Opini

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Opini as PDF for free.

More details

  • Words: 1,067
  • Pages: 3
Opini Jakarta | Senin, 19 Okt 2009

Syekh Ahmad Badruddin Hasun

Oleh, Nasaruddin Umar Syekh Ahmad Badruddin Hasun adalah Musfi Besar Syiria yang pikiran-pikirannya cukup disegani, bukan hanya di Syiria tetapi juga di negara-negara lain. Ia baru saja menyelesaikan kunjungan resminya ke Indonesia yang kedua kalinya selama seminggu. Selama berada di Indonesia, ia melakukan kunjungan ke sejumlah institusi di beberapa tempat. Dalam setiap kesempatan, ia selalu menyampaikan pikiran-pikirannya yang cukup segar bahkan sedikit agak kontroversial jika diukur dengan tradisi intelektual Islam yang berkembang di Indonesia. Seperti kita kenal bahwa umat Islam Indonesia di semenanjung Asia Tenggara umumnya didominasi ajaran sunni yang bermazhab Syafi' dengan penyesuaian di beberapa bidang. Meskipun ia juga mengaku sebagai muslim sunni, tetapi pikiran-pikiran Syekh Ahmad Badruddin Hasun benarbenar telah mengalami proses pematangan. Ilmunya bukan hanya terbatas pada disiplin ilmuilmu keislaman tradisional tetapi juga kelihatannya menguasai ilmu-ilmu metodologi modern, sosiologi, antropologi, dan yang amat penting memahami mapping perubahan sosial dan trend perkembangan global. Di antara pokok-pokok pikiran beliau adalah sebagai berikut: 1.

Islam sebagai Rahmatan lil ‘Alamin

Seperti halnya pemikir muslim kontemporer lainnya, Hasun berpendapat bahwa Islam adalah agama kemanusiaan yang dianut dan diemban oleh para nabi-nabi Tuhan dari nabi Adam sampai Nabi dan Rasul terakhir Muhammad Saw. Semua nabi itu muslim bahkan para pengikutpengikut mereka yang benar juga muslim. Lebih khusus ia menyebut Nabi Ibrahim sebagai Bapak Agama Samawi. Semua agama samawi, yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam adalah agama Rahmatan lil ‘Alamin. Agama yang bukan hanya diperuntukkan untuk manusia (mikrokosmos) tetapi juga untuk makhluk alam semesta lainnya (makrokosmos) . Dalam Al-Qur'an disebutkan: Al-hamdu lillah Rabbil ‘alamin, bukan Rabbul insane, atau Rabbul muslilimin. Nabi Muhammad juga disebutkan sebagai pembawa agama untuk alam semesta (wa ma arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamin). Kapasitas manusia sebagai khalifah harus mengayomi alam semesta dengan bijaksana. Tidak boleh melampaui batas dalam menjalankan misi kekhalifahannya. Dengan demikian, maka jalinan antara manusia sebagai makhluk mikrokosmos dan alam raya sebagai makhluk makrokosmos, terjadi hubungan keserasian. Konsep penundukan alam semesta (taskhir) akan terjalin dengan baik selama manusia menjalankan misi kekhalifahannya dengan baik. Mana kala kapasitas manusia sebagai khalifah melenceng dari ketentuan yang digariskan Tuhan maka alam raya ini juga membangkang sebagai pelayan manusia. Manusia mempunyai potensi untuk merusak keseimbangan ini sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Rum/30: 41) Bahkan bisa berubah menjadi sumber malapetaka kemanusiaan. Namun, menurut Hasun, tsunami yang melanda Aceh dan gempa yang melanda Jawa Barat dan Sumatera bukanlah azab melainkan musibah. Azab adalah siksaan dahsyat yang hanya menimpa orang-orang kafir tetapi musibah menimpa orang-orang kafir dan muslim. 2. Perkawinan Lintas Agama Syekh Ahmad Badruddin Hasun berpendapat bahwa pengikut agama Yahudi dan Nasrani yang benar juga dapat disebut muslim. Karena itu sembelihan dan kawin mawin (laki muslim dengan

perempuankitabiyyah) dapat dilaksanakan. Bahkan di depan pertemuan pengurus MUI pusat beliau menyatakan kalau laki-laki muslim tidak boleh kawin dengan perempuan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani), itu menyalahi nash. Ia juga tidak membedakan antara Yahudi dan Nasrani sekarang dan Yahudi dan Nasrani di masa Nabi Muhammad Saw dengan argumentasi hadis, sejarah, dan logika. Bahkan ia berkelakar dengan mengungkapkan pengalamannya ketika ia ditanya seorang Nasrani, mengapa engkau bisa mengawini perempuan kami dan kami tidak bisa mengawini perempuan kamu. Ia jawab, "Karena kami mengakui Almasih Isa bin Maryam dan Injil sebagai kitab suci. Kalau kamu bisa mengakui Muhammad Saw sebagai Nabi/Rasul dan mengakui pula Al-Qur'an sebagai kitab suci maka kamupun dapat mengawini anak-anak perempuan kami". Salah seorang anggota pengurus MUI memberikan argumentasi bahwa di Indonesia perkawinan lintas agama dilarang karena ada alas an khusus, yaitu takut jangan sampai terjadi pemurtadan di lingkungan keluarga. Lalu dijawab singkat oleh beliau, "Berarti di Indonesia pengaruh dan kekuatan perempuan lebih besar dari pada laki-laki". Kemudian disambut dengan suara tawa hadirin. Diakui oleh beliau, di Syiria, perkawinan lintas agama dalam arti laki-laki muslim bisa mengawini perempuan kitabiyyah. Menurut pengakuan beliau, ternyata tidak ada masalah yang berarti, karena hukum-hukum bermuamalah dalam Islam sudah ada. Namun Hasuni tidak meminta MUI untuk merubah ketentuan yang berlaku di Indonesia. 2. Hukum Rajam dan Hudud Di depan Majlis Permusyawaratan Ulama Aceh, di luar dugaan Syekh Ahmad Badruddin Hasun menjelaskan panjang lebar tentang penerapan hukum Islam (tathbiq al-syari'ah), termasuk penerapan jarimah hudud yang kini sedang hangat diperbincangkan di Aceh. Karena kalau rancangan hukum itu ditandatangani Gubernur Aceh maka ada kemungkinan hukum rajam, yakni melempari batu kepada para penzina sampai mati di depan publik, bisa diterapkan. Syekh Ahmad Badruddin Hasun mengatakan bahwa penerapan jarima hudud dalam Islam dilakukan setelah segenap hak-hak warga negara dipenuhi. Jika masih ada hak-hak warga belum dipenuhi maka jarima hudud tidak diterapkan. Ia mengemukakan pengalaman Umar bin Khattab di masa paceklik, di mana hak-hak dasar umat tidak bisa dipenuhi, lalu ditunda pelaksanaan hukum potong tangan itu. Dengan kekuatan logika Usul Fikih, ia berpendapat bahwa tujuan utama hukum Islam bukan untuk memuntungkan tangan orang tetapi agar tercipta keamanan, ketertiban, serta menegakkan amanah di dalam masyarakat. Kalau tujuan ini bisa diwujudkan tanpa harus memuntungkan tangan seseorang, apa itu tidak lebih baik? Tentang hokum rajam, Nabi hanya melakukan hukum itu satu-satunya di dalam hidupnya. Itu pun setelah Rasulullah berusaha untuk menunda melakukan itu tetapi si perempuan itu mendesak untuk dihukum, sehingga setelah dieksekusi Rasulullah bersabda, sesungguhnya pertobatan perempuan ini lebih berat dari pada tobat seluruh ahli Madinah. Ia juga menyampaikan kasus yang berbeda di masa Umar, waktu itu Umar berusaha untuk menghindari hokum rajam dengan syarat-syarat yang amat ketat dan pada akhirnya hukum rajam dapat dihindarkan. Ia mengakhiri dengan mengatakan, sebaiknya kita menghindari pelaksanaan hukum rajam seperti pengalaman Umar dan Ali dalam kasus tersebut, bukannya kita berusaha mengerahkan segenap kemampuan untuk menerapkan hukum tersebut. Banyak lagi pikiran-pikiran segar yang dilontarkan beliau, terutama ketika ia menyampaikan kuliah umum di depan civitas academika UIN Yogyakarta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan IAIN Arraniri Banda Aceh. Menarik sekali karena kapasitas beliau sebagai Musfti Besar di Syiria tetapi juga ia sebagai seorang intelektual. Baginya tidak boleh memisahkan diri sebagai seorang mufti dan sebagai seorang ilmuan, sebagaimana halnya yang

terjadi di masa awal Islam. Ia juga sempat membuat menangis sejumlah penganut agama dalam dialog antar umat beragama yang digelar diauditorium Departemen Agama. Mereka terkesan bahwa Islam begitu santun, manusiawi, dan betul-betul sebagai Rahmatan lil ‘alamin. Apa yang disampaikan Syekh Ahmad Badruddin Hasun dalam berbagai kesempatan di Indonesia tentu tidak serta merta harus diterapkan di Indonesia karena wilayah hukum kemuftian beliau hanya di Syiria. Namun demikian, seorang mufti sekaliber beliau telah membuktikan dalam pengalaman hidupnya bahwa Islam bisa bergandengan tangan dengan agama lain, demokrasi, dan nilai-nilai universal lainnya. Kita perlu belajar banyak dari kearifan dan kecerdasan beliau.

Related Documents

Opini
August 2019 52
Opini
June 2020 26
Opini Public.pptx
May 2020 38
Opini Mla.docx
April 2020 26
Opini Hukum
August 2019 51