Opini Publik - Pentingnya Kemandirian Roket

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Opini Publik - Pentingnya Kemandirian Roket as PDF for free.

More details

  • Words: 933
  • Pages: 3
PENTINGNYA KEMANDIRIAN ROKET SENJATA FFAR Drs. Kendra hartaya, M.Si Peneliti Bahan Bakar Roket FFAR Bidang Material Dirgantara, LAPAN Rumpin Bogor 021-70895998

Roket bisa memiliki banyak fungsi, bisa sebagai roket penelitian sebagaimana yang dikembangkan Lapan selama ini, bisa juga sebagai roket senjata bagi TNI. Bahan bakar roket disebut propelan. Roket bisa menggunakan propelan padat (roket padat) atau propelan cair (roket cair) yang keduanya dikembagkan oleh Lapan. Meski demikian Lapan lebih berkonsentrasi mengembangkan roket padat dengan bahan bakar komposit dengan fuel HTPB-TDI (hydroxyl terminated Polybutadiene Toluen diisosianat) dan oksidator amonium perklorat, dan sedikit aditif. Selain itu, Lapan pada tahun 2008 juga mengembangkan propelan roket senjata FFAR (fin folded aerial rocket) dengan Peneliti Utama Prof (r). Sukandi Nasir Rohili atas biaya dari kementrian Riset dan Teknologi. Roket senjata FFAR tidak jauh berbeda dengan peluru. Jika sasarannya keras (bukan manusia, mungkin pesawat), berjarak jauh, maka peluru harus digantikan dengan roket. Dengan hulu ledaknya, roket mampu memporak-porandakan sasaran. Roket FFAR bisa digunakan untuk jarak jangkau darat-darat, darat-udara, atau udaradarat. Komponen yang terpenting dari sebuah roket (misal FFAR) adalah propelan. Oleh karena itu kemandirian roket tidak berbeda dengan kemandirian penguasaan pembuatan propelan. Selama ini, roket FFAR sudah diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia dengan teknologi lisensi roket Force de Zeeburg Belgia. Roket jenis FFAR memiliki tiga tipe yaitu MK 60 dengan diameter 100 mm serta tipe MK4 dan MK40 berdiameter 67 mm. Roket FFAR diproduksi oleh PT DI sejak tahun 1981 dan diserap oleh TNI dengan sebagian besar materialnya diperoleh di dalam negeri. Material roket yang tidak bisa diperoleh di dalam negeri adalah propelan. Lapan sendiri mendapatkan propelan untuk mengembangkan roketnya dengan cara membuat dari bahan baku yang diimpor, bukan mengimpor dalam bentuk propelan siap pakai. Kemandirian roket untuk pertahanan negara adalah sangat penting, dan ini menyangkut kemandirian dalam bidang penguasaan kemampuan membuat propelan. Pentingnya kemandirian roket senjata ini karena alih ilmu dan teknologi dalam bidang persenjataan tidaklah mungkin dilakukan. Hal ini juga mengingat adanya larangan dalam aturan yang ditetapkan oleh MTCR. Oleh karena itu penguasaan kemampuan dalam bidang peroketan adalah mutlak dilakukan.

Alasan lain yang mendorong penringnya kemandirian dalam roket senjata adalah disebabkan karena bahan-bahan untuk mewujudkan citacita itu adalah tersedia di dalam negeri. Bahan-bahan itu meliputi bahanbaku struktur roket (misal bahan tabung) dan bahan baku propelan. Roket FFAR menggunakan propelan Double-Base (DB). Propelan DB tersusun atas nitrogliserin (NG) dan nitrocellulose (NC) dan sedikit aditif yang berperan sebagai plasticiser atau stabilizer. Jika suatu propelan hanya tersusun atas nitrocellulose saja maka disebut propelan singlebase, sedangkan jika kedalam propelan DB ditambahkan nitroguanidin, maka disebut propelan triple-base. Nitrogliserin dibuat dari bahan dasar gliserin, sedangkan nitrocellulos dibuat dari bahan dasar cellulose (kapas) dengan proses kimia sederhana yaitu reaksi nitrasi dengan menggunakan asam sulfat dan asam nitrat pekat. Metode pembuatannya NG dilakukan dengan memasukkan bahan dasar gliserin kedalam campuran asam nitrat dan asam sulfat pada suhu di bawah 15C dengan pengadukan. Pada proses pemisahan dan netralisasi dihasilkan NG. Dengan cara yang sama dapat pula dibuat NC dari cellulose (kapas). Pada akhir 2008 kemarin Lapan telah berhasil membuat propelan DB dengan mencampur antara NG dan NC dengan sedikit aditif Dipenil amin, DPA dan Dibutil ptalat, DBP. Riset tersebut dipimpin oleh Prof. Sukandi Nasir dibantu beberapa peneliti dan teknisi serta dibiayai dari kementrian Ristek. Pembuatan propelan dilakukan di laboratorium kimia Bidang Material Dirgantara. Pengujian untuk menyimpulkan keberhasilan riset dilakukan dengan NMR dan FTIR di UGM untuk sampel NG dan NC. Sedang untuk propelan DB dilakukan uji bakar dengan pembanding propelan FFAR dari roket TNI. Penggantian jenis propelan DB dengan propelan komposit buatan Lapan juga pernah dilakukan untuk roket FFAR, dan sudah dilakukan uji terbang di stasiun uji terbang roket Pameungpeuk beberapa tahun lalu. Roket FFAR dengan propelan komposit menunjukkan nyala dengan asap yang tebal. Adanya asap tebal ini akan menghasilkan jejak lintasan yang mudah diketahui musuh sehingga sasaran memiliki kesempatan untuk menghindarinya. Keunggulan propelan DB adalah tidak berasap, tidak meninggalkan abu sisa pembakaran (debrise), kecepatan bakar tinggi. Dengan keberhasilan Lapan mensintesis propelan DB menunjukkan bahwa penguasaan kemampuan untuk pembuatan roket senjata FFAR menjadi kenyataan. Jika kemampuan PT DI dalam pembuatan roket FFAR dan kemampuan Lapan dalam pembuatan propelan dipadukan, maka tidaklah sulit dalam mewujudkan cita-cita kemandirian dalam roket senjata. Hal itu juga didukung oleh alasan

bahwa bahan baku untuk propelan DB adalah murah karena bahan baku bersifat teknis dan mudah diperoleh di dalam negeri. Namun begitu, pengembangan propelan DB masih sangat perlu dilakukan. Riset lanjutan perlu dilakukan dengan agenda menyempurnakan kondisi reaksi pembuatan NG dan NC, Uji statik untuk mendapatkan Impuls spesifik (Isp) yang maksimal, dan komposisi propelan DB yang memberikan gaya dorong maksimal. Impuls spesifik adalah ukuran yang paling penting dalam propelan yang selalu diupayakan untuk diperbaiki. Isp propelan DB maksimal sekitar 200 detik sedang propelan komposit bisa mencapai sekitar 250 detik. Disamping itu pula perlu riset lanjutan yang mengarah pada sintesis bahan-bahan aditif seperti DPA, DBP, centralit I dan centralit II mengingat bahan-bahan itu diperoleh secara inden (pesan) dengan waktu agak lama dengan harga mahal. Tanpa bahan aditif pun campuran antara NG dan NC sudah membentuk propelan yang siap digunakan sebagai bahan bakar roket FFAR. Dengan adanya bahan aditif kualitas propelan bisa ditingkatkan, dan proses mekanis pencampuran komponen utama akan menjadi lebih baik. Lapan merasa tidak memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) untuk mengembangkan roket senjata sehingga hanya berkonsentrasi kepada pengembangan roket penelitian. Saat ini Lapan di bawah kepemimpinan Dr. Ir. Adi Sadewa Salatun sedang berkonsentrasi pada pengembangan Roket Pendorong Satelit (RPS) diameter 420 mm. Namun begitu, tidaklah salah jika Lapan mengembangkan roket senjata karena di Indonesia tugas ini tidak ada yang menanganinya. Disamping itu, lembaga penelitian (instansi) pemerintahlah yang tepat untuk menangani karena riset ini memiliki bahaya terutama bahaya ledakan dan kebakaran. Wassalam.

Related Documents