NUZULUL QU’RAN A.
Pengertian Nuzulul Qu’ran Nuzul Qur’an terdiri dari dua kata yakni Nuzul dan Al-Quran. Kata nazala dalam
bahasa Arab berarti meluncur dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Dalam konteks ini, misalnya bisa ditemui kalimat dalam salah satu ayat al-quran yang berbunyi: َباركا ً َو أ َ ْنتَ َخي ُْر ا ْل ُم ْن ِّزلين َ ب أ َ ْن ِّز ْلني ُم ْن َزالً ُم ِّ َو قُ ْل َر Artinya: Dan katakan pula: Ya Tuhan, turunkanlah padaku suatu berkah, karena Engkau adalah Zat pemberi berkah yang paling baik.(Q.S. Al-Mu’minun:29) Sedangkan menurut Syekh Abd Al-Wahhab Abd Al-Majid Ghazlan yang dimaksud dengan nuzul adalah turunnya sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah dan sesuatu itu tidak lain adalah Al-Qur’an. Kemudian Syekh Ghazlan berkomentar, “oleh karena yang turun itu bukan bentuk fisik, maka pengertian nuzul disini bisa mengandung pengertian kiasan, dan apabila yang dimaksud turun adalah lafaz, maka nuzul berarti Al-Ishal (penyampaian) dan Al-I’lam (penginformasian). Sedangkan pengertian Al-Qur’an secara etimologi berarti bacaan kerena makna tersebut diambil dari ﻗﺮﺃﺓatau ﻗﺮﺁﻥ. Secara teminologi Al-Qur’an sudah banyak diberikan pengertian oleh para mufassir. Antara lain, Ali Ash-Shobani menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah yang mu’jiz, diturunkan kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril yang ditulis dalam Mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, menjadi ibadah bagi yang membacanya, diawali dari Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan Surah An-Naas. Jadi, pengertian Nuzulul Qur’an menurut bahasa berarti turunya Al-Qur’an. Dan secara istilah Nuzulul Qur’an adalah pemberitahuaan Allah tentang Al-Qur’an kepada sgenap penghuni langit dan bumi dalam semua segi dan aspeknya. B.
Tahap-Tahap turunnya Al-Qur’an
Secara kronologis, cara Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Tahapan Pertama Tahapan pertama, penyampaian Al-Qur’an dari Allah kepada Lauh al-Mahfuzh.
Maksudnya, sebelum Al-qur’an disampaikan kapada Rasulullah saw. sebagai utusan Allah terhadap manusia, Al-Qur’an terlebih dahulu disampaikan kepada Lauh al-Mahfuzh, yakni suatu tempat lembaran yang terpelihara dimana Al-Qur’an pertama kali ditulis pada lembaran tersebut. Tidak ada manusia yang tahu bagaimana cara penyampaian al-Qur’an dari Allah ke Lauh alMahfuzh.dan manusia tidak wajib mengetahuinya, tetapi wajib mempercayainya kerena begitu yang dikatakan Allah. Sebagaimana firman Allah SWT: . ٍ فِّي لَ ْوحٍ َّمحْ فُوظ.بَ ْل ه َُو قُ ْرآنٌ َّم ِّجي ٌد Artinya: “Tetapi ia (yang didustakan mereka) itu ialah Al-Qur’an yang mulia yang (tersimpan) dalam Lauh al-Mahfuzh” ( Q.S. Al-Buruj:21-22)
2.
Tahapan Kedua Tahapan kedua, turunnya Al-Qur’an ke langit pertama dengan sekaligus. Dilangit
pertama itu, Al-Qur’an disimpan pada bayt al-‘izzah. Penurunan tahap kedua ini bertepatan dengan malam qadar. Adapun dalil tentang penurunan Al-Qur’an pada tahapan ini adalah: َار َك ٍة ۚإِّنَّا ُكنَّا ُم ْنذ ِِّّرين َ َإِّنَّا أ َ ْن َز ْلنَاهُ فِّي لَ ْيلَ ٍة ُمب Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (Q.S. Ad-dukhaan:3) 3.
Tahapan Ketiga Tahapan ketiga, Al-Qur’an diturunkan dari bayt al-‘izzah kedalam hati Nabi dengan
jalan berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Ada kalanya satu ayat, dua ayat, dan bahkan kadang-kadang satu surah. Dalilnya Surah Asy-Syu’ara’ ayat 193-195: . ين َ .ح ْاْل َ ِّمي ُن ُ الرو َ بِّ ِّل. َعلَ ٰى قَ ْل ِّبكَ ِّلتَكُونَ ِّمنَ ا ْل ُم ْنذ ِِّّرين ُّ نَ َز َل بِّ ِّه ٍ ِّان ع ََربِّي ٍ ُمب ٍ س Artinya
: “_Dia
dibawa
turun
oleh
ar-ruh
al-amin
(Jibril),
kedalam
hatimu
(Muhammad)agar kamu menjadi salah seorang diantara orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas ” (Q.S. Asy-Syu’ara’: 193-195) Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril, tidak secara sekaligus, melainkan turun sesuai dengan kebutuhan. Bahkan, sering wahyu turun untuk menjawab pertanyaan para sahabat yabg dilontarkan kepada Nabi atau untuk membenarkan tindakan Nabi saw. disamping itu, banyak pula ayat atau surat yang diturunkan tanpa melalui latar belakang pertanyaan atau kejadian tertentu.
C.
Waktu dan Periodesasi Turunnya Al-Qur’an
1.
Waktu Turunnya Al-Qur’an
Didalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menyatakan bahwa Al-Qur’an turun: 1.
Pada bulan Ramadan. ُشه ُْر َر َمضَانَ الَّذِّي أ ُ ْن ِّز َل فِّي ِّه ا ْلقُ ْرآَن َ
Artinya: “Bulan Ramadhan dimana diturunkan Al-Qur’an....” (Q.S. Al-Baqarah:185) 2.
Pada malam yang diberi berkah. ار َك ٍة َ َإِّنَّا أَ ْن َز ْلنَاهُ فِّي لَ ْيلَ ٍة ُمب
Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.” (Q.S. Ad-dukhaan:3) 3.
Pada malam Al-Qadar. إِّنَّا أ َ ْن َز ْلنَاهُ فِّي لَ ْيلَ ِّة ا ْلقَد ِّْر
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) dimalam Qadr” (Q.S. AlQadar:1) Menurut tiga ayat diatas, Al-Qur’an turun sekaligus pada bulan Ramadan dimana terdapat malam Al-qadar, suatu malam yang penuh berkah. Akan tetapi, bila ketiga ayat tersebut ditakwil dengan mengatakan bahwa yang dimaksud ketiga ayat tersebut adalah permulaan turunnya wahyu Al-Qur’an, maka takwil semacam iu mengandung kelemahan,
karena yang dimaksud ketiga ayat tersebut menyangkut turunnya al-Qur’an secara keseluruhan. Ayat-ayat tersebut bukan menbicarakan tentang permulaan turunnya Al-Qur’an secara kesluruhan. Jumhur ulama sepakat bahwa pengertian yang dimaksud ketiga ayat tersebut menyangkut turunnya Al-Qur’an sekaligus dari lauh al-mahfuizh, kesuatu tempat yang disebut sama’ al-daunya. Dari sama’ al-daunya itulah kemudian Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. secara berangsur-angsur. 2.
Periodisasi Turunnya Al-Qur’an Masa turunnya Al-Qur’an selama 22 tahun lebih tersebut terbagi dalam dua periode,
yaitu. a.
Periode pertama adalah periode Mekah. Yaitu periode dimana Nabi saw. masih tinggal
di Mekah. Menurut ahli peneliti, masa Nabi tinggal di Mekah adalah selama 12 tahun 5 bulan 13 hari. Terhitung mulai turun pertama pada tanggal 17 Ramadan tahun ke 41 dari kelahiran Nabi Muhammad saw., bertepatan dengan 6 Agustus 610 M. sampai dengan Rabi’ul Awal tahun ke 54 kelahiran Nabi saw. Julmah surat yang diturunkan pada periode pertama adalah berjumlah 86 surah. b.
Periode kedua adalah periode Madinah. Yaitu periode dimana Nabi Muhammad saw.
telah berhijrah ke Yatsrib kota Madinah sekarang. Rasulullah hidup di Madinah selama 9 tahun 9 bulan 9 hari, terhitung sejak awal Rabi’ul Awal tahun 54 kelahiran Nabi saw. yang bertepatan dengan 27 Oktober 632 M. Julmah surat yang diturunkan pada periode pertama adalah berjumlah 28 surah. Perbedaan antara kedua periode ini ditandai dengan perjalanan akwah Islam oleh rasulullah, yaitu yang terdiri dari sebelum hijrah yang disebut dengan periode Mekkah dan ayat-aayatnya disebut dengan ayat-ayat Makkiyah. Dan setelah hijrah yang disebut dengan periode Madinsh dan ayat-ayatnya disebut dengan ayat-ayat Madaniyah.[7]
D.
Cara-Cara Al Qur'an Diturunkan Al-Qur’an menyebutkan, ada tiga cara penyampaina misi ilahiah kepada para nabi dan
rosul, yaitu melalui wahyu, pembicaraan dibalik tabir, dan atau Allah mengirim seorang utusannya. Firman allah SWT. dalam Surah Asy-Syura ayat 51: ع ِّلي َح ِّكي ٌم َ ُوح َي ِّب ِّإ ْذنِّ ِّه َما يَشَآ ُء إِّنه ِّ ُسوالً فَي ِّ ب أ َ ْو يُ ْر ِّ َو َما كَانَ ِّلبَش ٍَر أَن يُكَل َمهُ ّللاُ إِّال َوحْ يا ً أ َ ْو ِّمن َو َر ُ س َل َر ٍ آء ِّحجَا Artinya:”Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.”(Asy-Syura : 51)
Dari tiga penyampaian misi ilahiah itu, dua diantaranya langsung dari Allah kepada Nadi dan satu lainnya melalui perantara malaikat. Adapun yang langsung dari Allah kepada para nabi adalah melalui wahyu dan pembicaraan dibalik tabir.
Wahyu menurut Az-Zarqani adalah pemberitahuan Allah kepada hamba pilihannya mengenai macam hidayah dan ilmu yang ingin disampaikan dengan cara tersembunyi dan tidak terjadi pada manusia biasa. Sedangkan pembicaraan dibalik tabir merupakan salah satu cara allah menyampaikan risalah-Nya kepada Nabi. Nabi tidak melihat Allah, tetapi ia dapat menerima hidayah atau risalah tersbut, seperti yang dialami oleh Nabi Musa as. Cara lainnya adalah melalui perantara malaikat. Hal ini meliputi empat cara, yaitu: 1. Malaikat menyampaikan kedalam hati Nabi, dimana Nabi tidak melihatnya. 2.
Malaikat datang kepada Nabi seperti seorang laki-laki dan lalu menyampaikan misi ilahiah itu kapadanya.
3.
Malaikat datang kepada Nabi seperti bunyi bel. Hal ini sangat susah bagi Nabi, sehingga ia berkeringat walaupun pada saat cuaca dengin.
4.
Malaikat datang kepada Nabi dalam betuk asli sebagai malaikat. Kemudian ia menyampaikan misi ilahiah itu kepada Rasul sesuai dengan apa-apa yang Allah kehendaki. Hal ini tersebut dalam Al Qur’an Surah An-Najm ayat 13 dan 14: سد َْر ِّة ا ْل ُم ْنتَهَى ِّ ِّع ْن َد.َو َلقَ ْد َرآهُ َن ْز َلةً أ ُ ْخ َرى
Artinya: “Dan sesungguhnya, Muhammad (juga) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha”(Q.S. An-Najm: 13-14)[8]
E.
Hikmah Turunnya Al-Quran Hikmah atas rahasia al-quran diturunkan berangsur-angsur adalah sebagai yang
dijelaskan oleh Abu Syamah dalam antara lain-Murzidul Wajis, sebagai berikut: “Bila orang menanyakan, apakah rahasia yang terkandung dalam menurunkan al-quran berangsur-angsur dan mengapa tidak sekaligus semuanya sebagai kitab-kitab samawi yang lain?” Maka kami menjawab: “ pertanyaan ini telah dijawab allah SWT dalam firmannya.” (Q.S. Al-Furqon) ayat 32. Wahyu itu diturunkan pada tiap-tiap waktu ada kejadian, teguhlah hati menerimanyadan mereka tidak jemu. Dengan pula demikian, malaikat yang membawanya akan berulang-ulang datang mengunjungi nabi. Hal yang serupa ini membangun kegembiraan dan kesenangan hati yang tak berbeda-beda, karena dengan demikian nabi selalu mendapat kiriman dari allah, dan selalu merasa gembira karenanya. Inilah sebabnya nabi terlalu murah hatinya dibulan-bulan ramadhan, karena
dibulan-bulan itulah jibril selalu datang kepada nabi6.
Masih banyak hikmah diturunkannya al-quran secara berangsur-angsur, antara lain sebagai berikut: 1.
Memantapkan hati nabi
Ketika menyampaikan dakwah, nabi sering berhadapan dengan para penentang. Turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu merupakan dorongan tersendiri bagi nabi untuk terus menyampaikan dakwahnya.
2.
Menentang dan melemahkan para penentang al-quran
Nabi sering berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan sulit yang dilontarkan orang-orang musyrik dengan tujuan melemahkan nabi. Turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu tidak saja menjawab pertanyaan itu, bahkan menentang mereka untuk membuat sesuatu yang serupa dengan al-quran. Dan ketika mereka tidak mampu memenuhi tantangan itu, hal itu sekaligus merupakan salah satu mukjizat al-quran. 3. Memudahkan untuk dihapal dan dipahami Al-Quran pertama kali turun di tengah-tengah masyarakat arab yang ummi, yakni yang tidak memiliki pengetahuan tentang bacaan dan tulisan. Turunnya wahyu secara berangsur-angsur memudahkan mereka untuk memahami dan menghapalkannya. 4. Mengikuti setiap kejadian (yang karenanya ayat-ayat al-quran turun) dan melakukan penahapan dalam penetapan syari’at. 5. Membuktikan dengan pasti bahwa al-quran turun dari allah yang maha bijaksana7.