Opini Terumbu Karang (1)

  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Opini Terumbu Karang (1) as PDF for free.

More details

  • Words: 876
  • Pages: 2
TERUMBU KARANG POTENSI PRIMADONA KABUPATEN SIKKA (1) Selamatkan Terumbu Karang Sekarang Juga! “Terumbu Karang Sehat, Ikan Berlimpah!” demikian motto yang memberi roh sekaligus sebagai tugas yang diemban oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sikka melalui Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang (Coremap/Coral Reef Rehabilitation and Management Programm). Pengelolaan sumberdaya terumbu karang tidak terlepas dari pemanfaatannya secara lestari dan ramah lingkungan serta pengawasannya. Melalui berbagai riset lapangan sekaligus pola pendampingan melalui Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang ditemukan metode yang dirasakan cocok dalam untuk menyelamatkan dan melestarikan potensi terumbu karang yaitu melalui metode pengawasan berbasis masyarakat (Community Monitoring, Controling and Survailance). Monitoring adalah kegiatan pengumpulan dan analisis data untuk menilai tingkat pemanfaatan dan kelimpahan sumberdaya terumbu karang, atau tingkat pelanggaran pemanfaatan terumbu karang. Controling adalah mekanisme pengaturan yang antara lain mencakup penyusunan/pemberlakuan peraturan perundang-undangan, perijinan, pembatasan alat tangkap maupun zonasi penangkapan. Sedangkan Survailance adalah kegiatan operasional dalam rangka menjamin ditaatinya peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam pengendalian. Semuanya ini tentu saja bertujuan untuk membuat terumbu karang sebagai potensi primadona menjadi sehat, terpelihara tumbuh kembangnya sehingga memberikan manfaat yang berlimpah bukan hanya kepada para nelayan pencari ikan tetapi juga untuk kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Menyadari potensi terumbu karang sebagai primadona yang mendatangkan keuntungan hidup yang berlipat ganda maka diperlukan juga adanya sistem pengawasan terumbu karang yang berbasis masyarakat atau yang disebut juga sebagai SISWASMAS. Siswasmas adalah sistem pengawasan yang melibatkan peran serta aktif masyarakat dalam pemantauan pemanfaatan terumbu karang secara bertanggung jawab. Lebih jelasnya, semua komponen baik pemerintah, masyarakat nelayan, pihak swasta, para stakeholder perlu menjalankan tugas pengawasan/pemantauan dan penjagaan terumbu karang (reef watchers) yang disesuaikan dengan kemampuan dan kewenangannya. Sistem pengawasan yang melibatkan seluruh komponen yang telah disebutkan di atas termasuk pihak keamanan laut baik dari unsur TNI AL maupun Polair dimaksudkan untuk menghindari dan mencegah hal-hal yang dapat merusak terumbu karang terutama oleh kegiatan pengeboman dan peracunan ikan karang serta kapal-kapal ikan asing yang sudah sering melakukan illegal fishing. Terbentuknya sistem pengawasan terumbu karang yang berbasis masyarakat secara efektif dan efisien tentu saja melibatkan unsur-unsur penggerak dalam masyarakat. Unsur-unsur itu adalah Kantor Pengelola Program (KPP) Coremap, Kelompok Kerja (Pokja) Coremap Tingkat Propinsi, Kelompok Kerja (Pokja) Coremap Tingkat Kodya/Kabupaten, Konsultan, Fasilitator Lapangan, Motivator Desa, Camat dan Kepala Desa, Badan Perwakilan Desa (BPD) dan Kelompok Masyarakat. Tentu saja diharapakan semua unsur tersebut di atas dapat memainkan peranannya masingmasing sesuai kewenangan dan kapasitasnya dalam meningkatkan kepedulian dalam pengawasan terumbu karang. Semua unsur tersebut juga perlu menjalin kerja sama yang harmonis dan terpadu dalam kegiatan pengawasan dan pelestarian terumbu

karang. Hal ini juga berkaitan erat dengan tugas untuk memberikan solusi dan penyelesaian konflik bila terjadi perselisihan di tingkat masyarakat atau pun pada tingkat lembaga pengawasan itu sendiri. Konflik tentu saja harus diminimalisir bahkan dihindari karena tugas besar telah ada di depan mata yaitu menyelamatkan terumbu karang, membuatnya sehat agar ikan dan seluruh kekayaan laut berlimpah. Potensi terumbu karang di Kabupaten Sikka tidak hanya menjanjikan tetapi sudah dapat dinikmati oleh masyarakat nelayan secara langsung demi menaikkan taraf hidupnya. Secara keseluruhan luas hamparan terumbu karang di Kabupaten Sikka adalah 14,500.4 Ha. Dari jumlah tersebut 50% hamparan terumbu karang berada di Desa Ipir dan semuanya dalam keadaan baik. Kita berharap agar masyarakat setempat dan semua komponen dalam sistem pengawasan terumbu karang tetap menjaga kelestarian terumbu kar ang di wilayah perairan Desa Ipir tersebut. Disinyalir bahwa potensi terumbu karang di wilayah Selatan Kabupaten Sikka masih cukup sehat bila dibandingkan dengan potensi terumbu karang di wilayah Utara Kabupaten Sikka. Tentu saja kerusakan terumbu karang perlu segera disikapi oleh semua unsur dalam sistem pengawasan terumbu karang yang ada di kabupaten Sikka. Ini adalah tugas yang mendesak dan penting : Selamatkan terumbu karang sekarang juga! Selain terumbu karang sebagai primadona Kabupaten Sikka masih ada potensi biofisik wilayah pesisir yang dapat kita sebutkan yaitu hutan mangrove dan padang lamun. Hamparan hutan mangrove di Kabupaten Sikka mencapai 219.74 Ha. Hutan mangrove di wilayah peraiaran Kabupaten Sikka tidak semua dalam keadaan baik atau sehat. Hal itu berarti masih ada kerusakan hutan mangrove yang juga meminta semua unsur pengawasan mengambil tindakan cepat dan tepat. Penyebab kerusakan hutan mangrove adalah adanya abrasi pantai dan penebangan liar mangrove yang ada di wilayah perairan laut Kabupaten Sikka. Selain hutan mangrove, ada pula hamparan padang lamun yang menjadi potensi lain kekayaan laut di Kabupaten Sikka. Luas hamparan padang lamun di Kabupaten Sikka mencapai 351.74 Ha. Kerusakan yang terjadi pada padang lamun di wilayah perairan Kabupaten Sikka juga perlu disikapi dengan segera dan tepat. Banyak faktor yang menjadi sebab adanya kerusakan pada potensi biofisik wilayah pesisir di Kabupaten Sikka. Sejak adanya gelombang pasang tsunami yang hebat mengahantam wilayah laut Kabupaten Sikka tanggal 12 Desember 1992 yang lalu kerusakan terumbu karang cukup signifikan. Upaya rehabilitasi melalui program Coremap cukup efektif dan efisien menyelamatkan potensi biofisik laut di Kabupaten Sikka. Namun kerusakan yang disebabkan oleh ulah atau perbuatan manusia masih saja terjadi hingga saat ini kendati dirasakan mulai berkurang. Pengeboman ikan, penggunaan cianida dan bahan-bahan kimia lainnya untuk menangkap ikan, pembuangan jangkar yang tidak mempedulikan kerusakan terumbu karang, tsunami dan El nino adalah sederetan faktor penyebab kerusakan potensi biofisik laut yang perlu kita tanggulangi. Melalui sistem pengawasan berbasisis masyarakat mari kita selamatkan terumbu karang sekarang juga! *** (Gerry Gobang dari berbagai sumber/Kerjasama Yayasan Makmur Sejahtera dan Harian Umum Flores Pos dalam Program Publikasi Coremap II Kabupaten Sikka Tahun 2008).

Related Documents