Makalah
HAKIKAT SAINS (Dibuat dan dipresentasikan untuk memenuhi mata kuliah kapita selekta sains)
Oleh: Meiske Hasan 441416028 pendidikan kimia B
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya karena atas izin dan penunjuknya sehingga penulis memperoleh kesempatan dan kesehatan dalam menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “HAKIKAT SAINS” Dalam penyusunan makalah ini masi jauh dari kesempurnaan,untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Gorontalo, oktober 2018
Penyusun
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... Latar Belakang............................................................................................... Rumusan Masalah ......................................................................................... Tujuan Penulisan ........................................................................................... BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2.1 Konsep Sains .......................................................................................... 2.1.1 Sains Sebagai Metode Khusus ..................................................... 2.2.1 Sains Sebagai Metode Ilmiah ........................................................ 2.2 Karateristik Sains ................................................................................... 2.3 Karateristik Belajar Sains ....................................................................... 2.4 Kedudukan Sains Sebagai Proses, Produk dan Sikap Ilmiah ................. 2.4.1 Sains Sebagai Proses ..................................................................... 2.4.2 Sains Sebagai Produk .................................................................... 2.4.3 Sains sebagai Sikap Ilmiah ............................................................ BAB III PENUTUP ................................................................................................. 3.1 Kesimpulan............................................................................................ 3.2 Saran ...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sains merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran Sains sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena Sains memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Dengan demikian, sains memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan sains di Indonesia dan negara-negara maju.Pendidikan sains telah berkembang di Negara-negara maju dan telah terbukti dengan adanya penemuan-penemuan baru yang terkait dengan teknologi. Akan tetapi di Indonesia sendiri belum mampu mengembangkannya. Pendidikn sains di Indonesia belum mencapai standar yang diinginkan, padahal untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sains penting dan menjadi tolak ukur kemajuan bangsa.Kenyataan yang terjadi di Indonesia, mata pelajaran sains tidak begitu diminati dan kurang diperhatikan. Apalagi melihat kurangnya pendidik yang menerapkan konsep sains. Permasalahan ini terlihat pada cara pembelajaran sains serta kurikulum yang diberlakukan sesuai atau malah mempersulit pihak sekolah dan siswa didik, masalah yang dihadapi oleh pendidikan sains sendiri berupa materi atau kurikulum, guru, fasilitas, peralatan siswa dan komunikasi antara siswa dan guru.Oleh sebab itu untuk memperbaiki pendidikan sains diperlukan pembenahan kurikulum dan pengajaran yang tepat dalam pendidikan sains. Masalah ini juga yang mendasasri adanya kurikulum yang di sempurnakan (KYD) yang saat ini sedang di kembangkan di sekolah-sekolah, yaitu KTSP.
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep Sains? 2. Bagaimana karakteristik Sains? 3. Bagaimana karakteristik belajar Sains?
4.Bagaimana Kedudukan sains Sebagai Proses, Produk dan Sikap Ilmiah? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Dapat Menjelaskan apa konsep Sains 2. Dapat Menjelaskan apa karakteristik Sains 3. Dapat Menjelaskan apa karakteristik belajar Sains 4. Dapat Menjelaskan apa Kedudukan Sains Sebagai Proses, Produk dan Sikap Ilmiah
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Sains Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau sains dikenal juga dengan istilah IPA. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti ”pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).Dalam kamus Fowler (1951), natural science didefinisikan sebagai: systematic and formulated knowledge dealing with material phenomena and based mainly on observation and induction (yang diartikan bahwa ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai: pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi).Sumber lain menyatakan bahwa natural science didefinisikan sebagai a piece of theoretical knowledge atau sejenis pengetahuan teoritis. sains merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. sains didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan ketrampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa sains merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya sains merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.Dalam perkembangan selanjutnya, metode ilmiah tidak hanya berlaku bagi sains tetapi juga berlaku untuk bidang ilmu lainnya. 2.1.1 Sains Sebagai Metode Khusus Metode khusus yang dimaksud merupakan langkah-langkah seorang ilmuwan dalam memperoleh pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan gejala-gejala alam. Pengetahuan berupa teori yang diperoleh melalui hasil perhitungan atau pemikiran tidak akan bertahan kalau tidak sesuai dengan hasil observasi, sehingga suatu teori tidak dapat berdiri sendiri. Teori selalu didasari oleh hasil pengamatan. Dengan demikian, sains juga merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus (Nokes, 1941).Planet Neptunus tidak akan dapat ditemukan secara teoritis jika sebelumnya tidak ada pengamatan yang menyaksikan suatu keanehan dalam lintasan planet lainya. Atau dapat dikatakan bahwa Planet
Neptunus tidak ditemukan berdasarkan hasil observasi melainkan melalui perhitunganperhitungan. Demikian halnya dengan pembuktian teori Einstein yang secara ekperimental tidak dilakukan oleh Einstein. 2.1.2 Sains sebagai Metode Ilmiah Jika sains merupakan suatu jenis pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan cara yang khusus, maka cara tersebut dapat berupa observasi, eksperimentasi, pengambilan kesimpulan, pembentukan teori, observasi dan seterusnya. Cara yang demikian ini dikenal dengan metode ilmiah (scientific method). 2.2 Karakteristik Sains Sains disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989: 93). Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini: a. Sains mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam sains dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. Contoh : nilai ilmiah ”perubahan kimia” pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan atau tidak dapat dikembalikan ke sifat semula. b. Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. c. Sains merupakan pengetahuan teoritis.Teori sains diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain d. Sains merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan.Dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006). e. Sains meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap.Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi;
evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. 2. 3. Karakteristik Belajar Sains . Sesuai dengan karakteristik sains, sains di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan karakteristik sains pula, cakupan sains yang dipelajari di sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan fakta yang didasarkan pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar sains untuk memprediksi atau menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda. Cakupan dan proses belajar sains di sekolah memiliki karakteristik tersendiri. Uraian karakteristik belajar sains dapat diuraikan sebagi berikut. a. Proses belajar sains melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot.Contoh : untuk mempelajari pemuaian pada benda, kita perlu melakukan serangkaian kegiatan yang melibatkan indera penglihat untuk mengamati perubahan ukuran benda (panjang, luas, atau volume), melibatkan gerakan otot untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang diukur dan cara pengukuran yang benar, agar diperoleh data pengukuran kuantitatif yang akurat. b. Belajar sains dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik). Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi. c. Belajar sains memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu sangat terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh hanya berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang kurang obyektif, sementara itu sains mengutamakan obyektivitas.Contoh : pengamatan untuk mengukur suhu benda diperlukan alat bantu pengukur suhu yaitu termometer. d. Belajar sains seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal seminar, konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita lakukan semata-mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar obyektif.Contoh : sebuah temuan ilmiah baru untuk memperoleh pengakuan kebenaran, maka temuan tersebut harus dibawa ke persidangan ilmiah lokal, regional, nasional, atau bahkan sampai tingkat internasional untuk dikomunikasikan dan dipertahankan dengan menghadirkan ahlinya. e. Belajar sains merupakan proses aktif.Belajar sains merupakan sesuatu yang harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Dalam belajar sains, siswa
mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji penjelasan tersebut dengan cara-cara yang berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain. Keaktifan dalam belajar sains terletak pada dua segi, yaitu aktif bertindak secara fisik atau hands-on dan aktif berpikir atau minds-on (NRC, 1996:20).Keaktifan secara fisik saja tidak cukup untuk belajar sains, siswa juga harus memperoleh pengalaman berpikir melalui kebiasaan berpikir dalam belajar sains. Para ahli pendidikan dan pembelajaran sains menyatakan bahwa pembelajaran sains seyogianya melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif.Para ahli pendidikan dan pembelajaran sains menyatakan bahwa pembelajaran sains seyogianya melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hal ini dikuatkan dalam kurikulum sains yang menganjurkan bahwa pembelajaran sains di sekolah melibatkan siswa dalam penyelidikan yang berorientasi inkuiri, dengan interaksi antara siswa dengan guru dan siswa lainnya. Melalui kegiatan penyelidikan, siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan ilmiah yang ditemukannya pada berbagai sumber, siswa menerapkan materi sains untuk mengajukan pertanyaan, siswa menggunakan pengetahuannya dalam pemecahan masalah, perencanaan, membuat keputusan, diskusi kelompok, dan siswa memperoleh asesmen yang konsisten dengan suatu pendekatan aktifuntukbelajar. 2.4 Kedudukan sains Sebagai Proses, Produk dan Sikap Ilmiah 2.4.1 Sains Sebagai Proses Mari kita telusuri materi kajian sains sebagai proses dari sajian berikut ini. sains sebagai proses mengandung pengertian cara berpikir dan bertindak untuk menghadapi atau merespons masalahmasalah yang ada di lingkungan. Jadi, sains sebagai proses menyangkut proses atau cara kerja untuk memperoleh hasil (produk) inilah yang kemudian dikenal sebagai proses ilmiah. Melalui proses-proses ilmiah akan didapatkan temuan-temuan ilmiah. Perwujudan proses-proses ilmiah ini berupa kegiatan ilmiah yang disebut sebagai inkuiri/penyelidikan ilmiah. Secara sederhana Nyoman (1985-1986: 8) mendefinisikan inkuiri ilmiah sebagai usaha mencari pengetahuan dan kebenaran.Sejumlah proses sains yang dikembangkan para ilmuwan dalam mencari pengetahuan dan kebenaran ilmiah itulah yang kemudian disebut sebagai keterampilan proses sains. 2.4.2. Sains Sebagai Produk Produk sains adalah sekumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Produk sains yang disebut istilah adalah sebutan, simbol atau nama dari benda-benda dan gejala-gejala alam, orang, tempat. udyo (1991: 2) menyebutkan bentuk-bentuk produk sains meliputi istilah, fakta, konsep, prinsip, dan prosedur ontoh
malaria (sebutan) lamda (simbol untuk panjang gelombang) matahari (nama benda) angin puting beliung (gejala alam) Newton (nama orang) Galapagos (nama tempat).
Sementara itu Susanto (1991: 3) mengartikan fakta sebagai ungkapan tentang sifat-sifat suatu benda, tempat, atau waktu adanya atau terjadinya suatu benda atau kejadian. Sifat yang dimaksud dapat berupa wujud, bentuk, bangun, ukuran, warna, bau, rasa dan yang lainnya. Contoh: fakta mengenai sifat: air jeruk rasanya asam. fakta mengenai waktu: Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. fakta mengenai tempat: Ujung Kulon (tempat suaka badak bercula satu) fakta mengenai orang: Mukibat (adalah orang Indonesia penemu teknik menyambung singkong) 2.4.3 Sains Sebagai Sikap Ilmiah Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 1996/1997: 11). Sikap-sikap ilmiah meliputi: a) Obyektif terhadap fakta. Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang. Contoh: Seorang peneliti menemukan bukti pengukuran volume benda 0,0034 m3, maka ia harus mengatakan juga 0,0034m3, padahal seharusnya 0,005m3. b) Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu. Contoh: Ketika seorang ilmuwan menemukan hasil pengamatan suatu burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip, maka dia tidak segera mengatakan semua burung paruhnya panjang dan lancip, sebelum data-datanya cukup kuat mendukung kesimpulan tersebut. c) Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri. Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak temuannya sendiri.
d) Tidak mencampur adukkan fakta dengan pendapat. Contoh: Tinggi batang kacang tanah di pot A pada umur lima (5) hari 2 cm, yang di pot B umur lima hari tingginya 6,5 cm. Orang lain mengatakan tanaman kacang tanah pada pot A terlambat pertumbuhannya, pernyataan orang ini merupakan pendapat bukan fakta. e) Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh kehatihatian berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benar-benar akurat.
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Dari hasil pembahasan diatas maka dapat di tarik kesimpulan Kedudukan sains pada dimensi proses ditunjukkan oleh sejumlah keterampilan proses sains dasar dan terintegrasi. Keterampilan proses sains diartikan sebagai keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Dalam proses sains terkandung cara kerja dan cara berpikir untuk kemajuan sains itu sendiri. Proses-proses sains yang termasuk ke dalam keterampilan proses sains adalah: mengamati,mengukur,mengklasifikasi,menginterpretasi,memprediksi,mengkomunikasikan hasil nggunakan alat. 3.2. Saran Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca agar pembaca dapat mengetahuai tentang hakikat sains. penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekukarngan,untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pra pembaca yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA Asnur Muslich. (2007). KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:PT Bumi Aksara Dwi Siswoyo, dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press Djohar.(1990).Pendidikan Sains.Yogyakarta:FMIPA UNY http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/10/hakikat-pembelajaran-ipa.html diakses pada 05 oktober 2013 http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/hakikat-pembelajaran-ipa.html Nopember 2011
diakses
pada
03
Muhammad Joko Susilo. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mulyasa. (2006). Kurikulum yang Disempurnakan: Pengambangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT Remaja Rasdakarya Lukum, A. 2012. Evaluasi Program Supervisi Pembelajaran IPA SMP di Kota Gorontalo. (Disertasi Doktor. Universitas Negeri Jakarta) Lukum, A. 2014. Evaluasi Program Pembelajaran IPA SMP di Kabupaten Bone Bolango. Laporan Penelitian Universitas Negeri Gorontalo