BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di Indonesia terutama di kota besar prevalensi obesitas pada anak dari tahun ke tahun semakin bertambah. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) menunjukkan peningkatan prevalensi obesitas pada Balita baik di daerah pedesaan maupun perkotaan. Perubahan gaya hidup karena pengaruh globalisasi mempengaruhi pola makan dan perkembangan teknologi menurunkan aktifitas anak. Berbagai macam makanan siap santap yang mengandung tinggi energy, tinggi lemak dipertokoan dan berbagai sarana elektronik yang menyebabkan kurang aktifitas tersedia di sekitar kita. Obesitas pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius di masyarakat kita dewasa ini. Di Amerika, Obesitas Pada Anak dikatakan telah meningkat sebesar 3 kali lipat selama 30 tahun terakhir. Sedangkan di Indonesia sendiri masalah ini juga meningkat tajam sebesar 2 kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir. Sayangnya, walaupun masalah ini sudah dapat dikatakan berada pada taraf yang mengkhawatirkan, baik pemerintah, masyarakat maupun para orang tua masih belum memahami bahaya dari kondisi ini pada si anak. Sebagian besar dari mereka tidak atau belum mengerti bahwa obesitas pada anak dapat membawa dampak yang sangat serius bagi si penderitanya. Keadaan ekonomi yang membaik membuat orang tua cenderung bangga mempunyai anak yang gemuk. Persepsi orang tua yang keliru tersebut akan membuat masalah yang besar dan memprihatinkan karena obesitas merupakan keadaan penyebab terjadinya resiko resiko yang berhubungan dengan berbagai macam penyakit pada anak dan remaja dan dapat berlanjut pada masa tua. Obesitas pada anak dapat dihubungkan dengan hiperinsulin, hiperlipid, hipertensi dan intoleransi karbohidrat. Bahkan obesitas pada anak berhubungan dengan penyakit jantung koroner di masa usia lanjut. Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, hal ini disebabkan oleh etiologinya yang kompleks dan multi faktor. Penanganan obesitas anak haruslah terpadu antara semua aspek etiologi.Semakin dini penanganan obesitas pada anak akan memberikan hasil yang lebih baik. Penanganan obesitas pada anak lebih sulit dari pada obesitas dewasa. Pengaturan makan untuk penurunan berat badan anak arus memperhatikan bahwa anak masih dalam proses 1|KEPERAWATAN ANAK I
tumbuh dan berkembang. Anjuran makanan untuk mendapatkan berat badan yang stabil atau turun secara bertahap harus mencukupi kebutuhan semua zat gizi meskipun seringkali anak mempunyai jenis makanan yang disukai atau tak disukai sehingga membatasi variasi makanan yang dapat dikonsumsi. Survei menunjukkan tren yang mencemaskan di kalangan anak-anak. Meningkatnya obesitas mengarah ke meningkatnya tekanan darah tinggi. ”Kalau tren yang meningkat pada tekanan darah tinggi ini tidak dihentikan, kita dapat menghadapi ledakan kasus penyakit kardiovaskular baru di kalangan remaja dan orang dewasa,” demikian peringatan Dr. Rebecca Din-Dzietham dari Morehouse School of Medicine di Atlanta, Georgia. Faktor Penyebab Apa penyebab epidemi global obesitas pada anak ini? Meskipun gen bisa ikut berperan, peningkatan yang mencemaskan dalam kasus obesitas beberapa dekade belakangan ini tampaknya memperlihatkan bahwa gen bukanlah satu-satunya penyebab. Stephen O’Rahilly, profesor biokimia klinis dan kedokteran di Cambridge University di Inggris, menyatakan, ”Meningkatnya obesitas tidak ada sangkut pautnya dengan gen. Kita tidak dapat mengubah gen kita dalam kurun 30 tahun.” Mengomentari penyebabnya, Klinik Mayo di Amerika Serikat mengatakan, ”Meskipun ada penyebab genetis dan hormonal pada obesitas anak, kebanyakan kasus kelebihan berat badan disebabkan oleh terlalu banyak makan dan terlalu jarang berolahraga.” Ada dua contoh yang menjelaskan
perubahan
tren
dalam
kebiasaan
makan
sekarang.
Pertama, karena orang tua yang bekerja memiliki lebih sedikit waktu dan energi untuk menyiapkan makanan, santapan cepat saji semakin lazim. Restoran cepat saji bermunculan di mana-mana di seluruh dunia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sepertiga dari semua anak usia 4 hingga 19 tahun di Amerika Serikat menyantap makanan cepat saji setiap hari. Makanan seperti itu biasanya tinggi kadar gula dan lemaknya dan ditawarkan dalam ukuran besar yang menggiurkan. Kedua, minuman ringan sudah lebih populer ketimbang susu dan air. Misalnya, setiap tahun, orang Meksiko membelanjakan lebih banyak uang untuk minuman ringan, khususnya kola, daripada untuk gabungan sepuluh makanan pokok. Menurut buku Overcoming Childhood Obesity, menenggak minuman ringan 600 mililiter saja setiap hari dapat menaikkan berat badan sebanyak 11 kilogram dalam waktu setahun! 2|KEPERAWATAN ANAK I
Tentang kurangnya gerak badan, hasil penelitian University of Glasgow di Skotlandia mendapati bahwa anak usia 3 tahun pada umumnya setiap hari melakukan ”gerak badan ringan hingga berat” selama 20 menit saja. Mengenai hasil penelitian itu, Dr. James Hill, profesor ilmu kesehatan anak dan kedokteran di University of Colorado, berkomentar, ”Meningkatnya gaya hidup kurang gerak pada anak-anak di Inggris Raya bukan hal yang unik dan terlihat di kebanyakan negeri di seputar dunia.” Apa Solusinya? Para ahli gizi tidak merekomendasikan diet ketat untuk anak, karena hal itu dapat berdampak buruk pada pertumbuhan dan kesehatan anak. Sebaliknya, Klinik Mayo menyatakan, ”Salah satu strategi terbaik untuk memerangi kelebihan berat badan pada anak Anda adalah memperbaiki pola makan dan jumlah olahraga seluruh keluarga." OBESITAS pada anak sudah mencapai taraf epidemi di banyak negeri. Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan bahwa di seluruh dunia terdapat kira-kira 22 juta anak di bawah usia lima tahun yang kelebihan berat badan. Sebuah survei nasional di Spanyol menyingkapkan bahwa 1 dari setiap 3 anak kelebihan berat badan atau obes. Hanya dalam waktu sepuluh tahun (1985-1995), obesitas pada anak naik tiga kali lipat di Australia. Dalam tiga dasawarsa terakhir, obesitas pada anak berusia 6 hingga 11 tahun meningkat lebih dari tiga kali lipat di Amerika Serikat. Obesitas pada anak juga dialami negara-negara berkembang. Menurut Satuan Tugas Obesitas Internasional, di beberapa bagian Afrika, ada lebih banyak anak yang mengalami obesitas ketimbang malnutrisi. Pada tahun 2007, Meksiko menempati urutan kedua di dunia, setelah Amerika Serikat, untuk obesitas pada anak. Konon di Mexico City saja, 70 persen anak dan remaja kelebihan berat badan atau obes. Ahli bedah anak Dr. Francisco González memperingatkan bahwa generasi ini mungkin adalah ”generasi pertama yang akan mati sebelum orang tua mereka akibat komplikasi obesitas” Apa saja komplikasinya? Tiga di antaranya adalah diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung, yang sebelumnya dianggap sebagai problem kesehatan yang umumnya dialami orang dewasa. Menurut Institute of Medicine AS, 30 persen anak laki-laki dan 40 persen anak perempuan yang lahir di Amerika Serikat pada tahun 2000 memiliki risiko bahwa suatu waktu mereka akan didiagnosis mengidap diabetes tipe 2 yang berkaitan dengan obesitas.
3|KEPERAWATAN ANAK I
1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan umum Menjelaskan konsep dan proses keperawatan OBESITAS pada anak 1.2.2 Tujuan khusus a.
Mengidentifikasi definisi dari
b.
Mengidentifikasi etiologi dari .
c.
Mengidentifikasi patofisiologi .
d.
Mengidentifikasi manifestasi klinis .
e.
Mengidentifikasi komplikasi dari .
f.
Mengidentifikasi pemeriksaan diagnostik.
g.
Mengidentifikasi penatalaksanaan dari obesitas anak .
h.
Mengidentifikasi proses keperawatan obesitas anak
1.3 manfaat Selain menambah ilmu mahasiswa perlu mengetahuai konsep dan proses keperawatan OBESITAS pada anak
4|KEPERAWATAN ANAK I
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN 2.1 Definisi Obesitas merupakan keadaan patologis yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh normal,tetapi masih banyak pendapat dimayarakat yang mengira bahwa anak yang gemuk adalah anak yg sehat.obesitas atau kegemukan dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit gizi, sebagai konsumsi makan yang berlebih,tidak semua orang yang mempunyai berat badan berlebih disebut obesitas.karena pada atletik yg karena latihan yang teratur menyebabkan masa otot yang tumbuh dengan baik,akan mempunyai berat badan rata-rata yang lebih dengan anak sebayanya, tidak dapat disebut sebagai obesitas. Demikian pula dengan anak yang kerangka tulangnya besar dan otot-ototnya lebih dari biasanya, sehingga berat badan dan tingginya diatas rata-rata anak sebayanya,juga bukan disebut sebagai obesitas untuk diagnosa obesitas harus ditemukan gejala klinis obesitas dan disokong dengan pemeriksaan antropometri yang jauh diatas normal.pemeriksaan antropometri yang sering digunaknan adalah berat badan terhadap tinggi badan dan berat badan terhadap umur dan ketebalan lipatan kulit. Obesitas sering juga disebut kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan adiposa secara berlebihan, sedangkan overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal,yg mungkin dapat disebabkan oleh peningkatan massa tubuh(IMT) yang lebih dari persentil 95,dan overweight jika berada diantara persentil 85-95 kurva CDC 2000. Untuk anak dibawah 2 tahun,obesitas dapat ditentukan apabila IMT>3 standar deviasi (>3 SD) di atas median sesuai dengan umur pada kurva WHO.( KAPITA SELEKTA FK UI) Kriteria yang digunakan untuk menemukan obesitas adalah sebagai berikut (dikutip dari neuman 1983). Overnutrisi
Obesitas
110-119% std
90-95 persentil
(Pre pubertas)
>/=120% std
>95 persentil
2. BB thd. Umur
110-119% std
90-95 persentil
1. BB thd.TB
5|KEPERAWATAN ANAK I
>/=120%std
>95 persentil >2 sd diatas mean
3. lipatan kulit
Umur
Obesitas
0-36bulan
> 2 sd
(trisep/subscapula)
>90 persentil
4. lipatan kulit
0-18 tahun
> 2 sd
(tanner 1962)
> 95 persentil
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah berat badannya, maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah banyak. Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor
biologik
spesifik.
Faktor genetik
diketahui
sangat
berpengaruh
bagi
perkembangan penyakit ini. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan
akumulasi
lemak
yang
tidak
normal
atau
berlebihan
di
jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Keadaan obesitas ini, terutama obesitas sentral, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular
karena
keterkaitannya dengan sindrom metabolik atau sindrom resistensi insulin yang terdiri dari resistensi 10 insulin/hiperinsulinemia, hiperuresemia, gangguan fibrinolisis, hiperfibrinogenemia dan hipertensi (Sudoyo, 2009). Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Bila energi dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan, maka berat badan akan bertambah dan sebagian besar kelebihan energi tersebut akan di simpan sebagai lemak. Oleh karena itu, kelebihan adipositas (obesitas) disebabkan masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Untuk setiap kelebihan energi sebanyak 9,3 kalori yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Lemak disimpan terutama di aposit pada jaringan subkutan dan rongga intraperitoneal, walaupun hati dan jaringan tubuh menimbun
cukup
lemak
lainnya
seringkali
pada orang obesitas. Perkembangan obesitas pada orang
dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposit dan peningkatan ukurannya.
6|KEPERAWATAN ANAK I
Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat memiliki adiposit sebanyak empat kali normal, dan setiap adiposit memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang yang kurus (Guyton, 2007). 2.2 Etiologi Obesitas Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan penting dalam menentukan asupan makanan dan metabolisme energi,
gaya
hidup
dan
faktor
lingkungan dapat berperan dominan pada banyak orang dengan obesitas. Diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional (Guyton, 2007 ) a. Genetik Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetik yang pasti untuk menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya memiliki kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti terkini menunjukkan bahwa 20-25% kasus obesitas dapat disebabkan faktor genetik. Gen dapat berperan dalam obesitas dengan menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi serta penyimpanan lemak. Penyebab monogenik (gen tunggal) dari obesitas adalah mutasi MCR-4, yaitu penyebab monogenik tersering untuk obesitas yang ditemukan sejauh ini, defisiensi leptin kongenital, yang diakibatkan mutasi gen, yang sangat jarang dijumpai dan mutasi reseptor leptin, yang juga jarang ditemui. Semua bentuk penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah kecil persentase dari seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya berinterakasi dengan faktor lingkungan untuk mempengaruhi jumlah dan distribusi lemak (Guyton, 2007). b. Aktivitas fisik Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada 7|KEPERAWATAN ANAK I
orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007). Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor: 1) tingkat aktivitas dan olahraga secara umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab duapertiga dari pengeluaran energi orang normal. Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolisme normal (Guyton, 2007). c. Perilaku makan Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel
lemak
yang
baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan,
dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti (Guyton, 2007). 8|KEPERAWATAN ANAK I
d. Neurogenik Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan menjadi obesitas. Orang dengan tumor hipofisis yang menginvasi hipotalamus seringkali mengalami obesitas yang progresif. Hal ini memperlihatkan bahwa, obesitas pada manusia juga dapat timbul akibat kerusakan pada hipotalamus. Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakkan nafsu makan (awal atau pusat makan) dan hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas menintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang). Dan hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM, maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan. Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan obesitas, serta terjadi perubahan yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus berupa peningkatan oreksigenik seperti NPY dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik seperti leptin dan α-MSH pada hewan obesitas yang dibatasi makannya (Guyton, 2007) . e. Hormonal Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang bekerja melalui aktivasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui berhubungan langsung dalam penyimpanan dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol adalah glukokortikoid yang bekerja dalam mobilisasi asam lemak yang tersimpan pada trigliserida, hepatic glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn et al, 2005). f. Dampak penyakit lain Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism, Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma dan gangguan lain pada hipotalamus. Beberapa
anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang 9|KEPERAWATAN ANAK I
diregulasi baik oleh endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka sedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan (Flieretal,2005). 2.3 PATOFISIOLOGI Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori dari tubuh serta penurunan aktifitas fisik (sedentary life style) yang menyebabkan penumpukan
lemak
di
sejumlah
bagian
tubuh
(Rosen,2008). Penelitian yang
dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral (neurohumoral) yang dipengaruhi oleh defek genetik,sidrom, nutrisi,lingkungan,
dan
sinyal
psikologis.
Pengaturan
keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi
dan
regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik
(meningkatkan rasa lapar serta
menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik(anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi (Sherwood, 2012). Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Kemudian, leptin merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptida Y (NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan (Jeffrey, 2009). 10 | K E P E R A W A T A N A N A K I
2.4 MANIFESTASI KLINIS Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita, selain berat badan meningkat dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat (ternyata jika periksa usia tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh dan matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relative rendah dibandingkan dengan anak yang sebayanya. Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas : Berdasarkan distribusi jaringan lemak,dibedakan menjadi : -
Apple shape body( distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian dada dan pinggang)
-
Pear shape bodylgynecoid (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian pinggul dan paha
Secara klinis mudah dikenali, karena, memepunyai ciri-ciri yang khas, antara lain:
a) Genu valgum(tungkai berbentuk x) dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan yg dapat menyebabkan leterasi kulit b) Kelainan emosi raut muka,wajah bulat dengan pipi tembem hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu yang berbentuk ganda/rangkap c) Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah tumbuh pada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang kurang menyenangkan. d) Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng, kadang – kadang terdapat strie putih atau ungu. e) Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya pada biseb dan trisebnya. f) Leher relatif pendek,cenderung pubertas dini g) Pada laki-laki terdapat burried penis(kelainan genital antara lain ukuran penis mengecil,penis tidak muncul akibat jaringan lemak berlebih dibawah perut) dan striae abdomen( suatu perubahan warna membentuk garis2 didaerah perut) Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas. Penimbunan lemak yang berlebihan 11 | K E P E R A W A T A N A N A K I
dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru - paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk. Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki. 2.5.KOMPLIKASI Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama obesitas apple shaped, sangat erat hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan satu kelompok kelainan metabolik selain obesitas, meliputi, abnormalitas lipid dan hemostasis, disfungsi endotel dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama merupakan faktor resiko terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi penyakit jantung koroner dan/atau stroke. Mekanisme dasar bagaimana komponenkomponen sindrom metabolik ini dapat terjadi pada seseorang dengan obesitas apple shaped dan bagaimana komponen-komponen ini dapat menyebabkan terjadi gangguan vaskular, hingga saat ini masih dalam penelitian (Soegondo,2007). 2.6.PEMERIKSAAN PENUNJANG. Diagnosis OA biasanya dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik, tetapi evaluasi radiografi juga diperlukan. Radiografi adalah sensitif dan murah sehingga dapat dijadikan sebagai pemeriksaan rutin untuk OA (Siddiqui & Laborde, 2009). Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi. Pada pemeriksaan antropometri tujuan yang hendak dicapai adalah: 12 | K E P E R A W A T A N A N A K I
1) Penapisan
status
gizi,
yang
diarahkan
untuk
orang
dengan
keperluan
khusus. 2) Survei status gizi, yang ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat pada saat tertentu serta faktor yang berkaitan. 3) Pemantauan status gizi, yang digunakan untuk memberikan gambaran perubahan status gizi dari waktu ke waktu. Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan mengukur ukuran fisik, seperti tinggi badan, berat badan serta lingkar beberapa bagian tubuh tertentu 2.7 Penatalaksanaan A. Merubah gaya hidup Diawali dengan merubah kebiasaan makan. Mengendalikan kebiasaan ngemil dan makan bukan karena lapar tetapi karena ingin menikmati makanan dan meningkatkan aktifitas fisik pada kegiatan sehari-hari. Meluangkan waktu berolahraga secara teratur sehingga pengeluaran kalori akan meningkat dan jaringan lemak akan dioksidasi (Sugondo,2008). Prinsipnya adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluarga energi, dengan cara mengatur diet, peningkatan aktivitas fisik, dan mengubah/modifikasi pola hidup 1. menetapkan target penurunan berat badan Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan: - Usia anak : 2-7 tahun dan di atas 7 tahun - derajat obesitas - ada tidaknya penyakit penyerta/komplikasi Pada anak obesitas usia dibawah 7 tahun tanpa komplikasi, dianjurkan cukup dengan mempertahankan berat badan. Pada anak obesitas usia dibawah 7 tahun dengan komplikasi dan usia diatas 7 tahun (dengan /tanpa komplikasi) dianjurkan untuk menurunkan berat badan (diet dan aktivitas). Target penurunan berat badan dengan kecepatan 0,5-2 kg per bulan, sampai mencapai berat badan ideal.
13 | K E P E R A W A T A N A N A K I
B. Terapi Diet Mengatur asupan makanan agar tidak mengkonsumsi makanan dengan jumlah kalori yang berlebih, dapat dilakukan dengan diet yang terprogram secara benar. Diet rendah kalori dapat dilakukan dengan mengurangi nasi dan makanan berlemak, serta
mengkonsumsi makanan yang cukup memberikan rasa kenyang tetapi tidak
menggemukkan karena jumlah kalori sedikit, misalnya dengan menu yang mengandung serat tinggi seperti sayur dan buah yang tidak terlalu manis (Sugondo, 2008). Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG), hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas tanpa penyakit penyerta. Diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori sebesar 30% dapat pula memakai perhitungan kalori berdasarkan berat badan sebagai berikut BB ideal + (BB aktual – BB ideal) x 0,25 Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang: -
Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal.
-
Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50 – 60 % lemak 20 – 30% dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15 – 20% energi total serta kolestrol< 300 mg perhari.
-
Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia >2 tahun dengan perhitungan dosis menggunakan rumus : (umur dalam tahun +5) gram per hari.
C. Aktifitas Fisik Peningkatan
aktifitas
fisik merupakan komponen penting dari program
penurunan berat badan, walaupun aktifitas fisik tidak menyebabkan penurunan berat badan lebih banyak dalam jangka waktu enam bulan. Untuk penderita obesitas, terapi harus dimulai secara perlahan, dan intensitas sebaiknya ditingkatkan secara bertahap. Penderita obesitas dapat memulai aktifitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 5 kali seminggu (Sugondo, 2008). 14 | K E P E R A W A T A N A N A K I
Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya. Aktivitas fisik untuk anak usia 6 – 12 tahun lebih tepat yang menggunakan keterampilan otot, seperti bersepeda, berenang,menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik selama 20 – 30 menit per hari. D. Terapi perilaku Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya, diperlukan suatu strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul pada saat terapi diet dan aktifitas fisik. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan aktifitas fisik, manajemen stress, stimulus control, pemecahan masalah, contigency management, cognitive restructuring dan dukungan sosial (Sugondo,2008). Diperlukan peran serta orang tua sebagai komponen intervensi, dengan cara: -
Pengawasan sediri terhadap: berat badan, asupan makanan dan aktivitas fisik serta mencatat perkembangannya.
-
Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan dapat menyingkirkan rangsangan disekitar anak yang dapat memicu keinginan untuk makan.
-
Mengubah perilaku makan, dangan mengontrol porsi dan jenis makanan yg dikonsumsi dan mengurangi makanan camilan.
-
Memberikan penghargaan dan hukuman .
-
Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi yang pada umumnya lezat dan memilih makan berkalori rendah.
E. Peran serta orang tua, anggota keluarga teman dan guru. Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli gizi.anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktivitas yang mendukung program diet. F. Konseling problem psikososial, terutama untuk peningkatan rasa nyaman percaya diri. G. Terapi intensif Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai komplikasi yang tidak memberikan respons pada terapi konvensional, terdiri dari diet berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan bedah. - indikasi terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan >140% BB ideal atau IMT P > 97, dengan asupan kalori hanya 600-800 kkal per hari dan protein hewani 1,5 -
15 | K E P E R A W A T A N A N A K I
2,5 gram/ kg bb ideal, dengan suplementasi vitamin dan mineral serta minum > 1,5 L per hari. Terapi ini hanya diberikan selama 12 hari dengan pengawasan dokter. - farmakoterapi dikelompokan menjadi 3, yaitu: mempengaruhi asupan energi dengan menekan
nafsu
makan,
contohnya
sibutramine
hydrochloride,mempengaruhi
penyimpanan energi dengan menghambat absobsi zat-zat gizi contohnya orlistat,leptin, octreotide dan metformin: meningkatkan penggunaan energi. Farmakterapi belum direkomendasikan untuk terapi obesiatas pada anak, karena efek jangka panjang yg belum jelas. - terapi bedah diindikasikan bila berat badan > 200% BB ideal. Prinsip terapi ini adalah untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat pengosongan lambung dengan cara gastric banding, dan mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat gastric bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini belum banyak penelitian tentang manfaat dan bahaya terapi ini pada anak.
2.8 Pencegahan Pencegahan obesitas jauh lebih baik daripada mengobati kalau sudah terjadi obesitas yang penting adalah bagaimana mengubah pandangan masyarakat agar mereka tidak menganggap bahwa sehat itu identik dengan gemuk. Pencegahan harus sedini mungkin yang dimulai sejak bayi, yaitu dengan memberikan ASI bayi yang minum ASI jarang yang menjadi obesitas, karena komposisi ASI mempunyai mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat badan bayi.komposisi ASI pada saat baru mulai disusu (foremilk) lemaknya sedikit,sedangkan pada akhirnya menyusui(kind milk) kadanr lemaknya lebih tinggi,sehingga menimbulkan rasa “nek” pada bayi.akibatnya bayi akan berhenti untuk menyusui.pemberian ASI esklusif 4 bulan dan pemberian ASI dilanjutkan sampai berumur 2 tahun. Tidak memberikan makan/minum setiap anak menangis, kecuali kalo tidak yakin bahwa anak tersebut tidak lapar.KMS(kartu menuju anak sehat)perlu untuk memantau kesehatan anak sehingga kita mengetahui setiap penyimpangan arah dari grafik berat badan anak. Anak sedini mungkin dikenalkan dengan aktivitas fisik, baik melakui bermain maupun berolah raga dan menonton tv hanya sekedar saja 2.9 Konsep Askep Obesitas 1. Pengkajian Identitas Pasien 16 | K E P E R A W A T A N A N A K I
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register. 2. Riwayat kesehatan Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah menderita obesitas Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang mengalami penyakit serupa atau memicu Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan beribadah , kepercayaan.
3. Pemerikasaan fisik : Sistem kardiovaskuler Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung. Sistem respirasi Untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas Sistem hematologi Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan. Sistem urogenital Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang. Sistem musculoskeletal Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak. Sistem kekebalan tubuh Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.
4. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal : hipotiroidisme, hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing (peningkatan kadar insulin). 17 | K E P E R A W A T A N A N A K I
Pola fungsi kesehatan a) Aktivitas istirahat Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang keinginan untuk beraktifitas. b) Sirkulasi Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan dapat menghilangkan perasaan tidak senang. c) Makanan / cairan Mencerna makanan berlebihan d) Kenyamanan Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri dalam menopang berat badan atau tulang belakang e) Pernafasan Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea f) Seksualitas Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi dan amenouria.
2.9 Diagnosa Keperawatan 1) nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan denganintake makanan yang lebih. 2) Gangguan pencitraan diri yang berhubungan dengan
biofisika atau psikosial
pandangan px tehadap diri. 3) Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, nyeri, 4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas fisik. 5) Penurunan
curah
jantung
berhubungan
dengan
perubahan
kontraktilitas
jantung/myocardium 6) Kerusakan
integritas
jaringan
berhubungan
dengan
faktor
mekanik(mis,tekanan,koyakan,robekan) 7) Resiko infeksi berhubugan dengan pertahanan tubuh yg tidak adekuat.
18 | K E P E R A W A T A N A N A K I
2.10 Intervensi Keperawatan Setelah pengumpulan data, mengelompokkan dan menentukan diagnosa keoerawatan yang mungkin muncul, maka tahapan selanjutnya adalah menentukkan prioritas, tujuan dan rencana tindakkan keperawatan. Diagnosa 1 Ketidakseimbangan Nutrisi Lebih Dari Kebutuhan Tubuh yang berhubungan dengan intake makanan yang lebih.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi kembali normal.
Kriteria hasil : 1) Perubahan pola makan dan keterlibatan individu dalam program latihan 2) Menunjukan penurunan berat badan.
Intervensi :
1. Kaji penyebab kegemukan dan buat rencana makan dengan pasien 2. Timbang berat badan secara periodik 3. Tentukan tingkat aktivitas dan rencana program latihan diet 4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentujan keb kalori dan nutrisi penurunan berat badan 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penekan nafsu makan (ex.dietilpropinion)
Rasional : 1. Mengidentifikasi / mempengaruhi penentuan intervensi 2. Memberikan informasi tentang keefektifan program 3. Mendorong px untuk menyusun tujuan lebih nyata dan sesuai dengan rencana 4. Kalori dan nurtisi terpenuhi secara normal 5. Penurunan berat badan
Diagnosa 2 Gangguan Citra Tubuh b.d biofisika atau psikosial pandangan px tehadap diri
Tujuan : Menyatakan gambaran diri lebih nyata
Kriterian hasil : 1. Menunjukkan beberapa penerimaan diri dari pandangan idealisme 2. Mengakui indiviu yang mempunyai tanggung jawab sendiri
19 | K E P E R A W A T A N A N A K I
Intervensi : 1. Beri privasi kepada px selama perawatan 2. Diskusikan dengan px tentang pandangan menjadi gemuk dan apa artinya bagi px trsebut 3. Waspadai mitos px / orang terdekat 4. Tingkatkan komunikasi terbuka dengan px untuk menghondari kritik 5. Waspadai makan berlebih 6. Kolaborasi dengan kelompok terapi
Rasional : 1. Individu biasanya sensitif terhadap tubuhnya sendiri 2. Pasien mengungkapkan beban psikologisnya 3. Keyakinan tentang seperti apa tubuh yang ideal atau motifasi dapat menjadi upaya penurunan berat badan 4. Meningkatkan rasa kontrol dan meningkatkan rasa ingin menyelesaikan masalahnya : a. Pola makan terjaga b. Kelompok terapi dapat memberikan teman dan motifasi
Diagnosa 3 Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, nyeri , ansietas , kelemahan dan obstruksi trakeobronkial
Tujuan : Mengembalikan pola napas normal
Kriteria hasil : 1. Mempertahankan ventilasi yang adekuat 2. Tidak mengalami sianosis atau tanda hipoksia lain
Intervensi : 1. Awasi kecepatan/kedalaman nafas. auskultasi bunyi nafas. Selidiki adanya sianosis, peningkatan gelisah. 2. Tinggikan kepala tempat tidur 30 derajat 3. Bantu lakukan napas dalam, batuk menekan insisi 4. Ubah posisi secara periodik 5. Berikan O2 tambahan / alat pernapasan lain
20 | K E P E R A W A T A N A N A K I
Rasional : 1. Peranapasan mengorok/ pengaruh anastesi
menurunkan ventilasi, potensial
atelektasis, hipoksia. 2. Mendorong pengembangan diafragma sehingga ekspansi paru optimal, pasien lebih nyaman. 3. Ekspansi paru maksimal, pembersihan jalan napas, resiko atelektasis minimal. 4. Memaksimalkan sediaan O2 untuk pertukaran dan penurunan kerja napas.
Diagnosa 4 INTOLERANSI AKTIVITAS Tujuan : Kebutuhan untuk beraktivitas klien terpenuhi. Kriteria hasil :
Aktivitas fisik meningkat
ROM normal
Klien bisa melakukan aktivitas
Intervensi : 1. Buat jadwal kegiatan yang harus dilakukan klien dan minta klien melakukannya dengan disiplin. 2. Bantu klien dalam melakukan kegiatan yang susah dilakukan klien. 3. Pastikan motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan. 4. Dorong klien melakukan aktivitas normal keseharian sesuai kemampuan.
Kolaborasi dengan fisioterapi.
21 | K E P E R A W A T A N A N A K I
BAB III WEB OF CAUTION Genetik dan hormonal
Aktivitas fisik dan perilaku makan
Neurologi
Life style/ gaya hidup buruk
Masukan energi yang berlebih dari KDM
Pembesaran dan penambahan jaringan adiposa/ jumlah sel lemak
Resistensi hormon leptin
OBESITAS
Intake kalori naik dan output kalori turun
Perubahan penampilan dan penampakan BB berlebih
Abnormalitas lipid, glukosa dan homeostasis
MK : NUTRISI LEBIH DARI KEBUTUHAN TUBUH
Adanya lipatan kulit bisep / trisep
Perubahan mekanisme koping terhadap lingkungan sosial menurun
Malu, tidak percaya diri Aktifitas
Cepat lelah saat beraktivitas
Malas beraktivitas
Resistensi otot dan sendi
MK : INTOLERANSI AKTIFITAS
Penimbunan adiposa berlebih di bawah diafragma didalam dinding dada
Penekanan ekspansi paru
Aktifitas paru terbatas
Iskemi jantung
Nafas pendek
Infark pada miokardium
Respon hipotalamus Gesekan antar lipatan kulit bisep / trisep
MK : KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT
Luka terbuka
MK : RESIKO INFEKSI
Suplai O2 ke jantung turun
RR naik Reaksi hipofise
Kontraktilitas miokardium turun
MK : POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF Gangguan emosional
MK : PENURUNAN CURAH JANTUNG
Produksi hormon kortisol turun
MK : GANGGUAN CITRA DIRI
22 | K E P E R A W A T A N A N A K I
BAB V PENUTUP
4.1 Kesimpulan Pertumbuhan adalah setiap perubahan dari tubuh yang berhubungan dengan bertambahnya ukuran tubuh baik fisik (anatomis) maupun struktural dalam arti sebagian atau menyeluruh. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill), struktur, dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu. Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh banyak faktor dimulai dari faktor internal (genetik), prenatal, sampai postnatal. Untuk mendapatkan tumbuh kembang anak yang optimal maka petugas kesehatan maupun orangtua anak diharapkan mengetahui faktor-faktor tersebut. Penanggulangan obesitas pada anak lebih sulit dibandingkan obesitas dewasa, karena penyebab obesitas yang multifaktorial dan anak yang masih dalam taraf tumbuh kembang. Penurunan berat badan bukanlah tujuan yang utama dalam penanganan obesitas anak. Perubahan pola makan dan peri laku hidup sehat lebih diutamakan untuk mendapatkan hasil yang menetap. Penanggulangan obesitas anak sebaiknya dilakukan secara terapadu antara dokter anak, dietisien, psikolog dan petugas kesehatan lain. Peran serta orang tua memegang peranan penting dalam penangan anak obesitas.Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum anak menjadi obesitas karena pencegahan lebih mudah daripada pengobatan.Pencegahan harus dimulai sejak dini dengan menerapkan pola hidup sehat dalam keluarga. Seringkali banyak orangtua menginginkan anaknya tumbuh dengan sehat, gemuk dan terlihat lucu.Sekilas anak yang gemuk memang terlihat lucu dan menggemaskan, bahkan ada ungkapan jikalau anak gemuk berarti sehat.Tak heran jika banyak produk kesehatan ataupun makanan untuk anak atau balita lebih menekankan pada upaya menambah berat. Pola pemahaman seperti itu mungkin tidak berlaku, karena anak gemuk mempunyai faktor risiko bagi kesehatan.Indikator kesehatan bagi anak atau balita juga tidak hanya ditentukan melalui berat badan.Berat badan yang berlebih biasa disebut
23 | K E P E R A W A T A N A N A K I
dengan obesitas, obesitas dikhawatirkan memberikan dampak yang kurang baik bagi kesehatan anak.
4.2 Saran Jadikan kebiasaan yang sehat sebagai hal wajib bagi keluarga. Jika Anda melakukannya, kebiasaan itu akan menjadi pola hidup bagi anak-anak Anda, yang akan terbawa hingga dewasa. Apa yang dapat dilakukan Orang Tua ? Beli dan sajikan lebih banyak buah dan sayuran daripada makanan yang siap olah. Batasi minuman ringan, minuman yang manis-manis, dan camilan manis yang kaya lemak. Sebaliknya, berikan air atau susu rendah lemak dan camilan yang sehat. Memasaklah dengan metode rendah lemak, seperti memanggang dan mengukus, ketimbang menggoreng. Sajikan makanan dalam porsi yang lebih kecil. Jangan gunakan makanan sebagai upah atau suap. Jangan sampai anak tidak sarapan, karena dapat membuat mereka makan berlebihan setelah itu. Makanlah di meja makan. Makan di depan TV atau layar komputer membuat orang tidak menyadari seberapa banyak yang dikonsumsi dan apakah ia sudah kenyang. Anjurkan gerak badan, seperti bersepeda, main bola, dan lompat tali. Batasi waktu untuk menonton televisi, menggunakan komputer, dan bermain video game. Rencanakan kegiatan keluarga yang aktif di luar rumah, seperti pergi ke kebun binatang, berenang, atau bermain di taman. Suruhlah anak-anak melakukan pekerjaan fisik. Berilah contoh dalam pola makan yang sehat dan olahraga.
24 | K E P E R A W A T A N A N A K I
DAFTAR PUSTAKA Ayu, R & Sartika, D, 2011, Faktor risiko obesitas pada anak 5-15 tahun di Indonesia. Jakarta : Hariyanto, D., Madiyono, B., Sjarif, D. R., & Sastroasmoro, S. (2009). Hubungan Ketebalan Tunika Intima Media Arteri Carotis dengan Obesitas pada Remaja, 11(3). Kapita selekta universitas indonesia, tim dosen UI (2008), jakarta RSU Dr. Soetomo. 2008. Pedoman Diagnosis Dan Terapi BAG/AMF Ilmu Kesehatan Anak Edisi III. Surabaya: FK UNAIR Suryo. (1990). Obesitas Anak. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Soetjiningsih.1995. tumbuh kembang anak, jakarta :EGC
25 | K E P E R A W A T A N A N A K I