan alergi aspirin (Cronin & Miracle, 2014).

4

Tabel 2.1. Etiologi Asma Bronkial. No 1

Etiologi Stress

2

Tertawa

3

Menangis

4

Olahraga

5

Perubahan suhu

6

Polip nasal

7

Alergi aspirin

Keterangan Karena tekanan mental yang berat terkenal mampu menyebabkan banyak penyakit, termasuk juga asma. Sehingga stress, depresi atau perasaan tertekan yang dialami seseorang ternyata mampu memicu munculnya gejala asma. Karena tertawa yang berlebihan dapat menguras atau mengeluarkan udara dari paru paru sehingga klien bisa kehabisan oksigen. Hal itu di tandai dengan ngos-ngosan atau nafas tersegal-segal setelah tertawa. Karena hidung akan mengeluarkan lendir atau ingus yang akan menyumbat saluran pernapasan. Selain kesedihan, ketakutan dan kecemasan yang berlebih juga berpotensi memicu munculnya penyakit asma secara tiba-tiba. Pada pernapasan normal, udara yang kita hirup pertama kali dihangatkan dan dilembabkan oleh saluran hidung. Sedangkan pada waktu berolahraga, orang cenderung bernapas melalui mulut sehingga mereka menghirup udara yang dingin dan kering. Karena Immunology mengatakan bahwa daerah dengan kelembapan udara yang rendah meningkatkan pertumbuhan jamur yang mungkin akan menimbulkan gangguan bagi penderita asma. Sekret yang ada pada hidung mungkin tertelan dan masuk ke faring melalui sinus.Sekret di sinus dan produksi racun yang dihasilkan bakteri mungkin diabsorbsi melalui pembuluh darah dan system limfatik.Obstruksi dari hidung contohnya ada polip hidung mengakibatkan pasien bernapas dari mulut. Spasme otot pernapasan mengakibatkan refleks pada saraf dan iritasi di ganglion nasal. Salah satu bentuk penyakit ini, hal itu terjadi ketika menggunakan preparat yang dibuat dari asam asetilsalisilat dan obat lain analgesik anti-inflamasi. Dalam bentuk ini ada kriteria diagnostik mereka, perlu untuk membongkar kasus-kasus di mana penyakit ini terjadi, apa gejala biasanya memanifestasikan dirinya, apa metode pengobatan.

D. Manifestasi Klinis Pada serangan asma, klien mengalami kesulitan bernapas dan memerlukan usaha untuk bernapas. Tanda usaha untuk bernapas antara lain napas cuping hidung, bernapas melalui mulut, dan penggunaan otot bantu pernapasan. Sianosis merupakan gejala lanjutan. Pada auskultasi biasanya didapatkan mengi (wheezing), terutama pada ekspirasi. Tidak terdengarnya mengi pada klien asma dengan distres napas akut merupakan pertanda buruk. Hal tersebut mengindikasikan saluran napas yang mengecil berkontriksi terlalu kuat 5

sehingga tidak ada udara yang dapat melewatinya. Klien tersebut membutuhkan intervensi medis agresif secepatnya. Gejala tambahan lain yang dapat ditemukan pada spasme bronkus adalah batuk berkelanjutan dalam upaya untuk mengeluarkan udara dan membersihkan saluran pernapasan (Cronin & Miracle, 2014).

Tabel 2.2. Manifestasi Klinis Asma Bronkial. No 1

2

3 4

Tanda gejala Rasional Mengi Suara yang dihasilkan ketika udara mengalir melalui saluran napas yang menyempit, penyempitan ini disebabkan oleh sekrresi mukus yang terkurung di dalam saluran napas atau penyempitan otot saluran napas. Mengi pada asma mencerminkan sedang terjadinya inflamasi di paru-paru dan penyempitan saluran atau bronkokontriksi. Cuping Pernapasan cuping hidung lebih identik atau dispenia. Dispenia hidung atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika ruang fisiologi meningkat maka akan menyebabkan gangguan pada pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat sehingga terjadinya sesak napas. Dada terasa Sakit pada dada terjadi karena perasaan tekanan dan perasaan berat sakit pada dada. Mudah lelah Terjadi karena kadar oksigen dalam tubuh berkurang ini bisa saja karena terganggunya saluran pernapasan.

E.Terapi Mandiri Keperawatan 1.

Senam Yoga Senam yoga juga bisa dipakai sebagai terapi asma yang cukup ampuh. Constantine Saadeh, MD, direktur Allergy ARTS (Asthma, Rheumatology Treatment Speacialists) di Texas mengatakan bahwa orang-orang pengidap asma bisa menjadikan yoga sebagai cara pengobatan dan pencegahan asma secara alami. Yoga akan menantang untuk mengatur pola tarikan dan hembusan napas, khususnya ketika anda sedang berjuang untuk menjaga postur tubuh tetap seimbang dari pose yoga yang rumit dan tidak familiar untuk tubuh. Semakin rumit pose yoga anda, maka tubuh akan otomatis memerintahkan paru untuk mengambil dan membuang napas panjang secara perlahan guna menghambat energi di saat anda benar-benar membutuhkannya. Teknik pernapasan yoga lambat laun juga akan meningkatkan kapasitas paru untuk memungkinkan anda menghirup volum oksigen dalam jumlah yang lebih 6

banyak saat bernapas pendek. Sebuah penelitian yang dilakukan pada 57 partisipan orang dewasa selama 8 minggu menunjukkan bahwa berlatih yoga rutin menunjukkan peningkatan fungsi paru-paru dan mengurangi gejala asma mereka. 2.

Terapi Relaksasi/Latihan Relaksi Latihan Relaksasi pada penderita asma bertujuan mencapai kondisi relaks baik sewaktu ada serangan maupun di luar serangan. Tujuan yang ingin dicapai adalah penderita secara spontan dapat relaksasi, baik pada otot-otot pernafasannya maupun mentalnya, pada saat serangan terasa akan datang atau sedang dalam serangan. Bila penderita telah terlatih melakukan tehnik pernafasan terpola seperti pada latihan nafas, hal ini juga dapat membantu banyak untuk menghilangkan rasa tegang dan panik (mental) karena penderita lepas dari keadaan: dikontrol oleh nafas yang sesak. Sebaliknya penderita tetap yang mengontrol nafasnya meskipunmasih sesak. Hal ini memberi rasa percaya diri dan membuat penderita menjadi lebih relaks.

3.

Latihan Pernapasan Terapi pernapasan pada penderita asma dilakukan dengan latihan pernapasan duduk dan pernapasan bergerak. Latihan napasa pada posisi duduk bagi penderita asma merupakan pengambilan posisi dengan tenang agar mencapai ketenangan yang mendalam, untuk memacu otak menjalankan fungsi secara maksimal karena otak merupakan komando tertinggi bagi tubuh. Pelaksanaan, sebagai berikut: a.

Letakan kedua telapak kedua tangan didepan dada, tarik napas perlahanlahan dan diikuti tarikan kedua telapak tangan perlahan-lahan kesamping sampai otot dada terulur kebelakang lakukan sampai 7 kali.

b.

Sama seperti diatas meletakan tangan didepan dada, tetapi dalam menarik napas dan menarik tangan repesisinya lebih cepat sekali tarik sekali frekuensi pernapasan. Pernapasan bergerak adalah pengolahan pernapasan yang dilakukan bersama

dengan melakukan gerak. Untuk tingkat dasar dengan 4 gerakan. Tiap jurus gerakannya dengan insietas tinggi kira-kira 2 menit. Pada awal gerakan, napas ditarik sebanyak mungkin melalui hidung kemudian ditekan dan ditahan dibawa perut sambil menggesek telapak kaki setengah lingkaran dengan gerakan memutar pada posisi tiap penjuru, seiring seirama dengan gerakan tangan untuk 1 kali menekan dan menahan napas minimal dilakukan pada tiap penjuru, setelah itu napas dilakukan juga melalui

7

hidung setelah semua keempat arah penjuru dilakukan kemudian atur napas dengan tarik dan keluar napas 2 atau 3 kali, lalu dilanjutkan dengan latihan tingkat lanjut. Insietas dalam latihan pernapasan ini terdiri 2-4-2 yaitu dua menit dengan latihan keras diikuti dengan empat menit latihan ringan dengan durasi selama 30 menit dan frekuensi 3 kali seminggu. Kekhususan di dalam latihan pernapasan adalah: waktu mengeluarkan napas (ekspirasi) dikerjakan secara aktif, sedangkan sewaktu menarik napas, lebih banyak secara pasif, mengeluarkan napas melalui mulut seperti sewaktu inspirasi, dinding perut relaks (pasif) dan udara masuk ke paru-paru melalui hidung. Menurut wara kushartanti (2002) latihan bernapas harus dilakukan setiap hari dalam beberapa menit dengan cara sebagai berikut: a.

Hembuskan napas melalui hidung sehingga lendir pada ronki akan tertarik ke atas.

b.

Ambil napas pendek melalui hidung dan hembuskan panjang melalui bibir yang terkatup renggang, sehingga menimbulkan suara.

c.

Panjang fase ekspirasi diusahakan dua kali panjang fase inspirasi.

d.

Kendurkan pakaian dan aturlah napas sehingga pada saat ekspirasi perutmengempis, untuk menunjukkan bahwa diafragma meninggi kearah dada. Beritahukan bahwa akan ada batuk bunyi ngik selama beberapa detik pertama dan pernapasan diafrgma.

e. 1.

Minumlah segelas air sebelum dan sesudah latihan.

Manfaat dan Tujuan Latihan Pernapasan Latihan pernapasan juga merupakan salah satu penunjang pengobatan asma karena keberhasilan pengobatan asma tidak hanya ditentukan oleh obat asma yang dikonsumsi. Namun juga faktor gizi dan olah raga. Bagi penderita asma, olah raga diperlukan untuk memperkuat otot-otot pernapasan latihan bertujuan untuk: a.

Melatih cara bernapas yang benar

b. Melenturkan dan memperkuat otot pernapasan c.

Melatih ekspektorasi yang efektif

d. Meningkatkan sirkulasi e.

Mempercepat asma yang terkontrol

f.

Mempertahankan asma yang terkontrol

g. Kualitas hidup lebih banyak Latihan pernapasan tidak boleh dilakukan sembarangan tidak boleh dilakukan sembarangan. Ada syarat-syarat bagi mereka yang akan melakukan latihan. Yaitu 8

tidak dalam serangan asma, sesak dan batuk, tidak dalam serangan jantung, dan tidak dalam keadaan stamina menurun akibat flu atau kurang tidur dan batu sembuh. Menurut Who kushartanti (2002) program latihan yang dirancang bagi penderita asma pada dasarnya menitik beratkan pada latihan pernapasan yang bertujuan untuk : a.

Meningkatkan efisiensi fase ekspirasi

b. Mengurangi aktivitas dada bagian atas c.

Mengajarkan pernapasan diafragma

d. Merelaksasikan otot yang tegang e.

Meningkatkan fleksibilitas otot intercostalis, pectoralis, scalenius, dan trapezius. Pada latihan pernapasan merupakan alternatif sarana untuk memperoleh

kesehatan yang diharapkan bisa mengefektifkan semua organ dalam tubuh secara optimal dengan olah napas dan olah fisik secara teratur, sehingga hasil metabolisme tubuh dan energi penggerak untuk melakukan aktivitas menjadi lebih besar dan berguna untuk menangkal penyakit (Wisnu Waroyo, 2003). Latihan pernapasan telah banyak dikenal dan mempunyai efek penyembuhan dan amat bermanfaat bagi fungsi korteks serebri, organ abdominal dan untuk pengendalian diri. Di dalam suatu system pernapasan pada waktu frekuensi pernapasan menurun maka kapasitas tidal dan kapasitas vital akan meningkat. Pada meditasi terjadi relaksasi sempurna dari otot-otot tertentu dan kunci utama kebersihan senam pernapasan adalah keteraturan dan kepatuhan melakukan senam tersebut. Ada beberapa fungsi pernapasan adalah : a.

Mengatur keseimbangan seluruh fungsi organ tubuh

b.

Meningkatkan daya tahan terhadap suatu penyakit

c.

Menulis organ tubuh yang mengalami disfungsional

d.

Mengatur keseimbangan cairan tubuh, aktivitas hormon, aktivitas enzim, dan laju metabolisme.

e.

Mempelancar peredaran darah secara sistemik

f.

Meningkatkan kemampuan gerak tubuh

g.

Meningkatkan ketenangan batin dan percaya diri.

h.

Defensive (pertahanan diri)

i.

sedangkan terapi latihan pernapasan diindentifikasi untuk mengobati: 9

2.

Kekurangan gerak yang menghasilkan kemunduran kemampuan fungsional alat- alat tubuh dengan gejala antara lain: a.

Kurang mampu sikap berdiri (intoleransi arthotatic)

b.

Degenerasi tulang-tulang, tulang menjadi keropos (osteoporosis) dan rapuh

c.

Degenerasi jaringan, kurangnya aktifitas menjadi otot mengecil (atofi)

d.

Pada penderita diabetes, kurangnya aktivitas menyebabkan resistensi terhadap insulin, kadar gula darah lebih sulit dikendalikan. Hali ini akan mempertahankan terjadinya komplikasi.

3.

Penyakit-penyakit non infeksi a.

Penyakit hipokinetik

b.

Penyakit metabolism (kegemukan diabetes, kelebihan lemak)

c.

Penyakit jantung dan pembuluh darah (jantung coroner, tekanan darah tinggi/rendah, varises)

d.

Penyakit psikosomatis

e.

Untuk penyakit infeksi, dengan terapi latihan senam pernapasan dapat meningkatkan kondisi tubuh. Sehingga dapat mempercepat membantu pembentukan antybody terhadap suatu penyakit. Kondisi tubuh yang baik adalah syarat utama pada setiap proses kesembuhan.

4.

Penyakit-penyakit lain yang dapat kesembuhan dengan terapi senam pernapasan. a.

Gangguan saluran pernapasan asma bronkial, pulmonary distonari

b.

Gangguan pencernaan (maag/gastritis, perut kembung, dan susah buang air besar)

c.

Gangguan pada system reproduksi

d.

Sakit perut pada saat menstruasi

e.

Menstruasi tidak teratur

f.

Sulit tidur (insomnia)

g.

Gangguan pada pembuluh darah

h.

Batu saluran kencing

F. Manajemen Gizi 1.

Peranan Diet Antioksidan Diet anti oksidan dapat menekan efek toksik dari polutan udara. Ditemukan bukti bahwa vitamin Edapat mencegah formasi Free Radical pada paparan O3. dibuktikan pula bahwa diet vitamin C dan vitamin E secara sinergis memperbaiki bronkokonstiksi akibat paparan O3. dalam penelitiannya trenga mendapatkan efek 10

protektif terhadap vitamin C 500 mg dan vitamin E 400 UI perhari,terutama pada asmapersisten berat. penelitian Troisi et al. 1995. terutama pada asma persisten berat menemukan hubungan terbaik antara intake vitamin E dengan rasio asma 6 tahun. Hatch menemukan pada populasi dengan diet vitamin C juga rendah pda penderita asma baik pada serum maupun leukosit. Sehingga penderita asma memerlukan suplemen vitamin C. High dose vitamin C 1000-2000 mg/hari, dan pada anak anak 5-10 mg/kg BB. Bersifat anti histamn, menurunkan sekresi histamin dari sel leukosit dan meningkatkan pemecahannya. 2.

Peranan Diet Ikan Berlemak Pada Asma Hodge et al. Menemukan bahwa anak yang mengkonsumsi oily fish dimana kandungan lemaknya > 2% menurunkan risiko asma (OR 0,26 CI 95% 0,9-072), Asma terjadi pada 8,8% anak yang menkonsumsi oily fish, sedangkan pada yang non oily fish asma terjadi pada 15,8% dan pada yang tak pernah makan ikan segar asma terjadi 23%. lemak ikan dan kandungan PUFA lebih banyak, barang kali dapat memodifikasi inflamasi sehingga menurunkan kejadian atau kekambuhan asma.

3.

Peranan Naturopathic Medicine Pada Asma Belum ada studi secara terkontrol terhadap efektifitas masing-masing terapi dalam kelompok naturopathic medicine. Hal pokok dalam kelompok adalah pengaturan diet dan nutrisi disamping herbal, homeopathy, akupuntur, hidroterapi physical medicine, dan konseling. Diet pada naturopath tidaklah vegetarian. Dianjurkan banyak makanan berserat seperti buncis, sayur-sayuran, buah-buahan, padi-padian dapat diberikan sedikit daging ditambah ayam dan ikan. Konsumsi makanan yang mengandung banyak flavonoids seperti buahbuahan yang mengandung sitrus ,teh hijau, teh hitam, anggur, kubis merah dan lainlain dapat disarankan karena biofalvonoids bersifat antioksidan, antiviral dan anti inflamasi. Biofalvonoids membantu memaksimalkan efek vitamin C dengan menghambat pemecahannya dibadan.

G. Tahap Tumbuh Kembang 1. Pengertian Dewasa Awal Dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.(Hurlock,1996). Ciri-ciri masa dewasa awal antara lain : 11

a.

Masa dewasa dini sebagai masa pengaturan. Masa dewasa awal merupakan masa pengaturan. Pada masa ini individu menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa. Yang berarti seorang pria mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan ditangani sebagai kariernya, dan wanita diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga.

b.

Masa Dewasa Dini Sebagai Usia Produktif. Orang tua merupakan salah satu peran yang paling penting dalam hidup orang dewasa. Orang yang kawin berperan sebagai orang tua pada waktu saat ia berusia duapuluhan atau pada awal tigapuluhan.

c.

Masa Dewasa Dini Sebagai Masa Bermasalah.Dalam tahun-tahun awal masa dewasa banyak masalah baru yang harus dihadapi

seseorang.

Masalah-

masalah baru ini dari segi utamanya berbeda dengan dari masalah-masalah yang sudah dialami sebelumnya. d.

Masa Dewasa Dini Sebagai Masa Ketegangan Emosional. Pada usia ini kebanyakan individu sudah mampu memecahkan masalah – masalah yang mereka hadapi secara baik sehingga menjadi stabil dan lebih tenang.

e.

Masa Dewasa Dini

Sebagai Masa Ketersaingan Sosial. Keterasingan

diintensifkan dengan adanya semangat bersaing dan hasrat kuat untuk maju dalam karir, sehingga keramahtamahan masa remaja diganti dengan persaingan dalam masyarakat dewasa. f.

Masa Dewasa Dini Sebagai Masa Komitmen. Setelah menjadi orang dewasa, individu akan mengalami perubahan, dimana mereka akan memiliki tanggung jawab sendiri dan memiliki komitmen-komitmen sendiri.

g.

Masa Dewasa Dini Merupakan Masa Ketergantungan. Meskipun telah mencapai status dewasa, banyak individu yang masih tergantung pada orang-orang tertentu dalam jangka waktu yang berbeda-beda. Ketergantungan ini mungkin pada orang tua yang membiayai pendidikan.

h.

Masa Dewasa Dini Sebagai Masa Penilaian. Perubahan karena adanya pengalaman dan hubungan sosial yang lebih luas dan nilai-nilai itu dapat dilihat dri kacamata orang dewasa. Perubahan nilai ini disebabka karena beberapa alasan yaitu individu ingin diterima olh anggota kelompok orang dewasa, individu menyadari bahwa kebanyakan kelompok sosial berpedoman pada nilainilai konvensional dalam hal keyakinan dan perilaku

12

i.

Masa Dewasa Dini Sebagai Masa Dengan Hidup Baru. Masa ini individu banyak mengalami perubahan dimana gaya hidup baru paling menonjol dibidang perkawinan dan peran orangtua.

j.

Masa Dewasa Dini Sebagai Masa Yang Kreatif. Orang yang dewasa tidak terikat lagi oleh ketentuan dan aturan orangtua maupun guru-gurunya sehingga terlebas dari belenggu ini dan bebas untuk berbuat apa yang mereka inginkan. Bentuk kreatifitas ini tergantung dengan minat dan kemampuan individual.

13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Asma adalah penyakit jalan napas yang terdapat hambatan. Asma disebabkan oleh infeksi (virus influenza, pneumoni mycoplasmal), fisik (cuaca dingin, perubahan temperatur), iritan seperti zat kimia, polusi udara (CO, asap rokok, parfum), faktor emosional (takut, cema, tegang, aktifitas yang berlebihan, reaksi antigen-antibodi, dan inhalasi alergen (debu, serbuk, bulu binatang). Asma dapat timbul pada berbagai usia, baik pria atau pun wanita, asma banyak diderita oleh masyarakat terutama pada anak-anak, penyakit ini berhubungan dengan faktor keturunan. Di Indonesia penyakit ini masuk dalam 10 besar penyebab kesakitan. Dalam asma bronkial perawat hendaknya mengikuti berbagai pelatihan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kompetensi dari perawat dalam penanganan kasus yang terjadi pada pasien.

B. Saran Mahasiswa keperawatan maupun pembaca sebaiknya mengetahui konsep pada gangguan asma bronkial. Mahasiswa keperawatan juga diharapkan mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat terkait masalah tersebut, sebagai penanganan maupun pencegahan asma bronkial di masyarakat.

14

DAFTAR PUSTAKA

Black J.M., & Hawkson J.H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis Untik Hasil Yang Diharapkan (3-vol set). Edisi Indonesia 8. Singapore : Elsevier. Purwaningsih, Anita. 2015. Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale Pada Saat Serangan. Surakarta : STIKES Kusuma Husada. Sherwood, Lauralee. 2016. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Edisi 8. Jakarta : EGC. Puar N. 2012. Terapi Oksigen. Presentasi. Bagian Anestesiologi FK Unand-RSUP Dr.M. Djamil Padang. www.medicalogy.com. Diakses pada tanggal 9 November 2017. Hurlock, E. B. (1994). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

15

Related Documents

Bab I Asma
October 2019 15
Bab 123.doc
June 2020 25
Fix Bab 123.docx
May 2020 20
Thypoid Bab 123.docx
May 2020 13

More Documents from "Bunga Darajat"