Obama

  • Uploaded by: Rikobidik Antasena
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Obama as PDF for free.

More details

  • Words: 606
  • Pages: 3
DIPLOMASI MANIS SI HITAM MANIS Oleh Rikobidik

Rasanya seperti mimpi ketika Obama menyatakan untuk lebih banyak mendengar daripada mendikte negara lain. Bahkan termasuk kepada negara-negara yang kadung menganggap Amerika sebagai musuh. Ada apa gerangan di balik diplomasi manis Obama ini? Spekulasi pertama, Obama melakukan diplomasi ini sebagai tanggung jawab kulturalnya. Maksudnya adalah, Obama sanggup melakukan ini semua berdasarkan kesadaran dirinya sebagai keturunan dan sekaligus pernah hidup di negara yang berbeda latar belakang belakang budaya, agama, sekaligus negara. Dalam kondisi seperti ini, Obama memang tidak punya pilihan lain kecuali harus beramah-tamah dengan berbagai pihak atau latar belakang yang berbeda dengan Amerika. Jika memang spekulasi ini yang berlaku, maka sesungguhnya Obama sekadar terjebak oleh latar belakang dirinya. Sebab, jika tidak beramah-tamah, maka Obama akan dianggap anak yang tak tahu diuntung dan akan berakibat menuai kecaman dari alur keturunannya. Saya curiga, meskipun terkesan baik, tetap saja tindakan berbaik-baiknya ini dapat dimaknakan sebagai tindakan mengambil muka di depan orang-orang terkasihnya. Kondisi ini tentu saja bukan tidak mungkin membuat Obama dapat terpojok dalam situasi yang rumit. Sebab, bukan tidak mungkin Obama akan selalu berhadapan dengan situasi yang membuatnya seperti memakan buah simalakama, yaitu kepentingan latar belakang keluarga dan kepentingan negaranya.

1

2 Spekulasi kedua, Obama melakukan diplomasi ini sebagai tindakan untuk mengeluarkan diri dari kondisi yang memang tidak menguntungkannya untuk bertindak arogan terhadap negara lain. Sebab, Amerika memang dalam kondisi yang sedemikian terpuruk. Jadi, sangat tidak tahu diri jika Obama masih berani bertindak arogan. Tindakan arogansi seperti yang pernah ditunjukkan oleh para mantan penghuni Gedung Putih tentu tidak akan pas dilaksanakannya. Maka, dalam posisi ini, diplomasi manis Obama adalah sebuah tindakan yang lumayan masuk akal. Diplomasi manis Obama ini hampir dapat dipastikan melegakan banyak pihak. Sebab, harapan negara lain terhadap Amerika sedemikian besar dalam rangka mengubah dunia menjadi lebih baik. Bukankah bukan rahasia lagi bahwa segala katastrofi yang terjadi di dunia ini takpernah luput dari ‘tangan panas’ para penghuni Gedung Putih?

Paradigma Perubahan? Apakah tindakan diplomasi manis ini merupakan merupakan janjinya untuk merubah paradigma Amerika yang selama ini cenderung represif? Bisa iya, bisa tidak. Jika spekulasi pertama yang berlaku, maka hampir dapat dipastkan Obama dapat mengundang cibiran bagi lawan politiknya. Sebab, Amerika bukanlah milik Obama dan keluarga. Amerika adalah milik jutaan warganegara Amerika yang saat ini sedang dirundung krisis. Rakyat Amerika lebih mengharapkan Obama dapat membantu rakyatnya sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup yang terasa semakin sulit. Tetapi, bukan tidak mungkin tindakan Obama yang berbungkus tanggung jawab kulturalnya ini hanya bentuk akal-akalan atau kamuflase belaka dalam rangka meraih

3 simpati publik dunia. Dengan pembawaan yang cenderung family-oriented, siapa yang tidak mudah jatuh hati? Akan terbentuk sebuah citraan di dalam benak publik dunia bahwa Obama memang pantas didukung. Hasil akhirnya memang dapat ditebak: dunia mau berbalik simpati dan membantu krisis di Amerika! Nah, pada posisi seperti inilah, barangkali, setiap negara dapat menuntut sebuah hubungan yang saling menguntungkan. Bukankah Obama sendiri telah menyatakan untuk membuat hubungan yang saling menguntungkan. Artinya, jangan sampai mulut manis si hitam manis ini membuat kita lupa untuk menuntut kesetaraan posisi, yaitu sama-sama diberi keuntungan. Jangan sampai, rasa belas-kasih negara lain dikomodifikasi sedemikian rupa oleh Amerika sehingga negara-negara tersebut menjadi lupa untuk menuntut haknya. Sebab, jika tidak, berarti Amerika telah mengelabui dunia untuk sekian kalinya. Sebab, ketika Amerika sudah pulih dan mampu bangkit kembali dari keterpurukannya, siapa yang dapat menjamin Amerika tidak akan kembali menjadi arogan?

RIKO, lahir di Jakarta, 29 Agustus 1978, Mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Nasional, Jakarta. Artikelnya pernah dimuat di koran Seputar Indonesia (mengenai Filsafat Bahasa). Alamat sekarang: Jl. Kalibata Timur (Ex. Empang Tiga) No. 14D, RT. 004/010, Pancoran, Jakarta Selatan. Nomor sel: (021) 990 6 8877, 0838 852 9535 & surat-e: [email protected] http://ngobrol-hang-out.blogspot.com/

Related Documents

Obama
December 2019 56
Obama
June 2020 39
Obama
June 2020 17
Obama
June 2020 18
Obama
December 2019 41
Obama
May 2020 25

More Documents from ""