Muhammad Sebagai Suri Tauladan Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup: Dr. Afifi

  • Uploaded by: Abe Omar Abdullah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Muhammad Sebagai Suri Tauladan Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup: Dr. Afifi as PDF for free.

More details

  • Words: 1,823
  • Pages: 6
1

MUHAMMAD SEBAGAI SURI TAULADAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP1 Oleh : Afifi Fauzi Abbas

Muhammad Rasulullah adalah teladan umat manusia dan itu dinyatakan sendiri oleh Allah SWT dalam al-Quran. Sekurang-kurang Allah menyebut kata uswatun itu sebanyak tiga kali dalam al-Quran, yaitu : Firman Allah dalam al-Quran :

‫ﺮ‬ ‫ﻭ ﹶﺫ ﹶﻛ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻡ ﺍﻟﹾﺂ ِﺧ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻪ ﻭ‬ ‫ﻮ ﺍﻟﻠﱠ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻨ ﹲﺔ ِﻟ‬‫ﺴ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﻮ ﹲﺓ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻮ ِﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﹸﺃ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻢ ﻓِﻲ‬ ‫ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﹶﻟ ﹶﻘ‬ .

( 21 : 33/‫) ﺍﻻﺣﺰﺍﺏ‬

‫ﺍ‬‫ﻪ ﹶﻛِﺜﲑ‬ ‫ﺍﻟﻠﱠ‬

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.Al-Ahzab/33 : 21)

‫ﻢ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬ ‫ﺁ ُﺀ ِﻣ‬‫ﺑﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ِﺇﻧ‬ ‫ﻮ ِﻣ ِﻬ‬ ‫ﻪ ِﺇ ﹾﺫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ِﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺍﻟﱠﺬِﻳ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫ﺍﻫِﻴ‬‫ﺑﺮ‬‫ﻨ ﹲﺔ ﻓِﻲ ِﺇ‬‫ﺴ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﻮ ﹲﺓ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻢ ﹸﺃ‬ ‫ﺖ ﹶﻟ ﹸﻜ‬  ‫ﻧ‬‫ﺪ ﻛﹶﺎ‬ ‫ﹶﻗ‬

‫ﻮﺍ‬‫ﺆ ِﻣﻨ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺍ‬‫ﺑﺪ‬‫ﺎ ُﺀ ﹶﺃ‬‫ﻐﻀ‬ ‫ﺒ‬‫ﺍ ﹾﻟ‬‫ﻭ ﹸﺓ ﻭ‬ ‫ﺍ‬‫ﻌﺪ‬ ‫ﻢ ﺍ ﹾﻟ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﻴ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨﻨ‬‫ﻴ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺍ‬‫ﺑﺪ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ِﺑ ﹸﻜ‬‫ﺮﻧ‬ ‫ﻭ ِﻥ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﹶﻛ ﹶﻔ‬‫ﻦ ﺩ‬ ‫ﻭ ﹶﻥ ِﻣ‬‫ﺒﺪ‬‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭ ِﻣﻤ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﺭﺑ‬ ‫ﻲ ٍﺀ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻦ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ِﻣ‬ ‫ﻚ ِﻣ‬  ‫ﻚ ﹶﻟ‬  ‫ﻣ ِﻠ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﺮﻥﱠ ﹶﻟ‬ ‫ﻐ ِﻔ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﻢ ِﻟﹶﺄﺑِﻴ ِﻪ ﹶﻟﹶﺄ‬ ‫ﺍﻫِﻴ‬‫ﺑﺮ‬‫ﻮ ﹶﻝ ِﺇ‬ ‫ﻩ ِﺇﻟﱠﺎ ﹶﻗ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ‬ (4 : 60/‫) ﺍﳌﻤﺘﺤﻨﺔ‬

‫ﲑ‬ ‫ﺼ‬ ِ ‫ﻤ‬ ‫ﻚ ﺍﹾﻟ‬  ‫ﻴ‬ ‫ﻭِﺇﹶﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺒﻨ‬ ‫ﻧ‬‫ﻚ ﹶﺃ‬  ‫ﻴ‬ ‫ﻭِﺇﹶﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮﻛﱠ ﹾﻠﻨ‬ ‫ﺗ‬

Artinya : Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orangorang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,(Al-Mumtahanah/60 : 4)

1

Sebuah refleksi yang disampaikan para acara peringatan maulid nabi 1429 H,/ Pengajian Yayasan Bakti VII Koto Talago, Minggu 30 Maret 2008

2

‫ﻪ‬ ‫ﻮﻝﱠ ﹶﻓِﺈﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻡ ﺍﻟﹾﺂ ِﺧ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻪ ﻭ‬ ‫ﻮ ﺍﻟﻠﱠ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻨ ﹲﺔ ِﻟ‬‫ﺴ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﻮ ﹲﺓ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻢ ﹸﺃ‬ ‫ﻢ ﻓِﻴ ِﻬ‬ ‫ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﹶﻟ ﹶﻘ‬ ( 6 : 60/‫)ﺍﳌﻤﺘﺤﻨﺔ‬

 ‫ ﺍ ﹾﻟ‬‫ﻐِﻨﻲ‬ ‫ﻮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻫ‬ . ‫ﺪ‬ ‫ﺤﻤِﻴ‬

Artinya : Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya lagi terpuji. (Al-Mumtahanah/60 : 6) Kata uswah berarti idealisasi, bukan imitasi. Bedanya adalah, imitasi berarti menjadikan sesuatu sebagai idola, ia ditiru karena sedang menjadi trendi, nilainya musiman, sifatnya sesaat, sifatnya sementara dan fisikal. Sedangkan idealisasi, berarti menjadikannya sebagai panutan, menjadikannya sebagai cita-cita yang ingin diraih, atau diwujudkan. Nilainya abadi, bahkan mungkin menjadi sakral/suci. Yang dicari adalah nilai keagungan dari kepribadiannya. Jika kita coba mencermati ketiga ayat di atas maka akan dapat kita tangkap beberapa makna simbolik dari kata uswah tersebut. Pertama : Kita harus dapat membangun dan mengembangkan sesuatu yang bersifat kejiwaan, moralitas, dan bathiniyah sehingga tidak mudah terpukau dengan hal-hal yang bersifat lahiriyah. Kedua : Kita harus mampu menembus rasa cinta, rasa sayang, dan rasa kagum yang hanya didasarkan pada hal-hal nyata, yang dapat dilihat dan dapat diraba, menuju sesuatu yang hanya dapat dirasakan dalam kalbu, tertanam dalam jiwa kita, akan tetapi sangat sulit untuk diceritakan. Itulah “mahabbah”. Ketiga : Kita jangan mudah terjebak dengan hijau dan rimbunnya pepohonan di

pegunungan,

akan

tetapi

rasakanlah

ketenangan,

kedamaian

dan

kekukuhannya. Keempat : Kita jangan mudah terkecoh oleh keindahan cover, apiknya lay out dan luxnya kertas yang digunakan oleh sebuah buku, akan tetapi perhatikanlah kepadatan dan kearifan isinya. Kelima : Kita jangan cepat terpesona dan kagum serta mengukur kesalehan seseorang dengan tanda hitam di keningnya, peci putih yang dipakainya dan

3

tasbih yang selalu berada di tangannya, akan tetapi lihatlah prilaku sehari-harinya dan kepeduliannya terhadap sesama. Di sinilah kita harus menjadikan Muhammad SAW. sebagai suri tauladan, karena banyak sekali keindahan pribadi beliau yang dicatat oleh sejarah a.l. : 1. Rasulullah selalu peduli terhadap duka cita orang lain, beliau sangat peduli (care) terhadap penderitaan orang lain, keluh kesah umat selalu ditanggapinya, yang susah selalu ditolongnya. 2. Rasulullah selalu membalas kebajikan orang lain dengan kebajikan pula dan tidak pernah membalas kejahatan orang lain dengan kejahatan akan tetapi selalu dibalasnya dengan kebajikan. 3. Rasulullah tidak pernah mau diistimewakan, beliau selalu berupaya menghapuskan sikap diskriminasi dan penghormatan yang berlebihan terhadap dirinya. Ada satu kisah yang patut kita simak, ketika suatu hari Rasulullah melakukan perjalanan bersama para sahabat, ketika datang waktu makan, maka para sahabat bermaksud untuk menyembelih seekor domba. Satu dan dan lainnya saling berebutan untuk menunjukan peran dan partisipasinya, ada yang mengatur dan mengomandoi ada yang menguliti, ada yang memotong dan ada pula yang akan membakarnya. Tiba-tiba Rasulullah berkata : “biarlah aku yang mencari kayu bakarnya”. Para sahabat merasa keberatan, mereka menjawab : biarlah kami saja yang bekerja. Rasul berkata : “Aku tidak suka jika aku diistimewakan melebihi kalian. Allah sangat membenci hamba-Nya diistimewakan sendiri melebihi teman-temanya yang lain”. 4. Rasululllah selalu mendengar dengan seksama setiap keluhan umatnya, ia dengan senang hati meladeni seorang badui kelana yang datang dengan kaki telanjang, meskipun Rasulullah memilki kekuasaan yang sangat besar 5. Rasulullah tak mau mengganggu ketenangan orang lain, termasuk ketenangan istrinya sendiri. Dalam satu kisah diceritakan : suatu kali Rasulullah pulang agak larut malam sehabis melakukan dakwah. Ia dapati istrinya A’isyah r.a telah terlelap tidur dengan nyenyak. Rasulullah tidak membangunkannya dan beliau memilih tidur di teras rumah ketimbang mengganggu tidur istrinya.

4

6. Beliau tidak pernah dendam dengan musuh-musuhnya, meskipun beliau telah disakiti, diusir dan diperangi. Ini semua menunjukan kepada kita betapa agungnya kepribadian beliau, dan itu pulalah yang patut kita jadikan contoh, kita jadikan sebagai suri tauladan. Kita idealisasikan untuk diri kita, untuk keluarga kita, untuk persyarikatan kita dan untuk masyarakat kita, karena kita sadar betul bahwa beliau adalah contoh pribadi yang paling sempurna. Itu pulalah yang membedakan antara kita dengan beliau, itu pulalah yang menyebabkan kenapa Allah memilih beliau menjadi rasul terakhir, dan memerintahkan kepada kita supaya mengikuti dan meneladani beliau. Firman Allah :

‫ﻧﺠِﻴ ِﻞ‬‫ﺍ ﹾﻟِﺈ‬‫ﺍ ِﺓ ﻭ‬‫ﻮﺭ‬ ‫ﻢ ﻓِﻲ ﺍﻟﺘ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﺎ ِﻋ‬‫ﻮﺑ‬‫ﻣ ﹾﻜﺘ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﻭ‬‫ﺠﺪ‬ ِ ‫ﻳ‬ ‫ ﺍﻟﱠﺬِﻱ‬‫ﻲ‬‫ ﺍﹾﻟﹸﺄﻣ‬‫ِﺒﻲ‬‫ﻮ ﹶﻝ ﺍﻟﻨ‬‫ﺳ‬‫ﻮ ﹶﻥ ﺍﻟﺮ‬‫ِﺒﻌ‬‫ﻳﺘ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺍﻟﱠﺬِﻳ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻀ‬  ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﺚ‬ ‫ﺎِﺋ ﹶ‬‫ﺨﺒ‬  ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺤﺮ‬  ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﺕ‬ ِ ‫ﺎ‬‫ﺒ‬‫ﻢ ﺍﻟﻄﱠﻴ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺤ ﱡﻞ ﹶﻟ‬ ِ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻨ ﹶﻜ ِﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋ ِﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨﻬ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻑ‬ ِ ‫ﻭ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻢ ﺑِﺎﹾﻟ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻳ ﹾﺄ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬‫ﻮﺍ ﺍﻟﻨ‬‫ﺒﻌ‬‫ﺍﺗ‬‫ﻩ ﻭ‬ ‫ﻭ‬‫ﺼﺮ‬  ‫ﻧ‬‫ﻭ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﻋﺰ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮﺍ ِﺑ ِﻪ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻦ ﺀَﺍ‬ ‫ﻢ ﻓﹶﺎﻟﱠﺬِﻳ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﺖ‬  ‫ﻧ‬‫ﺍ ﹾﻟﹶﺄ ﹾﻏﻠﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟﱠﺘِﻲ ﻛﹶﺎ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺻ‬  ‫ﻢ ِﺇ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻋ‬ ( 157 : 7/‫)ﺍﻻﻋﺮﺍﻑ‬.

‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﻤ ﹾﻔ ِﻠﺤ‬ ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﻪ ﺃﹸﻭﹶﻟِﺌ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻧ ِﺰ ﹶﻝ‬‫ﺍﻟﱠﺬِﻱ ﹸﺃ‬

Artinya : (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma`ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.

‫ﻪ‬ ‫ﺽ ﻟﹶﺎ ِﺇﹶﻟ‬ ِ ‫ﺭ‬ ‫ﺍﹾﻟﹶﺄ‬‫ﺕ ﻭ‬ ِ ‫ﺍ‬‫ﻤﻮ‬ ‫ﻚ ﺍﻟﺴ‬  ‫ﻣ ﹾﻠ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺎ ﺍﻟﱠﺬِﻱ ﹶﻟ‬‫ﺟﻤِﻴﻌ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ِﺇﹶﻟ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻲ‬‫ﺱ ِﺇﻧ‬  ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨ‬‫ﻬ‬‫ﺎﹶﺃﻳ‬‫ﹸﻗ ﹾﻞ ﻳ‬

‫ﻩ‬ ‫ﻮ‬‫ِﺒﻌ‬‫ﺍﺗ‬‫ﺎِﺗ ِﻪ ﻭ‬‫ﻭ ﹶﻛ ِﻠﻤ‬ ‫ﻦ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ ﺍﻟﱠﺬِﻱ‬‫ﻲ‬‫ ﺍﹾﻟﹸﺄﻣ‬‫ِﺒﻲ‬‫ﻮِﻟ ِﻪ ﺍﻟﻨ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮﺍ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ‬‫ﺖ ﻓﹶﺂ ِﻣﻨ‬  ‫ﻳﻤِﻴ‬‫ﻭ‬ ‫ﺤﻴِﻲ‬  ‫ﻳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ِﺇﻟﱠﺎ‬ ( 158 : 7/‫)ﺍﻻﻋﺮﺍﻑ‬

‫ﻭ ﹶﻥ‬‫ﺘﺪ‬‫ﻬ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻌﻠﱠ ﹸﻜ‬ ‫ﹶﻟ‬

Artinya : Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman

5

kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk".

‫ﻪ‬ ‫ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍﻟﻠﱠ‬ ‫ﲔ‬  ‫ِﺒﻴ‬‫ﻢ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻭﺧ‬ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻭﹶﻟ ِﻜ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎِﻟ ﹸﻜ‬‫ﻦ ِﺭﺟ‬ ‫ﺣ ٍﺪ ِﻣ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﺪ ﹶﺃﺑ‬ ‫ﺤﻤ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬‫ﻣ‬  ‫ﺷ‬ ‫ِﺑ ﹸﻜﻞﱢ‬ ( 40 : 33/‫ )ﺍﻻﺣﺰﺍﺏ‬. ‫ﺎ‬‫ﻋﻠِﻴﻤ‬ ‫ﻲ ٍﺀ‬

Artinya : Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Ahzab/33 : 40) Kalau kita dapat meniru dan meneladani beliau pastilah kita akan menjadi seorang muttaqin. Kata taqwa dengan segala derivasinya dalam al-Quran disebut lebih kurang sebanyak 246 kali. A.Fattah Thabarah seorang Ulama kontemporer dari Mesir memaknai kata taqwa itu dengan :

‫ ﺍﻥ ﻳﺘﻘﻰ ﺍﻻﻧﺴﺎﻥ ﻣﺎ ﻳﻐﻀﺐ ﺭﺑﻪ ﻭﻣﺎ ﻓﻴﻪ ﺿﺮﺍﺭ ﻟﻨﻔﺴﻪ ﻭﺍﺿﺮﺍﺭ ﻟﻐﲑﻩ‬: ‫ﺍﻟﺘﻘﻮﻯ‬

Artinya : Taqwa itu adalah dimana manusia merasa takut : - terhadap hal-hal yang dapat mendatangkan kemarahan/murka Allah Tuhannya, - melakukan sesuatu yang dapat mencelakakan/merusak diri sendiri - melakukan sesuatu yang dapat mencelakakan orang lain. Jadi taqwa itu adalah berkaitan dengan kualitas hidup. Imam al-Ghazaly dalam kitabnya Mukasyafatul Qulub menjelaskan tentang watak orang bertaqwa : 1. Lidahnya terpelihara dari bohong, mencela dan menghasut 2. Hatinya bebas dari sifat dengki dan dendam 3. Matanya terhindar dari yang terlarang 4. Perutnya terhindar dari makanan yang haram 5. Tangannya tak pernah menjangkau yang dialarang 6. Kakinya tak pernah melangkah ke tempat maksiat 7. Ketaatannya ikhlas hanya kepada Allah Jika kita dapat meraih sikap, sifat dan watak taqwa itu, pasti :

‫ ( ﺍﻥ ﺍﷲ ﳛﺐ ﺍﳌﺘﻘﲔ‬7 : ‫) ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ‬

-

Allah akan mencintai kita :

-

Allah akan menunjuk solusi bagi setiap persoalan yang kita hadapi : ‫ ( ﻭﻣﻦ ﻳﺘﻖ ﺍﷲ ﳚﻌﻞ ﻟﻪ ﳐﺮﺟﺎ‬3 : ‫)ﺍﻟﻄﻼﻕ‬

6

: ‫ﻭﻣﻦ ﻳﺘﻖ ﺍﷲ‬

-

Allah akan selalu memberikan kemudahan kepada kita

-

Allah akan memberikan kemampuan untuk melakukan pilihan-pilihan

-

‫ ( ﳚﻌﻞ ﻟﻪ ﻣﻦ ﺍﻣﺮﻩ ﻳﺴﺮﺍ‬4 : ‫)ﺍﻟﻄﻼﻕ‬

yang strategis : ‫ﺍﻥ ﺗﺘﻘﻮﺍ ﺍﷲ ﳚﻌﻞ ﻟﻜﻢ ﻓﺮﻗﺎﻧﺎ‬ Allah akan memberikan kesuksesan hidup :

( 29 : ‫)ﺍﻻﻧﻔﺎﻝ‬

‫ ( ﺍﻥ ﺍﳌﺘﻘﲔ ﻣﻔﺎﺯﺍ‬31 : ‫)ﺍﻟﻨﺒﺎﺀ‬

Mudah-mudahan semua hal tersebut di atas dapat menjadi bahan perenungan bagi kita bersama, terutama dalam meningkatkan kualitas diri, kualitas hidup, dan kualitas pengabdian kita. Wallah a’lam bisshawab. Nashrun minallah wa fathun qarib

Related Documents


More Documents from ""