NOTULEN DISKUSI PII (16.14 WIB)
MENGEMBALIKAN TEKNOLOGI PEMBANGUNAN NASIONAL
PADA
ARUS
UTAMA
(MAINSTREAM)
dengan paparan oleh Bp. Hari G. Soeparto: Strategis dan Teknologi Strategis (terlampir) Dimulai
Industri
Butirannya mencakup: Mendudukan dalam kerangka berpikir,bahwa karena memiliki dreams/vision akan muncul dan terungkap problem gap /kesenjangan (antara kini dan dreams) yang harus dicarikan solusi cara untuk mendekatkannya dengan berbagai program dan implementasinya. Pertumbuhan ekonomi dari industri dihasilkan dari teknologi (pemilikan, penguasaan & pengembangannya), kapital dan SDM (yang ber-knowledge dan produktif) Produktifitas industri masih rendah karena mata rantai keterkaitan belum jelas dan peranan teknologi masih rendah (lokalisasi dan adaptasi teknologi belum terlihat). Disini Industri Strategis diartikan sebagai industri yang berangkat dari apa yang dimiliki, yang paling panjang mata rantainya, backward dan forward, yang paling banyak melibatkan masyarakat, yang paling dikuasai teknologinya (dan yang dikembangkan), dan yang paling menyentuh langsung pemakmuran masyarakat. Menawarkan kajian usulan rekomendasi dalam konteks meso (ekonomi), berdasar klaster industri yang fokus pada: - Faktor kondisi: anugerah sumber daya alam yang dimiliki, budaya, sosial serta teknologi yang dimiliki, - Kompetisi yang dihadapi, struktur dan perubahannya, - Kebutuhan, pertumbuhan jumlah konsumen, variasi produk dan peningkatan kualitas yang diinginkan, - Industri, yang mampu mengusung daya saing dankualitas, - Peran pemerintah untuk melangsungkan peningkatan kemampuan nasional melalui perangkat hukum dan aparat kedaerahan. Yang paling krusial kemudian adalah menentukan teknologi yang paling tepat untuk pengembangan industri (strategis) yang paling tepat, untuk fokus disana. Strateginya adalah pengembangan teknologi abad 20 yang dimiliki, teknologi abad ini, teknologi pencegahan bencana khas Indonesia dan impor teknologi maju yang paling diperlukan. Dengan visi bersama, proses solusi, program dan implementasinya akan dapat lebih fokus.
Bp. Amir Sambodo
Klaster tidak pernah terbentuk. Industri nasional yang paling banyak linkage adalah petrokimia dan baja. Persoalannya, dua industri ini mengambang. Petrokimia tidak mendapat perhatian pemerintah maupun oleh masyarakat.
1
Bp. Ashwin Sasongko
Mengenai judul : MENGEMBALIKAN TEKNOLOGI PADA ARUS UTAMA (MAINSTREAM) PEMBANGUNAN NASIONAL Pertama, Apa sih arus utama dalam pembangunan nasional Kedua, diskusi yang kita lakukan saat itu, ketika pak Amir bikin buku, sebetulnya pilihan bahwa kita punya wadah seperti industri transportasi udara dan laut. Itulah suatu pilihan. Kenapa tidak beras, jagung. Melihat Indonesia, maka dipilihlah itu. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan maka dipilih wahana maritim. Indonesia sebagai negara luas juga bisa dipilih industri pertahanan dan ekonomi Indonesia saat itu mampu membangun industri tersebut (pesawat). Untuk kondisi sekarang, kita mencari pilihan dulu, yang penting konsisten. Ini adalah suatu pilihan. Justifikasinya jelas. Buktinya Thailand bisa jalan dengan pilihan bio tech, India dengan IT, Iran dengan industri mobil juga jalan. Kembali ke Indonesia, kita punya banyak pilihan. Petrokimia atau baja juga suatu pilihan. Yang penting kita visibel dan negara support. Misal petrokimia dan baja, investasi yang ada buesar sekali. Kalau uangnya ada, ya tidak apa. Misal pilihan yang lain, industri kreatif. Bisa juga, uangnya sedikit. Ini cuma pilihan lagi. Banyak negara yang kaya karena support industri kreatif. PII harus bisa menawarkan ke publik, heavy industri atau investasi yang ringan (misal : industri kreatif), mau bikin bibit juga boleh. Masalahnya, apapun yang dipilih pasti mengandung resiko.
Bp. Marzan A Iskandar
Pertama terimakasih. Ini adalah kali pertama tentang topik ini. 1. Komentar judul tema (MENGEMBALIKAN TEKNOLOGI PADA ARUS UTAMA (MAINSTREAM) PEMBANGUNAN NASIONAL), pada masa yang lalu apakah teknologi pernah menjadi arus utama. Menurut catatan kami, secara legal baik dokumentasi maupun kebijakan, kita belum pernah punya kebijakan yang arus utamanya adalah teknologi. Jaman Habibie, dia punya kedekatan yang khas dengan presiden sehingga realisasi peran teknologi bisa diterima, tetapi kalau dilihat instansi lain, departemen lain tidak melaksanakan. Di masa lalu, Habibie lebih sebagai pemain tunggal. Sebetulnya dimana koordinasinya saat itu. Peran Habibie memang kuat tetapi tidak menjadi arus utama. Judul usulan MENGARUSUTAMAKAN TEKNOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL.
2. Gembira bahwa PII sudah mengambil peran. Kajian ini bisa melihat apa yang dilakukan deperin (perpres) tentang kebijakan industri nasional, BPPT, dsb sehingga apa yang disusun tidak tumpang tindih 3. Kebijakan seperti ini kalau ambil dari besar ke kecil, sering menyesatkan. Jika kita turunkan pada tingkat daerah, masalah ini jauh lebih bervariasi dan lebih mudah untuk diidentifikasi. Misal nasional menjadi ribut, meramu perikanan, pertanian, dsb. Kalau kita susun pada skala daerah, mungkin pertimbangan memilih tidak pada skala pusat tapi daerah
2
4. Kajian ini akan membawa implikasi jauh, bisa menjadi penataan ulang di negara kita. Konsekuensinya bisa sampai kesana. RI 1 atau 2 harus punya komitmen pada industri.
Bp. Rukasah Daradjat
Komentar : menyampaikan kurang setuju seolah dikotomi teknologi vs ekonomi, keduanya berhadapan hanya di tingkat korporasi. Dua kelompok yang mendekati darimana bergeraknya. Kalau di tingkat nasional, kecenderungan di dunia, adanya kesepakatan, development nasional adalah resources based view pada HR, pada capability and knowledge development Saya ingin mengajak memperhatikan bahwa ada perubahan signifikan antara era orba dan reformasi pada pendekatan pembangunan. Orba : sentralized planning (walau definisinya beda dengan negara komunis). Pendekatannya adalah pemerataan pada pelaku-pelakunya maupun kewilayahannya. Seolah benar pembangunan pabrik, pembangunan apa saja harus dimeratakan. Banyak sekali waktu itu project sangat politis dan pemerataan kewilayahan. Reformasi : Desentralisasi dengan otoda. Ini yang harus dicermati karena cenderung liar. Misal kota di Sulawesi sampai Irian, lagi demam bikin airport. Cirebon juga. Adanya kecenderungan ini kalau tidak diberikan koreksi akan cenderung liar dan pemborosan sumber daya. Salah satu koreksi yang perlu dihadirkan bahwa ada satu lagi isu yang perlu kita tegaskan pilihannya apakah mau kita teruskan pendekatan kewilayahan atau biarkan otoda atau kita berikan koreksi (cost correction) sebelum terlambat. Dengan cara menenkankan pendekatan kompetisi. Jika ini, maka pendekatan sektoral (industri apa), kalau wilayah perlu dikembangkan maka adalah pendekatan kluster (bukan pemerataan). Dari sini akan muncul daya saing.
Bp Amir Sambodo
Pick atau lepaskan saja. Waktu era Habibie dan Hartanto: picking sangat kental. Sekarang kita adu keluhan. Kami mengeluh pada perindustrian, bahan baku minim. Bagaimana menghadapi ekspansi (semua negara melakukan). Di tim PII, pemihakan pada teknologi sebagai arus utama tidak terjadi. Menristek itulah mainstreamnya.
Bp Utama Padmadinata
Soal gambaran teori pak Hari memang seperti itu, tetapi yang terjadi soal pengarus utamakan teknologi yang penting adalah membangun teknologinya dulu, dan ada bidang prioritas. Teknologi dan industri sepertinya tidak nyambung oleh Deperin. Masalah sistem barangkali yang perlu diperbaiki, sinergi dengan berbagai institusi di indonesia. Padahal ada UU no 18, mengamanatkan sinergi industri. Kita lihat lagi kebijakan industri nasional di UU tersebut. Masalah sistem inilah yang perlu kita temukan. Sehingga anggaran penelitian tidak tumpang tindih. Masalah sektor, potensi daerah juga penting. Dewasa ini pemerintah sudah mencoba mengupayakan sinergi UMKM, dibentuk Pusat Inovasi UMKM (PIUMKM) untuk sinergitas antar kementrian, departemen dan swasta. Cara seperti ini yang perlu kita pergunakan kedepan. Selain substansi, PII perlu mengajukan pentingnya sistem.
3
Bp. Tatang Taufik 1. Kita belum menjadikan teknologi sebagai arus utama, lihat rasio PDB 2.
3. 4.
5.
yang belum pernah lebih dari 0,6%. R&D biasanya dipegang swasta. Approach, pak Hari menekankan di industrial cluster, di sisi lain banyak pakar yang menyoroti lintas sektor dimana knowledge bisa melintasi. Ujungnya memang serupa karena sistemik. Apa yang dilihat sebagai kreativitas, difusi dalam perekonomian sehingga menjadi kendaraan yang bisa saling memperkuat. Bappenas sedang menyiapkan ini, tinggal bagaimana mensinkrokan ini. Belajar teori pembangunan, yang membuat gagal adalah BAD BEHAVIOR. Bukan teorinya. Di kita ga kemana2 juga failed, lebih karena pelaku kebijakan yang punya bad behavior. Perlu moral hazard pelaku ekonmi dan kebijakan Ada negara yang berhasil, adalah pilihan pelakunya. Pengusaha dan pembuat kebijakan berjalan bersama Linkage di teori cluster memang menjadikan ekonomi berhasil. Tetapi linkage tidak terjadi dengan sendirinya. Baik backward dan forward adalah cara, intinya adalah trust. Ini yang mungkin sama sekali tidak teknologi. Tentang proses pembangunan, dalam prakteknya tidak sequencial linear, hanya memanfaatkan SDA yang lebih bijak.
Bp. Amir Sambodo
Kebijakan industri adalah intervensi selektif pemerintah. Provokasi saya ITB tidak boleh ngalah dengan makro ekonomi. PII adalah engineer yang harus memaksa teknologi sebagai arus utama. Kalau kita mengikuti makro ekonomi, teknologi adalah bagian. Kalau mengikuti sekarang, hanya mengikuti mekanisme pasar. Industri besar selalu mempunyai industri baja dan petrokimia. Kita tidak punya industri mikro elektronik. Maka indonesia tidak punya industri dasar.
Bp. Budiono Kartohadiprodjo
Saya sebenarnya tergugah dengan lembar kedua. Kita memberikan rekomendasi pada calon presiden dan anggota DPR. Kalau kita terlalu detil, mereka juga tidak akan paham. Ingin menggugah: Kita sebagai bangsa adalah pemilik kekayaan atau penikmat kekayaan? Dari wahana, substansinya adalah kepercayaan pada diri sendiri. Kalau itu tidak ada, wahana mau seperti apa, maka orang lain yang akan menikmatinya. Pada kepercayaan pada diri sendiri, teknologi akan sangat berperan. Pada saat saya bangun LNG di Bontang, pertama masuk jadi sub. Tambah pinter, man hours lebih rendah dibayarnya. Kedua, saya offshore (yang lebih rumit), kalian on shore. Ketiga, kita bilang ke pemerintah, kita menjadi main contractor. Selama jadi main contractor, kita diganggu pihak asing. Setelah proyek selesai, drop pertama jadi cair bahwa kita mencapai 5 hari 10 jam, mereka angkat topi. Dirut Pertamina bilang, dulu saya belum bisa sekarang saya bisa. Yang perlu dikatakan ke pemerintah bahwa bangsa indonesia bisa membangun semua teknologi. Contoh Indosat, penikmatnya adalah Singapore. Sejauh mana kita ingin mensejahterakan bangsa kita sendiri (melalui penguasaan teknologi).
4
Bp. Agung Nugroho
Saya mewakili pak Ilham Habibie dan mengamini banget prakarsa PII. Beberapa tahun terakhir memang peran teknologi yang terpinggirkan. Saya menanggapi dari sisi berbeda, kita bangsa yang tidak punya cukup tradisi engineering. USA dengan dream dan mencintai chalenge, karyanya selalu buanyak dan terwujud. Lihat majalah Popular Mechanics yang memuat karya inovatif. Persoalan masukan, ini adalah sesuatu yang dilakukan karena teknologi di Indonesia hanya bisa kalau didorong dan diproteksi sedemikian rupa sehingga siklus hidup ini tumbuh. Dulu saya diminta Bappenas untuk melakukan kajian di Industri maritim. Saat itu pangsa pasar industri maritim hanya 3%, dari situ memang terlihat banyak kegiatan yang saling terkait, mulai kebijakan pembesituaan kapal, sulitnya orang melakukan investasi kapal sehingga national sheep owner tidak memiliki kapal yang baik sehingga wahana melakukan armada, dan masalah ini sangat terkait kebijakan pasar, uang, fiskal, kepelabuhan yang harus dilihat bersama. Kalau mau mengembangkan kajian, bisa kita mulai dari cluster tetapi harus melihat siklus hidupnya sehingga terpadu dalam banyak aspek. Kita perlu membuat secara cluster, inter-sectoral, sehingga dapat terlihat mana yang penting, mana yang bisa. Misal industri pesawat terbang, bagaimana kita mempertahankan yang sudah ada
Bp. Amir Sambodo
Kita lihat bagaimana Bush tidak mengembangkan kebijakan teknologi. Tapi kini kenapa Ford GM dipertahankan, juga teknologi Korea. China stimulus ekonominya, penduduk membeli produk elektronik yang dibuat produsen China. Kebijakan seperti ini yang mengarah pada kebijakan teknologi.
Bp. Hari G. Soeparto
Menurut saya bahwa ada fokus line, kalau kita bisa line, kia harus punya kesepakatan yaitu, sehingga kita bersama menuju kesana. Namun apa kriterianya untuk memilih. Menurut saya harus terkait : produktivitas bersama dan value added. Kalau ilmunya BPPT dulu, linkage menurut saya sangat penting, harus melihat jatidiri kita. Kita punya SDA besar, SDM sangat besar. Di perindutrian ada cluster, kecenderungan Deperin sebagai diskresi, bukan dipaksakan tetapi dipilih dengan kriteria tertentu dan difasilitasi agar berkembang. Most potential winner inilah yang harus ada kriterianya. Semua yang disampaikan tampaknya sudah menuju konvergensi. Sebagian besar di dunia, social capital membangun industri. Tapi di Indonesia industri menghancurkan social capital. Kepercayaan diri bangsa harus dimulai dari apa yang kita bisa, itulah jatidiri.
Bp. Akhdiat Kurnadi 5
Peta kehidupan, mappingnya sudah super spesialisasi. Kita harus propose peta teknologi. Bagaiman tiap sektor diidentifikasi. Jadi intinya kita buat matrix cluster. Misal dalam pertanian, ada turunan matrix. Apakah kita sudah punya kebutuhan dan ahli-ahlinya. Kebutuhan basic industri indonesia misal beras, jagung, tepung, gula. Apakah ada doktor khusus jagung, dsb. Setelah itu identifikasi. Kita harus lebih dalam lagi, mari bikin approach, buat pola, kebutuhan teknologinya, gap-nya, kebutuhan orangnya, dst. Ada sembilan kelompok usaha sebagai dasar perhitungan PDB yang dapat dijadikan dasar pilihan penumbuhan industri.
Bp Rukasah Daradjat 1. Soal tema : belum terang benderang, akan lebih jelas kalau istilah
mainstream jadi backbone, pembangunan diganti jadi ekonomi. 2. Di negara manapun, governance selalu ada intervensinya baik mengakui atau tidak mengakui. Kita harus selektif dan cerdik menghadapi WTO, dsb. Juga intervensi pemerintah 3. Kita harus menegaskan apakah kita bangga pada semua yang pada permukaan, atau kita bangga pada hal yang hakiki pada perekonomian. Apakah kita bangga pada sesuatu yang kelihatan megah tetapi valuenya tidak seberapa. Apakah kita bangga gedung tertinggi di Kemayoran tetapi economic valuenya tidak jelas. Penting adalah knowledge capability 4. Prident spectrum atau yang terpilih?
Bp. Ashwin Sasongko
Pilihan kita banyak, pola yang dibuat Agus Cahyana (sekjen Deperin) pertama adalah pilihan. Habibie adalah very narrow band. Habibie so closed dan semua orang tahu. Anda setuju dan tidak setuju, itu urusan anda, tetapi dijalankan. Kata pak Amir, pilihan itu dengan catatan pemerintah mengalokasikan dengan semua sumber dayanya. Jaman Habibie semuanya terfokus. Semuanya adalah pilihan. Mungkin kita tidak mempunyai pilihan, tapi bisa kita tanya calon presiden, bapak/ibu mau mengembangkan teknologi seperti apa.
Bp. Ismet
Saya mau bertanya. Apa yang saya lihat, apa yang saya dengar, semuanya sudah membuat peta 1. Relation with Labor dan Technologi 2. Reinforcement tentang supply demand, kita itu demandnya apa, 50 tahun lalu demandnya apa, 50 tahun kedepan demandnya apa juga. Semua ini pada akhirnya ada hitung-hitungannya juga, baru dicocokkan, kita punya sumber daya alamnya atau tidak 3. What is the highest value. Investasi yang memutuskan harusnya adalah engineers. Teknologi-investasi-labor. Apa yang masih import 50 tahun lagi, harus dibuat own produksi. Jepang bisa kok membuat itu. China sedang melakukan ini, korea juga. Yang belum adalah indonesia 4. Benchmarking, how did india making, how did china making.
Bp. Amir Sambodo 6
Kesimpulan : 1. Usulan penyesuaian judul ke SC, dan tim kecil 2. Usulan pick the winner, but how to pick the winner akan didiskusikan kedepan 3. Rekomendasi akhir adalah tentang kebijakan teknologi, karena ini PII tentu ada manusianya. 4. Mapping, akan melihat yang sudah ada. BPPT, Perindustrian, Bappenas kemudian kita akan memetakan domain utama dari PII.
Pak Istanto Oerip Sebagai tindak lanjut, kami merancang seminar online. Bahan dirangkum dibahas dalam milis, peserta undangan seminar didaftar sehingga dapat saling memberikan tanggapan dan usul secara on-line sehingga pada diskusi selanjutnya lebih matang dan tajam.
Bp. Hari G. Soeparto Metodologi penting, kita sebaiknya kita memakai metodologi yang sistematis. Ada metode yang mengutamakan prioritas. Kuncinya adalah linkage strategi dan realisasi. Penutup: Bp. Rudianto akan menyampaikan seluruh hasil diskusi ini. SELESAI 17.41 WIB
7