Dakwah Bil Hal: : Dr. Afifi

  • Uploaded by: Abe Omar Abdullah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dakwah Bil Hal: : Dr. Afifi as PDF for free.

More details

  • Words: 3,259
  • Pages: 11
DAKWAH BIL HAL∗ Lisanul hal afshahu min lisanil maqal ( Aksi aksi konkrit yang membawa perubahan ke arah perbaikan lebih baik dari pada nasehat semata ) Oleh : Afifi Fauzi Abbas A. Pendahuluan Adanya mata kuliah Islam dan Komunikasi di FISIP UHAMKA membawa harapan baru bagi pengembangan wawasan baru tentang dakwah dan atau komunikasi di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah, sehingga gerakan dakwah di persyarikatan Muhammadiyah akan lebih menyentuh pada persoalan riil dari umat Islam. Dakwah bil hal, atau dakwah melalui gerakan aksi telah merupakan ciri khas dari persyarikatan Muhammadiyah sejak ia didirikan oleh KH Ahmad Dahlan. Ilustrasi yang tak pernah usang yang selalu disegar-segarkan di lingkungan persyarikatan adalah, bagaimana KH Ahmad Dahlan sangat mementingkan aksi konkrit dalam gerakan dakwahnya. Hal tersebut terlihat dri apresiasi beliau yang begitu tinggi untuk melakukan aksi ketika menafsirkan dan mengulas surat alMa’un, sehingga menjadi catatan emas dalam pendirian , Majlis PKU dalam Muhammadiyah. Semuanya itu dilakukan dalam gerakan dakwah Muhammadiyah dalam rangka pemberdayaan masyarakat – termasuk di dalamnya mendirikan Rumah Sakit, Sekolah dan seluruh bentuk amal usaha Muhammadiyah. Hanya saja kini persoalannya adalah bagaimana upaya pemberdayaan itu difahami sebagai wujud atau bentuk dari dakwah bil hal, maka akan dapat kita lihat sebagai berikut ; B. Definisi Pengembangan Masyarakat Islam Sidi Gazalba, mendifinisikan masyarakat Islam sebagai sekelompok manusia dimana mereka hidup dalam jaringan kebudayaan Islam1 yang diamalkan oleh kelompok itu sebagai kebudayaannya. Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Safei, mengadopsi definisi dari sosiolog, Gillin & Gillin, mengatakan bahwa masyarakat Islam adalah kelompok manusia yang mempunyai tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan agama, yakni agama Islam.2 ∗

Sebagai bahan kajian dalam perkuliahan Komunikasi Dalam Perspektif Islam di FISIP UHAMKA 1 Kebudayaan Islam menurut Sidi Gazalba ialah cara berpikir dan cara merasa taqwa, yang menyatakan diri dalam seluruh ruang dalam suatu waktu 2 Nanih Machendrawti dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, bandung PT Rosdakarya, h.5

Salah satu ahli sosiologi yang banyak mendefinisikan konsep kelompok adalah Robert K. Merton. Merton (1965: 285) mendefinisikan kelompok dengan sejumlah orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan. Merton (265 ; 285-286) menyebutkan tiga kriteria obyektif bagi suatu kelompok. Pertama, kelompok ditandai oleh seringnya terjadi interaksi Kedua, pihak yang berinteraksi mendefinisikan diri mereka sebagai anggota. Ketiga, pihak yang berinteraksi didefinikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok. Berbeda dengan Merton tokoh sosiologi lainnya Znaniecki atau Parsons mendefinisikan kelompok, yaitu sejumlah orang yang mempunyai solidaritas atas dasar nilai bersama yang dimiliki serta adanya rasa kewajiban moral untuk menjalankan peran yang diharapkan Kalau dilihat dari pengertian kelompok tersebut, maka pengertian kelompok dalam konsep Islam dapat dipadankan dengan konsep jama'ah. Jamaah dalam konteks sosiologis masyarakat Indonesia dikaitkan dengan kelembagaan Islam. Misalnya, jamaah majelis taklim x , jamaah mesjid y. Apakah setiap kelompok itu masyarakat ? Marion Levi (lihat Inkeles, 1965) dalam Kamanto (2000) mengemukakan empat kriteria yang harus dipenuhi agar suatu kelompok dapat disebut dengan masyarakat, yaitu : (1) kemampuan berta-han melebihi masa hidup seo-rang individu; (2) rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi (3) kesetiaan pada suatu “sistem tindakan utama bersama”, (4) adanya sistem tindakan utama yang bersifat "swasembada". Bila merujuk pada difinisi tersebut, maka tidak semua kelom-pok itu dikatakan masyarakat. Dengan demikian, bila mengacu pada penjelasan tersebut, maka tidak setiap jamaah majelis taklim atau masjid dapat dikatakan sebagai ''masyarakat Islam'". Tidak setiap anggota jamaah adalah bagian atau anggota masyarakat Islam. Pengertian masyarakat Islam dapat dipadankan dengan konsep ummat. Mengenai ummat Riaz Hassan dalam bukunya Keragaman Iman (2001 : 91) mengungkapkan bahwa istilah umat muncul 64 kali dalam al-Qur'an. Akar kata ini masih diperdebatkan. Banyak yang mengatakan bahwa kata ini berasal dari 'umm' yang berarti ibu, atau dari kata kerja "amma'. Ada juga yang mengatakan istilah 'umma' dengan kata imam' atau pemimpin. Sebagian lagi mengatakan bahwa kata umat berasal dari bahasa Ibrani “umma” atau aramik (umm tha). Sebagian lagi merujuk pada 'perkumpulan suku-suku Arab". Sebelum Islam datang, kata umat dipakai dalam syair Arab yang berarti “komunitas agama", namun hal ini jarang digunakan. Dewasa ini umat menjadi symbol dan perwujudan gagasan ma-

syarakat Islam. Dengan demikian bila digambarkan maka konteks dan tingkatan dalam masyarakat Islam sebagai berikut : Pada perkembangannya, pemakaian istilah masyarakat Islam ini menurut penulis tidak hanya seperti yang diungkapkan Sidi Gozala, dan Abdulah Nasheef (1992:116).3 Makna masyarakat Islam menjadi luas, tidak hanya untuk orangorang yang kehidupannya berasaskan kebudayaan Islam. Tetapi juga mempunyai makna secara umum yang luas. masyarakat Islam adalah orang - orang Islam (muslim-muslimat atau muslimun-muslimaat). Bahkan orang yang hanya ber-KTP Islam saja, juga dapat dikatakan anggota masyarakat Islam. Makna masyarakat tidak hanya bermakna masyarakat yang islami, tetapi juga meliputi masyarakat yang beragama Islam. Konsep masyarakat Islam sendiri belum ada yang memberikan definisi yang jelas. Muktamar Muhammadiyah ke-45 telah menjelaskan tentang ciri masyarakat Islam, tetapi batasannya belum begitu jelas.4 Apakah bila yang ada hanya sebagian ciri dapat dikatakan sudah masyarakat Islam atau belum tidak diungkapkan secara jelas. Oleh karena itu, menurut penulis makna "masyarakat islam" dikaitkan dengan "tujuan' dapat dijelaskan sebagai berikut: Makna lama Masyarakat beragama Islam Masyarakat beragama Islam

= Masyarakat Islam atau Masyarakat islam atau islami

(dibina agar menjadi) Makna Sekarang Masyarakat beragama Islam Masyarakat Islam

= Masyarakat Islam Masyarakat Islami atau Masyarakat Madani

Merujuk pada pemaknaan tersebut, penulis mendefinisikan "masyarakat Islam menjadi dua, yaitu: pertama. masyarakat Islam dalam arti sempit " sekelompok orang Islam yang tinggal (menetap) dan berinteraksi di lokal atau wilayah tertentu misalnya di desa, kelurahan, atau Rt/Rw atau sekelompok orang Islam yang tinggal (menetap) di sekitar mesjid atau majelis taklim tertentu berinteraksi 3 Menurut Abdulllah Nasheef dalam Nannih (2001) "ummah" dipandang sebagai komunitas orang yang percaya kepada Tuhan yang menciptakan mereka, memelihara mereka. membahagiakan mcrcka, dan nieiiibcri mcrcka tuntunan dim kebuluhan mereka. Singkatnya ummat adalah komunitas Islam yang harus hidup menurut Islam. Hidupnya belum menurul islam tidak dikatakan ummat. 4 Muktamar Muhammadiyah kc-45 telah menjelaskan tentang ciri masyarakat Islam yaitu : 1. Merupakan wujud aktualisasi ajaran Islam dalam struktur kehidupan kolektif manusia yang mcmiliki corak tengahan (ummatan wasatho) yang berkemajuan. baik dalam wujud sistim nilai sosial-budaya. sistem sosial maupun lingkungan fisik yang dibangunnya; 2. Memiliki keseimbangan antara kehidupan lahiriyyah dan bathimyyah. rasionalitas dan spitualilas. aqidah dan muammaiah. individual dan sosial. duniwi dan ukhowi; 3. Mengamalkan nilai-nilai kebajikan. seperti kcadilan. kcjujuran. kesejahteraan. kcrjasama. kerja keras. kedisiplinan dan keunggulan dalam segala lapangan kehidupan; 4. Bersedia bekerjasama dan becrlomba-lomba dalam segala lapangan kehidupan; mcmiliki kesaimaan karaktcr dengan masyarakat madani. yaitu masyarakal kewargaan (civil society) yang memiliki keyakinan yang menjiwai nilai-nilai ilahiyah. demokratis. berkeadilan, otonom. berkemajuan dan berakhlak mulia (al akhlaqul karimah): dan 6. Berperan sebagai syhacla 'alan nas ditengah - tengah masyarakat.

sebagai jamaah mesjid atau majelis taklim. Kedua. dalam arti luas yaitu masyarakat Islam yang berinteraksi atas kesamaan ciri, kepentingan dan tujuan tertentu yang tidak tinggal dalam wilayah geografis tertentu, seperti ICM1 (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia atau Himpunan Pengusaha Muslim Indonesia dan lainIain. C. Makna "Pengembagan" dan Indikatornya Permasalahan umat Islam atau masyarakat Islam secara umum adalah keterbelakangan. Keterbelakangan ini berkaitan dengan aspek kemiskinan, kebodohan dan kesehatan. Pada pembatasan masyarakat Islam aspek geografis atau aspek wilayah, menjadi indikator dalam menentukan suatu umat Islam di desa x atau mesjid x, berkembang (maju/modern) dan tidak berkembang. Makna "pengembangan" sendiri mengasumsikan proses pengayaan suatu kondisi "yang kurang berkembang ke arah kondisi "yang berkembang". Untuk menentukan suatu kondisi masyarakat Islam secara lokal perlu melihat 4 kategori, yaitu: a. berkembang, b. cukup berkembang, c. kurang berkembang, d. dan tidak berkembang dengan menggunakan indikator sebagai berikut : jumlah mustahik, jumlah dana filantropi Islam yang terkumpu! tingkat partisipasi (jamaah) pada kelembagaan Islam, jumlah pemilik tabungan (jamaah) di lembaga keuangan syariah (non riha) dan tingkat keseringan bertaaruf dan silaturrahiim (jaringan) Indikator - indikator tersebut berdasarkan pertimbangan nilai - nilai dan konsep-konsep yang dianggap penting dalam ajaran Islam (al-qur'an dan al-hadist). Catatan sejarah Islam, menunjukkan bahwa ketika nilai - nilai yang ada dalam ajaran Islam diamalkan oleh masyarakat Islam maka perkembangan peradaban Islam akan tumbuh dengan pesat. Pada saat inipun dengan lahirnya sistem ekonomi syariah turut memberikan kontribusi pada pengembangan umat Islam secara luas. Pengkajian kategori dan indikator untuk pengembangan atau pembangunan umat Islam pada tingkat lokal penting untuk terus dilakukan agar tercipta indikator model pengembangan masyarakat Islam yang khas yang berbeda dengan indikator - indikator konvensional yang ada pada saat ini. Setidaknya kategori di atas bagian dari upaya awal pengkajian kategori dan indikator masyarakat Islam. Uraian kategori dan indikator yang dimaksud di atas dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1 Indikator Kondisi Masyarakat Islam No.

Kategori masyarakat

lndikator

1.

Islam Tidak berkembang

1. Jumlah Mustahik separuh atau lebih dari dari komunitas muslim yang mendiami desa x atau jumlah mustahik separuh atau lebih dari komunitas muslim yang menjadi jamaah mesjid x 2. Jumlah dana Filantropi Islam yang terkumpul hanya memenuhi 25 % atau kurang dari mustahik yang ada. 3. Tingkat partisipasi (jamaah) pada kelembagaan Islam (sholat jamaah-pengajian lokal) kurang dari 15 % atau kurang dari jumlah orang Islam yang ada di daerah x atau jamaah mesjid x. 4. Hanya 15 % atau kurang dari jumlah orang Islam yang ada memiliki tabungan di lembaga keuangan syariah 5. Tingkat peningkatan ta'aruf dan silaturrahiim (network) orang islam dengan orang Islam, dengan pengelola lembaga- lembaga atau organisasi yang dapat membantu ke arah yang lebih baik, 5 kali atau kurang dalam sebulan.

2.

Kurang berkembang

1. Jumlah Mustahik 36 % - 49 % dari komunitas muslim yang mendiami desa x atau jumlah mustahik 36 % sampai 49 % dari komunitas muslim yang menjadi jamaah mesjid x 2. Jumlah dana Filantropi Islam yang terkumpul hanya memenuhi 26 % - 50 % dari mustahik yang ada. 3. Tingkat partisipasi (jamaah) pada kelembagaan Islam (sholat jamaah-pengajian lokal) kurang dari 16 % - 35 % dari jumlah orang Islam yang ada di daerah x atau jamaah mesjid x. 4. Hanya 16 % - 35 % dari jumlah orang Islam yang ada memiliki tabungan di lembaga keuangan syariah 5. Tingkat peningkatan ta'aruf dan silaturrahiim (network) orang islam dengan orang islam dengan pengelola lembaga-lembaga atau organisasi yang dapat membantu kearah yang lebih baik 10 kali atau kurang dalam sebulan.

3.

Cukup berkembang

1. Jumlah Mustahik 26 - 34 % dari komunitas muslim yang mendiami desa x atau jumlah mustahik 25 % sampai 34 % dari komunitas muslim yang menjadi jamaah masjid X 2. Jumlah dana Filantropi Islam yang terkumpul dapat memenuhi 51 % - 75 % dari mustahik yang ada. 3. Tingkal partisipasi {jamaah) pada kelembagaan Islam (sholat jamaah-pengajian lokal) kurang dari 36 % - 49 % dari jumlah orang Islam yang ada di daerah x atau jamaah mesjid x. 4. Hanya 36 % - 49 % dari jumlah orang islam yang ada memiliki tabungan di lembaga keuangan syariah 5. Tingkat peningkatan ta'aruf dan silaiurahiim {network) orang islam dengan orang islam dengan pengelola lembaga-lembaga atau organisasi yang dapat membantu kearah yang lebih baik, 20 kali atau kurang dalam sebulan.

4.

Berkembang

1. Jumlah Mustahik kurang dari 25 % dari separuh atau lebih dari komunitas muslim yang mendiami desa x atau jumlah mustahik kurang dari 25 % dari komunitas muslim yang menjadi jamaah mesjid x 2. Jumlah dana Filantropi Islam yang terkumpul dapat memenuh lebih dari 75% dari musta-hik yang ada 3. Tingkat partisipasi {Jamaah) pada kelembagaan Islam (sholat jamaah-pengajian lokal) lebih dari 50% dari jumlah orang Islam yang ada di daerah x atau jamaah mesjid x. 4. Lebih dari 50 % jumlah orang islam yang ada memiliki tabungan di lembaga keuangan syariah 5. Tingkat peningkatan ta'aruf dan silaiurahiim {network) orang islam dengan orang islam dengan pengelola lembaga-lembaga atau organisasi yang dapat membantu kearah yang lebih baik 30 kali atau kurang dalam sebulan

D. Definisi Tentang Pengembangan Masyarakat Islam Sering dikatakan bahwa pengembangan masyarakat Islam adalah wujud dari dakwah bi! Hal. Sepanjang yang diketahui, definisi "Pengembangan Masyarakat" sering dikutip dalam proses kajian konseptual atau untuk penulisan karya ilmiah dari buku atau karya Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Safei (2001). Dalam buku tersebut ada didapati beberapa definisi:

Tabel 2 Definisi Pengembangan Masyarakat No. 1.

Tokoh Amrullah Ahmad (1999)

2.

Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad

3.

Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad

Definisi Sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkung-an dalam perspektif Islam. Menstransformasikan dan melembagakan semua segi ajaran Islam dalam kehidupan keluarga (usrah) kelompok sosial (jamaah), dan masyarakat (ummah). Model empiris pengembangan perilaku individual dan kolektif dalam dimensi amal sholeh (karya terbaik), dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

Definisi tersebut di atas untuk beberapa konteks perkembangan pada saat ini menjadi kurang memadai untuk bahan referensi akademik. Banyak mahasiswa menulis karya ilmiah dengan latar belakang Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) atau organisasi yang membuat program pengembangan masyarakat yang menggunakan institusi atau kelembagaan Islam atau membuat kelompok-kelompok kecil (Jamaah) sebagai sarana pengembangan. Di samping itu, pada prakteknya dikaitkan dengan aspek geografis (kelokalan), lembagaa Islam lokal atau masalah-masalah yang melingkupi orang Islam yang dikaitkan dengan aspek pemerintahan, ekonomi, pendidikan, kesehatan. Untuk itu penulis menawarkan beberapa definisi tentang Pengembangan Masyarakat Ham sebagai berikut : Tabelk 3 Definisi Pengembangan Masyarakat No Konsep Pengembangan 1. Masyarakat Islam

2.

Definisi Suatu strategi dan aksi perubahan berencana dan sistematis untuk mengembangkan mustahik agar dapat berkembang menjadi muzaki dengan menggunakan medium lembaga Islam atau organisasi kemasyarakatan Islam agar tercipta masyarakat islami alau madani. Pengembangan Definisi 1: Komunitas Islam Suatu strategi dan perubahan berencana dan sistematis untuk mengatasi masalah orang-orang Islam (ummah) atau jamaah agar dapat berkembang secara partisipatif dan hidup sesuai dengan ajaran Islam. Definisi 2 : Suatu strategi dan perubahan berencana dan sistematis agar golongan mustahik dapat berkembang menjadi muzaki dengan mengunakan medium perubahan kelembagaan Islam atau organisasi kemasyarakatan Islam yang ada dalam masyarakatnya.

3.

4.

5. 6.

Pengorganisasian Suatu strategi perubahan berencana dan sistematis untuk Komunitas Islam klien atau beneficeries orang-orang Islam pada daerah loka! tertentu dengan membuat kelompok - kelompok yang saling menolong dan disertai pendampingan. Pengembangan Suatu strategi perubahan berencana dan sistematis unEkonomi tuk fakir miskin pada daerah tertentu dengan membuat Dhu'afa kelompok - kelompok yang dibina dan diberi bantuan modal usaha agar dapat keluar dari kondisi fakir dan miskin sehingga dapat berperan dalam kehidupan masyarakat Islam. Pengembangan Menstransformasikan dan melembagakan semua segi Pendidikan ajaran Islam dalam kehidupan individu, keluarga (usrah) Masyarakat Islam kelompok sosial (jamaah) dan masyarakat (ummah). Pengembangan Model empiris pengembangan perilaku individual dan Pemerintahan kolektif dalam dimensi amal sholeh (karya terbaik), deMasyarakat Islam ngan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Tim Islamic Community Development Model dari Fakultas Dakwah dan Komu-

nikasi UIN pernah juga merumuskan definisi untuk model pengembangan masyarakat Islam, terdiri dari unsur-unsur : 1). Mengutamakan perilaku pengembangan atau pemberdayaan masyarakat yang beragama Islam atau organisasi yang berasaskan Islam. 2). Mengutamakan pemberdayaan umat Islam yang tertinggal dalam segala hal. 3). Mengutamakan penggunaan dana yang bersumber dari dana filantropi Islam seperti Zakat Mall, Zakat Fitrah, Infak atau Sodaqoh . 4). Pendekatan pemberdayaan menggunakan pendekatan ke-Islaman. 5). Filantropi Islam jika dijadikan sebagai bantuan modal sebaiknya menggunakan sistem bagi hasil. 6). Pendamping atau agen perubah diutamakan yang beragama Islam dan 7). Melibatkan institusi mitra lokal yang berasaskan Islam. E. Tahapan Pengembagan Masyarakat Islam Menurut Nanih dan Agus (31-34) tahapan pengembangan masyarakat Islam merujuk pada upaya yang dilakukan Nabi Muham-mad SAW dalam membentuk masyarakat Islam berikut : No. 1.

Konsep Takwin

Uraian Tahap pembentukan masyarakat Islam. Kegiatan pokok pada tahap ini adalah dakwah bil lisan sebagai ikhtiar sosialisasi akidah, ukhuwah, dan ta'awun. Semua aspek tadi, ditata menjadi instrumen sosiologis. Proses sosialisasi dimulai dari unit terkecil dan terdekat sampai kepada perwujudan kesepakatan (bai'at). Bai'at I, (Memorandum of Under-

2.

3.

Tanzim

standing) dan bai'at 2. (Memorandum of Agreement). Pada tahap ini telah terwujud jamaah Islam swadaya yang menjadi community base kegiatan dakwah Pada tahap ini dilakukan penataan dakwah dengan proses hijrah, artinya komunitas Islam diajak untuk hijrah ke kehidupan yang Islami, dengan langkah (1) membangun mesjid sebagai pusat ukhuwah islamiyah dan (2) membuat "piagam madinah (memorandum of agreement)" yang disepakati antara komunitas muslim dan non muslim. Di samping itu, adanya memorandum of agreement antara da'i dan mad'u sebagai landasan membangun masyarakat islami

Taudi’ masyarakat Tahap kemandirian. Umat pada saat ini sudah siap menjadi masyarakat yang mandiri, terutama secamadani ra manajerial. Dengan demikian bila tahapan ini dapat dilalui maka diharapkan akan muncul masyarakat Islam yang memiliki kekuatan Tahapan tersebut di atas bisa dijadikan rujukan bagi para pengembang masya-

rakat Islam ketika ingin melakukan pengembangan masyarakat Islam di suatu daerah atau jamaah mesjid atau majelis taklim tertentu. F. Peran Pendamping dalam Proses Pengembangan Masyarakat Islam Peran pendamping (da’i) dalam program Pengembangan Masyarakat Islam adalah: 1. Sebagai Mubaligh. Sebagai mubaligh pendamping berperan menumbuhkan kesadaran, menyampaikan pesan-pesan agama melalui ceramah atau dakwah bil lisan kepada aktivis mesjid atau majelis taklim atau jamaahnya tentang perlunya melakukan silaturahiim dan ta'awun, memperkuat ukhuwah dengan aksi bersama untuk mengembangkan umat ke arah yang lebih baik. 2. Sebagai Murabbi. Sebagai murabbi atau pembimbing, pendamping memberikan bimbingan pada masyarakat dengan mengidentifikasi siapa jamaah yang masuk kategori mustahik zakat dan yang masuk kategori muzaki. Melakukan analisis SWOT tentang kekuatan dan Iain-lain, Sebagai murabbi, pendamping menjadi tempat konsultasi bagi masyarakat lokal atau jamaah tentang-masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Sebagai Mudaris. Sebagai seorang mudaris atau pengajar, pendamping berkewajiban memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam Program Pengembangan Masyarakat Islam. Memberikan informasi tentang keislaman, sistem ekonomi syariah dan lain-lain. Disamping itu pendamping harus mencatat data kondisi

jama’ah dan perkembangan jama’ah. harus mencatat data kondisi jamaah dan perkembangan jamaah 4. Sebagai Mujaddid. Seorang mujaddid, pembaharu atau reformis berkewajiban melakukan pembaharuan terutama pada peran, fungsi, dan manajemen kelembagaan Islam atau organisasi kemasyarakan Islam. Merubah tradisi dan paradigma berpikir para pengurus mesjid dan majelis taklim dengan "ide-ide baru". Memperbaharui pemahaman fungsi mesjid dan majelis taklim bahwa mesjid tidak hanya hanya berfungsi untuk kesalehan individual, tetapi juga berfungsi untuk mengatasi persoalan kehidupan jamaahnya. Ada program bantuan usaha untuk fakir miskin, ada praktek klinis atas biaya sedekah dari jamaah, santunan bagi lansia, mengatasi penyakit flu burung dan demam berdarah dan lain-lain Pembaharuan juga dapat dilakukan dengan mempertemukan para pengurus atau aktivis mesjid dengan institusi luar seperti perbankan syariah atau mesjid yang sudah maju agar para pengelola mesjid lokal tertular untuk mendapatkan ide dan rencana penbaharuan. Dengan kata lain fungsi seorang mujaddid adalah membuat "mujaddid-mujaddid lokal untuk menjadi motor penggerak mempercepat perubahan masayarakat ke arah masyarakat Islam yang kreatif, inovatif dan mengamalkan al-qur'an dan assunnah. 5. Sebagai Amil. Sebagai Amil, pendamping program Pengembangan Masyarakat Islam bisa menjadi pengelola dana filantropi Islam. Amil melakukan kegiatan untuk mencetak amil lokal untuk penggalangan dana filantropi Islam. Dana dikelola dan, selanjutkan disalurkan kepada mustahik, sehingga fakir miskin dapat secara bertahap menjadi muzakki baru. Amil merupakan profesi yang tercantum dalam al-qur'an dan merupakan profesi yang menjanjikan ke depan seiring dengan tumbuhnya OPZ (Organisasi Pengelola Zakat) yang dikelola secara professional dan menggunakan manajemen dan teknogi modem. G. Penutup Pengkajian literatur, penelitian tentang praktek-praktek pengembangan masyarakat Islam yang dilakukan oieh pemerintah atau Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) harus terus dilakukan oleh kalangan perguruan tinggi, terutama oleh akademisi yang mengelola atau mengajar di Program Studi Komunikasi dim Perguruan Tinggi Islam (Muhammadiyah). Hal ini penting untuk dilakukan agar kerangka teoritis pengembangan masyarakat Islam yang ada di program studi ini tidak ketinggalan bila dibandingkan dengan kerangka teoritis pengembangan

masyarakat konvensional yang dikembangkan oleh para akademisi di Jurusan Kesejahteraan Sosial di Universitas Negeri Umum dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Disamping itu, temuan-temuan baru model-model pengembangan masyarakat Islam juga penting untuk berkontribusi sebagai upaya pengentasan kemiskinan umat Islam Indonesia. Bagi penulis, tulisan ini sebagai langkah pertama untuk mengkaji model pengembangan masyarakat Islam dan langkah awal untuk mulai menjawab tantangan dakwah bil hal di masa mendatang. Wallahu a’lam bisshawab. DAFTAR PUSTAKA Gazalba, Sidi, Masyarakai Islam : Pengantar Sasittlogi dan Sosiografi cetak-an kedua, PT Bulan Bintang, 1989 Hasan, Riaz, Keragaman Iman : Studi Komparatif Masyarakai Muslim, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006 Machendrawaty; Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masayarakat Islam, Rosdakarya Bandung, Septem-ber 2001 Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, Edisi Kedua, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, 2000

Related Documents


More Documents from "Abe Omar Abdullah"