Nunu Pariwisata.docx

  • Uploaded by: fuji astuti
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Nunu Pariwisata.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,929
  • Pages: 17
PERAN MASYARAKAT LOKAL DALAM PENGEMBANGAN PARRIWISATA BAHARI DI PULAU SANROBENGI

Pendahuluan

Menurut arti katanya, pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu kata Pari dan kata Wisata. Kata Pari berarti penuh, seluruh, atau semua dan kata wisata berarti perjalanan. Menurut Yoeti (2003), syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata apabila: (1) Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat yang lain, di luar tempat kediaman orang tersebut biasa tinggal; (2) Tujuan perjalanan semata-mata untuk bersenang-senang, dan tidak mencari nafkah di tempat atau negara yang di kunjunginya; (3) Semata-mata sebagai konsumen di tempat yang dikunjungi. Menurut Wahab (1992) pariwisata mengandung tiga unsur antara lain: manusia yakni unsur insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata, tempat yakni unsur fisik yang sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu sendiri dan waktu yakni unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan tersebut dan selama berdiam di tempat tujuan. Jadi definisi pariwisata adalah salah satu dari industri baru yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam hal mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Pariwisata Indonesia adalah pariwisata yang berasal dari, oleh dan untuk rakyat, untuk itu dalam perencanaan pengembangan pariwisata harus melibatkan masyarakat setempat khususnya yang berada di sekitar destinasi tersebut. Karena masyarkat setempat merupakan pemilik dan lebih mengetahui destinasi tersebut.Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata, menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Jadi pariwisata merupakan bagian yang

1

tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pengembangan masyarakat merupakan suatu penggunaan berbagai pendekatan dan teknik dalam suatu program tertentu pada masyarakat lokal sebagai kesatuan tindakan dan mengusahakan integritas diantaranya bantuan yang berasal dari luar dengan keputusan dan upaya masyarakat yang terorganisir. Untuk itu maka pengembangan masyarakat harus didasarkan pada asumsi, nilai dan prinsip-prinsip agar dalam pelaksanaannya dapat memberdayakan masyarakat berdasarkan inisiatif, kemampuan dan partisipasi mereka sendiri. Jelaslah bahwa partisipasi masyarakat memaninkan peranan yang sangat penting dalam program pengembangan masyarakat ditunjukkan dari berbagai keberhasilan program pengembangan masyarakat di berbagai Negara. Penerapan pariwisata berbasis masyarakat atau community based tourism (CBT) merupakan suatu pendekatan pembangun pariwisata dengan perencanaan yang partisipatif. Dengan adanya penerapan pariwisata tersebut model pariwisata yang melibatkan masyarakat lokal dengan memberi kesempatan dalam mengelola dan membangun pariwisata, baik secara langsung maupun tidak langsung yang memiliki keterkaitan dengan industri atau usaha parawisata sehingga distribusi keuntungan merata kepada komunitas di pedesaan/pesisir dan pulau-pulau kecil. Dengan demikian CBT merupakan suatu pendekatan pembangunan pariwisata yang menekankan pada peran aktif masyarakat lokal (baik yang terlibat langsung dalam industri pariwisata maupun tidak). Keterlibatan tersebut dalam bentuk

memberikan kesempatan (akses) dalam manjemen dan pembangunan

pariwisata yang berujung pada pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam pembagian keuntungan dari kegiatan pariwisata. Bentuk perhatian yang kritis tersebut adalah gagasan terhadap pembangunan pariwisata yang seringkali mengabaikan hak masyarakat lokal di daerah tujuan wisata. Pengembangan masyarakat seringkali tidak dapat berjalan mulus. Konflik merupakan fenomena yang seringkali menyertai pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. mengekplorasi pengelolaan konflik sebagai cara untuk mengatasi agar

2

konflik tidak menimbulkan dampak yang luas. Pengelolaan konflik bertujuan untuk menciptakan masyarakat agar hidup damai tanpa kekerasan dengan cara merangkul, bekerja berdampingan, dan menengahi. Mengelolah akibat konflik juga sangat penting terutama bagaimana pemulihan hubungan antara individu, antara anggota dalam masyarakat dan antara kelompok dengan kelompok lainnya. Kemampuan sumber daya manusia yang terbatas di bidang pengelolaan pariwisata menjadi isu utama dalam pengembangan pariwisata pulau. Hal tersebut terlihat dari penataan pantai dan fasilitas penunjang yang tidak terlalu rapi. Selain itu, jarangnya pelatihan tentang kepariwisataan terutama kepada masyarakat setempat, sehingga dalam memberikan pelayanan ke wisatawan belum maksimal. Karena itu perlunya strategi yang efektif guna pengembangan wisata pulau dengan memberdayakan masyarakat lokal sebagai pelaku industri pariwisata (pemilik, pengelola, dan karyawan) sehingga destinasi pariwisata pulau menjadi bagian dari sumber penghidupan bagi masyarakat lokal. Dengan adanya partisipasi dapat membuat masyarakat, penduduk melakukan berbagai kegiatan, baik itu berskala lokal maupun nasional. Akan tetapi partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat berbeda-beda tingkatannya. Partisapi itu antara lain, partisapi karena paksaan, partisipasi dengan kekuasaan dan ancaman, partisipasi karena adanya dorongan dan partisipasi secara spontan. Bentuk partisipasi masyarakat menjadi penunjang utama dalam penyusunan perencanaan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, karena tujuan utama dari pengembangan itu lebih menitikberatkan pada kepentingan masyarakat lokal sehingga program yang dibuat tepat sasaran dan memberi manfaat yang sebesarbesarnya bagi masyarakat setempat. Dilihat dari bentuk partisipasi masyarakat yang ada, maka dapat kita temukan bahwa ada dua bentuk partisipasi masyarakat pulau, yaitu partisipasi langsung yaitu aktif dan partisipasi tidak langsung atau pasif. Bentuk partisipasi langsung (aktif) masyarakat lain, penyediaan sarana transportasi, penyediaan jasa akomodasi, penyewaan alat, dan menyediakan makanan dan minuman. Partisipasi masyarakat secara langsung dalam setiap proses pembangunan dan pengembangan pariwisata suatu daerah atau pulau mutlak bagi tercapainya tujuan pembangunan. Idealnya partisipasi masyarakat yaitu usaha 3

untuk menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi, sehingga proses pembangunan dapat meringankan beban dan akhirnya pembangunan itu dapat dirasakan secara adil dan merata. Jadi tingkat partisipasi yang kuat dan dikatakan tinggi apabila tingkat partisipasi tersebut berada pada tingkat kontrol masyarakat yang artinya kekuasaan akan pembangunan dan pengelolaan sepenuhnya berada di tangan masyarakat. Selain

partisipasi

langsung

yang

bersentuhan

dengan

aktivitas

kepariwisatan masyarakat juga secara tidak sadar ikut berpartisipasi. Bentuk partisipasi masyarakat secara tidak langsung dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat pulau yaitu terwujud dalam bentuk menjaga keamanan dan kenyamanan lingkungan pulau serta menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan pulau. Kenyamanan dan keamanan menjadi kondisi yang sangat penting dalam industri pariwisata. Kondisi aman yang sudah tercipta harus dihargai dan diapresiasi sebagai salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Pulau. Walaupun hal tersebut masyarakat tidak secara langsung berparrtisipasi dalam aktivitas kepariwisataan, menjaga keamanan di pulau juga dilakukan oleh masyarakat dengan melakukan keamanan patroli keliling pada saat malam hari, sehingga keamanan dan kenyamanan wisatawan sangat terjamin. Partisipasi masyarakat merupakan prasyarat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Pembangunan yang tidak melibatkan masyarakat akan cenderung memarginalkan masyarakat itu sendiri. Namun pada kenyataannya sering terjadi pengabaian partisipasi masyarakat, sehingga masyarakat masih menjadi objek dari pelaksanaan pembangunan.Pengembangan desa wisata merupakan sebuah perubahan terencana yang di dalamnya membutuhkan partisipasi masyarakat lokal secara holistik. Penelitian ini bertujuan mengkaji keterlibatan masyarakat dalam pengembangan desa wisata dan merumuskan model pengembangan desa wisata yang mengedepankan partisipasi masyarakat lokal.

A. Pariwisata Sebagai Pendapat Negara

4

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program pengembangan dan pemanfaatan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994 :14). Dengan demikian, pariwisata merupakan salah satu sektor strategis nasional sebagai penyumbang devisa, instrumen pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, pembangunan kepariwisataan harus menggunakan pendekatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat. B. Model Pengembangan Pariwisata di Indonesia Menurut

Lanya

(1995)

definisi

mengenai

pengembangan

yaitu,

“Pengembanganadalah memajukan dan memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang telahada”. Dalam bukunya berjudul “ Dasar-dasar pariwisata”, Gamal Suwantoro(1997), menyatakan pengembangan bertujuan untuk mengembangkan produkyang pelayanan yang berkualitas, seimbang, bertahan.Berdasarkan definisi di atas, yang dimaksud dengan strategipengembanganadalah upaya-upaya yang dilakukan dengan tujuan memajukan, memperbaiki,danmeningkatkan kondisi kepariwisataan suatu obyek dan daya tarik wisatasehingga mampu menjadi mapan dan ramai untuk dikunjungi oleh wisatawanserta mampu memberikan suatu manfaat baik bagi masyarakat di sekitar obyekdan daya tarik dan lebih lanjut akan menjadi pemasukan bagi pemerintah. Dengan adanya pengembangan pariwisata, maka masyarakat harus didasarkan pada asumsi, nilai dan prinsip-prinsip agar dalam pelaksanaannya dapat memberdayakan masyarakat berdasarkan inisiatif, kemampuan dan partisipasi mereka sendiri. Maka jelaslah bahwa partisipasi masyarakat memainkan peranan

5

yang sangat penting dalam pengembangan masyarakat sebagaimana ditunjukkam dari berbagai keberhasilan program pengembangan masyarakat di berbagai Negara. Mengenai pengembangan atau menumbuhkan kesadaran pariwisata di kalangan masyarakat ini bukanlah hal yang mudah. Walaupun secara sosiologis keberadaan masyarakat Indonesia sesungguhnya sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata, baik dengan kekayaan adat istiadatnya, kreasi seni dalam berbagai segi kehidupannya juga khazanah lingkungan dan sejarahnya yang relative cukup kaya dan menjadi kebanggaan dunia. C. Dampak Pariwisata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Pengembangan pariwisata juga dapat meningkatkan pendapatan dan tingkat ekonomi masyarakat. Pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan perekonomian masyarakat local menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan menyebabkan sektor keuangan bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya.

Pengalaman di beberapa negara bahwa kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi wisata juga menyebabkan bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk memberikan pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan selama mereka berwisata. Tercatat juga bahwa di beberapa negara di dunia 83% dari lima besar pendapatan mereka, 38% pendapatannya adalah berasal dari “Foreign Exchange Earnings” perdagangan valuta asing. “New Delhi, Feb 26 : Highlighting the tremendous growth potential offered by the tourism sector, the Economic Survey 2010-11 has said the country’s foreign exchang eearnings (FEE) from tourist arrivals grew by 24.56 percent in 2010 at 14,193 million dolllars as compared to 11,394 dollars million in 2009” Sebagai contoh, bahwa pariwisata mampu menyumbangkan pendapatan untuk Negara India, berdasarkan hasil survey ekonomi India pada tahun 2010-11, bahwa akibat kedatangan wisatawan asing ke India pada tahun 2010 terjadi peningkatan pendapatan dari perdangan Valas sebesar 34,56% atau sebesar 14,193 Juta US Dolar meningkat jika dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar 11,394 Juta US Dolar. 6

“Latest statistics from National Tourism Administration show that China’s foreignexchange earnings from tourism exceeded US$5.1 billion in the first four months this year, an increase of 18.7 percent over the same period last year, 2010” Sementara pemerintah China mencapat bahwa sumbangan pariwisata akibat perdagangan Valas telah mencapai 5,1 Juta US Dolar untuk kurun waktu hanya empat bulan saja pada tahun 2010. Dari kedua contoh tersebut sudah dianggap cukup menguatkan pendapat bahwa pembangunan pariwisata dapat meningkatkan pendapatan suatu Negara khususnya dari aktifitas perdagangan valuta asing.

D. Sistem Pengelolahan Pariwisata di Pulau Sanrobengi Takalar merupakan salah satu kabupaten di sulawesi selatan yang memiliki keindahan alam dominan di daerah laut, karena takalar memiliki banyak daerah laut, dan juga memiliki banyak pulau yang bagus tidak kalah dengan kabupaten pangkep, salah satu pulau yang memiliki daya tarik bagi wisatawan yaitu Pulau Sanrobengi yaitu pulau pasir putih yang indah, dan juga memiliki keindahan hijaunya tumbuhan yang tumbuh di daratan pulau sanrobengi. Konon katanya jika anda berkunjung ke pulau ini anda akan merasakan mandi cahaya ketika sunset datang di sore hari. Pulau Sanrobengi terletak di Desa Boddiya, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Pulau Wisata Sanrobengi merupakan pulau kecil dan imut di takalar yang memiliki pasir putih yang bersih, dan tentunya memiliki keindahan alam yang sangat-sangat eksotis, selain itu pulau sanrobengi memiliki daya tarik sendiri karena pulau ini sangat bagus digunakan untuk kegiatan diving maupun snorkeling hal ini bisa terjadi karena air laut di pulau ini sangat jernih dan tentunya banyak biota laut yang bisa ditemukan di bawah laut pulau sanrobengi ini. Hal menarik selanjutnya dari Pulau Sanrobengi yaitu fasilitas tambahan di tempat ini berupa fasilitas outbound yang memungkinkan anda untuk bermain flying fox, mencoba keberanian di jembatan gantung dan berbagai wahana lainnya. Selain itu fasilitas berupa WC juga ada namun sudah tidak layak untuk di gunakan

7

karena sudah dipenuhi dengan tumbuhan menjalar,mungkin karena tempat ini sudah tidak terawat lagi. Namun jika ada pengunjung yang berbaik hati sebaiknya tempat ini dibersihkan agar bisa digunakan nantinya.

E. Peran Masyarakat Lokal dalam Pengelolaan Pariwisata Masyarakat merupakan salah satu pilar utama dalam pengembangan pariwisata, karena pada dasarnya pilar pariwisata itu terdiri dari pertama pemerintah, kedua swasta dan ketiga masyarakat, yang sering disebut tiga pilar utama pariwisata.Pariwisata merupakan sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian. Untuk dapat membuat menjadikan sektor ini berhasil, maka diperlukan kepandaian dalam mengelola aset pariwisata yang ada, baik aset berbentuk kekayaan alam dan budaya. Keberhasilan kepariwisataan tidak hanya menjadikan target utama menarik wisatawan asing untuk datang, tetapi lebih untuk mengembangkan peluang usaha-usaha masyarakat didalamnya untuk berkembang dan maju, yang bergerak keluar menarik orang luar untuk datang. Usaha-usaha pengembangan pariwisata yang berorientasi pada masyarakat lokal masih kurang. Secara sederhana, partisipasi merupakan sebuah proses dimana masyarakat sebagai stakeholders, terlibat mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan di tempat mereka masing-masing. Masyarakat turut serta secara aktif dalam memprakarsai kehidupan mereka, melalui proses pembuatan keputusan dan perolehan sumberdaya dan penggunaannya. Selama ini pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menggunakan pendekatan community based tourism, dimana masyarakat

mempunyai

peran

yang

sangat

penting

dalam

menunjang pembangunan pariwisata. Dengan demikian keterlibatan pemerintah dan swasta hanya sebatas memfasilitasi dan memotivasi masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan desa wisata untuk dapat lebih memahami tentang fenomena alam dan budayanya, sekaligus menentukan kualitas produk wisata yang ada di desa wisatanya. Dalam dasawarsa terakhir ini banyak negara berkembang menaruh perhatian yang khusus terhadap industri pariwisata. Hal ini jelas kelihatan dengan banyaknya program pengembangan kepariwisataan di negara tersebut.

8

Di dalam pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial dan cultural. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan pariwisata kedalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu negara. Di samping itu, rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka kerja kebijakan pemerintah, untuk mendorong dan mengendalikan

pengembangan

pariwisata.

Peranan

pemerintah

dalam

mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan infrastuktur (tidak hanya dalam bentuk fisik), memperluas berbagai bentuk fasilitas, kegiatan koordinasi antara aparatur pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum ke luar negeri. Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir diseluruh daerah Indonesia terdapat potensi pariwisata, maka yang perlu diperhatikan adalah sarana transportasi, keadaan infrasruktur dan sarana-sarana pariwisata. Unsur penting dalam pengembangan desa wisata adalah keterlibatan masyarakat desa dalam setiap aspek wisata yang ada di desa tersebut. Pengembangan desa wisata sebagai pengejawantahan dari konsep Pariwisata Inti Rakyat mengandung arti bahwa masyarakat desa memperoleh manfaat sebesarbesarnya dalam pengembangan pariwisata. Masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata dalam bentuk pemberian jasa dan pelayanan yang hasilnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat diluar aktifitas mereka sehari-hari. Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata dapat dilakukan dengan cara: a. menyewakan tanahnya kepada operator pariwisata untuk dikembangkan sebagai obyek dan daya tarik pariwisata serta turut serta memantau dampakdampak yang ditimbulkan sehubungan dengan pengembangan pariwisata tersebut. b. bekerja sebagai karyawan tetap atau paruh waktu di perusahaan operator pariwisata tersebut. c. menyediakan pelayanan jasa kepada operator pariwisata seperti; pelayanan makanan, transportasi, akomodasi dan panduan berwisata (guiding).

9

d. membentuk usaha patungan (joint venture) dengan pihak swasta, yang mana masyarakat lokal menyediakan lokasi dan pelayanan jasanya sedangkan pihak swasta menangani masalah pemasaran produk dan manajemen perusahaan. e. mengembangakan

pariwisata

secara

mandiri

dengan

mengutamakan

pengembangan pariwisata berbasiskan kemasyarakatan (community-based tourism). Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan menjadi dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal dari pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas pendapatan suatu destinasi. Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di import dan pajak yang dikenakan kepada wisatawan yang berkunjung. Dalam kedua konteks di atas, WTO memprediksi bahwa usaha perjalanan wisata dan bisnis pariwisata tersebut secara langsung dan tidak langsung termasuk juga pajak perorangan telah berkontribusi terhadap pariwisata dunia melampaui US$ 800 billion pada tahun 1998, dan pada tahun 2010 berlipat dua kali jika dibandingkan tahun 1998. “According to the study, tourism generated $19.7 billion of revenue for all three levels of government combined in Canada in 2007. Spending by Canadians accounted for three out of every four dollars taken in, while one in four dollars came from international visitors to Canada” Menurut penelitian, pariwisata Kanada menghasilkan $ 19, 7 Juta pendapatan untuk ketiga tingkat pemerintahan gabungan di Kanada pada tahun 2007. Dan Belanja Kanada menyumbang tiga dari setiap empat dolar, sementara satu dari empat dolar berasal dari wisatawan asing yang berwisata di Kanada. “Tourism makes significant direct contributions to Government revenues thr ough

the

sale

of

tickets

to

the

Angkor

Complex

($US

million), visa fees ($US 3 million), and departure taxes at the airports”

10

1.2

Sementara pemerintah Komboja mencatat bahwa sector pariwisata secara langsung dan nyata telah memberikan sumbangan pendapatan bagi pemerintah melalui aktifitas penjualan tiket masuk wisatawan yang mengunjungi obyek wisata Angkor sebesar 1,2 Juta US Dolar, dari Visa sebesar 3 juta US Dolar, dan aktifitas taksi dan aktifitas pelayanan di bandara. Pada kedua studi kasus di atas, tidak dapat disangkal lagi bahwa pariwisata memang benar dapat meningkatkan pendapatan bagi pemerintah di mana pariwisata tersebut dapat dikembangkan dengan baik. 3. Employment Generation Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata, terbukti bahwa sektor pariwisata secara internasional berkontribusi nyata terhadap penciptaan peluang kerja, penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha akomodasi, restoran, klub, taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir. “Tourism employment is a measure of employment in tourism and non-tourism industries. It is based on an estimate of jobs rather than “hours of work”. Thus, someone who works 10 hours a week counts for as much, by this measure, as someone who works 50 hours a week”. (Government Revenue Attributable to Tourism, 2007)

Menurut Canada Government Revenue Attributable to Tourism, (2007), mendifinisikan bahwa yang dimaksud “Tourism employment” adalah ukuran yang dipakai untuk mengukur besarnya tenaga kerja yang terserap secara langsung pada sector pariwisata termasuk juga besarnya tenaga kerja yang terserap di luar bidang pariwisata akibat keberadaan pembangunan pariwisata. Dan WTO mencatat kontribusi sector pariwisata terhadap penyediaan lahan pekerjaan sebesar 7% secara internasional.

11

“Tourism Industry employs

large number of people and provides a wide range

of jobs which extend from the unskilled to the highly specialises. Tourism is also responsible for creating employment outside the industry such as furnishing and equipment industry, souvenir industry, textile and handicraft industry, farming and

food supply and also construction industry” Hasil studi pada dampak pembangunan pariwisata di Tripura, India

menunjukkan bahwa industry pariwisata adalah industri yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan mampu menciptakan peluang kerja dari peluang kerja untuk tenaga yang tidak terdidik sampai dengan tenaga yang sangat terdidik. Pariwisata juga menyediakan peluang kerja diluar bidang pariwisata khususnya peluang kerja bagi mereka yang berusaha secara langsung pada bidang pariwisata dan termasuk juga bagi mereka yang bekerja secara tidak langsung terkait industri pariwisata seperti usaha-usaha pendukung pariwisata; misalnya pertanian sayur mayor, peternak daging, supplier bahan makanan, yang akan mendukung operasional industri perhotelan dan restoran. Sedangkan menurut Mitchell dan Ashley 2010, mencatat bahwa sumbangan pariwisata dalam penyerapan tenaga kerja jika dibandingkan dengan sector lainnya menunjukkan angka yang cukup berarti, dan indeks terbesar terjadi di Negara New Zealand sebesar 1,15 disusul oleh Negara Philipines, kemudian Chile, Papua New Guinea, dan Thailand sebesar 0,93. Sementara di Indonesia indeks penyerapan tenaga kerja dari sector pariwisata sebesar 0,74, masih lebih rendah jika dibandingkan Negara Afrika Selatan yang mencapai 0,84. Dalam dua kasus di atas, pariwisata memegang peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja di hampir semua Negara yang mengembangkan pariwisata, walaupun harus diakui sector pertanian “agriculture” masih lebih besar indeks penyerapannya dan berada di atas indeks penyerapan tenaga kerja oleh sector pariwisata di hampir semua Negara pada table di atas. 4. Infrastructure Development

12

Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat mendorong pemerintah lokal untuk menyediakan infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air bersih, listrik, telekomunikasi, transportasi umum dan fasilitas pendukung lainnya sebagai konsekuensi logis dan kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup baik wisatawan dan juga masyarakat local itu sendiri sebagai tuan rumah. Sepakat membangun pariwisata berarti sepakat pula harus membangun yakni daya tarik wisata “attractions” khususnya daya tarik wisata man-made, sementara untuk daya tarik alamiah dan budaya hanya diperlukan penataan dan pengkemasan. Karena Jarak dan waktu tempuh menuju destinasi “accesable” akhirnya akan mendorong pemerintah untuk membangun jalan raya yang layak untuk angkutan wisata, sementara fasilitas pendukung pariwisata “Amenities” seperti hotel, penginapan, restoran juga harus disiapkan. Pembangunan infrastruktur pariwisata dapa dilakukan secara mandiri ataupun mengundang pihak swasta nasional bahkan pihak investor asing khususnya untuk pembangunan yang berskala besar seperti pembangunan Bandara Internasional, dan sebagainya. Perbaikan dan pembangunan insfrastruktur pariwisata tersebut juga akan dinikmati oleh penduduk local dalam menjalankan aktifitas bisnisnya, dalam konteks ini masyarakat local

akan mendapatkan pengaruh positif dari

pembangunan pariwisata di daerahnya.

1. 5. Development of Local Economies Pendapatan sektor pariwisata acapkali digunakan untuk mengukur nilai ekonomi pada suatu kawasan wisata. Sementara ada beberapa pendapatan lokal sangat sulit untuk dihitung karena tidak semua pengeluaran wisatawan dapat diketahui dengan jelas seperti misalnya penghasilan para pekerja informal seperti sopir taksi tidak resmi, pramuwisata tidak resmi, dan lain sebagainya. WTO memprediksi bahwa

13

pendapatan pariwisata secara tidak langsung disumbangkan 100% secara langsung dari pengeluaran wisatawan pada suatu kawasan. Dalam kenyataannya masyarakat local lebih banyak berebut lahan penghidupan dari sector informal ini, artinya jika sector informal bertumbuh maka masyarakat local akan mendapat menfaat ekonomi yang lebih besar.

Penutup Pariwisata secara nyata berpengaruh positif terhadap perekonomian pada sebuah negara atau destinasi seperti (1)pendapatan devisa dan pemicu investasi “foreign exchange earnings”, (2)pendapatan untuk pemerintah “contributions to government

revenues”,

(3)penyediaan

dan

penciptaan

lahan

pekerjaan

“employment generation”, (4)pembangunan dan perbaikan infrastruktur baik untuk host maupun tourist “infrastructure development”, (5)pemicu pembangunan perekonomian lokal “development of local economies”. Namun pariwisata masih sangat disesalkan pula karena pariwisata juga menyisakan beberapa masalah seperti (1) terjadi kebocoran terhadap neraca perdagangan “leakage”, (2)usaha tanpa manfaat “enclave”, (3)biaya tersembunyi “hidden cost” khususnya yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam, serta degradasi budaya dan sosial, (4)ketergantungan terhadap sector pariwisata “depence” padahal sector ini sangat rentan terhadap krisis politik, ekonomi dunia, bencana alam dan sejenisnya, (5)pemicu peningkatan harga-harga yang tidak dikehendaki oleh masyarakat local “inflasi”, (6)ketidak pastian penghasilan dan pekerjaan bagi sebagian besar pekerja pariwisata “seasonal uncertenty” Sebaiknya dalam setiap perencanaan pembangunan pariwisata harusnya menyertakan

variable-variabel

non

yang tangible maupun intangible, dan dapat

dievalusi

ekonomi, setiap saat

baik untuk

mengurangi dampak negative dengan menerapkan konsep “Managing Service Quality” one island in one management destination.

14

Daftar Pustaka Rcher, B. and Cooper, C. (1994) “The Positive and Negative Impacts of Tourism”. Pp. 73-91 in W.F. Theobald (ed.) Global Tourism: The Next Decade, Butterworth-Heinemann, Oxford. Archer, B.H. (1982) “The Value of Multipliers and the Policy Implications”, Tourism Board, J., Sinclair, T. and Sutcliffe, C. (1987) “A Portfolio Approach to Regional Tourism”, Built Environment, 13(2), 124-137.

15

Butler, R.W. (1980) “The Concept of a Tourist Area Cycle of Evolution: Implications for the Management of Resources”, The Canadian Geographer, 24, 5-12. Canada Government Revenue Attributable to Tourism, 2007. Research Paper: Income and Expenditure Accounts Technical Series: Catalogue no. 13-604-M — No. 60 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI (2005), Rencana Strategis Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Nasional 2005 – 2009, Jakarta

Fletcher, J.E. (1989) “Input-Output Analysis and Tourism Impact Studies”, Annals of Tourism Research, 16, 514-529.

Government of India Ministry of Tourism And Culture Department of Tourism Market Research Division 20 Years Perspective Plan For The Sustainable Development of Tourism In The State Of Tripura (january 2003): ‘The designers’ ‘brindavan’, 227, raj mahal vilas extn. Ii first main road bangalore, karnataka – 560 094 Heng, T.M. and Low, L. (1990) “Economic Impact of Tourism in Singapore”, Annals of Tourism Research, 17, 246-269. Management, 3(4), 236-241.

India: Infrastructure Development Investment Program for Tourist: Project Number: 40648 August 2010, retrieve from http://www.adb.org/Documents/FAMs/IND/40648-01-ind-fam.pdf

Jay Kandampully, (2000) “The impact of demand fluctuation on the quality of service: a tourism industry example”, Managing Service Quality, Vol. 10 Iss: 1, pp.10 – 19

NusaBali, Selasa 8 Pebruari 2011 Pertumbuhan Ekonomi Bali 5,83 Persen Pitana, I Gde. 2005. Sosiologi Pariwisata, Kajian sosiologis terhadap struktur, sistem, dan dampak-dampak pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset 16

Sapta Nirwandar (2011) Pembangunan Sektor Pariwisata: Di Era Otonomi Daerah, di unduh pada 21 Maret 2011 pada http://www.pdfcoke.com/doc/35092726/440-1257PEMBANGUNANSEKTORPARIWISATA1

Sinclair, M.T. (1991) “The Economics of Tourism”. Pp.1-27 in C.P. Cooper and A. Lockwood (Eds) Progress in Tourism, Recreation and Hospitality Management, 3, John Wiley, Chichester, UK.

Spillane, James.1993. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan prospeknya.Yogyakarta: Kanisius. Tisdell, Clem, 1998. Wider Dimensions of Tourism Economics – Impact Analysis, International Aspects, Tourism And Economic Development, And Sustainability And Environmental Aspects Department of Economics: The University of Queensland, Brisbane 4072

Tourism Vision 2020 – UNWTO: pada http://pandeputusetiawan.wordpress.com

United Nation-World Tourism Organization (2005), Tourism Highlight 2005, UN-WTO, Madrid

17

Related Documents

Nunu Per.pptx
June 2020 13
Nunu Pariwisata.docx
April 2020 12
Nunu Resume 2008
June 2020 7

More Documents from ""