PERAN RANTING AISYIYAH SANGKRAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI MASYARAKAT PERIODE 2010-2015
NASKAH PUBLIKASI Dibuat Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Disusun Oleh: HENI ROHMANI NIM: G 000 1000 59 NIRM: 10/X/02.2.1/T/4392
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
ABSTRAK Peran Ranting Aisyiyah Sangkrah dalam Pengembangan Pendidikan Islam di Masyarakat Periode 2010-2015 Oleh: Heni Rohmani Aisyiyah merupakan organisasi otonom Muhammadiyah yang turut andil dalam pengembangan pendidikan Islam di masyarakat melalui dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Ranting Aisyiyah Sangkrah adalah contoh organisasi sosial yang menjalankan peran tersebut dalam rangka membentuk kepribadian muslim yang seimbang antara moral dan intelektual. Kepribadian inilah yang dibutuhkan untuk mengatasi problem sosial. Untuk itu, pengembangan pendidikan Islam di masyarakat mutlak diperlukan sebagai antitesis terhadap problem sosial masyarakat Sangkrah yang meliputi nilai-nilai keIslaman belum terimplementasi dalam kehidupan, kesadaran masyarakat akan arti pendidikan rendah, kaum dhuafa dan anak yatim sekitar ranting belum terpelihara dengan baik. Peran tersebut ditunjukkan melalui kegiatan pendidikan formal, nonformal dan informal. Penyelenggaraan kegiatan dikoordinasi oleh majelis-majelis yang dibentuk oleh Pimpinan Ranting Aisyiyah Sangkrah. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis peran ranting Aisyiyah Sangkrah dalam pengembangan pendidikan Islam di masyarakat. Rumusan masalah dalam penelitian adalah apa peran ranting Aisyiyah Sangkrah dalam pengembangan pendidikan Islam di masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yakni penelitian yang bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis peran ranting Aisyiyah Sangkrah dalam pengembangan pendidikan Islam di masyarakat. Metode pengumpulan data yaitu wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan dengan metode deduktif, yaitu landasan tolak bersumber dari pemikiran dan teori yang ada. Berdasarkan analisis data penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara struktural fungsional, Ranting Aisyiyah Sangkrah merupakan bagian dari sistem masyarakat dapat membantu menciptakan keseimbangan dengan mengembangkan pendidikan Islam di masyarakat melalui proses sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai keislaman ditempuh dengan jalur pendidikan formal, nonformal dan informal dengan membuat program kerja dan kegiatan dalam rangka memotivasi dan menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap pendidikan Islam. Adanya struktur kepengurusan dan diferensiasi peran dalam menata kelembagaannya, membuat kiprah Ranting Aisyiyah Sangkrah dapat berjalan fungsional dalam mengatasi problem sosial masyarakat. Kata Kunci: Ranting Aisyiyah, pendidikan Islam, masyaraka t Sangkrah
1
A. PENDAHULUAN
usahanya dikoordinasi oleh majelis-
Aisyiyah merupakan organisasi
majelis yang dibentuk oleh Pimpinan Sangkrah. 3
otonom Muha mmadiyah yang turut
Ranting
andil
erdasarkan latar belakang di atas,
mengembangkan
pendidikan
Aisyiyah
Islam di masyarakat. Melalui dakwah
penelitian
amar ma’ruf nahi munkar, ranting
mendeskripsikan
Aisyiyah Sangkrah berperan dalam
peran
membentuk kepribadian muslim1 yang
dalam
pengembangan
seimbang antara moral dan intelektual.
Islam
di
Kepribadian ini dibutuhkan untuk
masalah dalam penelitian ini adalah
mengatasi problem sosial. 2 Untuk itu,
apa peran ranting Aisyiyah Sangkrah
pengembangan pendidikan Islam di
dalam
masyarakat mutlak diperlukan sebagai
Islam di masyarakat.
antitesis
problem
ranting
bertujuan dan
menganalisis
Aisyiyah
masyarakat.
pengembangan
untuk
Sangkrah pendidikan Rumusan
pendidikan
sosial
Untuk menunjukkan orisinalitas
masyarakat Sangkrah yang meliputi
penulisan diperlukan penelitian yang
nilai dan norma keIslaman belum
berhubungan dengan masalah yang
terimplementasi
kehidupan,
penulis angkat yaitu: Jacky Rudianto
akan
arti
(UMS, 2010) dalam skripsinya yang
pendidikan rendah, kaum dhuafa dan
berjudul Peran Muhammadiyah dalam
anak yatim sekitar ranting belum
Pengembangan Pendidikan Islam di
terpelihara
Masyarakat (Pendekatan Sosiologis di
kesadaran
terhadap
ini
dalam
masyarakat
dengan
baik.
enyelenggaraan kegiatan dan amal 1
Desa Playen Gunung Kidul) dan
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001), hlm. 66. Ahmad Dahlan dalam Zamroni, Percikan Pemikiran Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2013), hlm. 30. 3 Hasil observasi terhadap masyarakat Sangkrah dan didukung oleh wawancara dengan Hj. Muthe’ah selaku Ketua Ranting Aisyiyah Sangkrah tanggal 15 Oktober 2014 dan Etiq Fitriyatun Sholikhah selaku Ketua Majelis Kader Ranting Aisyiyah tanggal 5 November 2014. 2
2
Syarifuddin
2012)
dalam
terselenggaranya
berjudul
Peran
berkualitas, sebagai motivator yaitu
Ranting Aisyiyah dalam Pendidikan
tertuang dalam program subsidi silang
Islam
Laweyan
untuk masyarakat kurang mampu,
2005-2010
sebagai fasilitator yaitu keringanan
disimpulkan bahwa peran organisasi
biaya pendidikan untuk masyarakat
tersebut
pengembangan
kurang mampu. Dari hasil penelitian
pendidikan Islam ditempuh melalui
tersebut, disimpulkan bahwa sudah
kegiatan
tiap
ada penelitian sejenis dengan yang
diterapkan
penulis lakukan. Analisis data dalam
melalui jalur pendidikan formal, jalur
penelitian tersebut menggunakan teori
nonformal dan informal sedangkan
pendidikan sedangkan penelitian ini
Ma’unah Wahyu Hidayati (UNY,
menggunakan
2001) dalam skripsinya yangberjudul
pendekatan
Peran
dalam
Fokus dalam penelitian ini yaitu peran
Pengembangan Masyarakat Melalui
Ranting Aisyiyah Sangkrah dalam
Pendidikan (Studi Terhadap Majelis
pengembangan pendidikan Islam di
Pendidikan Dasar dan Menengah
masyarakat
Pimpinan
Dengan
skripsinya
di
(UMS, yang
Karangasem
Surakarta
Tahun
dalam
yang
majelis- majelis
dilaksanakan yang
Muhammadiyah
Daerah
Muhammadiyah
Yogyakarta) disimpulkan bahwa peran Muhammadiyah dalam pengembangan
pendidikan
teori
peran
struktural
periode
demikian,
yang
dengan
fungsional.
2010-2015. penelitian
ini
memenuhi kriteria kebaruan. Dalam
konteks
ilmu
sosial,
masyarakat melalui pendidikan yaitu
peran merupakan fungsi seseorang
sebagai mediator ditunjukkan dengan
yang menduduki posisi dalam struktur
3 sosial. 4 Fungsi adalah tindakan yang
meningkatkan
membantu tercapainya keseimbangan5
dengan
sedangkan
yaitu
tujuan, goals attainment, yaitu tujuan
hubungan yang memberi bentuk dasar
yang dicapai, integration, bagaimana
dan batas aksi secara organisatoris.6
peran
Dalam penelitian ini, definisi struktur
fungsional, latency, yaitu alat untuk
sosial mengacu pada organisasi.
menciptakan stabilitas struktur.8
Teori
struktur
sosial
peran dikaji
kemampuan
sarana
saling
materiil
adaptif mencapai
terhubung
sehingga
dengan
Perspektif fungsional meyakini
menggunakan pendekatan strukural
tujuan pendidikan di masyarakat untuk
fungsional yang mempunyai asumsi
mensosialisasikan
masyarakat adalah sistem yang saling
menjadi anggota masyarakat ditempuh
tergantung tiap bagiannya berfungsi
melalui indoktrinasi nilai dan moral.
memelihara
Masyarakat
Mengarah kepada upaya pemecahan
memiliki cara mengintegrasikan diri,
masalah dan prinsip rekayasa sosial
kesepakatan terhadap nilai menjadi
melalui
faktornya. Perubahan sistem sosial
dengan memberi contoh, mengajak
terjadi secara gradual melalui proses
dan membimbing masyarakat untuk
penyesuaian. Masyarakat
mentaati norma Islam.9
stabilitas.
mengarah
kepada keseimbangan. 7
peran
oleh
organisasi sosial meliputi: adaptation, 4 5 6 7 8 9
muda
pengawasan sosial
Aisyiyah adalah organisasi yang
Untuk mencapai keseimbangan diperlukan pengaturan
peran
generasi
berperan mengembangkan pendidikan Islam di masyarakat berpedoman pada QS. At Taubah (9): 71
Edy Suhardono, Teori Peran (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), hlm. 3. James Henslin, Sosiologi: dengan Pendekatan Membumi (Jakarta: Erlangga, 2006), Hlm. 17. Abdul Syani, Sosiologi: Skematika, Teori dan Terapan (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm. 67. Zainuddin Maliki, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2010), hlm. 55. Ibid., hlm. 109-110. Ibid., hlm. 53.
4
????p ??? ????????? ? ?????????
kesehatan, majelis pendidikan, majelis ekonomi, majelis kesejahteraan sosial.
? ??? ?????? ??? ???? ????????? ????????? ? ??????? ? ? ?????
Aisyiyah
memiliki
susunan
organisasi seperti Ranting, Cabang, Daerah, Wilayah dan Pusat. Ranting
??????t ?? ?G???? ??? ?????? ?G? ?µ ?? ?????????S? ?? ? ?????????? ? ? ????
adalah basis pemberdayaan anggota sehingga hasil muktamar ke-46 di Yogyakarta tahun 2010 menetapkan
?? ??S ? ?? ? ????? ? Artinya: Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan Diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.10 Tujuan
berdirinya
Aisyiyah
pemberdayaan ranting menjadi agenda Muhammadiyah dengan melahirkan amal usaha yang memihak kepada kaum dhu’afa dan mustad’afin.12 Pendidikan Islam menurut An Nahlawi yaitu penataan tingkah laku dengan maksud mewujudkan ajaran Islam dalam kehidupan. 13 Muhammad
untuk mewujudkan masyarakat Islam
Syaebani
mengartikan
berkemajuan berperan membimbing
Islam
wanita ke arah kesadaran beragama
perilaku individu dalam kehidupan
dan berorganisasi.11 Penyelenggaraan
bermasyarakat.14
peran dikoordinasi oleh majelis seperti
menurut Mansur Isna yaitu usaha
sebagai
usaha
pendidikan mengubah
Pendidikan
Islam
majelis tabligh, majelis kader, majelis 10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Surabaya: Mekar, 2004), hlm. 197. Syamsul Hidayat, et al, Studi Kemuhammadiyahan (Surakarta : LPID UMS, 2010), hlm. 123. 12 PP Muhammadiyah, AD dan ART Muhammadiyah (Yogyakarta: Majelis Pengembangan Kader dan Sumber Daya Insani, 2005) ART Pasal 5 ayat 1, hlm. 27. 13 Yasin Musthofa, EQ Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam (Yogyakarta: Sketsa, 2007), hlm. 45. 14 Abdurrahman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 36. 11
5
mengembangkan
fitrah
manusia
menuju terbentuknya insan kamil.15
adalah
mendidik
akhlak
menuju
terbentuknya kepribadian muslim.17
Berdasarkan pendapat tersebut dapat
Pendidikan Islam di masyarakat
dipahami bahwa pendidikan Islam
dapat ditempuh melalui tiga jalur
yaitu usaha mengubah tingkah laku
meliputi: (1) Pendidikan formal jalur
individu
yaitu
untuk
mengaktualisasikan
pendidikan
terstruktur
dan
potensi dan fitrah manusia sesuai
berjenjang yang terdiri atas pendidikan
norma Islam.
dasar,
Pendidikan
menurut
sudut
pendidikan
tinggi. 18
Bertujuan
dan
mempersiapkan
pandang eksternal masyarakat yaitu
serdik
upaya
akademis yang memungkinkan untuk
mewariskan,
mengalihkan,
agar
menengah
memiliki
kemampuan
ajaran,
menjadi seorang ahli di bidangnya,19
pengetahuan, ketrampilan, adat agar
(b) Pendidikan nonformal yaitu jalur
identitas masyarakat terpelihara.16
pendidikan di luar pendidikan formal
menginternalisasikan
nilai,
Berdasarkan pengertian di atas,
yang
dapat
dilaksanakan
secara
pendidikan Islam di masyarakat berarti
terstruktur dan berjenjang. 20 Berfungsi
upaya pewarisan, internalisasi dan
mengembangkan potensi peserta didik
transmisi
melalui
dengan penekanan pada penguasaan
mengembangkan
pengetahuan, keterampilan fungsional,
potensi dan fitrah manusia sesuai
pengembangan sikap dan kepribadian
norma Islam. Tujuan pendidikan Islam
profesional, (c) pendidikan informal
bimbingan
15
nilai
keIslaman
untuk
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001), hlm. 63. Ibid., hlm. 38. 17 Athiyah Al Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (terj.) Bustami Gani dan Djohar Bahry, dari judul asli Al Tarbiyah Al Islamiyah (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 15. 18 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006), Bab I pasal 1 ayat 7, hlm. 3. 19 Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern (Jakarta: PT Indeks, 2013), hlm 7. 20 Ibid., hlm. 7 16
6
yaitu jalur pendidikan keluarga dan
?a ????? ? ? ? ? ???? ?? ??T???
lingkungan, tidak ada perjenjangan
? ????? ? ???????? ???? ???
dan tidak terstruktur.21 Berdasarkan uraian di atas,
????? ? ??????? ? ????? ? ?
peran organisasi sosial diperlukan untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan Perlunya
Islam
di
organisasi
masyarakat. sosial
dalam
Artinya: Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.23
memperbaiki kehidupan sosio-religius
B. METODE PENELITIAN
masyarakat didasarkan pada QS. Ali
Penelitian ini adalah penelitian
‘Imran (3): 104 dan QS. Ali ‘Imran
lapangan menggunakan pendekatan
(3): 110 yang berbunyi:
kualitatif bertujuan mendeskripsikan
???? ????????? ????T??
dan
menganalisis
peran
ranting
Aisyiyah Sangkrah Surakarta dalam
? ??? ?????? ??? ???? ? ?? ??? ?? ??? ? ?????? ???????? ? ? ????? ???? ?????
pengembangan pendidikan Islam di masyarakat Sangkrah.
yang Subjek
dilakukan
di
penelitian yaitu
ketua dan sekretaris ranting, ketua majelis kaderisasi mewakili unsur
Artinya: Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.22 21
pembantu pimpinan dan penasehat ranting Aisyiyah Sangkrah.
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006), Bab I pasal 1 ayat 7, hlm. 3. 22 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Mekar, 2004), hlm. 79. 23 Ibid., hlm. 80.
7
Metode pengumpulan data yaitu:
dengan kategorisasi dan klarifikasi
(a) wawancara, yaitu tukar informasi
bahan
antar dua orang melalui tanya jawab
dengan penelitian25 untuk mencari
sehingga dapat dikonstruksikan makna
data dan dokumen yang terkait dengan
dalam topik tertentu. 24 Wawancara
peran Ranting Aisyiyah Sangkrah
ditujukan
dalam
kepada
ketua
ranting
tertulis
yang
berhubungan
pengembangan
pendidikan
Aisyiyah Sangkrah untuk memperoleh
Islam di masyarakat, (c)
data tentang objek dakwah ranting dan
observasi, yaitu pencatatan melalui
peran ranting dalam pengembangan
pengamatan26 untuk mendapatkan data
pendidikan
terkait
Islam
di
masyarakat,
kondisi
sosial
masyarakat
sekretaris ranting untuk memperoleh
Sangkrah,
data tentang struktur kepengurusan,
dengan kegiatan kemasyarakatan dan
program kerja ranting dan hal- hal
keagamaan yang dilakukan ranting
administratif lainnya, ketua majelis
Aisyiyah Sangkrah serta perubahan
kaderisasi memperoleh data tentang
pola
problem sosial masyarakat Sangkrah
mendapat pendidikan Islam.
dan hambatan yang mewarnai dakwah ranting,
penasihat
ranting
untuk
interaksi
metode
laku
masyarakat
masyarakat
setelah
Teknik analisis data penelitian menggunakan
deskriptif
kualitatif
memperoleh data tentang realisasi
yaitu mendeskripsikan data kemudian
program kerja dan hambatan yang
dianalisis
mempengaruhi kinerja ranting, (b)
secara deduktif, yaitu landasan tolak
dokumentasi, yaitu pengumpulan data
bersumber dari pemikiran dan teori.27
24
dan
ditarik
kesimpulan
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidispliner (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 367. 25 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2012), hlm. 101. 26 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 101. 27 Agus Salim, Bangunan Teori: Metodologi Penelitian untuk Bidang Sosial, Psikologi dan Pendidikan (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hlm. 18.
8
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Secara
geografis,
masyarakat
tidak
didasari
pada
tuntunan agama tetapi didasari pada Sangkrah
umum tidaknya suatu norma sehingga
terletak di pusat kota sehingga gejala
budaya minum- minuman keras dan
sinkretis
perjudian dianggap wajar, (c) kurang
hampir
tidak
ditemukan.
Pengaruh budaya yang tidak sesuai
menyadari
dengan norma Islam masuk ke dalam
berimplikasi pada pola asuh anak yang
masyarakat melalui pesatnya teknologi
cenderung otoriter sehingga keluarga
diperparah dengan kurangnya minat
sebagai basis utama pendidikan gagal
masyarakat terhadap pendidikan Islam
membentuk kepribadian anak, (d)
sehingga masyarakat tidak mempunyai
warisan orientasi keduniaan kepada
filter mengarahkan perilakunya.
generasi muda dengan menekankan
Secara sosio-religius
garis
besar
proble m
masyarakat Sangkrah
prinsip bermanfaat
arti
pendidikan
sekolah jika
Islam
tinggi
tidak
akhirnya
hanya
meliputi: (a) mayoritas masyarakatnya
menjadi pegawai rendahan, hal ini hal
muslim tetapi nilai keIslaman belum
ini menyebabkan sebagian besar anak
terimplementasi
mengalami
sebagian
dalam
masyarakat
kehidupan, masih
berat
memilih
putus bekerja.
sekolah
karena
Orientasi
ini
melaksanakan syariat Islam, sebagian
menimbulkan problem sosial baru
masyarakat masih mencampuradukkan
seperti pengangguran dan kemiskinan
antara agama dan tradisi yang ditandai
karena anak yang putus sekolah tidak
dengan membudayanya puasa weton,
mempunyai ketrampilandan keahlian,
slametan
(e) kaum dhuafa dan yatim sekitar
dan
mitoni,
(b)
akhlak
9 ranting belum terpelihara.28
Aisyiyah Sangkrah memiliki kantor
Problem sosial di atas menuntut adanya
pengembangan
masyarakat
yang berorientasi pada pemecahan masalah.
Variabel
pengembangan
utama
dalam
masyarakat
adalah
kesekretariatan di rumah Hj. Muthe’ah selaku ketua Ranting dan TK Aisyiyah Busthanul Athfal 10 Sangkrah. Ranting
Aisyiyah
Sangkrah
mempunyai struktur organisasi dalam
manusia itu sendiri. Jika manusia
menata
sudah memiliki akidah dan moral akan
pengurus harian dan unsur pembantu
muncul perilaku Islami. Pribadi ini
pimpinan. Susunan pengurus harian
akan menjelma ke dalam struktur
Pimpinan Ranting Aisyiyah Sangkrah
sosial membentuk masyarakat Islam
periode 2010-2015 meliputi ketua : Hj.
yang diharapkan mampu memecahkan
Muthe’ah, wakil: Hj. Siti Fathonah,
problem
sosial.29
Untuk
itulah,
kelembagaannya
meliputi
sekretaris: Maryani dan Lely Soviana,
pengembangan pendidikan Islam di
bendahara: Sukrastuti dan Hj.
masyarakat mutlak diperlukan.
Syamsiyah, penasihat: Shofiyatun. 30
Upaya
mendapatkan
Unsur pembantu pimpinan atau
perhatian Ranting Aisyiyah Sangkrah
majelis berperan menyelenggarakan
yang termasuk ke dalam Cabang
kegiatan dan amal usaha sesuai dengan
Aisyiyah Kota Bengawan Surakarta
bidang kerjanya. Adapun pengurus
terletak
majelis antara lain: (a) majelis tabligh,
di
tersebut
Siti
Kelurahan
Sangkrah,
Kecamatan Pasar Kliwon. Ranting 28
ketua: Hj. Fathonah, sekretaris: Lely
Hasil observasi terhadap masyarakat Sangkrah yang didukung oleh wawancara dengan Hj. Muthe’ah selaku Ketua Ranting Aisyiyah Sangkrah tanggal 15 Oktober 2014 dan Etiq Fitriyatun Sholikhah selaku Ketua Majelis Kader Ranting Aisyiyah, tanggal 5 November 2014. 29 Zamroni, Percikan Pemikiran Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2013), hlm. 130. 30 Hasil wawancara dengan Hj. Muthe’ah selaku ketua ranting Aisyiyah Sangkrah dan hasil observasi di Sangkrah tanggal 15 Oktober 2014.
10
bendahara: Prapti, anggota: Etik dan
Ahad minggu pertama bertempat di
Siti Syamsiyah, (b) majelis pendidikan
masjid
dengan ketua: Aristiyani, sekretaris:
silaturahim, memakmurkan masjid.32
Syamsiyah Muallif, bendahara: Siti Syamsiyah, Muthe’ah,
anggota: (c)
Aminah dan
majelis
At Taqwa untuk menjalin
Tujuan
berdirinya
ranting
Aisyiyah Sangkrah untuk mewujudkan
kesehatan,
masyarakat Islam berkemajuan dengan
ketua: Sumiyati, sekretaris: Suprapti,
pengembangan pendidikan Islam di
bendahara:
anggota:
masyarakat sebagai sarana menuju
Mulyani, Aminah, Sri Murni, Ning
kesempurnaan dinul Islam dan sebagai
Sayekti, (d) majelis ekonomi dengan
antitesis terhadap problem sosial.33
ketua: Ngatiyem, sekretaris: Aminah,
Kegiatan meliputi pendidikan formal,
bendahara: Siti Syamsiyah, anggota:
informal dan nonformal: (a) majelis
Endang,
tabligh
Syamsiyah,
Mujiyem,
(e)
majelis
mengembalikan
masyarakat
kesejahteraan sosial dengan ketua:
kepada kemurnian Islam, kegiatannya
Shofiyatun Martoyo, sekretaris: Lely
yaitu: (1) kajian HPT dan tafsir setiap
Sovi,
Syamsi,
Rabu dan Jum’at, dimulai pukul
anggota: Zaenab, Mulyani, Rustamal,
17.00-20.00 dilanjutkan dengan sholat
Siti Fathonah, (f) majelis kader dengan
Maghrib dan Isya’ berjama’ah, di
ketua: Etik Fitriyatun, sekretaris: Lely,
kesekretariatan
bendahara:
anggota:
rumah anggota, (2) kajian bulanan
Seluruh
bertempat di Masjid at Taqwa untuk
bendahara:
Agustina
Ummi
Maryani, dan
Nurida.31
anggota mengadakan pertemuan pada
dan
bergantian
di
menumbuhkan kecintaan terhadap
31 Dokumentasi buku Susunan Kepengurusan Pimpinan Ranting Aisyiyah Sangkrah Cabang Kota Bengawan Periode 2010-2015, dikutip tanggal 16 November 2014. 32 Ibid. 33 Hasil wawancara dengan Hj. Shofiyatun Martoyo selaku Penasihat Ranting Aisyiyah Sangkrah tanggal 17 November 2014.
11
masjid, dimulai pukul 09.00-11.00
simpan
selama dua kali dalam sebulan, (3)
pelatihan ketrampilan,38 (e) majelis
Qarriyah
kader menjalankan misi kaderisasi.
dakwah
tayyibah, personal
masyarakat
pendekatan
persuasif
non
muslim
pinjam
tanpa
bunga
dan
untuk
Sulitnya mengkader generasi menjadi
melalui
hambatan dakwah ranting,39 (f) majelis
pemberian bantuan, ajakan menghadiri
kesehatan
kegiatan ranting dan memberi jawaban
berperan mengembangkan pendidikan
masyarakat non muslim yang ingin
Islam untuk lansia melalui penyuluhan
mengenal
Islam, 34
(b)
pendidikan
berperan
meningkatkan
kualitas
manajemen
TK
dengan
meningkatkan
majelis
Aisyiyah
kepribadian
guru melalui kajian dan memfasilitasi alat
pengajaran,
35
(c)
majelis
kesejahteraan sosial peran menyantuni 36
anak
yatim
dengan
kajian
dan
dan
lingkungan
hidup
kesehatan di masjid at Taqwa.40 Berdasarkan paparan data pada bab IV perlu analisis mengenai peran Ranting Aisyiyah Sangkrah dalam pengembangan pendidikan Islam di masyarakat. Analisis data penelitian ini menggunakan teori peran dengan pendekatan struktural fungsional.
dilanjutkan dengan sholat Maghrib dan Isya’ berjama’ah pada Jum’at minggu I bertempat di rumah anggota berupa,37 (d) majelis ekonomi berperan mengusahakan kesejahteraan anggota dan
masyarakat 34
melalui
kegiatan
Dengan
merujuk
pendekatan
struktural fungsional Ranting Aisyiyah Sangkrah sistem
merupakan masyarakat
bagian
dari
menciptakan
keseimbangan atau tertib sosial
Hasil wawancara dengan Etiq Fitriyatun selaku Ketua Majelis Kader tanggal 9 Oktober 2014. Hasil wawancara dengan Hj. Muthe’ah selaku pemimpin Ranting tanggal 15 Oktober 2014. 36 Hasil wawancara dengan Etiq Fitriyatun selaku Ketua Majelis Kader tanggal 15 Oktober 2014. 38 Hasil wawancara dengan Hj. Shofiyatun Martoyo selaku Penasihat Ranting tanggal 17 November 2014. 39 Hasil wawancara dengan Hj. Muthe’ah selaku Ketua Ranting tanggal 15 Oktober 2014. 40 Hasil wawancara dengan Hj. Shofiyatun Martoyo selaku tanggal 17 November 2014. 35
12
dengan mengembangkan pendidikan
moral, (b) kajian bulanan bertempat di
Islam di masyarakat. Peran tersebut
Masjid at Taqwa Sangkrah dalam
diwujudkan
rangka
dalam
diselenggarakan
kegiatan
menumbuhkan
kecintaan
untuk
anggota terhadap masjid dilaksanakan
mewujudkan masyarakat Islam yang
dua kali dalam sebulan. Kegiatan
berkemajuan, digolongkan menjadi:
dimulai pukul 09.00 sampai menjelang
(a) mengelola dan memberdayakan
dzuhur. (c) Qarriyah tayyibah, yang
TK Aisyiyah 10 Sangkrah bertujuan
ditujukan
mencetak generasi muslim berakhlak
muslim. Majelis Kesejahteraan Sosial
dan berilmu dikoordinasi oleh majelis
mengkoordinasi
pendidikan, sejalan dengan tujuan
untuk anak yatim dilaksanakan pada
pendidikan
hari jum’at minggu pertama. Majelis
serdik
formal
agar
majelis
yang
mempersiapkan
masyarakat
kajian
non
keagamaan
kemampuan
Ekonomi menyelenggarakan kegiatan
akademis, (b) pendidikan nonformal
simpan pinjam tanpa bunga, pelatihan
diselenggarakan oleh Majelis Tabligh
jahit menjahit, home economi tiap
mengkoordinasi ta’lim yang meliputi:
Senin minggu pertama pukul 16.00.
(1) kajian HPT dan tafsir setiap hari
Majelis Kesehatan dan Lingkungan
Rabu dan Jum’at dimulai pukul 17.00
Hidup meningkatkan pendidikan Islam
dilanjutkan dengan sholat Maghr ib
dikalangan lansia dengan pemeriksaan
dan
kantor
dan penyuluhan kesehatan tiap ahad di
kesekretariatan, bergantian di rumah
masjid at Taqwa. Kegiatan di atas
anggota
sejalan
Isya’
memiliki
kepada
berjama’ah
untuk
di
memasyarakatkan
Islam, meluruskan aqidah, membenahi
dengan
teori
pendidikan
nonformal, diselenggarakan di luar
13
sistem sekolah diperuntukkan bagi
mencetak generasi berakhlak, bantuan
masyarakat, (c) pendidikan informal
pemerintah, (b) goal attaintments,
dilakukan ranting Aisyiyah Sangkrah
tujuan ranting adalah mewujudkan
dikoordinasi oleh Majelis Tabligh
masyarakat
yakni
Tayyibah
sehingga program kerjanya diarahkan
bagi
untuk memasyarakatkan ajaran Islam,
masyarakat non muslim yang ingin
meluruskan aqidah dan membenahi
mempelajari dan mengenal Islam.
akhlak
Pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai
terlihat dari peran majelis dalam
dengan teori pendidikan informal yaitu
melaksanakan kegiatan, (d) latency,
jalur
menggunakan Al Qur’an dan hadist
Qarriyah
menyediakan
jawaban
pendidikan
keluarga
dan
lingkungan.
Islam
masyarakat,
berkemajuan,
(c)
integrasi,
untuk meningkatkan integrasi sosial
Untuk mencapai keseimbangan maka kebutuhan fungsional Parsons
dan sebagai landasan operasional. Ranting
Aisyiyah
Sangkrah
dapat diaplikasikan terhadap peran
mempunyai tujuan dan pendekatan
pengembangan pendidikan Islam di
dalam mengembangkan pendidikan
masyarakat
Islam di
sebagai
berikut:
(a)
masyarakat sebagaimana
adaptation, pengembangan pendidikan
yang dirumuskan aliran fungsionalis
Islam ditunjang dengan sarana materiil
halaman 4sebagai berikut: (a) tujuan
berupa kantor dan pusat ta’lim dekat
pendidikan
dengan
antitesis problem sosial masyarakat
jalannya
pemukiman dakwah,
memudahkan TK
Aisyiyah
Busthanul Athfal Sangkrah sarana
Sangkrah
Islam
ranting
mengindikasik an
sebagai
adanya
peran sosialisasi dan upaya pewarisan
14
nilai melalui program kerja permajelis,
sosial adalah adanya diferensiasi peran
(b) rekayasa sosial melalui penanaman
pengurus Ranting. Aspek fungsional
nilai dan moral berlandaskan Al
terlihat dari peran ranting dalam
Qur’an dan hadist dilaksanakan secara
pengembangan pendidikan Islam di
terstruktur oleh pengurus. Ranting
masyarakat.
berperan sebagai pengawas sosial
Merujuk pendekatan struktural
dengan cara persuasif memberikan
fungsional,
contoh dan membimbing masyarakat
Sangkrah adalah bagian dari sistem
agar taat pada norma Islam, (c)
masyarakat
pendidikan
menciptakan
harus
relevan dengan
Ranting
diharapkan tertib
Aisyiyah
membantu
sosial
dengan
pengembangan ekonomi dan berupaya
mengembangkan pendidikan Islam di
mengintegrasikan masyarakat terlihat
masyarakat melalui proses sosialisasi
dari
dan
upaya ranting
kesejahteraan
mengusahakan
masyarakat
melalui
kegiatan simpan pinjam tanpa bunga. Berdasarkan
keislaman
dengan membuat program kerja dan kegiatan
nonformal dalam
rangka
membentuk kepribadian muslim yang
penerapan teori struktural fungsional
seimbang antara moral dan intelektual.
konteks
di
nilai
atas,
dalam
uraian
internalisasi
organisasi
sosial
D. Kesimpulan dan Saran
terlihat dari struktur dan fungsi yang
Berdasarkan data dan analisis
ditetapkan. Tanpa keduanya maka
yang telah penulis paparkan di atas,
organisasi dianggap gagal mencapai
dapat ditarik kesimpulan bahwa secara
tujuan. Aspek struktural terlihat dari
struktural fungsional Ranting Aisyiyah
kondisi utama berfungsinya organisasi
Sangkrah merupakan bagian dari
15
sistem
masyarakat
menciptakan
Ranting
Aisyiyah
Sangkrah
agar
keseimbangan dengan pengembangan
mengingatkan masyarakat agar aktif
pendidikan
Islam
masyarakat.
mengikuti kegiatan pendidikan Islam
Kegiatan
pendidikan
meliputi
dengan membuat inovasi program
pendidikan formal yaitu mengelola
kerja nonformal yang menarik minat
dan memberdayakan TK Aisyiyah 10
masyarakat.
Sangkrah, kegiatan nonformal berupa
terselenggaranya
pengajian dan keterampilan, kegiatan
Aisiyah dapat meminta bantuan dana
informal dengan menyediakan jawab
kepada masyarakat. Kepada warga
bagi masyarakat non muslim yang
Sangkrah
ingin
kesadaran
mempelajari
di
Islam.
Tujuan
Untuk kegiatan,
untuk diri
membantu Ranting
meningkatkan
akan
pendidikan Islam di masyarakat untuk
kegiatan
mensosialisasikan generasi menjadi
diselenggarakan
masyarakat melalui indoktrinasi nilai
Mengingat, tujuan pendidikan Islam
dalam masyarakat, dikoordinasi oleh
membentuk kepribadian muslim. Jika
majelis. Adanya diferensiasi peran
masyarakat menyadari arti pendidikan
dalam
Islam diharapkan upaya pewarisan
menata
kelembagaannya,
pendidikan
pentingnya Islam
organisasi
nilai
organisasi merujuk Al Qur’an dan
dengan moral dan akhlak masyarakat.
Hadist membuat kinerja Ranting dapat
Kepada peneliti selanjutnya, penelitian
berjalan fungsional.
ini diharapkan dapat dijadikan bahan
dijadikan bahan pertimbangan kepada
pertimbangan
dan
penelitian sejenis.
dapat
sosial.
tersedianya sarana materiil dan tujuan
Penulis memberikan saran untuk
keislaman
yang
bersinergi
referensi
bagi
16
DAFTAR PUSTAKA Abrasyi, Athiyah. 1993. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (terj.) Bustami Gani dan Djohar Bahry, dari judul asli al Tarbiyah al Islamiyah. Jakarta: Bulan Bintang. Assegaf, Abdurrahman. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Dariyo, Agoes. 2013. Dasar-Dasar Pedagogi Modern. Jakarta: PT Indeks. Departemen Agama Republik Indonesia. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: Mekar.
Isna,
Mansur. 2001. Diskursus Pendidikan Islam. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.
LPCR PP Muhammadiyah. 2012. Ujung Tombak Harus Tetap Tegak: Dinamika Cabang dan Ranting Muhammadiyah dalam Lintasan Sejarah 1951-2012. Yogyakarta: LPCR PP Muhammadiyah. Maliki, Zainuddin. 2010. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Maliki, Zainuddin. 2012. Rekonstruksi Teori Sosial Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Mulkhan, Abdul Munir. 1990. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Henslin, James. 2006. Sosiologi: dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga.
Musthofa, Yasin. 2007. EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam. Yogyakarta: Sketsa.
Hidayat, Syamsul. 2010. Studi Kemuhammadiyahan: Kajian Historis, Ideologis dan Organisasi. Surakarta: LPID UMS.
Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidispliner. Jakarta: Rajawali Pers.
Horton, Paul dan Chester Hunt. 2006. Sosiologi, (terj.) Aminudin Ram dan Tita Sobari, dari judul asli Sociologi. Jakarta: Erlangga. Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga.
Nawawi, Hadari. 2012. Penelitian Bidang Yogyakarta: Gajah University Press.
Metode Sosial. Mada
PP Muhammadiyah. 2005. AD ART Muhammadiyah. Yogyakarta: Majelis Pengembangan Kader dan Sumber Daya Insani.
17
Salim, Agus. 2006. Bangunan Teori: Metodologi Penelitian untuk Bidang Sosial, Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana. Soekanto, Soerjono. 2011. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suhardono, Edy. 1994. Teori Peran: Konsep, Derivasi dan Implikasinya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Syani, Abdul. 2002. Sosiologi: Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara. Zamroni. 1992. Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana. Zamroni. 2013. Percikan Pemikiran Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.