Modernisasi Atau Kah Postmodernisasi Pembangunan Pertanian??

  • Uploaded by: Harry Samuel Silaban
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Modernisasi Atau Kah Postmodernisasi Pembangunan Pertanian?? as PDF for free.

More details

  • Words: 621
  • Pages: 2
Modernisasi atau kah Postmodernisasi Pertanian ? Kondisi apakah yang sekarang sedang terjadi dalam pembangunan pertanian di Indonesia? Dalam perkembangannya dari waktu ke waktu, pembangunan pertanian di Indonesia sekarang telah berorientasi ke arah modernisasi. Dari segala sesuatu yang dulunya bersifat tradisional sekarang telah berpaling menuju ke arah modern. Modernisasi pertanian di Indonesia ditandai dengan adanya revolusi hijau. Revolusi hijau di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1960-an, dengan ciri teknologi kimiawi, bibit unggul, dan mesin baru. Kondisi ekologi juga tidak terlalu diperhatikan dalam rangka kelestarian lingkungan yang sustainable. Tujuan revolusi hijau apalagi kalau bukan pada peningkatan produksi, sehingga tidak mengherankan bila dampak sosial dan ekologisnya tidak terencanakan serta tidak terkontrol. Peningkatan produksi telah dicapai dengan swasembada tahun 1984 dari sebagai negara pengimpor beras terbesar tahun 1970-an. Modernisasi pada awalnya bertujuan untuk memodernkan seluruh masyarakatnya. Namun yang terjadi sesungguhnya adalah pengkondisian masyarakatnya ke arah yang lebih kolot dari yang sudah tradisional sebelumnya. Pelaksanaan revolusi hijau dilakukan dengan cara apapun termasuk dengan paksaan agar para petani mau melakukannya. Model revolusi hijau jelas-jelas sudah gagal. Efek yang ditimbulkan sangat merugikan masyarakat dengan mengubah pattern sistem sosialnya dan merusak keadaan lingkungan yang ada. Modernisasi pertanian di Indonesia pasca revolusi hijau masih berlanjut hingga sekarang, namun dengan content yang berbeda. Arah modernisasi sekarang berkiblat pada sistem agribisnis dan industrialisasi pertanian. Konsep efisiensi, efektivitas, dan pandangan tentang komersialisasi produk diterapkan. Namun, terdapat beberapa fenomena yang ganjil dalam modernisasi pertanian di Indonesia sekarang. Di negara-negara yang sektor pertaniannya maju, lahan yang dibuka bagi petani semakin luas dengan jumlah petani yang semakin sedikit (dibantu dengan mesin dan alat pertanian yang canggih). Di Indonesia justru sebaliknya. Luas lahan yang diberikan kepada para petani semakin kecil dengan jumlah petani yang sangat banyak. Sistem sosial masyarakat terutama masyarakat pedesaan yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani juga sudah berubah. Kebersamaan pudar, individulisme tumbuh, hilangnya kelembagaan egaliter masyarakat desa, hubungan “pemerataan patron klien” digantikan oleh perhitungan untung rugi. Ritual-ritual bercocok tanam yang ada di beberapa daerah di Indonesia juga sudah mulai hilang.

Contohnya adalah tradisi mapadendang di kampung Kapalu dan appadekko di Makassar. Nilainilai tradisional yang ada jangan sepenuhnya dihilangkan. Tradisi-tradisi semacam ini seharusnya dipertahankan sehingga menambah kekayaan nuansa dalam sektor pertanian. Postmodernisasi adalah suatu jalan yang menentang seluruh kegiatan modernisasi yang melalui teknologi, industri, komunikasi, dan gaya hidup merusak keadaan alam dan merendahkan martabat manusia. Postmodernisasi semakin banyak menunjukkan kelemahan dari modernisasi. Postmodernisasi memberikan harapan untuk menghasilkan kreativitas, semangat intelektualisme, dan menghargai keberadaan dan martabat manusia. Postmodernisasi menggunakan bahasa, pendekatan, dan hubungan yang sangat intim dalam penyelesaian suatu masalah termasuk masalah pertanian. Postmodernisasi pertanian harus memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada pada era modernisasi pertanian termasuk revolusi hijau. Postmodernisasi cenderung anti pusat (lokalistik) dalam artian setiap permasalahan termasuk permasalahan pertanian dilakukan dengan cara yang berbeda-beda di masing-masing daerah, tidak seluruhnya di-homogen-kan seperti yang terdapat dalam program revolusi hijau sebelumnya. Postmodernisasi melakukan pendekatan relativistik dan pluralistik dengan sikap kerendahan hati untuk mendengarkan dan mengapresiasi suatu pendapat orang lain dan dalam kasus ini adalah pendapat para petani, tidak dalam program revolusi hijau yang juga menggunakan cara paksaan kepada para petani untuk melakukan program tersebut. Postmodernisasi mendorong peran kaum perempuan dalam kegiatan pertanian yang selama ini selalu berada di bewah bayang-bayang kaum pria. Postmodernisasi menghargai keberadaan bahasa, tradisi, dan budaya tradisional dan tidak memaksakan seluruh kepentingannya. Pembangunan pertanian di Indonesia seharusnya menggunakan konsep postmodernisasi daripada modernisasi. Postmodernisasi memang akan tampak seutuhnya setelah era modernisasi. Namun, jangan dilupakan bahwa postmodernisasi juga ikut tumbuh bersama dengan modernisasi. Dengan arti kata postmodernisasi suatu saat pasti akan muncul. Pertanyaannya adalah kapan pastinya era ini akan muncul ? Itu semua masih misteri. Kalau kita cuma bisa menunggu, dapat dipastikan pertanian di Indonesia pasti akan ”wafat” dengan sendirinya.

(ditulis oleh seorang mahasiswa biasa bernama Harry Samuel Silaban yang kuliah di Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis Universitas Padjadjaran)

Related Documents


More Documents from "khairul Amin"