BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Dalam lembaga pendidikan formal tentu mengacu pada adanya tujuan dari
pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan peserta didikanya secara optimal dan mengubah perilaku peserta didik dari hal-hal yang negatif menjadi positif, setiap pihak atau personil disebuah sekolah hampir semuanya mengharapkan para peserta didiknya mampu belajar dengan baik dan hasil dari belajar itulah yang mampu mengubah tingkah laku siswa. Permasalahan yang terjadi dikalangan siswa memang tidak diinginkan , dibeberapa media baik itu cetak maupun elektronik kadang kita sering membaca dan mendengar adanya sebuah permasalahan yang terjadi dan pelakunya tidak lain adalah siswa. Oleh karena itu dari segi permasalahan yang terjadi di sekolah ini perlu antisipasi untuk mengurangi permasalahan yang terjadi di kalangan siswa karena jika tidak diantisipasi maka dalam dunia pendidikan itu hanya bisa dikategorikan oleh masyarakat sebagai lembaga pendidikan yang tidak mengfungsikan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan juga tidak profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Untuk itu diharapkan kepada para guru sekolah atau yang berwenang dalam sekolah agar dapat mengatasi atau memecahkan masalah-masalah yang dihadapi yang terjadi di sekolah dengan harapan agar para siswa juga bisa terbentuk kepribadiannya dengan baik. Untuk itu penulis melaksanakan studi kasus ini dengan maksud untuk menganalisis dan memberikan solusi tentang masalah kedisiplinan belajar peserta didik.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: “Bagaimana solusi atau cara mengatasi ma salah kedisiplinan belajar peserta didik.
1.3
Tujuan Tujuan dari laporan analisis ini adalah:
1.
Memenuhi tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
2.
Menganalisis perkembangan peserta didik
3.
Memberikan solusi atau cara mengatasi permasalahan mengenai kedisiplinan belajar
peserta didik
1.4
Manfaat
Adapun manfaat dari makalah analisis ini adalah: 1.
Sebagai informasi bagi penulis khususnya bagi orang-orang yang membutuhkan pada umumnya.
2.
Secara akademis, analisis ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan anak.
BAB II PEMBAHASAN Melihat perkembangan jaman akhir-akhir ini dibidang teknologi yang semakincanggih membuat beberapa anak kehilangan minat dalam belajar. Seringkali orang tua mengeluhkan akan hal ini, memang tidak bisa kita hindari perkembangan IPTEK yang terus maju di Indonesia, meskipun beberapa factor penyebabnya dikarenakan budaya luar yang mulai masuk di Indonesia. Ada baik nya bagi para orang tua mulai mengawasi aktivitas anak, yang mungkin nantinya akan berdampak besar terhadap anak tersebut, maka dari itu inilah pentingnya peranan orang tua didalam keluarga. Beberapa contoh penyebab anak malas belajar, salah satunya yang paling sering terjadi adalah game, mungkin bukan hal yang aneh lagi jika anak mulai malas belajar dikarenakan terlalu asik bermain play station atau lain nya. Disini lah para orang tuamulai meng-antisipasi anak-anak nya agar tidak membebaskan dalam bermain. Ada beberapa kemungkinan dari anak yang sering bermain game selain malas belajar, diantara nya adalah kurangnya jam istirahat dan lupa segala mulai dari makan, mandi dan masih banyak lagi, anda setuju dengan saya..? Jadi mulai sekarang kurangi jam anak dalam bermain. Mengatasi Anak Malas belajar sudah menjadi salah satu keluhan umum para orang tua. Kasus yang biasa terjadi adalah anak
lebih
suka
bermain
dari
pada belajar. Anak usia sekolah tentunya perlu untuk belajar, antara lain berupa me ngulang kembali pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah (pr)ataupun mempelajari hal-hal lain di luar pelajaran sekolah. Malas dijabarkan sebagaitidak mau berbuat sesuatu, segan, tak suka, tak bernafsu. Malas belajar berarti tidak mau, enggan, tak suka, tak bernafsu untuk belajar. Jika anakanak tidak suka belajar dan lebih suka bermain, itu berarti belajar dianggap sebagai kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya/untungnya karena bagi anaanak tidak secara langsung dapat menikmati hasil belajar. Berbeda dengan kegiatan bermain, jelasjelas kegiatan bermain menarik buat anak-anak, dan keuntungannya dapat mereka
rasakan secara langsung (perasaan senang yang dialami ketika bermain adalah suatu keuntungan). Penyebab :Faktor dalam diri anak sendiri 1.Kurangnya waktu yang tersedia untuk bermain. 2.Kelelahan dalam beraktivitas (misal terlalu banyak bermain/membantu orang tua) 3.Sedang sakit 4.Sedang sedih (bertengkar dengan teman sekolah, kehilangan barang kesayangan dll) 5.IQ/EQ anak Faktor yang datang dari luar ( Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat ) 1.Sikap orang tua yang tidak memperhatikan anak dalam belajar atau sebaliknya (terlalu berlebihan memperhatikan) Banyak orangtua yang menuntut anak belajar hanya demiangka (nilai) dan bukan atas dasar kesadaran dan tanggung jawab anak selaku pelajar.Memaksakan anak untuk les ini itu. dsb. 2. Sedang punya masalah di rumah (misalnya suasana di rumah sedang “kacau” karena ada adik baru). 3.Bermasalah di sekolah (tidak suka/phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan).Termasuk dalam h al iniadalah guru dan teman sekolah. 4.Tidak mempunyai sarana yang menunjang blajar (misal tidak tersedianya ruang belajarkhusus, meja belajar, buku penunjang , dan penerangan yang bagus.alat tulis, bukudll)e. suasana rumah misalnya rumah penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun kondisi udara yang pengap. 5.Selain itu tersedianya fasilitas permainan yang berlebihan di rumah juga dapatmengganggu minat belajar anak. Mulai dari radio tape yang menggunakan kaset, CD,VCD, atau komputer yang diprogram untuk sebuah permainan (games), seperti GameBoy, Game Watch maupun Play Stations. Solusi atau Cara mengatasi Anak Malas Belajar : 1.Menanamkan pengertian yang benar tentang seluk beluk belajar pada anak sejak dini.Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak. menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pa da anakmerupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang. 2.Berikan contoh “belajar” pada anak . Anak cenderung meniru perilaku orangtua. Ketikamenyuruh dan mengawasi anak belajar, orangtua juga perlu untuk terlihat belajar(misalnya membaca buku-buku). Sesekali ayah-ibu perlu berdiskusi satu sama lain,mengenai topik-topik serius (suasana seperti anak sedang kerja kelompok dan diskusidengan teman-teman, jadi anak melihat kalau orangtuanya juga belajar). 3.Berikan insentif jika anak belajar. Insentif yang dapat diberikan ke anak tidak selaluharus berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan dan perhatian. Pujilah anak saatia mau belajar tanpa mesti disuruh 4.Sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah pada anak(bukan dalam keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari mengisi tts atau ikutmenjawab kuis ). Jika anak bisa menjawab, puji dia dengan menyebut kepintarannya sebagai hasil belajar. Kalau anak tidak bisa, tunjukkan rasa kecewa dan mengatakan “Yah
Ade nggak bisa jawab, nggak bisa bantu Mama deh. Ade, di buku pelajarannya adanggak sih jawabannya? Kita lihat yuk samasama”. Dengan cara ini, anak sekaligus akan merasa dipercaya dan dihargai oleh orangtua, karena orangtua mau meminta bantuannya. 5.Mengajarkan kepada anak pelajaran-pelajaran dengan metode tertentu yang sesuaidengan kemampuan anak. Misalnya active learning atau learning by doing, atau learningthrough playing, sehingga anak merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yangmenyenangkan. 6.Komunikasi. Hendaklah orangtua membuka diri , berkomunikasi dengan anaknya gunamemperoleh secara langsung informasi yang tepat mengenai dirinya. Carilah situasi dankondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah ituajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belajar. Pergunakan setiapsuasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permas alahandirinya. 7.Menciptakan disiplin.jadikan belajar sebagai rutinitas yang pasti. 8.Menegakkan kedisiplinan. 9.Setelah point 8, Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulaimeninggalkan rutinitas yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaransedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, ataumemukul). gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak. 10.Pilih waktu belajar terbaik untuk anak, ketika anak merasa segar. Mungkin sehabis mandisore. Anak juga bisa diajak bersama-sama menentukan kapan waktu belajarnya. 11.Kenali pola kemampuan dan perkembangan anak kemudian susunlah suatu jadwal belajaryang sesuai.dalam hal ini IQ, EQ, kemampuan konsentrasi ,daya serap dll. 12.Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyamanSetidaknya orangtua memenuhikebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian dengan cara mengarahkan danmendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan orangtua dapat pula memberikan permainan-permainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang dan tetap menarik perhatian. 13.Menghibur dan memberikan solusi yang baik dan bijaksana pada anak. Dalam hal ini jikaanak sakit/sedih. Beberapa hal yang tidak kalah pentingnya dalam menyikapi anak yang sedang dilandamalas belajar adalah : 1.Orangtua harus menyadari sisi positif sang anak Galilah sisi positif anak agar anakmenyadari dirinya sendiri untuk mengatasi masalahnya,.Pernah nggak sih kamu menghadapi PR yang sangat sulit, tapi akhirnya bisa mengatasinya?Ajak anak untuk mengingat ingat, dan kemudian bercerita. Begitu anak mengingat momenitu, gali lebih jauh. PR apa itu, apa saja kesulitannya, bagaimana dia mengatasinya, danseterusnya. Anak akhirnya tersadar bahwa dia bisa mengatasi kesulitankesulitannya itu,karena dia memiliki sisi positif tertentu. Sisi itu bergantung dari sang anak. Bisa saja karenakesabaran, keuletan, usaha dia untuk bertanya kepada teman, dan sebagainya.Perkuat keyakinan anak, atau sadarkan anak. Misalnya
dengan mengatakan: Nah, kamu pernah mengalami hal yang seperti ini, dan berarti kamu bisa mengatasinya. 2.Gunakan imajinasi anakOrangtua membantu anak membayangkan, apa yang dia inginkan untuk masa depannya.Baik dalam waktu panjang atau pendek.Pancing anak untuk membayangkan sesuatu yang menyenangkan jika dia berhasilmengerjakan PR-nya dengan baik., kira-kira apa ya komentar dari guru? Minta diamenggambarkan imajinasinya dengan jelas, apa jadinya jika PR-nya bagus. Mulai dari bagaimana senyum sang guru, komentarnya, dan sebagainya. 3.Mengarahkan anak untuk berteman dan “hidup” dalam lingkungan yang baik dan mendukung. 4.Tidak terfokus bahwa belajar hanya berkutat pada buku non fiksi. Gunakan segala hal yang baik yang mampu membuat anak “belajar”tentang segala sesuatu, termasuk permainannya karena dunia bermain adalah dunia anak-anak. Pilih dan arahkan permainannya sehinggaanak bisa berkembang. 5.Memberikan bekal nilai-nilai religius pada anakInilah faktor yang sangat penting ,disamping doa orang tua akan anak-anaknya. Apalagi di jaman yang berkembang dengan pesatnya. Tak mungkin orang tua memberikan pengawasansecara kasat mata terus menerus. Juga kemajuan teknologi. Satu hal yang menjadi jawabnyaadalah: beragama dengan baik dan benar
BAB III PENUTUP 1) Kesimpulan Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. (UU No. 20 Tahun 2003 SISIDIKNAS, pasal 1 ayat 4). Perkembangan peserta didik merupakan bagian dari pengkajian dan penerapan psikologi perkembangan yang secara khusus mempelajarai aspek-aspek perkembangan individu yang berada pada tahap usia sekolah dan sekolah menengah. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Berdasarkan pengertian peserta didik dapat dikemukakan bahwa : 1. Peserta Didik adalah individu yang memiliki potensi fisik yang psikis yang khas, sehingga ia merupakan insan yang unik. Potensi-potensi khas yang dimilikinya ini
perlu dikembangkan dan diaktualisasikan sehingga mampu mencapai taraf perkembangan yang optimal 2. Peserta Didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya, peserta didik tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang ditujukan diri sendiri, maupun yang diarahkan pada penyesuaian dengan lingkungannya 3. Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi. Sebagai inidvidu yang sedang berkembang maka proses pemberian bantuan dan bimbingan perlu mengacu pada tingkat perkembangnnya 4. Peserta Didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Dalam perkembangannya peserta didik memiliki kemampuan dan berkembang ke arah kedewasaan
dan
terdapat
kecenderungan
untuk
melepaskan
diri
dari
kebergantungan pada pihak lain.
Dalam mengatasi anak-anak yang pendiam dan kurang percaya diri, kita harus melakukan tiga hal, yaitu: a.
Memberikan perhatian
b.
Memberikan motivasi
c.
Meberikan pujian
2) Saran Menurut kami untuk mengatasi anak yang pendiam dan kurang percaya diri ini bisa disebabkan oleh banyak hal antara lain : 1. faktor gen 2. faktor keluarga 3. faktor lingkungan 4. faktor teman sebaya Untuk mengatasi ini tentunya butuh bimbingan,ajakan,motivasi dari orang tua, teman,guru dan teman sebaya agar anak sendiri merasa dirinya mampu untuk melakuakan suatu hal dan kepercayaan dirinya pun akan meningkat.