Nama Pahlawan Dari Provinsi Jawa.docx

  • Uploaded by: Bima Aditya
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Nama Pahlawan Dari Provinsi Jawa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,145
  • Pages: 25
NAMA PAHLAWAN DARI PROVINSI JAWA TIMUR Nama nama pahlawan berikut ini saya rangkum berdasarkan dari daerah kelahiran dengan maksud tujuan untuk memberikan motivasi untuk generasi muda saat ini agar dapat mencontoh pahlawanpahlawan dari daerahnya yang mempunyai semangat didalam memperjuangkan daerahnya sampai tingkat nasional bahkan dalam percaturan tingkat internasional. dan juga dipaparkan sekelumit biografi hidup sampai wafatnya. Dan Surat Keputusan dari Negara untuk gelar pahlawan Nasional :

Dr.Ir.Soekarno nama Kusno Sosrodihardjo

Tempat/tgl lahir : Surabaya,Jawa Timur, 06 Juni 1901 Tempat/tgl di Wisma Yaso Wafat : Jakarta, 21 Juni 1970 Dimakamkan di Blitar Jawa Timur

kini menjadi ikon kota tersebut, karena setiap tahunnya dikunjungi ratusan ribu hingga jutaan wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Terutama pada saat penyelenggaraan Haul Bung Karno Pendidikan Sekolah : SD di Surabaya, HBS (Hoogere Burger School) tamat 1920 dilanjutkan THS

Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, seorang guru di Surabaya, Jawa. Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai berasal dari Buleleng, Bali.Ketika kecil tinggal bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa Timur. Pada usia 14 tahun, diajak tinggal di Surabaya ole Oemar Said Tjokroaminoto (teman bapaknya) dan disekolahkan (H.B.S.) , mengaji di tempat Tjokroaminoto. Dan bergabung dengan organisasi Jong Java (Pemuda Jawa).Saat di Bandung, Soekarno berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.mendirikan Algemene Studie Club di Bandung. 1926).mendirikan Partai Nasional Indonesia (1927) menyebabkannya ditangkap Belanda (12-1929 dan memunculkan pledoinya yang fenomenal: Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan (31-12- 1931.)bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo)(07-1932) kembali ditangkap (08-1933) diasingkan ke Flores.diasingkan ke Provinsi Bengkulu.(1938-1942) dibebaskan tahun 1942.Masa penjajahan Jepang di ankat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.tahun 1955, berinisiatif mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasa Sila. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya..una menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya adalah Nikita Khruschev

(Technische Hoogeschool atau Sekolah Tekhnik Tinggi yg sekarang mrnjadi ITB tamat 25 Mei 1926

(Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRC)

Ia adalah penggali Pancasila.

Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar

Menandatangani

SK Pers: 081/TK/1986 bertanggal 23-10-1986

Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) pada tanggal 17 Agustus 1945.

Jabatan : Presiden Republik Indonesia I

Sutomo (Bung Tomo) adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Tempat/tgl lahir : Kampung Blauran Surabaya, 3 Oktober 1920 Tempat/tgl wafat : di Padang Arafah , 7 Oktober 1981 Dimakamkan di TPU NGAGEL Surabaya

Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda. Ia mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro yang dikebumikan di Malang. Ibunya berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura. Ayahnya adalah seorang serba bisa. Ia pernah bekerja sebagai polisi di kotapraja, dan pernah pula menjadi anggota Sarekat Islam, sebelum iapindah ke Surabaya dan menjadi distributor lokal untuk perusahaan mesin jahit Singer.

Jabatan : Menteri Negara urusan bekas pejuang bersenjata/veteran Menteri Sosial ad Intern tahun 1955 - 1956 Anggota DPR 1956 -1959 dari partai Partai Rakyat Indonesia

SK Pres: 041/TK/TH 2008 bertanggal 6-11-2008 Jawa Timur

H.O.S. Tjokroaminoto Hidup : 1883 – 1934

lahir di Desa Bukur, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, 16 Agustus 1882. meninggal pada umur 52 tahun yaitu tanggal 17 Desember 1934 di Yogyakarta. Ia dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta, adalah anak kedua dari 12 bersaudara,dari hasil pemikirannyalah menimbulkan bermacam ideologi bangsa indonesia pada saat itu, rumahnyalah dijadikan rumah kost para pemimpin besar yang mencari ilmu padanya,seperti Semaoen, Alimin, Muso, Soekarno, Kartosuwiryo, bahkan Tan Malaka pernah berguru padanya,

adalah anak kedua dari 12 bersaudara,dari hasil pemikirannyalah menimbulkan bermacam ideologi bangsa indonesia pada saat itu, rumahnyalah dijadikan rumah kost para pemimpin besar yang mencari ilmu padanya,seperti Semaoen, Alimin, Muso, Soekarno, Kartosuwiryo, bahkan Tan Malaka pernah berguru padanya, Dialah orang yang pertama kali menolak tunduk pada Belanda, Dari murid-muridnyalah melahirkan warna-warni pergerakan indonesia sepeninggalnya,yakni ada kaumsosialis/komunis (Semaoen, Muso, Alimin,) Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang islam merangkap sebagai sekretaris pribadi. Dan akhirnya ketiga muridnya itu saling berselisih paham. Akibat kekuatan politik saat itu,mereka saling berhadap-hadapan seperti Pemberontakan Madiun 1948 yang dilakukan karena memproklamasikan "Republik Soviet Indonesia" yang dipimpin Muso dan dengan terpaksa berhadapan dengan presiden Soekarno yg pasukan TNI yakni Divisi Siliwangi akibat "abang" sapaan akrab Soekarno pada Muso pemimpin PKI tertembak mati (31-10) begitu pemberontakan Negara Islam Indonesia(NII) yang dipimpin Kartosuwiryo dan akhirnya hukuman mati yang dijatuhkan oleh Soekarno kepada kawannya Kartosuwiryo ( 12-09-1962).Mendirikan organisasi Sarekat Islam (mei 1912) yang sebelumnya Serikat Dagang Islam dan terpilih menjadi ketua.Salah satu trilogi darinya yang termasyhur yang menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan.yaitu :

adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Pesannya kepada Para murid-muridnya ialah "jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator"

SK Pres: 590 Tahun 1961 bertanggal 9 – 11 – 1961

pelopor pergerakan di indonesia dan sebagai guru para pemimpin-pemimpin besar di indonesia,

Setyabudi Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker

lahir di Pasuruan, HindiaBelanda, 8 Oktober 1879 meninggal di Bandung, Jawa Barat, 28 Agustus 1950 pada umur 70 tahun) wafat dini hari tanggal 28 Agustus 1950 (tertulis di batu nisannya; 29 Agustus 1950 versi van der Veur, 2006) dan dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung. Ia adalah salah seorang peletak dasar nasionalisme Indonesia di awal abad ke-20 menggunakan nama Danoedirdja Setiabuddhi dan Nelly menggunakan nama Haroemi Wanasita, namanama yang diusulkan oleh Sukarno. Sepulan dari suriname pembuanan (1947).Pendidikan dasar ditempuh Nes di Pasuruan. HBS di Surabaya, pindah ke Gymnasium Koning Willem III School, sekolah elit setingkat HBS di Batavia Masa di Eropa dimanfaatkan oleh Nes untuk mengambil program doktor di Universitas Zürich, Swiss, dalam bidang

Penulis yang kritis terhadap kebijakan pemerintah Hindia-Belanda, Wartawan, Aktivis politik,Setiabudi adalah salah satu dari "Tiga Serangkai", selain dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat.Mendirikan sekola Ksatrian Instituut, bekerja di perkebunan kopi "Soember Doeren" di Malang, Jawa Timur, dipindah ke perkebunan tebu "Padjarakan" di Kraksaan sebagai laboran. Turut membidani lahirnya Indische Universiteit Vereeniging (IUV)(08-03-1910) Mendirikan partai Indische Partij (1912 dibubarkan belanda (1913).Menjadi redaktur organ informasi Insulinde yang bernama De Beweging.Membentuk Nationaal Indische Partij (NIP) dan dibubarkanmkembali ole Pemerintah belanda.Mendirikan sekolah "Ksatrian Instituut" (KI) di Bandung.Bekerja di kantor Kamar Dagang Jepang di Jakarta. ditangkap dan dibuang ke Suriname (1941) melalui Belanda. dan bertemu Nelly Albertina Gertzema nee Kruymel, seorang perawat. menemaninya ke Indonesia. Mengganti nama dan menghindari petugas intelijen di Pelabuhan Tanjung Priok. Akhirnya mereka berhasil tiba di Yogyakarta, ibukota Republik Indonesia pada waktu itu (01-01-1947).Menjabat menteri negara tanpa portofolio dalam Kabinet Sjahrir III, (9 bulan) Menjadi anggota delegasi negosiasi dengan Belanda, konsultan dalam komite bidang keuangan dan ekonomi di delegasi itu, Anggota DPA,Pengajar di Akademi Ilmu Politik, dan terakhir sebagai kepala seksi penulisan sejarah (historiografi) di bawah Kementerian Penerangan.Di rumanya Kaliurang (21-12-1948) ia diciduk tentara Belanda yang tiba dua hari sebelumnya di Yogyakarta dalam rangka "Aksi Polisionil". lalu dikirim ke Jakarta lama kemudian dibebaskan karena kondisi fisiknya yang payah dan setelah berjanji tak akan melibatkan diri dalam politik. Ia dibawa ke Bandung atas permintaannya. Harumi kemudian menyusulnya ke Bandung. Setelah renovasi, mereka lalu menempati rumah lama (dijulukinya "Djiwa Djuwita") di Lembangweg.Di Bandung ia terlibat kembali dengan aktivitas di Ksatrian Instituut. Kegiatannya yang lain adalah mengumpulkan material untuk penulisan autobiografinya (terbit 1950: 70 jaar konsekwent) dan merevisi buku sejarah tulisannya. Ernest Douwes Dekker

Beliau penggagas nama "Nusantara" sebagai nama untuk HindiaBelanda yang merdeka. Penghargaan

jalan yang dinamakan menurut namanya: Setiabudi. Jalan Lembang di Bandung utara, tempat rumahnya berdiri, sekarang bernama Jalan Setiabudi. Di Jakarta bahkan namanya dipakai

ekonomi.. Gelar doktor

Tokoh pergerakan nasional Indonesia E.F.E. Douwes Dekker yang dikenal pula dengan nama Danudirja Setiabudi

sebagai nama suatu kecamatan, yakni Kecamatan Setiabudi di Jakarta Selatan.

SK Pres: 590 Tahun 1961 bertanggal 9 – 11 – 1961

Dr. Sutomo Hidup : 1888 – 1938 adalah tokoh pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia. pendidikan kedokteran di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen, Batavia. (1903) lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888 meninggal di Surabaya, Jawa Timur, 30 Mei 1938 pada umur 49 tahun)

Bersama kawan-kawan dari STOVIA inilah Soetomo mendirikan perkumpulan yang bernama Budi Utomo, pada tahun 1908 sebagai dokter pemerintah di berbagai daerah di Jawa dan Sumatra. menikah dengan seorang perawat Belanda. (1917). melanjutkan studi kedokteran di Belanda.(1919-1923) mendirikan Indonesian Study Club (dalam bahasa Belanda Indonesische Studie Club atau Kelompok Studi Indonesia) di Surabaya (1924) mendirikan Partai Bangsa Indonesia (1930) mendirikan Parindra (Partai Indonesia Raya).(1935) SK Pres: 657 Tahun 1961 bertanggal 27 – 12 – 1961

K.H. Mas Mansur Hidup : 1896 – 1946

lahir di Surabaya, 25 Juni 1896 meninggal di Surabaja, 25 April 1946 pada umur 49 tahun)

Ibunya bernama Raudhah, seorang wanita kaya yang berasal dari keluarga Pesantren Sidoresmo Wonokromo Surabaya. Ayahnya bernama KH. Mas Achmad Marzoeqi, seorang pionir Islam, ahli agama yang terkenal di Jawa Timur pada masanya. Dia berasal dari keturunan bangsawan Astatinggi Sumenep, Madura. Dia dikenal sebagai imam tetap dan khatib di Masjid Ampel, suatu jabatan terhormat pada saat itu.

Pendidikan Masa kecilnya belajar agama pada ayahnya sendiri. Dan belajar di Pesantren Sidoresmo, dengan Kiai Muhammad Thaha sebagai gurunya. Belajar ke Pondok Pesantren Demangan, Bangkalan, Madura(umur 10 taun 1906). Mengkaji Al-

Menunaikan ibadah haji dan belajar di Makkah pada Kiai Mahfudz yang berasal dari Pondok Pesantren Termas Pacitan Jawa Timur (1908) selama 4 taun.Belajar ke Mesir di Perguruan Tinggi AlAzhar pada Syaikh Ahmad Maskawih selama kurang lebih dua tahun. Dan kembali ke Makkah selama satu tahun, dan pada tahun 1915 dia pulang ke Indonesia.Bergabung dalam Sarekat Islam dipimpin oleh Oemar Said Tjokroaminoto, dan terkenal sebagai organisasi yang radikal dan revolusioneri dan sebagai Penasehat Pengurus Besar SI.membentuk majelis diskusi bersama Wahab Hasboellah yang diberi nama Taswir al-Afkar (Cakrawala Pemikiran). dibahas berkaitan dengan masalah-masalah yang bersifat keagamaan murni sampai masalah politik perjuangan melawan penjajah.Dan mengilhami lahirnya berbagai aktivitas lain di berbagai kota, seperti Nahdhah al-Wathan (Kebangkitan Tanah Air) yang menitikberatkan pada pendidikan. Sebagai kelanjutan Nahdhah al-Wathan.Taswir al-Afkar merupakan wadah yang diskusinya mau tidak mau permasalahan yang mereka diskusikan merembet pada masalah khilafiyah, ijtihad, dan madzhab. Terjadinya perbedaan pendapat antara Mas Mansoer dengan Abdoel Wahab Hasboellah mengenai masalah-masalah tersebut yang menyebabkan Mas Mansoer keluar dari Taswir alAfkar.Majalah yang pertama kali diterbitkan bernama Soeara Santri. Djinem merupakan majalah kedua. Kedua majalah tersebut merupakan sarana untuk menuangkan pikiran-pikirannya dan mengajak para pemuda melatih mengekspresikan pikirannya dalam bentuk tulisan. Melalui majalah itu Mas Mansoer mengajak kaum muslimin untuk meninggalkan kemusyrikan dan kekolotan. Di samping itu, juga pernah menjadi redaktur Kawan Kita di Surabaya.Tulisan-tulisan pernah dimuat di Siaran dan Kentoengan di Surabaya; Penagandjoer dan Islam Bergerak di Jogjakarta; Pandji Islam dan Pedoman Masyarakat di Medan dan Adil di Solo. bentuk buku, antara lain yaitu Hadits Nabawijah; Sjarat Sjahnja Nikah; Risalah Tauhid dan Sjirik; dan Adab al-Bahts wa alMunadlarah.masuk organisasi Muhammadiyah (1912 Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya, kemudian menjadi Konsul Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur. Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah pada tahun 1937-1943. Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah dalam Kongres Muhammadiyah ke-26 di Jogjakarta pada bulan Oktober 1937 sebagai guru di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah.Kepemimpinannya ditandai dengan kebijaksanaan baru yang disebut Langkah Muhammadiyah 19381949. memprakarsai berdirinya Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) bersama Hasyim Asy'ari dan Wahab Hasboellah yang keduanya dari Nahdlatul Ulama (NU). Ia juga memprakarsai berdirinya Partai Islam Indonesia (PII) bersama Dr. Sukiman Wiryasanjaya sebagai perimbangan atas sikap non-kooperatif dari Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). empat serangkai, yaitu Soekarno, Mohammad

Qur'an dan mendalami kitab Alfiyah ibn Malik kepada Kiai Khalil. adalah seorang tokoh Islam dan pahlawan nasional Indonesia.

Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan Mas Mansur.melawan kedatangan tentara Belanda (NICA). Akhirnya ia ditangkap oleh tentara NICA dan dipenjarakan di Kalisosok. Di tengah pecahnya perang kemerdekaan yang berkecamuk itulah, Mas Mansur meninggal di tahanan pada tanggal 25 April 191946. Jenazahnya dimakamkan di Gipo Surabaya.

SK Pres: 162 Tahun 1964 bertanggal 26 – 6 – 1964

K.H. Abdul Wahid Hasjim Hidup : 1914 – 1953 

Beliau pendiri Partai Nahdlatul Ulama (NU),



Aktif di organisasi NU (umur 24 tahun)



Anggota Pengurus Besar NU (setahun kemudian)

 Ketua MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia), sebuah badan federasi sejumlah organisasi sosial-politik Islam dan wadah persatuan umat Islam.  Ketua dewan dalam Kongres Muslimin Indonesia, yang merupakan kelanjutan MIAI. Lahir tanggal1 Juni 1914 .Meninggal,15 April belum genap 40 tahun. Beliau Meninggal dalam sebuah kecelakaan di Cimahi dandimakamkan di Jombang di pemakaman keluarga pesantren Tebuireng Ayahnya, KH. Hasyim Asyari, adalah seorang ulama besar dan pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Sejak kecil ia belajar di pesantren Tebuireng dan berbagai pesantren lainnya, bahkan sampai ke Mekah saat berusia 18 tahun. Ia sangat giat belajar dan memiliki hobi membaca yang sangat kuat. Ia memperdalam ilmunya dengan berlangganan koran dan majalah, baik yang

 Pimpinan Shumubu (masa Jepang) yaitu badan urusan agama Islam (sekarang Departemen Agama)  Anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (massa Jepang) yaitu Badan Penyelirik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).  Menandatangani Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945 bersama Panitia Sembilan (Soekarno, Mohammad Hatta, A.A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakkir, Haji Agus Salim, Achmad Soebardjo, dan Muhammad Yamin dan termasuk beliau) yang intinya menyetujui rancangan preambul UUD Republik Indonesia. Setelah Merdeka beliau pernah menjabat :  Menteri Agama dalam Kabinet Hatta (20-12-1949 s/d 0609-1950),Kabinet Natsir (6-09-1950 s/d 27-04-1951), Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 3 April 1952) 

Ketua Muda II Dewan Partai Masyumi,

 Memimpin kongres NU di Palembang (April 1952) melepaskan,Masyumi.Banyak langkah penting yang ia lakukan sebagai Menteri Agama, antara lain;  Mewajibkan pendidikan agama di lingkungan sekolah umum, 

Mendirikan sekolah guru agama,

 Pendirian Perguruan Tinggi Agama Silam Negeri (15-081951) yang berkembang menjadi 14 Institut Agama Islam negeri (IAIN) di 14 propinsi, dan lain-lain.

SK Pres: 206 Tahun 1964 bertanggal 24 – 8 – 1964

berbahasa Indonesia maupun bahasa asing. Ia memang merupakan pribadi yang cerdas dan seorang otodidak yang hebat.

K.H. Hasjim Asjarie Hidup : 1875 – 1947

Beliau pernah belajar

Lahir di Desa Gedang kecamatan Diwek,Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 10 April 1875 meninggal di Jombang, Jawa Timur,25 Juli 1947 pada umur 72 tahun 4 Jumadil Awwal 1292 H6 Ramadhan 1366 H; dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang

Di kalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan "Hadratus Syeikh" yang berarti maha guru..Putra ketiga dari 10 bersaudara. Ayahnya bernama Kyai Asy'ari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Ibunya bernama Halimah. Berdasarkan silsilah garis keturunan ibu, K.H. Hasjim Asy'ari memiliki garis keturunan baik dari Sultan Pajang Jaka Tingkir juga mempunyai keturunan ke raja

Belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang.Sejak usia 15 tahun, ia berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren renggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo.tahun 1892, K.H. Hasjim Asy'ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Mahfudh at-Tarmisi, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein AlHabsyi. Di Makkah, belajar kepada Syaikh Mafudz dari Termas (Pacitan) yang merupakan ulama dari Indonesia pertama yang mengajar Sahih Bukhori di Makkah. Syaikh Mafudz adalah ahli hadis dimana Syaikh Mahfudz merupakan pewaris terakhir dari pertalian penerima (isnad) hadis dari 23 generasi penerima karya ini. dan belajar hadis ia juga belajar tassawuf (sufi) dengan mendalami Tarekat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah.Di Makkah juga Belajar ilmu fiqih madzab Syafi'i dan ilmu astronomi (ilmu falaq),matematika (ilmu isab) dan aljabar kepada Syaikh Ahmad Katib dari Minangkabau dan dimasa inila beliau belajar Tafsir Almanar karya monumental Muhammad Abduh. Pada prinsipnya ia mengagumi rasionalitas pemikiran Abduh akan tetapi kurang setuju dengan ejekan Abduh terhadap ulama tradisionalis.Belajar kepada ulama terkenal dari Banten yang mukim di Makkah yaitu Syaikh Nawawi al-Bantani.Belajar kepada yang bukan dari Nusantara antara lain Syaikh Shata dan Syaikh Dagistani yang merupakan ulama terkenal pada masa itu.Mendirikan Pesantren Tebu Ireng, (1899, sepulangnya dari Mekah).Salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU) (1926)

Karya dan pemikiran tulisan dan catatan-catatan beliau,kitab-kitab tersebut antara lain:

Hindu Majapahit, Raja Brawijaya V (Lembupeteng). Berikut silsilah berdasarkan K.H. Hasjim Asy'ari berdasarkan garis keturanan ibu: Hasjim Asy'ari putra Halimah putri Layyinah putri Sihah Putra Abdul Jabar putra Ahmad putra Pangeran Sambo putra Pengeran Benowo putra Joko Tingkir (Mas Karebet) putra Prabu Brawijaya V (Lembupeteng),

Risalah Ahlis-Sunnah Wal Jama'ah: Fi Hadistil Mawta wa Asyrathis-sa'ah wa baya Mafhumis-Sunnah wal Bid'ah (Paradigma Ahlussunah wal Jama'ah: Pembahasan tentang Orang-orang Mati, Tanda-tanda Zaman, dan Penjelasan tentang Sunnah dan Bid'ah). Nuurul Mubiin fi Mahabbati Sayyid al-Mursaliin (Cahaya yang Terang tentang Kecintaan pada Utusan Tuhan, Muhammad SAW).Adab al-alim wal Muta'allim fi maa yahtaju Ilayh al-Muta'allim fi Ahwali Ta'alumihi wa maa Ta'limihi (Etika Pengajar dan Pelajar dalam Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Pelajar Selama Belajar).Al-Tibyan: fin Nahyi 'an Muqota'atil Arham wal Aqoorib wal Ikhwan (Penjelasan tentang Larangan Memutus Tali Silaturrahmi, Tali Persaudaraan dan Tali Persahabatan)

SK Pres: 294 Tahun 1964 bertanggal 17 –11 – 1964

Gubernur Surjo Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo

lahir di Magetan, 9 Juli 1895 meninggal di Bago, Kedunggalar, Ngawi, Jawa Timur, 10 September 1948 pada umur 53 tahun) Ia adalah menantu Raden Mas Arja Hadiwinoto. Gubernur pertama

Jawa Timur ( 1945 -1948.)

Sebelumnya beliau menjabat Bupati di Kabupaten Magetan (1938-1943).Selanjutnya menjabat Su Cho Kan Bojonegoro pada tahun 1943. Beliau membuat perjanjian gencatan senjata dengan komandan pasukan Inggris Brigadir Jendral Mallaby di Surabaya (26 Oktober 1945). Dan pertempuran tetap saja meletus selama tiga hari di Surabaya 28-30 Oktober yang membuat Inggris terdesak. Presiden Sukarno memutuskan datang ke Surabaya untuk mendamaikan kedua pihak.Gencatan senjata yang disepakati tidak diketahui sepebuhnya oleh para pejuang pribumi. Tetap saja terjadi kontak senjata yang menewaskan Mallaby. Hal ini menyulut kemarahan pasukan Inggris. Komandan pasukan yang bernama Jenderal Mansergh mengultimatum rakyat Surabaya supaya menyerahkan semua senjata paling tanggal 9 November 1945, atau keesokan harinya Surabaya akan dihancurkan.

SK Pres: 294 Tahun 1964 bertanggal 17 –11 – 1964

Let.Jen.TNI.Anm.M.T. Harjono Tempat/tgl lahir : Surabaya,20 Januari 1924 Tempat/tgl Wafat : Lubang Buaya Jakarta,1 Oktober 1965 Dimakamkan di TMP Kalibata Jakarta Pendidikan : di ELS (SD),HBS (SMU),Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran masa Jepang) Beliau menjadi sekretaris delegasi KMB,Atase militer RI untuk belanda dan Deputi III Menteri/Panglima AD SK Pres: 111 / KOTI/1965 bertanggal 5 – 10 – 1965

PAHLAWAN REVOLUSI Serda.KKO. Anm.Djanatin Alias Osman Bin Haji Mohammad Ali Hidup : 1943-1968

Dilahirkandi Jatisobo, Banyumas tanggal 18 Maret 1943 Wafat di Singapura17-10-1968 dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Tamat SMP,ia memasuki Korps Komando Angkatan Laut (KKO) sejak 1 Juni 1962. Ketika ia memasuki dinas militer, Indonesia tengah terlibat

Beliau sosok prajurit yang tegas, disiplin dan dinilai cakap menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. Setelah Melalui saringan yang sangat ketat, kemudian terpilih menjadi salah satu prajurit yang mendapat tugas yang berat lagi sangat berbahaya : menyusup ke Singapura dan membuat sabotase di sana.Bersama dengan Harun bin Said dan Gani bin Arup, Mereka berhasil meledakkan bangunan McDonald di Singapura dalam rangka membuat sabotase (10-03-1965) Dan malang bagi mereka Sepulanya dari Singapura untuk menuju pulau Sambu yang menjadi pangkalan semula, perahu boat yang mereka tumpangi mendadak rusak. Merekapun tertankap pasukan khusus Australia di pelabuhan Singapura.Dan Dalam pengadilan Singapura, Usman dinyatakan bersalah dan divonis hukuman mati. Usman menjalani hukuman gantung di dalam penjara Changi, Singapura.(17-101968) Jenazahnya kemudian dibawa ke Indonesia dan Pemerintah Indonesia

sengketa politik dengan Malaysia.

Pahlawan Pembela Kemerdekaan SK pres: 050/TK/1968 bertanggal 17-10-1968

Kopral.KKO.Anm.Harun Bin Said Alias Tahir Hidup : 1947-1968

lahir pada tanggal 14 April 1947 di Kepulauan Bawean. Tamat SMA ia memasuki Korps Komando Angkatan Laut (KKO) pada bulan Juni 1964

Hidup : 1947-1968

Beliau prajurit yang tegas, disiplin dan mampu mengemban tugas yang dipercayakan padanya. Belum setahun masuk Anggota KKO, 10 Maret 1965, ia mendapat tugas rahasia yang amat berat : menyusup ke Singapura dan membuat sabotase di sana. Bersama Usman bin Muhammad Ali dan Gani bin Arup, ia menerima tugas itu dengan penuh tanggung jawab.Sesuai jadwal ditentukan, ketiganya berhasil menyusup masuk ke Singapura.Target sabotase Bangunan McDonald Singapura berhasil mereka ledakkan. Kemudian merekapun bergegas meninggalkan wilayah Singapura.Sayang seribu kali sayang, kapal boat yang mereka tumpangi mendadak rusak hingga beliau dan Usman bin Muhammad Ali ditangkap pasukan khusus Australia di pelabuhan Singapura.Dan merekapun dipenjara. Setelah diajukan ke persidangan, hakim Singapura memutuskan Harun bin Said bersalah dan divonis hukuman mati. Meskipun pemerintah Indonesia telah menempuh berbagai cara untuk membebaskan Harun bin Said dan rekannya tetapi tetap gagal,akhirnya mereka tetap dihukum

SK Pres: 050/TK/1968 bertanggal 17-10-1968

Jend.TNI.Anm. Basuki Rachmat Hidup : 1921-1968

lahir di Tuban, Jawa Timur, 4 November 1923 meninggal di Jakarta, 8 Januari 1969 pada umur 45 tahun) Ayahnya, Raden Soenodihardjo Sudarsono, menjadi asisten seorang kepala daerah setempat. Ibunya, Soeratni, meninggal pada Januari 1925 ketika Basuki berusia empat tahun, sepuluh hari setelah melahirkan anak lain. sekolah dasar(1932) umur tujuh tahu.karena ayahnya meninggal beliau berhenti dan dia dikirim tinggal bersama adik ayahnya dan menyelesaikan pendidikannya, lulus SMP (1939) dan dari Yogyakarta Muhammadiyah sekolah pada tahun 1942,

adalah Jenderal Indonesia dan menjadi saksi penandatanganan Supersemar dokumen serah terima kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Jenderal Soeharto.Bergabung dengan Pembela Tanah Angkatan Darat (PETA)(1943), sebuah kekuatan tambahan berlari oleh Jepang untuk melatih tentara tambahan dalam kasus invasi Amerika Serikat Jawa. Dalam MAP, Basuki, bangkit untuk menjadi Komandan Kompi. Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk(05-10-1945), Beliau mendaftar TKR waktu itu di kota Ngawi di provinsi asalnya Jawa Timur. Di sana ia ditempatkan dengan KODAM VII / Brawijaya (kemudian dikenal sebagai Wilayah Militer V / Brawijaya), komando militer dibebankan dengan keamanan Jawa Timur.Pada perintah militer ini, Basuki menjabat sebagai Komandan Batalyon di Ngawi (1945-1946), Komandan Batalyon di Ronggolawe (1946-1950), Komandan Resimen ditempatkan di Bojonegoro (1950-1953), Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium V / Brawijaya (1953-1956) dan Penjabat Panglima Daerah Militer V / Brawijaya (1956).September 1956, beliau dipindahkan ke Melbourne, Australia untuk melayani sebagai atase militer ke kedutaan di sana. dan kembali ke Indonesia (November 1959) dan menjabat sebagai Asisten IV / Logistik Kepala Staf Angkatan Darat Abdul Haris Nasution.Basuki kembali ke KODAM VII / Brawijaya pada tahun 1960, menjabat sebagai Kepala Staf sebelum akhirnya menjadi Panglima tahun 1962. SK Pres: 01/TK/1969 bertanggal 9-1-1969

WR. Soepratman Hidup : 1903-1938

lahir di Jatinegara,Batavia 9 Maret 1903 meninggal di Surabaya Jawa Timur, 17 Agustus 1938 pada umur 35 tahun adalah pengarang lagu kebangsaan Indonesia, "Indonesia Raya" dan pahlawan nasional Indonesia.

Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya, pada waktu itu ia berada di Bandung dan pada usia 21 tahun.Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum (secara intrumental dengan biola atas saran Soegondo berkaitan dengan kondisi dan situasi pada waktu itu, lihat Sugondo Djojopuspito). Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Tetapi, pencipta lagu itu, Wage Roedolf Soepratman, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan.Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, ia selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda, sampai jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya yang terakhir "Matahari Terbit" pada awal Agustus 1938, ia ditangkap ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya dan ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya. Ia meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit.

Sk Pres: 016/TK/1971 bertanggal 20-5-1971

Marsda.TNI.Anm.Abdul Halim Perdana Kusuma. Hidup : 1922-1947 Semasa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia melawan ketika itu beliau dan Marsma Ismayudi ditugaskan membeli kelengkapan senjata di Thailand (1948) waktu itu masa perang dengan Belanda dan keduanya ditugaskan dengan pesawat terbang jenis "Enderson". Pesawat terbang itu dipenuhi dengan pelbagai senjata api, di antaranya karbin, sten-gan, pistol dan bom tangan.Dalam perjalanan

Pria kelahiran Sampang, 18 November 1922, ini gugur di Malaysia, 14 Desember 1947 dalam usia 25 tahun saat menjalankan tugas semasa perang IndonesiaBelanda di Sumatera. Ia ditugaskan membeli dan mengangkut perlengkapan senjata dengan pesawat terbang dari Thailand.

pulang, pesawat terbang tersebut jatuh. Tidak diketahui apa penyebabnya. Diduga karena cuaca buruk. Atau dikarenakan sabotase .Bangkai pesawat terbang tersebut ditemui di sebuah kawasan hutan berdekatan dengan Lumut, Perak, Malaysia. Namun tim penyelamat hanya menemui jasad Halim. Sementara, Ismayudi tidak dijumpai dan tidak diketahui nasibnya sehingga sekarang. Begitu juga dengan pelbagai kelengkapan senjata api yang mereka beli di Thailand, tidak diketahui ke mana perginya. SK Pres: 063/TK/1975 bertanggal 9-8-1975

Marsma. TNI. Anm.R.Iswahjudi Hidup : 1918-1949 dalah salah seorang pahlawan nasional Indonesia. Bersama Adisoetjipto, Abdoelrahman Saleh, dan Husein Sastranegara, Iswahyudi dikenal sebagai Marsda Anumerta Iswahjoedi

lahir di Surabaya, Jawa Timur, 15 Juli 1918

meninggal di Tanjung Hantu, Malaysia, 14 Desember 1947 pada umur 29 tahun

perintis TNI AU Indonesia.

Komandan Lanud Maospati Madiun (awal 1947) dibantu oleh Wiweko Soepono dan Nurtanio. Dan menjadi Komandan di Lanud Gadut Bukittinggi.

Beliau meninggal karena pesawatnya jatuh tertembak. Namun Jenazahnya tidak ditemukan hingga saat ini. Namun Secara simbolik sebagai bentuk penghargaan terhadap Marsekal Madya Iswahyudi atas perjuangannya hingga detik-detik terakhir maka ditempatkan makam pahlawan di TMP Kalibata. Pada 10 November 1960, pemerintah Indonesia mengabadikan nama Iswahyudi dengan mengganti nama Lanud Maospati berganti nama menjadi Bandara Iswahyudi, Madiun.

SK Pres: 063/TK/1975 bertanggal 9-8-1975

Soeprijadi Hidup : 1925-1945 Pendidikan Europeesche Lagere School (setingkat Sekolah Dasar), Soeprijadi melanjutkan pendidikannya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (setingkat Sekolah Pertama), dan kemudian memasuki Sekolah Pamong Praja di Magelang. Namun, Jepang menyerbu Hindia Belanda sebelum ia lulus. Ia kemudian mengikuti pelatihan Seimendoyo di Tangerang, Jawa Barat. Bergabung dengan PETA dengan pangkat lahir di Trenggalek, Jawa shodancho atau komandan platon, dan setelah mengikuti Timur, pelatihan ditugaskan di Blitar, Jawa Timur. Ia ditugaskan mengawasi pekerja romusha. Penderitaan pekerja-pekerja tersebut mendorongnya untuk memberontak melawan 13 April 1923 Jepang.Pada 14 Februari 1945, tentara PETA mulai Pada 6 Oktober 1945, memberontak. Namun, Jepang berhasil memadamkan pemerintah Indonesia yang pemberontakan ini. Enam (atau delapan) orang dihukum baru didirikan menyatakan mati dan sisanya dipenjara antara tiga tahun hingga seumur Supriyadi sebagai Menteri hidup. Namun, Supriyadi tidak dihukum mati. Ada yang Keamanan Rakyat. Namun, mengatakan Supriyadi melarikan diri dan bersembunyi dari ia tidak pernah muncul, dan Jepang dan tidak pernah ditemukan sesudahnya pada tanggal 20 Oktober digantikan oleh menteri ad interim Imam Muhammad Suliyoadikusumo. Hingga kini nasibnya masih misterius

SK Pres: 063/TK/1975 bertanggal 9-8-1975

R.P. Soeroso Raden Pandji Soeroso (EYD: Suroso, Hidup : 1893-1981 adalah mantan Gubernur Jawa Tengah, mantan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia, dan mantan anggota BPUPKI/PPKI. Ia juga bertugas sebagai wakil ketua BPUPKI yang dipimpin oleh K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat dikala itu.

Ia juga dikenal sebagai Pendiri Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia, sehingga ia juga dijuluki Bapak Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia.

Beliau adalah mahaguru arkeologi khususnya bidang prasejarah di beberapa universitas di Indonesia. Antara lain: UI, UGM dan Universitas Udayana. Sempat menjadi Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (1974 - 1989). lahir di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur,

SK Pres: 082/TK/1986 bertanggal 23-10-1986

3 November 1893

meninggal di Indonesia, 16 Mei 1981

pada umur 87 tahun)

Mayjen TNI (Purn) Prof Dr. Moestopo Anak keenam dari delapan bersaudara. Ayahnya, Raden Koesoemowinoto sudah meninggal ketika Moestopo baru kelas V HIS. Moestopo menempuh pendidikan dari HIS, kemudian MULO. Setelah itu ia melanjutkan ke STOVIT (Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi) di Surabaya dan juga mengikuti pendidikan Orthodontle di Surabaya dan UGM, Yogyakarta. Setelah itu ia mengikuti pendidikan Oral Tempat/tgl lahir : Ngadiluwih,Kediri Jawa Timur, 13 Juli 1913 Tempat/tgl wafat : Bandung,Jawa Barat, 29 September 1986

Surgeon di Fakultas Kedokteran UI, Jakarta dan juga pendidikan

sejenis

di

Amerika

Serikat

dan

Jepang.

Kemudian ia mulai bekerja sebagai Asisten Orthodontle dan Conserven de Tandheeldunda pada tahun 1937 sampai tahun 1941. Tahun 1941-1942, Dr. Moestopo menjabat sebagai Wakil Direktur STOVIT, kemudian sebagai asisten profesor

dari

Shikadaigaku

Ikabu

(Sekolah

Tinggi

Beliau tokoh militer PETA,dokter gigi,akademisi yang membidani lahirnya Universitas Prof.Dr.Moestopo

Kedokteran Gigi pada masa pendudukan Jepang di Indonesia).

SK Pres: 066/TK/TH 2007 bertanggal 6-11-2007

Sukarni Kartodiwirjo Lahir di Blitar, 14 Juli 1916 meninggal di Jakarta, 7 Mei 1971 di usia 54 tahun,

Beliau tokoh dari Jawa Timur dan tokoh pejuang kemerdekaan dan merupakan tokoh penting partai Murba. Kepress No.115 TK 2014 Tanggal 06 Nov 2014

K.H. Abdul Wahab Chasbullah lahir di Jombang,31-03-1888 wafat pada 29 Desember 1971

Beliau tokoh dari Jawa Timur dan Ulama pendiri Nahdatul Ulama (NU) yang dikenal sebagai pelopor kebebasan berpikir serta aktif dalam berbagai forum organisasi

Kepress No.115 TK 2014 Tanggal 06 Nov 2014

Almarhum Mas Isman (tokoh Provinsi Jawa Timur)

Jasa dan Pengabdiannya 

1924–1982 lahir di Bondowoso,Jawa Timur. 12 Desember 1924

wafat : 12 Desember 1982

Anak ada enam :

membentuk organisasi pelajar bersenjata untuk melawan penjajah (30-08-1945).  Sebagai komandan.dan inisiator saat pasukan pelajar (BKR/TKR) dilantik oleh Sungkono di Sekolah Darmo-49 Surabaya(22-09-1945).  Tentara Pelajar Menyatakan "Soempah Keboelatan Tekad" mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara Indonesia. Dimulai tgl.09 November 1945  Inisiator dan Komandan TRIP Jawa Timur (1946-1950),  Inisiator dan motor penggerak "People Defence" (19461950),  Pendiri KOSGORO (1957),  Delegasi RI untuk PBB (1958),  Kepala Perwakilan RI untuk Rangoon (1959-1960),  Duta Besar untuk Thailand (1960-1964),  Duta Besar RI untuk Mesir (1964-1968),  Asisten VI Pangad (1978-1982),  Anggota DPR/MPR RI (1978-1982). Keppres No 116/TK/ 2015 tanggal 4 November 2015.

Edi Isman, Hayono Isman, Hayani Isman, Maulana Isman, Ananda Isman dan Ininda Isman.

Alm.Komjen (Pol) Dr.H.Moehammad Jasin Jasa dan Pengabdian :

Setelah Indonesia merdeka, Jasin terlibat secara 

1920–2012 (tokoh Jawa Timur) kelahiran Baubau, Sulawesi Tenggara wafat di RS Polri Kramat Jati, Jakarta

merupakan komandan kesatuan Tokubetsu Keisatsutai (Polisi Istimewa) bentukan Jepang di Surabaya (Dimasa Jepang)  aktif dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.  Ikut memproklamasikan Polisi Istimewa menjadi Polisi Indonesia.(untuk melepaskan keterikatan Polisi Istimewa dengan Jepang dan mengubah status dari polisi kolonial menjadi polisi negara merdeka.)  Pemimpin pasukannya untuk melucuti senjata tentara Jepang.  Membentuk (Mobiele Brigade (Mobbrig) yang kemudian berganti nama menjadi Brigade Mobil (Brimob).Tahun 1946  Komandan Mobiele Brigade Besar MBB Jatim  Koordinator Mobbrig di semua keresidenan Jawa Timur.  Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA),  Anggota MPRS dan MPR.  Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Tanzania. Keppres No 116/TK/ 2015 tanggal 4 November 2015.

dimakamkan di TMP Kalibata Meskipun, perjuangan M. Jasin yang sangat berpengaruh di Surabaya menjadikannya Pahlawan yang diajukan oleh Jawa Timur.

K.H.R. As'ad Syamsul Arifin Pendidikan : 

lahir di : Mekkah tahun 1897 meninggal di :

Di Mekkah sampai usia 16 dan kembali mengaji di Jawa  Di berbagai pesantren, diantaranya Pondok Pesantren Sidogiri, Siwalan Panji Sidoarjo, Kademangan Bangkalan, dan Ponpes Tebuireng. Berbekal ilmu dari berbagai pesantren itu, Beliau meneruskan perjuangan ayahnya untuk membesarkan Pondok Pesantren Salafiyyah Syafi’iyyah, pada 1938 Jasa dan Pengabdian :



Situbondo,4 Agustus 1990 umur 93 tahun

Beliau memiliki garis kerurunan dari Sunan Ampel Raden Rahmat, karena menjadi putra pertama dari KH. Syamsul Arifin atau dikenal sebagai Raden Ibrahim, yang menikah dengan Siti Maimunah.

Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah di Desa Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo. Jawa Timur  Berkat kegigihannya, sekitar 10 ribu santri dan warga sekitar bisa dievakuasi. Dari serbuan pasukan belanda ke pondok Salafiyyah Syafi’iyyah  Beliau berperan menggerakkan rakyat dan santri, khususnya di Jawa Timur, ketika Pertempuran 10 November 1945 di Kota Surabaya  Memenangkan pertempuran di Bantal Asembagus, dimana Belanda sempat mengepung markas TNI.  Mendorong NU berasaskan Pancasila. Saat Pemerintahan Soeharto mewajibkan penggunaan Pancasila pada 1982/1983 ,NU merespon cepat dengan menggelar Musyawarah Nasional Alim Ulama di pesantren milik As’ad  Ulama besar sekaligus tokoh dari Nahdlatul Ulama, bersama KH Kholil dan KH Hasyim Asy’ari. Dan jabatan terakhir sebagai Dewan Penasihat (Musytasar) PengurusBesar Nahdlatul Ulama hingga akhir hayatnya.. Penghargaan ini diterima cucu As’ad, yaitu Achmad Azaim Ibrahimy.

Diponegoro Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian. Bantulah memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki dari sumber yang terpercaya. Tulisan yang tidak dapat diverifikasi akan dipertanyakan serta dapat disembunyikan ataupun dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.

Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro

Lahir

B.R.M. Antawirya 11 November 1785 Ngayogyakarta Hadiningrat

Meninggal

8 Januari 1855 (umur 69) Makassar, Sulawesi Selatan, Hindia Belanda

Dikenal atas

Pahlawan Nasional Indonesia



Hamengkubuwono III (bapak)



R.A. Mangkarawati (ibu)

Orang tua

Bendara Pangeran Harya Dipanegara (lebih dikenal dengan nama Diponegoro, lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, 11 November1785 – meninggal di Makassar, Hindia Belanda, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasionalRepublik Indonesia. Pangeran Diponegoro terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah Hindia Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling besar dalam sejarah Indonesia.

Daftar isi     

1Asal usul Diponegoro 2Perang Diponegoro (1825-1830) o 2.1Periode-periode penting 3Kehidupan pribadi 4Penghargaan sebagai Pahlawan 5Daftar pustaka

 

6Referensi 7Pranala luar

Asal usul Diponegoro[sunting | sunting sumber] Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwana III, raja ketiga di Kesultanan Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dengan nama Mustahar dari seorang selir bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri selir) yang berasal dari Pacitan. Semasa kecilnya, Pangeran Diponegoro bernama Bendara Raden Mas Antawirya.[1] Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Diponegoro setidaknya menikah dengan 9 wanita dalam hidupnya, yaitu:         

B.R.A. Retna Madubrangta puteri kedua Kyai Gedhe Dhadhapan; R.A. Supadmi yang kemudian diberi nama R.A. Retnakusuma, putri Raden Tumenggung Natawijaya III, Bupati Panolan, Jipang; R.A. Retnadewati seorang putri Kyai di wilayah Selatan Jogjakarta; R.Ay. Citrawati, puteri Raden Tumenggung Rangga Parwirasentika dengan salah satu isteri selir; R.A. Maduretno, putri Raden Rangga Prawiradirjo III dengan Ratu Maduretna (putri HB II), jadi R.A Maduretna saudara seayah dengan Sentot Prawiradirdja, tetapi lain ibu; R.Ay. Ratnaningsih putri Raden Tumenggung Sumaprawira, bupati Jipang Kepadhangan; R.A. Retnakumala putri Kyahi Guru Kasongan; R.Ay. Ratnaningrum putri Pangeran Penengah atau Dipawiyana II. Syarifah Fathimah Wajo putri Datuk Husain (Wanita dari Wajo, Makassar), makamnya ada di Makassar. Syarifah Fathimah ini nasab lengkapnya adalah Syarifah Fathimah Wajo binti Datuk Husain bin Datuk Ahmad bin Datuk Abdullah bin Datuk Thahir bin Datuk Thayyib bin Datuk Ibrahim bin Datuk Qasim bin Datuk Muhammad bin Datuk Nakhoda Ali bin Husain Jamaluddin Asghar bin Husain Jamaluddin Akbar.

Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari Sultan Hamengkubuwana I, Gusti Kangjeng Ratu Tegalrejo, daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Sultan Hamengkubuwana V (1822). Ketika itu, Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danureja bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujuinya.

Perang Diponegoro (1825-1830)[sunting | sunting sumber] Artikel utama: Perang Jawa Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, ia memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak. Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran GPH Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah gua yang bernama Gua Selarong. Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Gua Selarong. Kyai Mojo yang lahir di Desa Mojo di wilayah Pajang, dekat Kota Surakarta tertarik berjuang bersama Pangeran Diponegoro karena Pangeran Diponegoro ingin

mendirikan kerajaan yang berlandaskan Islam. Kyai Mojo dikenal sebagai ulama besar yang sebenarnya masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Diponegoro. Ibu Kyai Mojo, R.A. Mursilah, adalah saudara perempuan dari Sultan Hamengkubuwana III.[2] Akan tetapi, Kyai Mojo yang aslinya bernama Muslim Mochamad Khalifah semenjak lahir tidak mencicipi kemewahan gaya hidup keluarga istana. Jalinan persaudaraan Diponegoro dan Kyai Mojo kian erat setelah Kyai Mojo menikah dengan janda Pangeran Mangkubumi yang merupakan paman dari Diponegoro. Tak heran, Diponegoro memanggil Kyai Mojo dengan sebutan "paman" meski relasi keduanya adalah saudara sepupu.[3]

Diponegoro, c.1830.

Selain Kyai Mojo, perjuangan Diponegoro juga didukung oleh Sunan Pakubuwono VI dan Raden Tumenggung Prawiradigdaya Bupati Gagatan. Meski demikian, pengaruh dukungan Kyai Mojo terhadap perjuangan Diponegoro begitu kuat karena ia memiliki banyak pengikut dari berbagai lapisan masyarakat. Kyai Mojo yang dikenal sebagai ulama penegak ajaran Islam ini bercita-cita, tanah Jawa dipimpin oleh pemimpin yang mendasarkan hukumnya pada syariat Islam. Semangat memerangi Belanda yang merupakan musuh Islam dijadikan taktik Perang Suci. Oleh sebab itu, kekuatan Dipenogoro kian mendapat dukungan terutama dari tokoh-tokoh agama yang berafiliasi dengan Kyai Mojo.[4] Menurut Peter Carey (2016) dalam Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1855 disebutkan bahwa sebanyak 112 kyai, 31 haji, serta 15 syekh dan puluhan penghulu berhasil diajak bergabung. Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden. Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan sayembara pun dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro, hingga akhirnya ditangkap pada 1830. Perang Diponegoro merupakan perang terbuka dengan pengerahan pasukanpasukan infanteri, kavaleri, dan artileri—yang sejak perang Napoleon menjadi senjata andalan dalam pertempuran frontal—di kedua belah pihak berlangsung dengan sengit. Front pertempuran terjadi di puluhan kota dan desa di seluruh Jawa. Pertempuran berlangsung sedemikian sengitnya sehingga bila suatu wilayah dapat dikuasai pasukan Belanda pada siang hari, maka malam harinya wilayah itu sudah direbut kembali oleh pasukan pribumi; begitu pula sebaliknya. Jalur-jalur logistik dibangun dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyokong keperluan perang. Berpuluh kilang mesiu dibangun di hutan-hutan dan dasar jurang. Produksi mesiu dan peluru berlangsung terus sementara peperangan berkencamuk. Para telik sandi dan kurir bekerja keras mencari dan menyampaikan informasi yang diperlukan untuk menyusun stategi perang. Informasi mengenai kekuatan musuh, jarak tempuh dan waktu, kondisi medan, curah hujan menjadi berita utama; karena taktik dan strategi yang jitu hanya dapat dibangun melalui penguasaan informasi. Serangan-serangan besar rakyat pribumi selalu dilaksanakan pada bulan-bulan penghujan; para senopati menyadari sekali untuk bekerja sama dengan alam sebagai “senjata” tak terkalahkan. Bila musim penghujan tiba, gubernur Belanda akan melakukan berbagai usaha untuk gencatan senjata dan berunding, karena hujan tropis yang deras membuat gerakan pasukan mereka

terhambat. Penyakit malaria, disentri, dan sebagainya merupakan “musuh yang tak tampak” melemahkan moral dan kondisi fisik bahkan merenggut nyawa pasukan mereka. Ketika gencatan senjata terjadi, Belanda akan mengkonsolidasikan pasukan dan menyebarkan matamata dan provokator mereka bergerak di desa dan kota; menghasut, memecah belah dan bahkan menekan anggota keluarga para pengeran dan pemimpin perjuangan rakyat yang berjuang di bawah komando pangeran Diponegoro. Namun pejuang pribumi tersebut tidak gentar dan tetap berjuang melawan Belanda. Pada puncak peperangan, Belanda mengerahkan lebih dari 23.000 orang serdadu; suatu hal yang belum pernah terjadi ketika itu, ketika suatu wilayah yang tidak terlalu luas seperti Jawa Tengah dan sebagian Jawa timur dijaga oleh puluhan ribu serdadu. Dari sudut kemiliteran, ini adalah perang pertama yang melibatkan semua metode yang dikenal dalam sebuah perang modern. Baik metode perang terbuka (open warfare), maupun metode perang gerilya (guerilla warfare) yang dilaksanakan melalui taktik hit and run dan penghadangan. Ini bukan sebuah perang suku, melainkan suatu perang modern yang memanfaatkan berbagai siasat yang saat itu belum pernah dipraktikkan. Perang ini juga dilengkapi dengan taktik perang urat saraf (psy-war) melalui insinuasi dan tekanan-tekanan serta provokasi oleh pihak Belanda terhadap mereka yang terlibat langsung dalam pertempuran; dan kegiatan telik sandi (spionase) dengan kedua belah pihak saling memata-matai dan mencari informasi mengenai kekuatan dan kelemahan lawannya. Pada tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan terhadap Diponegoro dengan menggunakan sistem benteng sehingga Pasukan Diponegoro terjepit. Pada tahun 1829, Kyai Maja, pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap. Menyusul kemudian Pangeran Mangkubumi dan panglima utamanya Sentot Alibasya menyerah kepada Belanda. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Di sana, Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Maka, Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855. Perang melawan penjajah lalu dilanjutkan oleh para putra Pangeran Diponegoro: Ki Sodewa atau Bagus Singlon, Dipaningrat, Dipanegara Anom, Pangeran Joned yang terus-menerus melakukan perlawanan walaupun harus berakhir tragis. Empat putra Pangeran Diponegoro dibuang ke Ambon, sementara Pangeran Joned terbunuh dalam peperangan, begitu juga Ki Sodewa. Berakhirnya Perang Jawa yang merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa. Perang Jawa ini banyak memakan korban di pihak pemerintah Hindia sebanyak 8.000 serdadu berkebangsaan Eropa, 7.000 pribumi, dan 200.000 orang Jawa. Sehingga setelah perang ini jumlah penduduk Ngayogyakarta menyusut separuhnya. Mengingat bagi sebagian kalangan dalam Kraton Ngayogyakarta, Pangeran Diponegoro dianggap pemberontak, sehingga konon anak cucunya tidak diperbolehkan lagi masuk ke Kraton, sampai kemudian Sri Sultan Hamengkubuwana IX memberi amnesti bagi keturunan Diponegoro, dengan mempertimbangkan semangat kebangsaan yang dipunyai Diponegoro kala itu. Kini anak cucu Diponegoro dapat bebas masuk Kraton, terutama untuk mengurus silsilah bagi mereka, tanpa rasa takut akan diusir. Periode-periode penting[sunting | sunting sumber]

Penyerahan Pangeran Diponegoro kepada Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock tanggal 28 Maret 1830 yang mengakhiri Perang Diponegoro (1825-1830), karya Nicolaas Pieneman.









  

20 Februari 1830 Pangeran Diponegoro dan Kolonel Cleerens bertemu di Remo Kamal, Bagelen (sekarang masuk wilayah Kabupaten Purworejo). Cleerens mengusulkan agar Kangjeng Pangeran dan pengikutnya berdiam dulu di Menoreh sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur Jenderal Markus de Kock dari Batavia, Hindia Belanda. 28 Maret 1830 Pangeran Diponegoro menemui Jenderal de Kock di Magelang. De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Dipanegara agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Dipanegara. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu juga Dipanegara ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang, dan langsung ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada 5 April. 11 April 1830 sampai di Batavia dan ditawan di Stadhuis (sekarang gedung Museum Fatahillah). Sambil menunggu keputusan penyelesaian dari Gubernur Jenderal Van den Bosch. 30 April 1830 keputusan pun keluar. Pangeran Dipanegara, Raden Ayu Retnaningsih, Tumenggung Dipasana dan istri, serta para pengikut lainnya seperti Mertaleksana, Banteng Wereng, dan Nyai Sotaruna akan dibuang ke Manado. 3 Mei 1830 Dipanegara dan rombongan diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manado dan ditawan di benteng Amsterdam. 1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan. 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan di Makassar, tepatnya di Jalan Diponegoro, Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo, sekitar empat kilometer sebelah utara pusat Kota Makassar.

Dalam perjuangannya, Pangeran Diponegoro dibantu oleh putranya bernama Bagus Singlon atau Ki Sodewa. Ki Sodewa melakukan peperangan di wilayah Kulonprogo dan Bagelen.

Related Documents


More Documents from "Putri Bungsu"