Obesitas.docx

  • Uploaded by: Beatrix Umbu Dondu
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Obesitas.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,607
  • Pages: 13
OBESITAS

A. PENGERTIAN OBESITAS Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga BB seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan. Orang yang dikatakan obesitas adala ketika ia memiliki Body Mass Index (BMI) lebih dari 30. Definisi obesitas menurut para dokter adalah sebagai berikut: 1.Suatu kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan, 2.Suatu penyakit kronik yang dapat diobati, 3.Suatu penyakit epidemik, dan 4.Suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan dapat menurunkan kualitas hidup.

B. TIPE OBESITAS 1. Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh a. Obesitas Tipe Buah Apel (android) Pada pria obesitas umumnya menyimpan lemak di bawah kulit dinding perut dan di rongga perut sehingga gemuk diperut dan mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel (apple type). Karena lemak banyak berkumpul dirongga perut, obesitas tipe buah apel disebut juga obesitas sentral, karena banyak terdapat pada laki-laki disebut juga sebagai obesitas tipe android. Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe Gynoid, karena sel-sel lemak di sekitar perut lebih siap melepaskan lemaknya ke dalam pembuluh darah dibandingkan dengan sel-sel lemak di tempat lain. Lemak yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan arteri (hipertensi), diabetes, penyakit gallbladder, stroke, dan jenis kanker tertentu (payudara dan endometrium). b. Obesitas Tipe Buah Pear (gynoid) Kelebihan lemak pada wanita disimpan dibawah kulit bagian daerah pinggul dan paha, sehingga tubuh berbentuk seperti buah pear (pear type). Karena lemak berkumpul dipinggir tubuh yaitu dipinggul dan paha, obesitas tipe buah pear disebut juga sebagai obesitas perifer dan karena banyak terdapat pada wanita disebut juga sebagai obesitas tipe perempuan atau obesitas tipe gynoid. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil, kecuali resiko terhadap penyakit arthritis dan varises vena (varicose veins). c. Bentuk Kotak Buah (ovid) Ciri dari tipe ini adalah “besar di seluruh bagian badan”. Tipe Ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik

2. Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak a. Obesitas Tipe Hyperplastik

Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan normal, tetapi ukuran selselnya tidak bertambah besar. Obesitas ini biasa terjadi pada masa anak-anak. b. Obesitas Tipe Hypertropik Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan keadaan normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal. Obesitas tipe ini terjadi pada usia dewasa, Upaya untuk menurunkan berat badan lebih mudah dibandingkan tipe hyperplastik. c. Obesitas Tipe Hyperplastik Dan Hypertropik Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik, obesitas ini dimulai pada anak-anak dan berlangsung terus sampai dewasa, upaya untuk menurunkan berat badan paling sulit dan resiko tinggi untuk terjadi komplikasi penyakit. C. KLASIFIKASI OBESITAS Klasifikasi BMI Menurut WHO (1998) Kategori BMI (kg/m2) Resiko Comorbiditas Underweight 25

Pre-obese 25.0 – 29.9 kg/m2 Meningkat Obese I 30.0 – 34.9kg/m2 Sedang Obese II 35.0 – 39.9 kg/m2 Berbahaya Obese III > 40.0 kg/m2 Sangat Berbahaya

Klasifikasi Berat Badan yang diusulkan berdasarkan BMI pada Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)

Kategori BMI (kg/m2) Risk of Co-morbidities Underweight 23

At Risk 23.0 – 24.9 kg/m2 Meningkat Obese I 25.0 – 29.9kg/m2 Sedang Obese II > 30.0 kg/m2 Berbahaya

D. PENGUKURAN OBESITAS 1. Pengukuran Secara Antropometrik a. Indeks Masa Tubuh (IMT) Metoda yang paling berguna dan banyak digunakan untuk mengukur tingkat obesitas adalah BMI (Body Mass Index), yang didapat dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Nilai BMI yang didapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin. Keterbatasan BMI adalah tidak dapat digunakan bagi: 1.Anak-anak yang dalam masa pertumbuhan 2.Wanita hamil 3.Orang yang sangat berotot, contohnya atlet BMI dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat terkena resiko penyakit tertentu yang disebabkan karena berat badannya. Seseorang dikatakan obese dan membutuhkan pengobatan bila mempunyai BMI di atas 30, dengan kata lain orang tersebut memiliki kelebihan BB sebanyak 20%.Untuk mengetahui apakah seseorang mengidap obesitas atau tidak caranya cukup mudah. Yaitu dengan mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT). Ukuran IMT dihitung dari berat badan (kg) dibagi menjadi tinggi badan dikuadratkan. (Perhitungan ini tidak berlaku bagi atlet, ibu hamil dan anak-anak, Red) IMT = BB (kg)/TB2(m)2 Kisaran normal IMT adalah 18-5 hingga 22,9 kg/m2. Lebih dari ukuran tersebut masuk kelompok berisiko dan bila IMT ukurannya di atas 25 kg/m2 disebut sebagai obesitas. Sebagai contoh bila seseorang berat badannya 70 kg dengan tinggi 160 cm maka IMT-nya adalah 70 kg/(1,6 x 1,6)m2 atau 70 kg/2,56m2 menjadi 27,4

kg/m2. Ukuran IMT tersebut masih menunjukkan keadaan obesitas sehingga dianjurkan untuk menurunkan berat badan pada kisaran 49-60 kg agar mencapai IMT normal 18,5 hingga 22,9 kg/m2. b. RLPP (rasio lingkar pinggang dan pinggul) Meskipun cukup cukup efektif untuk mengukur kadar obesitas, sayangnya IMT tidak mencerminkan distribusi timbunan lemak di dalam tubuh. Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan cara lain, yaitu dengan mengukur rasio lingkar pinggang dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP). Cara ini cukup praktis dan mudah, bisa dilakukan dengan menggunakan pita meteran (seperti yang digunakan oleh penjahit). Meteran itu digunakan untuk mengetahui banyaknya lemak tubuh bagian-bagian tubuh tertentu. Sebagai patokan, pinggang berukuran ≥ 90 cm merupakan tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita risiko tersebut meningkat bila lingkar pinggang berukuran ≥ 80 cm. Jadi “Jangan hanya menghitung tinggi badan, berat badan dan IMT saja, lebih baik jika disertai dengan mengukur lingkar pinggang” c. Indeks BROCCA Salah satu cara lain untuk mengukur obesitas adalah dengan menggunakan indeks Brocca, dengan rumus sebagai berikut:

Rumus Brocca : BB = [TB(cm)-100] x 100% Bila hasilnya : 90-110% = Berat badan normal 110-120% = Kelebihan berat badan (Overweight) > 120% = Kegemukan (Obesitas)

d. Skin Fold Caliper Tebal lemak subkutan lipatan kulit dengan menggunakan “Skin Fold Caliper” pada beberapa tempat, antara lain: triceps: diukur lipatan kulit yang menggantung bebas anatara bahu dan siku. Dinyatakan obesitas bila tebal lemak subkutan > 20 mm pada pria dan > 30 mm pada wanita. Biceps, skapula, supra iliaka dan subkostal. Bila melebihi 1 standar deviasi setelah dibandingkan dengan standar yang ada, dapat dinyatakan obesitas Pengukuran dikeempat bagian tubuh ini lebih dianjurkan ketimbang berat badan karena tidak dipengaruhi tinggi badan, sehingga dapat memberi nilai untuk tiap umur dan jenis kelamin.

d. Underwater weight Underwater weight merupakan pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa.

2. Pengukuran Secara Laboratorik a. BOD POD

BOD POD merupakan salah satu alat untuk mengukur lemak dalam tubuh, yaitu berupa ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. Setelah seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk mengukur lemak tubuh.

b. DEXA (dual energy X-ray absorptiometry) Dual energy X-ray absoprtiometri adalah salah satu cara menentukan umla dan lokasi lemak dalam tubuh yaitu dengan cara menyerupai skening tulang. Sinar X digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.

c. Bioelectric impedance analysis (analisa tahanan bioelektrik), BIA ini juga merupakan salah satu cara pengukuran obesitas yaitu dengan ara penderita berdiri di atas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke seluruh tubuh lalu dianalisa.

E. MEKANISME TERJADINYA OBESITAS Obesitas terjadi karena energi intake lebih besar dari energi expenditure. Apapun penyebabnya, yang menjadikan seseorang obesitas pada dasarnya adalah energi intake atau masukan yang didapat dari makanan atau lainnya lebih besar dibandingkan energi expenditure atau energi yang dikeluarkan.

F. PENYEBAB-PENYEBAB OBESITAS Obesitas dapat terjadi karena faktor internal dan eksternal. Penyebab-penyebab tersebut antara lain adalah: 1. Internal a. Genetik b. Endokrin 2. Eksternal a. Gaya hidup atau tingkah laku b. Lingkungan dan faktor lain

1. Internal a.Genetik Seperti kondisi medis lainnya, obesitas adalah perpaduan antara genetik dan lingkungan. Gen yang ditemukan diduga dapat mempengaruhi jumlah dan besar sel lemak, distribusi lemak dan besar penggunaan energi untuk metabolisme saat tubuh istirahat. Polimorfisme dalam variasi gen mengontrol nafsu makan dan metabolisme menjadi predisposisi obesitas ketika adanya kalorui yang cukup. Prader-Willi Syndrome Selain itu, obesitas terjadi pada penderita Sindrom Prader-Willi adalah penyakit genetic yang menimpa kira-kira satu dari 15 ribu kelahiran. Mutasi gen terjadi pada kromosom ke 15 yang mengatur nafsu makan. Sindrom ini dikenali sebagai gen penyebab obesitas pada anak kecil. Symptoms yang timbul akibat sindrom ini disebabkan

oleh disfungsi hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah mengatur rasa lapar. Jenis Kelamin Jenis kelamin berpengaruh terhadap obesitas. Pria memiliki lebih banyak otot dibandingkan dengan wanita. Otot membakar lebih banyak lemak daripada sel-sel lain. Oleh karena wanita lebih sedikit memiliki otot, maka wanita memperoleh kesempatan yang lebih kecil untuk membakar lemak. Hasilnya, wanita lebih berisiko mengalami obesitas.

b.Kelainan endokrin Hipotiroidisme Hipotiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi hormone tiroid sesuai kebutuhan tubuh. Oleh karena itu, apabila hormone tiroid yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, pertumbuhan akan terganggu. Hormon tiroid sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh. Terganggunya produksi hormon ini dapat mempengaruhi metabolisme, perkembangan otak, pernafasan, system jantung dan saraf, temperature tubuh, kekuatan otot, kulit, sirkulasi menstruasi pada wanita, berat badan, dan tingkat kolesterol. Produksi hormone tiroid diatur oleh hormone TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior. TSH akan merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresi hormone tiroid, yaitu triidotironin (T3) dan tiroksin (T4). Apabila dalam darah terdapat sedikit hormone tiroid tersebut, maka kadar TSH akan meningkat untuk merangsang kelenjar tiroid mensekresi hormone tiroid. Sebaliknya, apabila dalam darah telah cukup atau bahkan lebih banyak terdapat hormone tiroid, kadar TSH akan menurun. Sekresi TSH diatur oleh hormone hipotalamus, yaitu TRH. Penurunan respons hipofisis terhadap TRH sangat jarang terjadi. Yang terjadi pada hipotiroidisme adalah kadar TSH meningkat akibat dari fungsi kelenjar tiroid yang menurun. Selain itu, hipotiroidisme dapat disebabkan oleh kelenjar hipofisis tidak bekerja dengan normal. Terganggunya kerja hipofisis dapat menyebabkan produksi TSH terganggu dan akibatnya kelenjar tiroid pun akan terganggu. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hipotiroidisme menyebabkan metabolisme tubuh terganggu. Hipotiroidisme menyebabkan kecepatan metabolisme karbohidrat dan lemak menurun. Hal ini akan menyebabkan obesitas. Hipotiroidisme yang berat disebut Miksedema.

Sindrom Cushing Sindrom Cushing disebabkan karena kadar cortisol berlebih. Hipotalamus mensekresikan CRH (Coticotropin releasing hormone) ke hipofisis. CRH menyebabkan hipofisis mensekresi ACTH (Adrenocorticotropin hormone) yang menstimulus kelenjar adrenal menghasilkan cortisol ke dalam darah. Tanda-tanda dan keluhan yang terjadi antara lain obesitas di bagian atas tubuh, wajah membulat, kulit terluka dengan mudah, lemah tulang, mentruasi tidak teratur pada wanita, dan infertilitas pada pria. Kelainan pada Hipotalamus Pusat makan dan kenyang, yang mengatur rasa lapar dan kenyang, terdapat pada hipotalamus. Pusat kenyang

berfungsi menghambat pusat makan, begitu pula sebaliknya. Yang mengatur semua hal tersebut adalah polipeptida. Polipeptida tersebut antara lain adalah neuropeptida Y dan Leptin. Neuropeptida Y meningkatkan nafsu makan sedangkan leptin menurunkan nafsu makan dan meningkatkan konsumsi energi. Obesitas terjadi apabila leptin tidak tersedia di otak atau rusak. Yang terjadi adalah gen reseptor leptin mengalami defek. Reseptor leptin terdapat pada jaringan adipose coklat. Kemungkinan lainnya adalah terganggunya transportasi leptin ke dalam otak atau defek dalam mekanisme yang diaktifkan oleh gen manusia. Leptin menyebabkan peningkatan lipólisis dan penurunan lipogenesis. Selain itu, leptin merangsang sekresi insulin.

2. Eksternal Gaya hidup atau Tingkah Laku Kemajuan teknologi, seperti adanya kendaraan bermotor, lift, dan lain sebagainya dapat memicu terjadinya obesitas karena kurangnya aktifitas fisik yang dilakukan oleh sesorang. Gaya hidup yang seperti ini yang meningkatkan risiko obesitas. Mengonsumsi makanan junk food juga dapat menyebabkan obesitas karena pada umumnya berkalori tingggi.

Lingkungan dan faktor lain Obesitas juga dapat disebabkan oleh emosi. Orang mungkin makan berlebihan ketika depresi, merasa putus asa, marah, bosan, dan berbagai sebab lain yang sebenarnya tidak butuh makan. Ini umum terjadi pada wanita muda. Perasaan mereka berpengaruh terhadap kebiasaan makanya. Selain itu, factor ststus sosial dan ekonomi sangat memengaruhi. Pada masyarakat menengah ke bawah, obesitas sangat identik dengan makmur. Namun, pada masyarakat modern, obesitas adalah hal yang harus dihindari. G. DAMPAK OBESITAS

1. Diabetes Mellitus Ini terjadi karena resistensi insulin. Simpanan adiposa yang tinggi pada orang gemuk mengaktifkan paling tidak salah satu enzim, yaitu lipoprotein lipase yang meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas dalam darah. Konsentrasi tinggi asam lemak bebas menstimulasi pelepasan sitokin seperti TNF-a (tumor necrosis factoralpha) yang memicu resistensi insulin sehingga kadar glukosa darah meningkat. Orang gemuk dengan BMI di atas 25, tiap peningkatan BMI 1 angka mempunyai kecenderungan menjadi kencing manis sebesar 25%. Dengan bertambahnya ukuran lingkaran perut dan panggul, terutama pada obesitas tipe sentral atau android, dapat menimbulkan resistensi insulin. Sebanyak 90% penderita diabetes tipe

2. Hipertensi Lebih dari 75% kasus hipertensi berhubungan langsung dengan obesitas. Hipertensi terjadi karena peningkatan plasma darah pada orang yang obesitas meningkat sebanyak 10-20% dan penyumbatan oleh lemak sehingga

jantung memompa darah dengan cepat sehingga terjadi hipertensi. Tekanan darah tinggi atau di atas 140/90 mm Hg, terdapat pada lebih dari sepertiga orang obesitas.

3. Penyakit Jantung Koroner Obesitas dapat menyebabkan penyakit jantung koroner melalui berbagai cara, yaitu dengan cara perubahan lipid darah, yaitu peninggian kadar kolesterol darah, kadar LDL-kolesterol meningkat (kolesterol jahat, yaitu zat yang mempercepat penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah), penurunan kadar HDL-kolesterol (kolesterol baik, yaitu zat yang mencegah terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah) dan hipertensi.

4. Stroke Seiring dengan meningkatnya tekanan darah, gula dan lemak darah, maka orang obesitas sangat mudah terserang stroke. Ini dikarenakan adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh lemak yang mengendap di pembuluh darah sehingga menyebabkan hipertensi yang kalau lama dibiarkan akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah dan menjadi pendarahan.

5. Sleep Apnea Diantara para pasien yang menderita sleep apnea, sekitar 60% sampai 70% adalah orang yang menderita obesitas. Akibat kegemukan menyebabkan kesukaran bernafas terutama pada waktu tidur malam (sleep apnea), keadaan yang berat dapat menimbulkan penurunan kesadaran sampai koma. Selama peristiwa sleep apnea, saluran pernafasan atas terhalang, menghambat atau menghentikan pernafasan dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah berkurang dan meningkatkan tekanan darah. Orang tersebut harus segera dibangunkan dan kembali bernafas, sehingga kadar oksigen dalam darah dan aliran darah ke otak kembali normal. Gejala dari sleep apnea meliputi perasaan lelah dan mengantuk walaupun sudah tidur selama 8 jam, mendengkur yang keras sehingga mengganggu orang lain dan nafas berhenti.

6. Osteoartritis Osteoartritis biasanya terjadi pada obesitas, umumnya pada sendi-sendi besar penyanggah berat badan, misalnya lutut dan kaki, yang akan membuat sendi bekerja lebih berat. Karena sendi tersebut bekerja dengan keras maka terjadi penurunan fungsi sendi.

7. Batu Empedu Terjadi karena hati menghasilkan kolesterol, yang merupakan lemak, terlalu banyak daripada asam-asam, yang berfungsi sebagai pelarut, dan lecithin, yang berfungsi sebagai pengemulsi antara lemak dan asam-asam empedu tesebut, sehingga beberapa kolesterol tersebut tidak larut dan membentuk partikel kolesterol yang akhirnya menjadi batu empedu. Pada obesitas dengan BMI diatas 30 didapatkan kecenderungan timbul batu

empedu dua kali lipat dibandingkan orang normal; pada obesitas dengan BMI lebih dari 45, ditemukan angka 7 kali lipat.

8. Kanker Payudara Wanita yang telah menopause lebih berisiko mengalami kanker payudara. Ini terjadi karena pada wanita menopause yang obesitas terjadi peningkatan estrogen yang dihasilkan dari jaringan lemak. Karena jaringan lemak terlalu banyak maka menghasilkan estrogen dalam jumlah yang besar sehingga berpengaruh terhadap kanker payudara. H. PENCEGAHAN OBESITAS Obesitas seharusnya dapat dicegah sedini mungkin. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara: Usia rekomendasi 0 – 1 tahun ASI sangat membantu dalam menjaga peningkatan berat badan. Bayi dengan ASI dapat mengontrol kapan ingin mengkonsumsi dan mengikuti keinginannya sendiri ketika lapar. 2- 6 tahun Sedini mungkin kenalkan dengan kebiasaan yang sehat. Ajak anak untuk lebih aktif dan berikan beragam makanan sehat. Mungkin butuh usaha lebih agar anak dapat menerima beragam makanan, namun jangan menyerah. 7 – 12 tahun Rangsang anak agar lebih aktif setiap hari, dapat dengan kegiatan berkelompok seperti olahraga atau permainan-permainan sehat lainnya. Ajak anak juga tetap aktif dirumah, melalui kegiatan seperti berjalan, bermain di halaman dan juga ajak mereka untuk terlibat ketika membuat makanan sehat. 13 – 17 tahun Remaja cenderung menyukai makanan siap saji. Cobalah untuk mengarahkan mereka untuk beralih menyukai makanan yang lebih sehat seperti buah, sayur, serealia. Batasi makanan siap saji dengan kalori tinggi. Ajak untuk lebih aktif setiap hari, jika anak Anda tidak ikut serta dalam klub olahraga, sarankan mengikuti kegiatan yang lebih individual seperti lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain-lain. Segala usia Kurangi waktu untuk menonton TV, komputer dan video game serta kurangi camilan pada saat melakukan kegiatan tersebut. Berikan makanan sehat sesering mungkin. Coba untuk selalu memberikan buah dan sayuran, dan ajak anak untuk selalu sarapan setiap hari. Tetap rangsang anak untuk melakukan berbagai macam aktivitas. Namun jangan paksa anak pada satu jenis olahraga atau aktivitas, tapi bantulah mereka untuk menemukan yang mereka suka dan dukung mereka.

I. PENANGGULANGAN OBESITAS 1.Diet Para ahli mengakui bahwa dengan diet yang benar, berarti kita telah memenangi separuh pertempuran menurunkan berat badan. Diet yang rendah kalori dan tinggi serat perlu diupayakan, disamping pembakaran yang teratur melalui olahraga setiap hari, sehingga tercapai balance yang negatif, pembakaran kalori lebih banyak daripada pemasukan. Diet ini hanya boleh diterapkan selama 12 minggu dengan pengawasan dokter. Pemberian diet cara ini mempunyai efek samping yaitu: terbentuknya batu empedu, diare, kekurangan protein, tekanan darah rendah.

Ada beberapa tips yang bisa kita pegang dalam berdiet: 1.Jangan makan lebih. Bila perlu makanan kecil, cari snack rendah kalori seperti buah, atau roti gandum. 2.Kurangi, hanya sejumlah kecil, asupan kalori per hari ( kurang lebih 600 kkal). 3.Bila anda memasak, hindari banyak mencicipi; pilih masakan yang rendah lemak, baca label makanan dengan baik. Sebagai pedoman, jangan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak total lebih dari 8 gram dan lemak jenuh lebih dari 3 gram per 100 gram makanan. Lebih baik masak dengan cara dikukus, dibakar, direbus, atau dalam atau dalam microwave, daripada digoreng atau dipanggang. 4.Makan lebih sedikit lemak – 30 % dari keseluruhan jumlah kalori yang dikonsumsi. Mengurangi lemak akan mengurangi asupan kalori dan memperbanyak turunnya BB. 5.Hindari alkohol, karena kalorinya tinggi tapi nutrisi lainnya sangat kurang. Minum kopi atau teh tanpa gula, mungkin pada dua minggu pertama terasa pahit, akan tetapi kelak anda akan merasakan yang tawar itu juga sedap. 6.Makan yang seimbang, artinya yang dimakan dan diminum sesuai dengan kalori yang dibutuhkan. 7.Pilih makanan kaya serat karena lebih cepat mengenyangkan. Batasi pemakaian garam dalam makanan. 2.olah raga olahraga akan merangsang hipofisis untuk mensekresi hormone pertumbuhan dan hormone tersebut akan mendorong perubahan komposisi tubuh menjauhi penyimpanan lemak menuju peningkatan protein otot, sehingga lemak dalam tubuh bisa direduksi. Berjalan kaki, jogging, dan bersepeda merupakan salah satu olah raga ringan namun tetap bisa memberikan dampak yang positif terhadap penurunan berat badan karena selama berolah raga, tubuh menggunakan lemak sebagai bahan bakar energi. Berolahraga setiap hari, jalan 30 menit tiap hari akan membakar 150 kalori, dan dapat menurunkan berat badan hingga 6-7 kilogram dalam setahun. Diet yang dikombinasikan dengan olah raga dapat menurunkan berat badan sekitar 1 kg. Olahraga vs Kalori/hari AKTIVITAS YANG INAKTIF KALORI YANG DIPAKAI PER JAM Duduk-duduk 84

Berbaring atau tidur 90 Duduk dan menulis, bermain kartu, dll.. 114

AKTIVITAS TINGKAT SEDANG

Bersepeda (5 mph) 174 Berjalan (2 mph) 198 Pekerjaan rumah tangga yang ringan 246 Bola Volley (rekreational) 246 Berenang (gaya bebas, 20 yard per menit) 288 Tennis (rekreasional double) 312 AKTIVITAS TINGKAT TINGGI

Menyikat lantai 440 Tennis (recreational single) 450 Basket ball (rekreational) 450 Sepak bola (touch, vigorous) 498 Berenang (gaya bebas, 45 yard per menit) 522 Aerobik 546 Bersepeda (13 mph) 612 Jogging (10 minute mile, 6 mph)

654 3.Mengkonsumsi obat Tiga prinsip mekanisme kerja obat-obatan untuk menurunkan BB atau mencegah peningkatan BB: a.Mengurangi asupan energi Obat-obatan ini bekerja sebagai penekan nafsu makan, yang disebut juga preparat, yang mempunyai efek neurotransmitter, seperti serotonin, yaitu suatu zat di otak yang dapat mempengaruhi persepsi orang terhadap rasa lapar (appetite suppresant). Golongan ini mempunyai 2 kelas utama berdasarkan aktifitasnya, yaitu: 1.Golongan katekolaminergik, seperti amfetamine, fenilpropanolamin 2.Golongan seretonergik, seperti fenfluramine, dexfenfluramine, dan ‘antidepressant selective reuptake inhibitors (SSRIS)’, seperti fluoxetine and sertraline. b.Mengurangi penyerapan makanan Ditemukan obat-obatan yang menghambat kerja enzim di saluran cerna – salah satunya adalah menghambat penyerapan lemak, sehingga total kalori yang diserap tubuh dapat dikurangi. Orlistat (Xenical), adalah obat pertama dari kelompok obat-obatan penghambat enzim lipase pankreas dan lambung, yang bekerja lokal di saluran cerna. Dengan cara demikian, lemak sebesar 30% tidak diserap oleh tubuh, melainkan dieksresikan melalui feses. Walaupun demikian, orlistat tidak mengganggu kerja intestinal lainnya dan tidak berinteraksi dengan kebanyakan obat-obat yang diresepkan untuk pasien yang mengalami masalah dengan berat badan karena ia bekerja secara selektif sehingga tidak mempengaruhi susunan saraf pusat seperti obat-obat anti obesitas lainnya. Obat ini juga hanya menyerap 3% dari dosis oral sehingga tidak terdeteksi adanya efek sistemik.

c.Meningkatkan pembakaran energi Energi dapat dibakar dengan melakukan aktifitas fisik atau merubah Tingkat Metabolik Basal (BMR) dengan melakukan perubahan pada sistem syaraf simpatik. Obat yang berefek pada BMR dan termogenesis ini, seperti zat beta agonist, BRL 26830A, masih dalam tahap penelitian 4.pembedahan Operasi pada penderita obesitas hanya direkomendasikan pada mereka yang gagal menjalankan diet, olahraga, dan konsumsi obat-obatan. Operasi ini dilakukan dengan melakukan pemotongan sebagian usus si gemuk, atau operasi bariatik dengan memasang klem pada lambung. Beberapa rumah sakit juga dapat melakukan penyedotan lemak perut atau liposuction. Adapula yang melakukan mesoterapi, yaitu suntikan ke bawah kulit untuk membakar lemak. 5.Akupuntur Terapi akupunktur yang dasar pengobatanya merupakan suatu terapi yang menjadi pilihan masyarakat untuk mengatasi obesitas. Akupunktur juga merupakan solusi untuk menurunkan berat badan bagi orang yang karena kondisi kesehatanya tidak dapat menggunakan obat-obatan atau tidak dapat manjalani operasi. Peranan

akupunktur dalam menurunkan berat badan diantaranya melalui mekanisme neurohumoral yang dapat menghambat nafsu makan, mengurangi fungsi lambung dan usus yang berlebih dalam pencernaan dan penyerapaan makanan

2.6.5. Waist to Hip Ratio (WHR) Waist to hip ratio (WHR) adalah rasio atau perbandingan antara lingkar pinggang dengan lingkar panggul. Lingkar pinggang diukur mulai dari antara bawah rusuk dan atas umbilikus. Pengukuran dilakukan menghadap subyek dan subyek berdiri dengan otot perut relaksasi, tangan disamping badan serta dalam kondisi ekpirasi normal. Lingkar panggul adalah lingkaran terbesar panggul yang diukur pada posisi berdiri. Pengukur jongkok di samping subyek untuk mengamati lingkaran terbesar panggul. Pita pengukur antropometris dilingkarkan horisontal pada pinggul, menempel kulit tidak sampai menekan. Biasanya perlu asisten untuk membantu membetulkan letak pita pengukur. WHR dinggap berisiko bila >0,9 pada pria dan >0,8 pada wanita (Esmaillzadeh et al, 2004). Gambar 13. Metode dan alat pengukuran Waist to Hip Ratio (Esmaillzadeh et al, 2004)

More Documents from "Beatrix Umbu Dondu"