Miriam_cbr Profesi.docx

  • Uploaded by: Annisa Rahmah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Miriam_cbr Profesi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,062
  • Pages: 49
CRITICAL BOOK REVIEW MK. PROFESI KEPENDIDIKAN PRODI S1 PENDIDIKAN FISIKA Skor Nilai :

Theory And Practice of Counseling and Psychotherapy (Gerald Corey, 2009)

NAMA MAHASISWA

: Miriam Triputri Sirait

NIM

: 4153321025

DOSEN PENGAMPU

: Dr.Yasaratodo Wau, M.Pd

MATA KULIAH

: Profesi Kependidikan

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN Maret 2018 Excecutive Summary Buku ini berisi tentang konsep konseling dan psikotherapy, dimana dalam hal ini buku berisi 11 pendekatan terhadap konseling dan psikoterapy dan menyajikan konsep dasar masing-masing pendekatan yang digunakan dalam konseling. Buku ini mencakup aplikasi tiap-tiap pendekatan. Buku yang dikarang oleh Gerald Corey ini juga memuat ilustrasi tentang pendekatan dalam konseling. Buku ini juga tidak hanya mencakup tentang hal khusus dari, namun juga berisi tentang psikotherapy. Dimana dalam hal ini konseling dan psikotherapy saling berhubungan dengan menggunakan sampel yang sama yaitu manusia dan yang sering kita sebut juga sebagai konselor dan pasiennya. Selain itu, buku ini juga membahas secara rinci tentang pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk menghadapi masalah tertentu oleh yang bersangkutan. Buku ini menggunakan pendekatan dan aplikasinya, sehingga ketika kita membaca buku ini, kita juga dapat memilih pendekatan apa yang akan kita pilih dalam menyikapi seseorang yang memiliki masalah. Selain itu, buku ini juga mencakup kelebihan dari pendekatan tersebut dan sejarahnya.

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya

sehingga tugas ini dapat tersusun hingga selesai pada

waktunya. Tugas ini berisikan penjelasan tentang “Teori Konseling dan Psikotherapy” dan disusun guna untuk menyelesaikan tugas Critical Book Report mata kuliah Profesi Kependidikan oleh Bapak Dr.Yasarotodo Wau, M.Pd. Dan juga agar pembaca lebih tahu lagi tentang konsep konseling dan psikotherapy serta pendekatan yang ada untuk menyikapi masalah dari seseorang yang bersangkutan. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi penulisan makalah kedepannya. Semoga Tuhan YME senantiasa memberkati segala usaha kita. . Medan, Maret 2018

Miriam Sirait

DAFTAR ISI COVER......................................................................................................................................................... EXCECUTIVE SUMMARY.................................................................................................................... i KATA PENGANTAR............................................................................................................................... ii DAFTAR

ISI...............................................................................................................................................

iii BAB I PENDAHULUAN A. Rasionalisasi pentingnya CBR........................................................................................... 1 B. Tujuan penulisan CBR.......................................................................................................... 1 C. Manfaat CBR............................................................................................................................. 1 D. Identitas buku......................................................................................................................... 2 BAB II RINGKASAN BUKU A. BAB I........................................................................................................................................... 3 B. BAB II.......................................................................................................................................... 4 C. BAB III........................................................................................................................................ 5 D. BAB IV......................................................................................................................................... 6 E. BAB V.......................................................................................................................................... 7

F. BAB VI......................................................................................................................................... 7 G. BAB VII....................................................................................................................................... 8 H. BAB VIII...................................................................................................................................... 9 I. BAB IX.......................................................................................................................................... 9 J. BAB

X...........................................................................................................................................

10 K. BAB XI......................................................................................................................................... 10 L. BAB

XII........................................................................................................................................

11 M. BAB

XIII.......................................................................................................................................

11 N. BAB

XIV.......................................................................................................................................

12 O. BAB

XV.........................................................................................................................................

13 P. BAB

XVI........................................................................................................................................

13

BAB III PEMBAHASAN A. PEMBAHASAN ISI BUKU......................................................................................................... 14 B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU.......................................................................... 22 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN.............................................................................................................................. 24 B. REKOMENDASI........................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................. 25 LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Rasionalisasi Pentingnya CBR

Dalam hal ini, topik yang dibahas dalam CBR adalah tentang bimbingan konseling. Topik ini menjadi pilihan saya karena bila kita lihat kembali dalam dunia pendidikan, banyak sekali siswa/i yang menjadi anak nakal/brutal. Hal itu bisa saja disebabkan karena masalah latar belakang keluarga, oleh karena itu perlunya ada pendekatan kepada peserta didik dalam dunia pendidikan. Sehingga ketika siswa memiliki latar belakang yang tidak baik dalam keluarga, siswa tetap memiliki tempat untuk mengadu kepada guru. Untuk menciptakan hubungan yang demikian, maka kita sebagai pendidik kelak harus mampu melakukan pendekatan kepada peserta didik, melalui bimbingan konseling di sekolah, sehingga siswa tidak akan merasa terbebani ketika melangkahkan kaki keluar dari rumah. B. Tujuan Penulisan CBR Tujuan dari penulisan CBR ini, selain sebagai kewajiban sebagai mahasiswa dalam melengkapi tugas, juga sebagai cara/jalan kepada saya untuk menambah pengetahuan tentang bimbingan konseling dan pendekatan-pendekatannya. Sehingga kelak siswa tidak akan takut lagi kepada guru dan juga tidak melakukan kekerasan lagi, karena guru juga dapat menjadi teman dan tempat mengadu siswa ketika memiliki masalah. C. Manfaat CBR Manfaat dari penulisan CBR ini adalah sebagai pedoman kepada pembaca (khususnya saya sendiri) untuk dapat memahami peserta didik dan juga orang lain melalui pendekatan yang ada, dan yang sederhana sekalipun.

D. Identitas Buku yang Direview 1. Judul

: Theory And Practice of Counseling and Psychotherapy

2. Edisi

: ke-Delapan

3. Pengarang

: Gerald Corey

4. Penerbit

: Thomson Learning Academic Resource Center

5. Kota Terbit

: USA, America

6. Tahun Terbit

: 2009

7. ISBN

: 978-0-495-10208-3

BAB II Ringkasan Isi Buku A. Bab I Konseling dapat disesuaikan dengan kebutuhan mereka yang memiliki kepribadian sendiri dan membiasakan diri dengan pendekatan utama, latihan pengobatan. Buku ini meneliti 11 pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi, menyajikan konsep dasar masing-masing pendekatan dan diskusi fitur seperti proses pengobatan (termasuk tujuan), hubungan terapis dan klien, dan prosedur spesifik yang digunakan dalam praktik konseling. Informasi itu akan membantu Anda mengembangkan pandangan dari berbagai gagasan utama ahli teori, terapis, dan teknik praktis yang biasa digunakan oleh konselor yang menganut berbagai pendekatan. Pendekatan dengan hanya menyelesaikan kursus pengantar dalam teori konseling. Proses ini akan memakan waktu bertahun-tahun belajar, berlatih, dan latihan pengalaman konseling. Meski demikian, saya merekomendasikan integrasi pribadi sebagai kerangka kerja untuk pendidikan profesional konselor. Campuran pendekatan yang tidak disiplin, bagaimanapun, bisa menjadi alasan untuk gagal, untuk mengembangkan alasan secara sistematis harus mengikuti konsep-konsep tertentu dan teknik yang ekstensi dari mereka. Dengan mempelajari model yang disajikan dalam buku ini, Anda akan lebih baik tentang bagaimana memadukan konsep dan teknik dari berbagai pendekatan ketika menyusun sintesis dan kerangka kerja pribadi Anda untuk konseling. Setiap pendekatan terapeutik memiliki dimensi yang berguna. Ini bukan masalah teori "benar" atau "salah," karena setiap teori menawarkan kontribusi unik untuk memahami perilaku manusia dan memiliki implikasi unik untuk konseling praktek. Menerima keabsahan satu model tidak selalu berarti menolak model lainnya. Meskipun saya menyarankan agar Anda tetap terbuka untuk menggabungkan beragam pendekatan ke dalam sintesis pribadi Anda-atau pendekatan integratif

untuk konseling- izinkan saya mengingatkan bahwa Anda bisa saja menjadi bingung jika Anda mencoba untuk belajar semuanya sekaligus, terutama jika ini adalah kursus pengantar dalam teori konseling.

B. Bab II Dalam mempersiapkan konseling, Anda akan memperoleh pengetahuan tentang teori kepribadian dan psikoterapi, belajar penilaian dan intervensi teknik, dan menemukan dinamika perilaku manusia. Karena konseling adalah bentuk pembelajaran yang intim. Pengetahuan dan keterampilan sangat penting, tapi dengan sendirinya mereka tidak cukup untuk membangun dan memelihara hubungan terapi yang efektif. Menurut penilaian saya, dimensi manusia ini adalah salah satu yang paling kuat yang mempengaruhi proses pengobatan. Cara yang baik untuk memulai studi tentang teori konseling kontemporer adalah dengan merefleksikan masalah pribadi yang diangkat dalam bab ini. Begitu Anda telah belajar 11 teori konseling, membaca ulang bab ini dan mengevaluasi kembali caracara di mana Anda bisa bekerja pada perkembangan Anda sebagai pribadi, kebutuhan, motivasi, nilai, pengalaman hidup, dan ciri kepribadian dapat meningkat sebagai konselor. Dan untuk evaluasi diri, Anda tidak hanya memperluas kesadaran diri Anda, tapi juga membangun fondasi untuk berkembang dengan kemampuan dan keterampilan Anda sebagai seorang profesional. Tema dari bab ini adalah manusia dan profesional adalah aspek terjalin yang tidak dapat dipisahkan realitas. Karakteristik Pribadi sebagai Seorang Konselor 

Terapis yang efektif memiliki identitas. Mereka tahu siapa mereka, smampu menjadi apa yang mereka inginkan



Terapis efektif menghargai diri mereka sendiri. Mereka bisa memberi dan menerima bantuan dan cinta dari rasa harga diri dan kekuatan mereka sendiri.



Terapis yang efektif terbuka untuk perubahan. Mereka menunjukkan kemauan dan keberanian. Mereka membuat keputusan tentang bagaimana mereka ingin berubah, dan mereka bekerja untuk menjadi orang yang mereka inginkan.



Terapis yang efektif membuat pilihan yang berorientasi pada kehidupan. Mereka sadar akan awal keputusan yang mereka buat tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia.



Terapis efektif itu asli, tulus, dan jujur. Mereka tidak bersembunyi di belakang topeng, pertahanan, peran steril.

C. Bab III Kita juga harus memeriksa kebutuhan pribadi lainnya yang kurang jelas yang bisa menghalangi terciptanya hubungan yang menghasilkan pertumbuhan, seperti kebutuhan untuk kontrol dan kekuasaan; kebutuhan untuk memelihara dan membantu; kebutuhan untuk berubah yang lain ke arah nilai kita sendiri; kebutuhan untuk merasa cukup; dan kebutuhan untuk dihormati dan dihargai. Meski kebutuhan ini belum tentu tidak sehat, sangat penting agar kebutuhan kita terpenuhi di luar jangkauan kita bekerja sebagai terapis jika kita terlibat dalam membantu orang lain menemukan kepuasan dalam hidup mereka. Sangat penting bahwa kita tidak memenuhi kebutuhan kita dengan mengorbankan kita klien. Seiring waktu, sebagian besar kode etik berbagai profesi kesehatan mental telah berkembang menjadi dokumen yang panjang, menata perilaku yang diinginkan dan menghindari perilaku yang mungkin tidak melayani kesejahteraan klien. Secara

historis,

terapis

mengandalkan

model

pengobatan

Barat

untuk

mengkonseptualisasikan masalah yang dialami klien secara mental yang berasal dari budaya Euro-Amerika dan didasarkan pada nilai inti. Pendekatan ini tidak bersifat valueneutral atau berlaku untuk semua budaya. Teori konseling tradisional mencakup penekanan pada individualisme, yang terpisah keberadaan diri,

individuasi sebagai dasar untuk kedewasaan, dan pengambilan keputusan dan tanggung jawab bertumpu dengan individu daripada kelompok. Nilai-nilai pilihan dan otonomi individual ini tidak bersifat universal.

D. Bab IV Erik Erikson (1963) memperluas teorinya dengan menekankan aspek psikososial perkembangan di luar masa kanak-kanak. Teorinya tentang perkembangannya menyatakan pertumbuhan psikoseksual dan pertumbuhan psikososial terjadi bersamaan, dan pada setiap tahap kehidupan kita menghadapi tugas membangun keseimbangan antara diri kita sendiri dan dunia sosial kita. Menurut Erikson, sebuah krisis setara dengan titik balik dalam hidup saat kita memiliki potensi untuk bergerak maju atau mundur. Pada titik balik ini, kita bisa menyelesaikan konfik kita atau gagal menguasai tugas perkembangan. Untuk sebagian besar, hidup kita adalah hasil dari pilihan yang kita buat pada masing-masing tahap ini. Tujuan Pengobatan Dua tujuan terapi psikoanalitik Freudian adalah membuat alam bawah sadar dan untuk memperkuat ego sehingga perilaku lebih didasarkan pada kenyataan dan kurang pada hasrat instingtual atau kesalahan irasional. Kemudian pengalaman masa kecil direkonstruksi, dibahas, ditafsirkan, dan dianalisis. Jelas bahwa prosesnya tidak terbatas pada pemecahan masalah dan belajar perilaku baru. Terapi

psikoanalitis berorientasi pada pencapaian wawasan, tapi bukan sekedar pemahaman intelektual. Adalah penting bahwa perasaan dan kenangan yang berhubungan dengan pemahaman diri ini dialami. Teknik

terapi

psikoanalitik

ditujukan

untuk

meningkatkan

kesadaran,

menumbuhkan wawasan tentang perilaku klien, dan memahami gejala. Terapi berlanjut dari pembicaraan klien dengan katarsis (atau ekspresi emosi) terhadap wawasan melalui materi yang tidak disadari. Pekerjaan ini dilakukan untuk mencapai tujuan pemahaman intelektual dan emosional yang diharapkan mengarah pada perubahan kepribadian.

E. Bab V Adlerians berusaha melihat dunia dari kerangka referensi subjektif klien, sebuah orientasi

digambarkan

sebagai

fenomenologis.

Pendekatannya

bersifat

fenomenologis dalam hal itu memperhatikan cara individu dimana orang-orang melihat dunia mereka. "Kenyataan subjektif" ini mencakup persepsi individu, pikiran, perasaan, nilai, kepercayaan, keyakinan, dan kesimpulan. Tingkah laku dipahami dari sudut pandang subjektif ini. Dari Perspektif Adlerian, realitas obyektif kurang penting daripada bagaimana kita menafsirkannya. Beberapa pendekatan lain yang bersifat fenomenologis perspektif adalah terapi eksistensial, terapi berpusat pada orang, terapi Gestalt, terapi perilaku kognitif, terapi realitas, dan pendekatan postmodern. Konseling Adlerian bertumpu pada kesepakatan kolaboratif antara klien dan konselor. Secara umum, proses terapeutik termasuk membentuk hubungan berdasarkan rasa saling menghormati. Tujuan utama terapi adalah

mengembangkan klien untuk membantu dalam pembentukan perilaku. Tujuan terapi Adlerian “adalah untuk membantu klien memahami gaya hidup unik mereka dan membantu mereka belajar berpikir tentang diri, orang lain, dan dunia dan bertindak sedemikian rupa untuk memenuhi tugas hidup dengan keberanian dan kepentingan sosial”. F. Bab VI Terapi eksistensial tidak ditemukan oleh orang tertentu atau kelompok; banyak aliran pemikiran berkontribusi terhadapnya. Pemikiran psikolog eksistensial dan psikiater semakin terpengaruh oleh sejumlah filsuf dan penulis selama abad ke-19. Untuk mengerti dasar filosofis psikoterapi eksistensial modern, kita harus memiliki kesadaran akan tokoh-tokoh seperti Søren Kierkegaard, Friedrich Nietzsche, Martin Heidegger, Jean-Paul Sartre, dan Martin Buber. Bagi eksistensialis, maka bebas dan menjadi manusia adalah identik. Kebebasan dan tanggung jawab berjalan beriringan. Dengan asumsi tanggung jawab adalah kondisi dasar untuk perubahan. Klien yang menolak untuk menerima tanggung jawab dengan terus-menerus menyalahkan orang lain atas masalah mereka tidak akan mendapatkan terapi.

Frankl (1978) juga menghubungkan kebebasan dengan tanggung jawab. Pada akhirnya, kondisi ini tunduk pada hal keputusan, yang berarti kita bertanggung jawab. Terapis membantu klien dalam menemukan bagaimana mereka menghindari kebebasan dan mendorong mereka untuk belajar mengambil risiko. Penting untuk menghormati tujuan yang dimiliki orang saat mereka melakukannya memulai terapi. G. Bab VII Pendekatan berpusat pada orang didasarkan pada konsep psikologi humanistik. Dari semua elopor yang telah menemukan pendekatan terapeutik, bagi saya Rogers menonjol sebagai salah satu yang paling berpengaruh dalam merevolusi arah konseling teori dan praktek. Pendapat saya didukung oleh survei tahun 2006 yang

dilakukan

oleh

Psychotherapy

Networker

("The

Top

10,"

2007),

yang

mengidentifikasi Carl Rogers sebagai psikoterapis paling berpengaruh pada seperempat abad yang lalu. Asumsi dasar Rogers adalah bahwa orang pada dasarnya dapat dipercaya, bahwa mereka memiliki potensi pemahaman yang luas dalam diri mereka sendiri dan menyelesaikan masalah mereka sendiri tanpa intervensi langsung pada bagian terapis, dan mereka mampu mengarahkan diri sendiri jika mereka terlibat dalam jenis hubungan terapi tertentu. Dari Awal, Rogers menekankan sikap dan karakteristik pribadi terapis dan kualitas hubungan terapis klien sebagai penentu hasil proses terapeutik. Teori yang berpusat pada orang berpendapat bahwa fungsi terapis adalah untuk hadir dan dapat diakses oleh klien dan untuk fokus pada pengalaman langsung mereka. Pertama dan yang terpenting, terapis harus rela menjadi nyata dalam hubungan dengan klien. Melalui sikap terapis yang tulus atas perhatian, rasa hormat, penerimaan, dukungan, dan pemahaman, klien dapat melonggarkan pertahanan mereka dan persepsi kaku dan beralih ke tingkat fungsi pribadi yang lebih tinggi.

H. Bab VIII Terapi Gestalt adalah pendekatan eksistensial, fenomenologis, dan berbasis proses dibuat pada premis bahwa individu harus dipahami dalam konteks hubungan yang berkelanjutan dengan lingkungan. Tujuan awalnya adalah untuk mendapatkan kesadaran akan apa yang mereka alami dan bagaimana mereka melakukannya. Melalui ini Kesadaran, perubahan otomatis terjadi. Pendekatannya bersifat fenomenologis karena ini berfokus pada persepsi klien tentang realitas dan eksistensial karena didasarkan pada anggapan bahwa orang selalu dalam proses menjadi, membuat ulang, dan menemukan kembali diri mereka sendiri. Terapis

Gestalt tidak hanya membiarkan klien mereka menjadi siapa mereka tapi juga tetap tinggal dalam diri mereka sendiri dan tidak tersesat dalam sebuah peran. Terapi Gestalt sangat efektif dalam membantu orang mengintegrasikan polaritas di dalam diri mereka. I. Bab IX Praktisi terapi perilaku berfokus pada perilaku yang dapat diamati, faktor penentu saat ini, pengalaman belajar yang mempromosikan perubahan, menyesuaikan perawatan strategi untuk klien individu, dan penilaian dan evaluasi yang ketat (Kazdin, 2001; Wilson, 2008). Terapi perilaku telah digunakan untuk mengobati berbagai macam gangguan psikologis dengan populasi klien yang berbeda (Wilson, 2008). Gangguan kecemasan, depresi, penyalahgunaan zat, gangguan makan, kekerasan dalam rumah tangga, masalah seksual, dan hipertensi semuanya telah berhasil diobati menggunakan pendekatan ini. Terapi perilaku didasarkan pada prinsip dan prosedur ilmiah. Prinsip pembelajaran yang diturunkan secara eksperimental diterapkan secara sistematis untuk membantu orang mengubah perilaku maladaptif mereka. Membedakan karakteristik praktisi perilaku adalah ketaatan sistematis terhadap presisi dan untuk evaluasi empiris.

J. Bab X Terapi kognitif telah dikritik karena terlalu banyak fokus pada kekuatan berpikir positif; terlalu superfial dan sederhana; menyangkal pentingnya masa lalu klien; terlalu teknikoriented; gagal menggunakan hubungan terapeutik; bekerja hanya untuk menghilangkan gejala, tapi gagal untuk mengeksplorasi penyebab dari kesulitan yang dialami; mengabaikan peran faktor bawah sadar; dan mengabaikan

peran perasaan. Kekuatan kunci dari semua terapi perilaku kognitif adalah bahwa mereka bersifat integratif bentuk psikoterapi. Beck menganggap terapi kognitif sebagai psikoterapi integratif karena menarik dari banyak modalitas yang berbeda (dalam Alford & Beck, 1997). Dalam Dattilio (2002a) menganjurkan penggunaan kognitif teknik perilaku dalam kerangka eksistensial. Jadi, klien dengan gangguan panik mungkin dianjurkan untuk mengeksplorasi masalah eksistensial seperti arti hidup, rasa bersalah, keputusasaan, dan harapan. paling bermanfaat. K. Bab XI Terapis realitas percaya bahwa masalah mendasar kebanyakan klien adalah sama: Mereka terlibat dalam hubungan yang tidak memuaskan saat ini atau tidak memiliki apapun yang bisa disebut hubungan. Banyak masalah klien disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk terhubung, untuk mendekati orang lain, atau untuk memuaskan hubungan yang sukses dengan setidaknya satu orang yang signifikan dalam kehidupan mereka. Terapis ini membimbing klien menuju hubungan yang memuaskan dan mengajari mereka untuk melakukannya berperilaku lebih efektif. Semakin banyak klien mampu terhubung dengan orang, semakin besar kesempatan mereka untuk mengalami kebahagiaan. Beberapa klien mengerti bahwa masalah mereka adalah cara mereka memilih sikapnya. Apa yang mereka ketahui adalah bahwa mereka merasakan banyak rasa sakit atau perasaan mereka tidak senang karena mereka tidak puas dengan tingkah lakunya-biasanya. Terapis realitas menyadari bahwa klien memilih perilaku mereka sebagai cara untuk mengatasi frustrasi yang disebabkan oleh ketidakpuasan hubungan. Pendekatan ini berlaku untuk konseling, pekerjaan sosial, pendidikan, intervensi krisis, koreksi dan rehabilitasi, pengelolaan kelembagaan, dan pengembangan masyarakat.

L. Bab XII Konsep sentral dalam terapi feminis adalah pentingnya pemahaman dan mengakui penindasan psikologis terhadap perempuan dan keterbatasannya diberlakukan oleh status sosiopolitik dimana perempuan telah terdegradasi. Terapi feminis difokuskan

untuk menilai pengalaman perempuan, tentang realitas politik, dan seterusnya advokasi untuk masalah unik yang dihadapi perempuan dalam sistem patriarki. Feminisme modern menekankan pendekatan yang beragam yang mencakup pemahaman tentang penindasan, kesadaran multikultural, dan kompetensi multikultural (Beardsley, Morrow, Castillo, & Weitzman, 1998; Brown & Root, 1990). Feminis saat ini percaya bahwa gender tidak bisa secara efektif dianggap terpisah dari identitas lain yang terkait dengan ras, suku, sosioekonomi, dan orientasi seksual. Kaum feminis telah memberikan kontribusi besar untuk pengembangan teori multiple identity. M. Bab XIII Sebaliknya, kaum postmodernis percaya bahwa realitas tidak ada yang independen. Konstruksi sosialisme adalah perspektif terapeutik dalam pandangan dunia postmodern; ini menekankan realitas klien tanpa mempermasalahkan apakah itu akurat atau rasional. Bagi konstruktor sosial, kenyataan didasarkan pada penggunaan bahasa dan sebagian besar merupakan fungsi dari situasi di mana orang hidup. Dalam pemikiran postmodern, bahasa dan penggunaan bahasa dalam cerita tercipta. Mungkin ada banyak arti karena ada orang yang mengatakannya cerita, dan masing-masing cerita ini benar bagi orang yang menceritakannya. Selanjutnya, setiap orang yang terlibat dalam situasi memiliki perspektif "realitas" tentang situasi itu. Berger dan Luckman (1967) dianggap sebagai orang pertama yang menggunakan istilah konstruksi sosial, dan ini menandai pergeseran penekanan dalam psikoterapi sistem individu dan keluarga. Terlepas dari keterbatasan ini, pendekatan postmodern memiliki banyak hal yang ditawarkan praktisi, terlepas dari orientasi teoretis mereka.

N. Bab XIV

Dalam pengertian ini, perspektif sistem keluarga berpendapat bahwa individu adalah yang terbaik dipahami melalui penilaian interaksi antar keluarga anggota. Perkembangan dan perilaku satu anggota keluarga tidak dapat dipisahkan saling berhubungan dengan orang lain dalam keluarga. Perspektif ini didasarkan pada asumsi bahwa perilaku bermasalah klien mungkin (1) melayani fungsi atau tujuan untuk keluarga, (2) dipelihara secara tidak sengaja oleh proses keluarga, (3) menjadi fungsi ketidakmampuan keluarga untuk beroperasi secara produktif, terutama selama masa transisi perkembangan, atau (4) menjadi gejala pola disfungsional yang diturunkan dari generasi ke generasi. Perspektif terapi keluarga menuntut adanya pergeseran konseptual karena keluarga dipandang sebagai unit yang berfungsi lebih dari jumlah peran berbagai anggotanya. Tindakan oleh anggota keluarga manapun akan mempengaruhi semua yang lain dalam keluarga, dan reaksi mereka akan memberi efek timbal balik pada individu. Goldenberg dan Goldenberg (2008) menunjukkan perlunya terapis untuk melihat semua perilaku, termasuk semua gejala yang diungkapkan oleh individu, dalam konteks keluarga dan masyarakat. Dalam terapi keluarga Adlerian, orientasi dan pengenalan tujuan sangat penting untuk memahami motivasi orang tua dan anak-anak-dan untuk membuka interaksi yang salah (Bitter, Roberts, & Sonstegard, 2002; Christensen, 2004). Dreikurs pertama kali menggambarkan empat tujuan perilaku anak-anak sebagai motivasi tipologi untuk perilaku sehari-hari anak-anak. Tujuan ini adalah perhatian mendapatkan,

perebutan

kekuasaan,

balas

dendam,

dan

demonstrasi

ketidakmampuan (juga disebut cacat). Dreikurs (1950; Dreikurs & Soltz, 1964) mengembangkan pendekatan sistematis terhadap pengenalan tujuan berdasarkan (a) deskripsi tentang perilaku salah anak, (b) reaksi terhadap kenakalan, dan (c) reaksi anak terhadap usaha orang tua pada disiplin.

O. Bab XV Mayoritas psikoterapis tidak mengklaim kesetiaan ke sekolah terapeutik tertentu tapi lebih memilih sebaliknya. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Psychotherapy Networker (2007), hanya 4,2% responden yang mengidentifikasi diri mereka sendiri selaras dengan satu model terapi secara eksklusif. Sisanya, 95,8%, diklaim Integratif, artinya menggabungkan berbagai metode atau pendekatan di dalamnya praktek konseling mereka. Pendekatan integratif dicirikan oleh keterbukaan terhadap berbagai cara untuk mengintegrasikan beragam teori dan teknik, dan ada preferensi yang diputuskan untuk istilah integratif dibandingkan eklektik (Norcross, Karpiak, & Lister, 2005). Meskipun istilah yang berbeda kadangkadang digunakan-eklektisisme, integrasi, konvergensi, dan persesuaian-tujuannya sangat mirip. Tujuan akhir integrasi adalah untuk meningkatkan effisiensi dan penerapan psikoterapi (Norcross & Beutler, 2008). Dattilio dan Norcross (2006) dan Norcross dan Beutler (2008) menggambarkan empat jalur yang paling umum menuju integrasi psikoterapi: eklektisisme teknis, integrasi teoretis, pendekatan faktor umum, dan integrasi asimilatif. Meski semua pendekatan ini untuk melihat integrasi

yang

melampaui

batasan

pendekatan

tunggal,

mereka

semua

melakukannya dengan cara yang berbeda. P. Bab XVI Begitu Stan telah mengalami beberapa perasaan yang intens, beberapa pekerjaan kognitif sangat penting. Stan harus bisa mengalaminya. Perasaannya sepenuhnya, dan dia mungkin perlu mengungkapkannya secara simbolis. Ini mungkin termasuk mengekspresikan kemarahannya terhadap wanita dengan memukul bantal dan berkata. Hal-hal buruk yang tidak pernah ia katakan. Akhirnya Stan perlu memahami materi emosional yang muncul. Aku membuatnya berpikir tentang alasan dia membuat keputusan awal tertentu. Akhirnya, saya menantang Stan untuk melihat keputusan tentang kehidupan, tentang dirinya sendiri, dan tentang orang lain dan

untuk membuat revisi yang diperlukan yang bisa menuntunnya untuk menciptakan kehidupannya sendiri.

A. Pembahasan Isi Buku

BAB III PEMBAHASAN

a. Pembahasan Bab 1 Pada bab 1 dalam buku utama karangan Gerald Corey, membahas tentang pendalaman isi buku secara keseluruhan. Bab ini menyingkap tentang adanya pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan konseling terapi, yakni 11 pendekatan. Dalam hal ini juga dibahas tentang pentingnya pendekatan tersebut, dan mempelajarinya untuk waktu yang cukup lama. Bab ini juga menyarankan agar tidak hanya berfokus pada 1 pendekatan saja, namun bisa juga untuk menggabungkan beberapa pendekatan. Namun, dalam buku pembanding karangan Yuni Novitasari dan Prof. Dr. Lahmuddin Lubis tidak dijelaskan tentang pendekatan dalam konsep konseling. Buku pembanding yang dikarang oleh Yuni Novitasari (2015) yang berjudul “Bimbingan dan Konseling Belajar” pada bab 1-nya membahas tentang wawasan belajar, dan buku karangan Prof. Dr. Lahmuddin Lubis (2011) memuat “Landasan Bimbingan dan Konseling.” b. Pembahasan Bab 2 Pada bab 2 dalam buku utama karangan Gerald Corey, membahas tentang teori konseling dan belajar yang baik tentang pendekatan dalam konseling. Dimana dalam buku Gerald Corey (2009) konseling diartikan sebagai bentuk pembelajaran yang intim untu memahami karakter tiap orang. Sedangkan dalam buku Yuni Novitasari (2015) bimbingan konseling adalah suatu proses bantuan untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar dan memecahkan masalah.

Dan dalam buku Lahmuddin Lubis (2011) bimbingan konseling adalah salah satu disiplin ilmu yang semakin hari semakin dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

c. Pembahasan Bab 3 Pada bab 3 dalam buku utama karangan Geral Corey (2009) membahas tentang hubungan yang diciptakan dalam bimbingan konseling. Sedangkan dalam buku Yuni Novitasari (2015) dan buku Lahmuddin Lubis (2011) tidak membahas hal demikian. d. Pembahasan Bab 4 Pada bab 4 dalam buku utama karangan Geral Corey (2009) membahas tentang pendekatan Psikoanalitik yang dicetuskan oleh Erik Erikson (1963) dengan menekankan aspek psikososial perkembangan di luar masa kanak-kanak. Teorinya tentang perkembangannya menyatakan pertumbuhan psikoseksual dan pertumbuhan psikososial terjadi bersamaan, dan pada setiap tahap kehidupan kita menghadapi tugas membangun keseimbangan antara diri kita sendiri dan dunia sosial kita. Sedangkan dalam buku Lahmuddin (2011) yang dibahas pada bab 7, menyatakan bahwa psikoanlaitik adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan berkaitan dengan metode psikoterapi. Dalam buku ini juga membahas sejarah lahirnya pendekatan psikoanlitik dan tahapan perkembangannya. Dan pada buku karangan Yuni Novitasari (2015) tidak membahas hal demikian e. Pembahasan Bab 5 Pada bab 5 dalam buku utama karangan Geral Corey (2009) membahas tentang pendekatan Afrelian, dimana Pendekatannya bersifat fenomenologis dalam hal

itu memperhatikan cara individu dimana orang-orang melihat dunia mereka. "Kenyataan subjektif" ini mencakup persepsi individu, pikiran, perasaan, nilai, kepercayaan, keyakinan, dan kesimpulan. Tingkah laku dipahami dari sudut pandang subjektif ini. Dari Perspektif Adlerian, realitas obyektif kurang penting daripada bagaimana kita menafsirkannya. Beberapa pendekatan lain yang bersifat fenomenologis perspektif adalah terapi eksistensial, terapi berpusat pada orang, terapi Gestalt, terapi perilaku kognitif, terapi realitas, dan pendekatan postmodern. Sedangkan kedua buku pembanding tidak ada yang membahas tentang pendekatan tersebut. Pembahasan bab-nya berbeda dengan buku utama.

f. Pembahasan Bab 6 Pada bab 6 dalam buku utama karangan Geral Corey (2009) membahas tentang konsep eksistensial dimana bagi eksistensialis, maka bebas dan menjadi manusia adalah identik. Kebebasan dan tanggung jawab berjalan beriringan. Dengan asumsi tanggung jawab adalah kondisi dasar untuk perubahan. Klien yang menolak untuk menerima tanggung jawab dengan terus-menerus menyalahkan orang lain atas masalah mereka tidak akan mendapatkan terapi. Sedangkan dalam buku pembanding Yuni Novitasari (2015) dan buku Lahmuddin Lubis (2011) tidak membahas hal demikian. Karena pembahasannya berupa konteks tugas seorang konselor g. Pembahasan Bab 7 Pada bab 7 dalam buku utama karangan Geral Corey (2009) membahas tentang Pendekatan berpusat pada orang didasarkan pada konsep psikologi humanistik. Dari semua elopor yang telah menemukan pendekatan terapeutik, bagi saya Rogers menonjol sebagai salah satu yang paling berpengaruh dalam merevolusi arah konseling teori dan praktek. Teori yang berpusat pada orang berpendapat bahwa fungsi terapis adalah untuk hadir dan dapat diakses oleh klien dan untuk fokus pada pengalaman langsung mereka. Pertama dan yang terpenting, terapis

harus rela menjadi nyata dalam hubungan dengan klien. Melalui sikap terapis yang tulus atas perhatian, rasa hormat, penerimaan, dukungan, dan pemahaman, klien dapat melonggarkan pertahanan mereka dan persepsi kaku dan beralih ke tingkat fungsi pribadi yang lebih tinggi. Sedangkan dalam buku pembanding karya Lahmuddin Lubis (2011) mengatakan a bahwa pendekatan ini lebih menekankan perhatiannya kepada individu yang dianggapnya punya pengalaman sendiri dan berguna untuk ditinjau bersama. Dalam buku karangan Lahmuddin Lubis (2011) ini juga memuat ciri-ciri dari pendekatan tersebut. Sedangkan pada buku karangan Yuni Novitasari (2015) tidak memuat pokok bahasan tentang pendekatan tersebut.

h. Pembahasan bab 8 Pada bab 8 dalam buku utama karangan Geral Corey (2009) membahas tentang Terapi Gestalt yang adalah pendekatan eksistensial, fenomenologis, dan berbasis proses dibuat pada premis bahwa individu harus dipahami dalam konteks hubungan yang berkelanjutan dengan lingkungan. Tujuan awalnya adalah untuk mendapatkan kesadaran akan apa yang mereka alami dan bagaimana mereka melakukannya.

Melalui

ini

Kesadaran,

perubahan

otomatis

terjadi.

Pendekatannya bersifat fenomenologis karena ini berfokus pada persepsi klien tentang realitas dan eksistensial karena didasarkan pada anggapan bahwa orang selalu dalam proses menjadi, membuat ulang, dan menemukan kembali diri mereka sendiri. Sedangkan dalam buku pembanding Yuni Novitasari (2015) dan buku Lahmuddin Lubis (2011) tidak membahas hal demikian. i. Pembahasan bab 9 Pada bab 9 dalam buku utama karangan Geral Corey (2009) membahas tentang terapi perilaku yang berfokus pada perilaku yang dapat diamati, faktor penentu

saat ini, pengalaman belajar yang mempromosikan perubahan, menyesuaikan perawatan strategi untuk klien individu, dan penilaian dan evaluasi yang ketat (Kazdin, 2001; Wilson, 2008). Terapi perilaku telah digunakan untuk mengobati berbagai macam gangguan psikologis dengan populasi klien yang berbeda (Wilson, 2008). Sedangkan dalam buku karya Lahmuddin Lubis (2011), menyatakan abhwa pendekatan behavioristik adalah aliran psikologio yang sering disebut sebagai terapi perilaku yang merupakan pendekatan dalam dunia psikologi yang didasarkan pada tingkah laku manusia pada walnya adalah sama, tidak ada yang baik dan tidak ada yang jahat secara keseluruhan. Sedangkan dalam buku pembanding Yuni Novitasari (2015) tidak dibahas tentang hal demikian.

j. Pembahasan bab 10 Pada bab 10 dalam buku utama karangan Geral Corey (2009) membahas tentang Terapi kognitif. Pendekatan telah dikritik karena terlalu banyak fokus pada kekuatan berpikir positif; terlalu superfial dan sederhana; menyangkal pentingnya masa lalu klien; terlalu teknikoriented; gagal menggunakan hubungan terapeutik; bekerja hanya untuk menghilangkan gejala, tapi gagal untuk mengeksplorasi penyebab dari kesulitan yang dialami; mengabaikan peran faktor bawah sadar; dan mengabaikan peran perasaan. Kekuatan kunci dari semua terapi perilaku kognitif adalah bahwa mereka bersifat integratif bentuk psikoterapi. Sedangkan dalam buku karya Lahmuddin (2011) pada bab 7, manyatakan bahwa pendekatan kognitif adalah pendekatan yang sering digunakan oleh ahli psikologi. Yang pada dasarnya bersifat konsisten dan menggunakan pendekatan

yang terstruktur, aktif dan berjangka waktu singkat. Terapi ini mengajarkan klien untuk berfikir lebih realistik dan sesuai dengan keadaan. Buku ini juga memuat tujuan dari penggunaan konsep terapi kognitif tersebut. Sedangkan dalam buku pembanding Yuni Novitasari (2015) tidak dibahas tentang hal demikian. k. Pembahasan bab 11 Pada bab 11 dalam buku utama karangan Geral Corey (2009) membahas tentang Terapis realitas dimana pendekatan ini percaya bahwa masalah mendasar kebanyakan klien adalah sama: Mereka terlibat dalam hubungan yang tidak memuaskan saat ini atau tidak memiliki apapun yang bisa disebut hubungan. Banyak masalah klien disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk terhubung, untuk mendekati orang lain, atau untuk memuaskan hubungan yang sukses dengan setidaknya satu orang yang signifikan dalam kehidupan mereka. Terapis ini membimbing klien menuju hubungan yang memuaskan dan mengajari mereka untuk melakukannya berperilaku lebih efektif.

Semakin banyak klien mampu terhubung dengan orang, semakin besar kesempatan mereka untuk mengalami kebahagiaan. Beberapa klien mengerti bahwa masalah mereka adalah cara mereka memilih sikapnya. Apa yang mereka ketahui adalah bahwa mereka merasakan banyak rasa sakit atau perasaan mereka tidak senang karena mereka tidak puas dengan tingkah lakunyabiasanya. Sedangkan dalam buku pembanding Yuni Novitasari (2015) dan buku Lahmuddin Lubis (2011) tidak membahas hal demikian. l. Pembahasan bab 12

Pada bab 12 dalam buku utama karangan Geral Corey (2009) membahas tentang Konsep sentral dimana dalam terapi feminis adalah pentingnya pemahaman dan mengakui penindasan psikologis terhadap perempuan dan keterbatasannya diberlakukan oleh status sosiopolitik dimana perempuan telah terdegradasi. Terapi feminis difokuskan untuk menilai pengalaman perempuan, tentang realitas politik, dan seterusnya advokasi untuk masalah unik yang dihadapi perempuan dalam sistem patriarki. Feminisme modern menekankan pendekatan yang beragam yang mencakup pemahaman tentang penindasan, kesadaran multikultural, dan kompetensi multikultural. Sedangkan dalam buku pembanding Yuni Novitasari (2015) dan buku Lahmuddin Lubis (2011) tidak membahas hal demikian.

m. Pembahasan bab 13 Pada bab 13 dalam buku utama karangan Geral Corey (2009) membahas tentang kaum postmodernis percaya bahwa realitas tidak ada yang independen. Konstruksi sosialisme adalah perspektif terapeutik dalam pandangan dunia postmodern; ini menekankan realitas klien tanpa mempermasalahkan apakah itu akurat atau rasional. Bagi konstruktor sosial, kenyataan didasarkan pada

penggunaan bahasa dan sebagian besar merupakan fungsi dari situasi di mana orang hidup. Dalam pemikiran postmodern, bahasa dan penggunaan bahasa dalam cerita tercipta. Mungkin ada banyak arti karena ada orang yang mengatakannya cerita, dan masing-masing cerita ini benar bagi orang yang menceritakannya. Sedangkan dalam buku pembanding Yuni Novitasari (2015) dan buku Lahmuddin Lubis (2011) tidak membahas hal demikian. n. Pembahasan bab 14 Pada bab 14 dalam buku utama karangan Geral Corey (2009) membahas tentang perspektif sistem keluarga yang berpendapat bahwa individu adalah yang terbaik dipahami melalui penilaian interaksi antar keluarga anggota. Perkembangan dan perilaku satu anggota keluarga tidak dapat dipisahkan saling berhubungan dengan orang lain dalam keluarga. Perspektif ini didasarkan pada asumsi bahwa perilaku bermasalah klien mungkin (1) melayani fungsi atau tujuan untuk keluarga, (2) dipelihara secara tidak sengaja oleh proses keluarga, (3) menjadi fungsi ketidakmampuan keluarga untuk beroperasi secara produktif, terutama selama masa transisi perkembangan, atau (4) menjadi gejala pola disfungsional yang diturunkan dari generasi ke generasi. Perspektif terapi keluarga menuntut adanya pergeseran konseptual karena keluarga dipandang sebagai unit yang berfungsi lebih dari jumlah peran berbagai anggotanya. Tindakan oleh anggota keluarga manapun akan mempengaruhi semua yang lain dalam keluarga, dan reaksi mereka akan memberi efek timbal balik pada individu. Sedangkan dalam buku pembanding Yuni Novitasari (2015) dan buku Lahmuddin Lubis (2011) tidak membahas hal demikian.

o. Pembahasan bab 15 Pada bab 15 dalam buku utama karangan Geral Corey (2009) membahas tentang pendekatan integratif yang dicirikan oleh keterbukaan terhadap berbagai cara

untuk mengintegrasikan beragam teori dan teknik, dan ada preferensi yang diputuskan untuk istilah integratif dibandingkan eklektik (Norcross, Karpiak, & Lister, 2005). Meskipun istilah yang berbeda kadang-kadang digunakaneklektisisme, integrasi, konvergensi, dan persesuaian-tujuannya sangat mirip. Tujuan akhir integrasi adalah untuk meningkatkan effisiensi dan penerapan psikoterapi. Sedangkan dalam buku pembanding Yuni Novitasari (2015) dan buku Lahmuddin Lubis (2011) tidak membahas hal demikian. p. Pembahasan bab 16 Pada bab 16 dalam buku utama karangan Geral Corey (2009) membahas tentang contoh penerapan pendekatan yang dibahas dalam buku karangan Gerlad Corey. Dalam bab ini memberukan contoh percapakan antara klien dan konselor. Sedangkan dalam buku pembanding Yuni Novitasari (2015) dan buku Lahmuddin Lubis (2011) tidak membahas hal demikian.

B. Kelebihan dan Kekurangan Buku

1. Dilihat dari aspek tampilan buku (face value), buku yang direview adalah buku yang memiliki tampilan yang menarik, dikarenakan sampul buku memiliki warna dan latar yang cerah. Namun buku pembanding juga demikian, karangan Yuni Novitasari (2015) juga menarik karena memiliki warna yang cerah dan sesuai dengan konsep konseling (pendekatan). Dan juga buku karangan Lahmuddin (2011) juga cukup menarik, hanya saja tampilannya cover bukunya terlalu gelap, namin dilengkapi dengan gambar. 2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tatya tulis, termasuk penggunaan font :  aspek layout dan tata letak buku yang diriview keterkaitan antara bab I hingga bab XVI tidak saling berkesinambungan, dimana dalm hal ini buku utama membahas maeri sampai ke bab XVI, sedangkan buku pembanding karangan Yuni Novitasari hanya memiliki pokok pembahasan 6 bab, sehingga tidak banyak topik yang sama yang bisa diambil dari buku tersebut. Begitu juga dengan buku pembanding karya Lahmuddin (2011) hanya memiliki 10 bab topik bahasan. Namun ada beberapa topik yang sama dengan buku utama.  Aspek tata tulis dan font yang digunakan dalam buku yang diriview sudah baik, dikarenakan penulisannya rapi dan font nya sudah umum digunakan, sehingga pembaca tidak mengalami masalah dalam membaca kalimat dalam buku. Begitujuga dengan kedua buku pembanding, ukuran font dan tata tulisnya sudah baik.

3. Dari aspek isi buku Dalam hal ini, buku utama karangan Gerald Corey (2009) sudah cukup lengkap. Dari segi isi sudah membahas materi secara mendalam, dengan diberikannya contoh aplikasi penerapannya dan melalui pendekatan yang digunakan dalam menghadapi masalah. Buku karangan Yuni Novitasari tidak terlalu lengkap/tidak sesuai dengan materi buku utama, dimana dalam buku ini lebih menekankan ke pembahasan tentang belajar. Hanya satu bab saja yang menyingging tentang konseling. Sedangkan pada buku karangan Lahmuddin, dari segi isi sudah cukup lengkap, dimana buku ini khusus membahas tentang konseling dan juga pendekatannya, sehingga berkesinambungan dengan buku utama. Isi buku ini lebih lengkap karena buku ini memuat tentang landasan bimbingan konseling dan sejarahnya. 4. Dari aspek tata bahasa Bahasa buku utama cukup rumit, karena bukan bahasa Indonesia, namun bahasa Inggris. Dalam hal ini, pembaca yang tidak terlalu mahir dalam bahasa Inggris

mengalami

kesulitan

dalam

memahami

isi

buku

tanpa

menterjemahkannya lebih dulu. Sedangkan dalam buku pembanding, bahasanya adalah bahasa Indonesia. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan bahasa sehari-hari sehingga pembaca tidak kesulitan dalam memahami isi buku.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil review buku dan kelebihan serta kekurangan buku, bisa dikatakan bahwa buku utama karangan Geral Corey (2009) sudah cuku lengkap dan bisa digunakan sebagai buku utama, karena materi yang dibahasa sudah cukup luas dan dalam mengenai pendekatan dalam konseling. Sedangkan dalam buku pembanding karangan Lahmuddin (2011) juga cukup lengkap dan bisa digunakan sebagai buku utama, hanya saja buku ini tidak mencakup semua pendekatan yang digunakan dalam konseling. Sedangkan pada buku pembanding kedua karangan Yuni Novitasari (2015) tidak layak digunakan sebagai buku utama jika pembahasannya tentang bimbingan konseling. Karena buku ini lebih mendalami pengertian belajar, bukan konselingnya. B. Rekomendasi Menurut saya, buku yang cocok digunakn sebagai buku utama adalah buku karya Lahmuddin (2011), dimana buku ini membahas tentang sejarah dan landasan dari bimbingan konseling. Meskipun pendekatan yang digunakan tidak banyak, namun materi tentang sejarah bimbingan konseling terdapat dalam buku ini. Dan buku kayra Gerald Corey (2009) dapat digunakan sebagai referensi penambah pendekatan dalam bimbingan konseling.

Daftar Pustaka Corey, Gerald. 2009. Theory And Practice of Counseling and Psychotherapy. Amerika: Thomson Learning Academic Resource Center. Lubis, Lahmuddin. 2011. Landasan Formal Bimbingan Konseling di Indonesia. Medan: Perdana Mulya Sarana Novitasari, Yuni. 2015. Bimbingan dan Konseling Belajar (Akademik). Bandung: ALFABETA

LAMPIRAN 1. Buku pembanding karya Yuni Novitasari

2. Buku pembanding karya Lahmuddin (2011)

3. Buku Utama karya Gerald Corey (2009)

AUTHOR

Gerald Corey

ABOUT THE

GERALD COREY is a Professor Emeritus of Human Services at California State University at Fullerton and a licensed psychologist. He received his doctorate in counseling from the University of Southern California. He is a Diplomate in Coun-seling Psychology, American Board of Professional Psychology; a National Certified Counselor a Fel-low of the American Counseling Association; a Fellow of the American Psychological Association (Counseling Psychology); and a Fellow of the As-sociation for Specialists in Group Work. Jerry received the Outstanding Professor of the Year Award from California State University at Fullerton in 1991. He teaches both undergraduate and graduate courses in group counseling, as well as courses in experiential groups, the theory and practice of counseling, theories of counseling, and professional ethics. He is the author or co-author of 15 textbooks in counseling currently in print, 3 student videos with workbooks, and more than 60 articles in professional publications. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy has been translated into the Arabic, Indonesian, Portuguese, Korean, Chinese, and Turkish languages. Theory and Practice of Group Counseling has been translated into Chinese, Korean, and Spanish. Along with his wife, Marianne Schneider Corey, Jerry often presents workshops in group counseling. In the past 30 years the Coreys have conducted group counseling training work-shops for mental health professionals at many

universities in the United States as well as in Korea, Ireland, Germany, Belgium, Scotland, Mexico, China, and Canada. The Coreys also fre-quently give presentations and workshops at state and national professional conferences. In his lei-sure time, Jerry likes to travel, hike and bicycle in the mountains, and drive his 1931 Model A Ford. Other textbooks, student manuals and work-books, and educational videos by Gerald Corey from Brooks/Cole include: Student Manual for Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, Seventh Edition (2009) Case Approach to Counseling and Psychotherapy, Seventh Edition (2009) The Art of Integrative Counseling, Second Edition (2009) Theory and Practice of Group Counseling, Seventh Edition (and Manual) (2008) Issues and Ethics in the Helping Professions, Seventh Edition (2007, with Marianne Schneider Corey and Patrick Callanan) Becoming a Helper, Fifth Edition (2007, with Marianne Schneider Corey) Groups: Process and Practice, Seventh Edition (2006, with Marianne Schneider Corey) I Never Knew I Had a Choice, Eighth Edition (2006, with Marianne Schneider Corey) Group Techniques, Third Edition (2004, with Marianne Schneider Corey, Patrick Callanan, and J. Michael Russell)

Clinical Supervision in the Helping Professions: A Practical Guide (2003, with Robert Haynes and Patrice Moulton) Jerry is co-author, with his daughters Cindy Corey and Heidi Jo Corey, of an orientation-to-college book entitled Living and Learning (1997), pub-lished by Wadsworth. He is also co-author (with Barbara Herlihy) of Boundary Issues in Counseling: Multiple Roles and Responsibilities, Second Edition (2006) and ACA Ethical Standards Casebook, Sixth Edition (2006), both published by the American Counseling Association.

CONTENTS

PREFACE x v

PART ONE

Basic Issues in Counseling Practice

1

1 Introduction and Overview 3 Introduction

4

Where I Stand

5

Suggestions for Using the Book

7

Overview of the Theory Chapters 8 Introduction to the Case of Stan

11

2 The Counselor: Person and Professional 16 Introduction

17

The Counselor as a Therapeutic Person 17 Personal Therapy for the Counselor 19 The Counselor’s Values and the Therapeutic Process 22 Becoming an Effective Multicultural Counselor 24 Issues Faced by Beginning Therapists 29 Summary 35

3 Ethical Issues in Counseling Practice 36 Introduction

37

Putting Clients’ Needs Before Your Own 37

Ethical Decision Making 38 The Right of Informed Consent – ix –

40

Contents Dimensions of Confidentiality

41

Ethical Issues in a Multicultural Perspective

42

Ethical Issues in the Assessment Process

44

The Value of Evidence-Based Practice

47

Dual and Multiple Relationships in Counseling Practice

48

Summary 51 Where to Go From Here

51

Recommended Supplementary Readings for Part 1 52 References and Suggested Readings for Part 1

53

PART TWO

Theories and Techniques of Counseling

57

4 Psychoanalytic Therapy Introduction

60

Key Concepts

61

The Therapeutic Process

59

69

Application: Therapeutic Techniques and Procedures

74

Jung’s Perspective on the Development of Personality

79

Contemporary Trends: Object-Relations Theory, Self Psychology, and Relational Psychoanalysis 80 Psychoanalytic Therapy From a Multicultural Perspective Summary and Evaluation

87

Psychoanalytic Therapy Applied to the Case of Stan Where to Go From Here

References and Suggested Readings

5 Adlerian Therapy 97

Key Concepts

98

The Therapeutic Process

88

93

Recommended Supplementary Readings

Introduction

86

93 94

96 104

Application: Therapeutic Techniques and Procedures

108

Adlerian Therapy From a Multicultural Perspective

118

Summary and Evaluation

121

Adlerian Therapy Applied to the Case of Stan Where to Go From Here

126

122

Contents Recommended Supplementary Readings References and Suggested Readings

127 128

6 Existential Therapy 131 Introduction

132

Key Concepts

139

The Therapeutic Process

148

Application: Therapeutic Techniques and Procedures

151

Existential Therapy From a Multicultural Perspective

154

Summary and Evaluation

155

Existential Therapy Applied to the Case of Stan 156 Where to Go From Here

159

Recommended Supplementary Readings References and Suggested Readings

160 161

7 Person-Centered Therapy Introduction

165

Key Concepts

169

The Therapeutic Process

164

170

Application: Therapeutic Techniques and Procedures Person-Centered Expressive Arts Therapy

176

180

Person-Centered Therapy From a Multicultural Perspective 183 Person-Centered Therapy Applied to the Case of Stan Summary and Evaluation Where to Go From Here

191

Recommended Supplementary Readings References and Suggested Readings

8 Gestalt Therapy Introduction

198

Key Concepts

200

The Therapeutic Process

193 194

197 206

Application: Therapeutic Techniques and Procedures Gestalt Therapy From a Multicultural Perspective 221 Gestalt Therapy Applied to the Case of Stan 222 Summary and Evaluation Where to Go From Here

186

187

224 227

Recommended Supplementary Readings References and Suggested Readings

229 229

211

xi

Contents

9

Behavior Therapy Introduction Key Concepts

232

234 237

The Therapeutic Process

238

Application: Therapeutic Techniques and Procedures

241

Behavior Therapy From a Multicultural Perspective

259

Behavior Therapy Applied to the Case of Stan 261 Summary and Evaluation

262

Where to Go From Here 266 Recommended Supplementary Readings 267 References and Suggested Readings 267

10 Cognitive Behavior Therapy 272 Introduction

273

Albert Ellis’s Rational Emotive Behavior Therapy 275 Key Concepts

276

The Therapeutic Process

279

Application: Therapeutic Techniques and Procedures 281 Aaron Beck’s Cognitive Therapy 287 Donald Meichenbaum’s Cognitive Behavior Modification

296

Cognitive Behavior Therapy From a Multicultural Perspective 300 Cognitive Behavior Therapy Applied to the Case of Stan Summary and Evaluation Where to Go From Here

304 309

Recommended Supplementary Readings 310 References and Suggested Readings 311

11 Reality Therapy Introduction Key Concepts

315

316 317

The Therapeutic Process

321

Application: Therapeutic Techniques and Procedures 323 Reality Therapy From a Multicultural Perspective 330 Reality Therapy Applied to the Case of Stan 332 Summary and Evaluation Where to Go From Here

334 336

302

Contents Recommended Supplementary Readings References and Suggested Readings

337 337

12 Feminist Therapy 339 Introduction Key Concepts

341 345

The Therapeutic Process

349

Application: Therapeutic Techniques and Procedures

352

Feminist Therapy From a Multicultural Perspective Feminist Therapy Applied to the Case of Stan Summary and Evaluation

362

Where to Go From Here

366

360

Recommended Supplementary Readings References and Suggested Readings

358

368 369

13 Postmodern Approaches

373

Introduction to Social Constructionism

375

Solution-Focused Brief Therapy 377 Narrative Therapy 387 Postmodern Approaches From a Multicultural Perspective Postmodern Approaches Applied to the Case of Stan Summary and Evaluation

400

Where to Go From Here

403

Recommended Supplementary Readings References and Suggested Readings

398

405 406

14 Family Systems Therapy Introduction

397

409

411

The Development of Family Systems Therapy

414

Eight Lenses in Family Systems Therapy

417

A Multilensed Process of Family Therapy

428

Family Systems Therapy From a Multicultural Perspective Family Systems Therapy Applied to the Case of Stan Summary and Evaluation

438

Where to Go From Here

440

Recommended Supplementary Readings References and Suggested Readings

441 442

433 435

xiii

xiv

Contents

PART THREE

Integration and Application

445

15 An Integrative Perspective Introduction

447

448

The Movement Toward Psychotherapy Integration Issues Related to the Therapeutic Process

448 459

The Place of Techniques and Evaluation in Counseling 465 Summary 478 Where to Go From Here 479 Recommended Supplementary Readings

479

References and Suggested Readings 480

16 Case Illustration: An Integrative Approach to Working With Stan 483 Counseling Stan: Integration of Therapies 484 Concluding Comments 501

AUTHOR INDEX

503

SUBJECT INDEX

507

PREFACE

graduate students in psychology, counselor education, human services, and the mental health professions. It surveys the major concepts andThisbookisintendedforcounselingcoursesforundergraduateand

practices of the contemporary therapeutic systems and addresses some ethi-cal and professional issues in counseling practice. The book aims at teaching students to select

wisely from various theories and techniques and to begin to develop a personal style of counseling. I have found that students appreciate an overview of the divergent contem-porary approaches to counseling and psychotherapy. They also consistently say that the first course in counseling means more to them when it deals with them personally. Therefore, I stress the practical application of the material and en-courage reflection. Using this book can be both a personal and an academic learning experience. In this new eighth edition, every effort has been made to retain the major qualities that students and professors have found helpful in the previous edi-tions: the succinct overview of the key concepts of each theory and their im-plications for practice, the straightforward and personal style, and the book’s comprehensive scope. Care has been taken to present the theories in an ac-curate and fair way. I have attempted to be simple, clear, and concise. Because many students want suggestions for supplementary reading as they study each therapy approach, I have included a reading list at the end of each chapter. This edition updates the material and refines existing discussions. Part 1 deals with issues that are basic to the practice of counseling and psychotherapy. Chapter 1 puts the book into perspective, then students are introduced to the counselor—as a person and a professional—in Chapter 2. This chapter con-tains a new discussion of research on the role of the counselor as a person and the therapeutic relationship. Increased coverage has been given to the topics of personal therapy for the counselor and characteristics of effective counselors. Chapter 3 introduces students to some key ethical issues in counseling practice, and all of the topics in this chapter have been updated. Expanded coverage has – xv –

Preface been given to ethical issues in assessment and diagnosis and ethical dimensions in multicultural counseling. There is a new section on evidence-based practice and the trend toward accountability in counseling practice. Both sides of the controversy surrounding evidence-based practice are highlighted. Part 2 is devoted to a consideration of 11 theories of counseling. Each of the theory chapters follows a common organizational pattern, and students can easily compare and contrast the various models. This pattern includes core topics such as key concepts, the therapeutic process, therapeutic techniques and procedures, multicultural perspectives, theory applied to the case of Stan, and summary and evaluation. In this eighth edition, most of the chapters in Part 2 have been largely rewritten to reflect recent trends. Revisions were based on the recommendations of experts in each theory, all of whom are listed in the Acknowledgments section. Both expert and general reviewers provided suggestions for adding and deleting material for this edition. Attention was given to current trends and recent devel-opments in the practice of each theoretical approach. New to the theory chapters in Part 2 is a section on the application of the concepts and techniques of each model to the practice of group counseling. Each of the 11 theory chapters summarizes key points and evaluates the con-tributions, strengths, limitations, and applications of these theories. Special attention is given to evaluating each theory from a multicultural perspective as well, with a commentary on the strengths and shortcomings of the theory in working with diverse client populations. The consistent organization of the summary and evaluation sections makes comparing theories easier. Students are given recommendations regarding where to look for further training for all of the approaches. Updated annotated lists of reading suggestions and exten-sive references at the end of these chapters are offered to stimulate students to expand on the material and broaden their learning through further reading. In Part 3 readers are helped to put the concepts together in a meaningful way through a discussion of the integrative perspective and consideration of a case study. Chapter 15 (“An Integrative Perspective”) pulls together themes from all 11 theoretical orientations. This chapter has been extensively revised in some of these ways: new material on the movement toward psychotherapy integration; expanded coverage of the various routes to integration; new mate-rial on research demonstrating the importance of the therapeutic relationship; more discussion on the central role of the client in determining therapy out-comes; the case for practice-based evidence rather than evidence-based prac-tice; and expanded and updated coverage of the conclusions from the research literature on the effectiveness of therapy. Chapter 15 develops the notion that an integrative approach to counseling practice is in keeping with meeting the needs of diverse client populations in many different settings. Numerous ta-bles and other integrating material help students compare and contrast the 11 approaches.

About the Author

iii

He has also made several videos on various aspects of counseling practice: (1) CD-ROM for Integrative Counseling (2005, with Robert Haynes); Ethics in Action: CD-ROM (2003, with Marianne Schneider Corey and Robert Haynes); (3) The Evolution of a Group: Student Video and Workbook (2000, with Marianne Schneider Corey and Robert Haynes), (4) Groups in Action: DVD and Workbook (2006, with Marianne Schneider Corey and Robert Haynes) and (5) DVD/Online Program, Theory in Practice: The Case of Stan (2009). All of these stu-dent videos, CD-ROM, and DVD programs are available through Brooks/Cole.

More Documents from "Annisa Rahmah"