Microsoft Word - 5 Bab Iv Dudi

  • Uploaded by: Drs.Dudy Bagus Prasetyo, AP, MS
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Microsoft Word - 5 Bab Iv Dudi as PDF for free.

More details

  • Words: 5,846
  • Pages: 30
50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian

tentang

tingkat

partisipasi

masyarakat

sekitar

tambang

dilaksanakan di 2 (dua) lokasi yang masih bagian wilayah operasional tambang batubara PT Arutmin Indonesia Satui Mine, yaitu Desa Bukit Baru Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu dan Desa Sei Cuka Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut. Desa Bukit Baru Secara geografis Desa Bukit Baru terletak antara 03042’30.4” Lintang Selatan - 115021’17.8” Bujur Timur. Luas wilayah desa secara keseluruhan lebih kurang 15.000 ha dengan batas-batas wilayah, sebagai berikut : 

Sebelah Utara

:

berbatasan

dengan

areal

tambang

PT Arutmin

Indonesia 

Sebelah Timur



Sebelah Selatan :

:

berbatasan dengan Sungai Satui berbatasan dengan

areal

tambang

PT Arutmin

areal

tambang

PT Arutmin

Indonesia 

Sebelah Barat

:

berbatasan

dengan

Indonesia Desa Bukit Baru secara administratif berada di bawah pemerintahan Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu. Jumlah penduduk mencapai ± 1.975 orang pada akhir Maret 2008 yang terdiri dari sebanyak 395 KK. Penduduknya terdiri dari berbagai suku/etnis yang hidup berdampingan dengan baik dan bertoleransi tinggi. Suku yang dominan adalah suku Banjar. Sisanya, dalam jumlah yang lebih kecil, terdiri atas suku Dayak, Jawa/ Madura, Sunda, Bugis, Batak dan Flores.

51

Desa Bukit Baru terletak pada wilayah kaki Pegunungan Meratus sebelah timur dengan topografi berombak hingga berbukit (3-15%). Bagian yang berombak meliputi wilayah lahan seluas 4.000 ha atau 26,67% dari seluruh wilayah desa, sedangkan bagian yang termasuk berbukit meliputi wilayah sekitar 11.000 ha atau 73,33%. Ketinggian wilayah dari permukaan laut tidak lebih dari 500 m. Berdasarkan kondisi tata air lahan, tipologi lahan di Desa Bukit Baru termasuk ke dalam kelompok lahan kering. Kondisi lahannya cukup berpotensi untuk pengembangan usaha-usaha pertanian, khususnya perkebunan dan peternakan yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menyediakan lapangan kerja baru dan mengurangi pengangguran. Pemerintahan desa belum sepenuhnya berjalan menurut prinsip otonomi daerah yang diharapkan tetapi umumnya sudah mulai mengarah kepada perbaikan. Pembangunan dan pengembangan desa mandiri selama dua tahun terakhir (2004 dan 2005) masih belum dapat dinilai manfaatnya secara objektif karena belum adanya penilaian khusus untuk itu.

Desa Sungai Cuka Secara geografis Desa Sei Cuka terletak antara 03050’25.3” Lintang Selatan - 115019’54.4” Bujur Timur. Luas wilayah desa secara keseluruhan lebih kurang 10.884,9 ha dengan batas-batas wilayah, sebagai berikut :

52



Sebelah Utara

:

berbatasan dengan

areal

tambang

PT Arutmin

Indonesia 

Sebelah Timur

:

berbatasan dengan Desa Sei Cuka Kab. Tanah Bumbu



Sebelah Selatan

:

berbatasan dengan Desa Mekarsari.



Sebelah Barat

:

berbatasan dengan Desa Sebamban V

Desa Sei Cuka secara administratif berada di bawah pemerintahan Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut. Jumlah penduduk mencapai ±2.806 orang pada akhir Maret 2008 yang terdiri dari sebanyak 1.778 KK. Penduduknya terdiri dari berbagai suku/etnis yang hidup berdampingan dengan baik dan bertoleransi tinggi. Suku yang dominan adalah suku Banjar. Sisanya, dalam jumlah yang lebih kecil, terdiri atas suku Jawa/ Madura, Sunda, Bugis dan Batak. Desa Sungai Cuka terletak pada wilayah dengan topografi datar hingga berbukit dengan kemiringan tanah 0 – < 20%. Bagian dataran meliputi wilayah lahan seluas 10.884,9 ha atau 65% dari seluruh wilayah desa, sedangkan bagian yang berbukit meliputi wilayah sekitar 5.861,1 ha atau 35%. Ketinggian wilayah dari permukaan laut tidak lebih dari 150 m. Berdasarkan kondisi tata air lahan, tipologi lahan di Desa Sungai Cuka termasuk ke dalam kelompok lahan lahan basah seluas 400 ha (2,39%), lahan kering seluas 16.346 ha (97.61%). Kondisi lahannya cukup berpotensi untuk pengembangan usaha-usaha pertanian, khususnya pertanian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menyediakan lapangan kerja baru dan mengurangi pengangguran.

53

Pemerintahan desa belum sepenuhnya berjalan menurut prinsip otonomi daerah yang diharapkan, tetapi umumnya sudah mulai mengarah kepada perbaikan. Pembangunan dan Pengembangan Desa Mandiri selama dua tahun terakhir (2004 dan 2005) masih belum dapat dinilai manfaatnya secara objektif karena belum adanya penilaian khusus untuk itu. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine yang berdomisili di Desa Bukit Baru Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu sebanyak 10 orang dan Desa Sei Cuka Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut sebanyak 23 orang, jadi keseluruhan jumlah responden sebanyak 33 orang. Identitas responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi : Jenis Kelamin Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 33 orang responden diperoleh data bahwa responden yang diteliti dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua) kelompok jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Distribusi data responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1, sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin

Responden

Persentase



Laki-Laki

27

81,81



Perempuan

6

18,19

33

100

Jumlah Sumber : Data Primer Tahun 2008.

54

Dari data pada Tabel 4.1 di atas terdapat sebanyak 27 orang atau 81,82 % responden berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 6 orang atau 18,18% responden berjenis kelamin laki-laki. Data di atas mengindikasikan bahwa ternyata Program Aku Himung Petani Banua lebih banyak melibatkan masyarakat berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Tingginya persentase laki-laki daripada perempuan dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua dikarenakan banyaknya masyarakat berjenis kelamin laki-laki yang terlibat aktif dalam program tersebut. Keterlibatan kaum laki-laki dalam Program Aku Himung Petani Banua dikarenakan posisi mereka sebagai kepala rumah tangga harus bekerja dan mencari penghidupan yang layak untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, dan karena itulah mereka terdorong untuk merubah kehidupannya dengan bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua. Dibandingkan mereka yang berjenis kelamin perempuan yang lebih banyak di rumah dan melayani keluarganya. Hal inilah yang mengindikasikan bahwa lebih banyak masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Umur Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 33 orang responden diperoleh data bahwa umur rata-rata responden termasuk ke dalam kategori usia produktif, yaitu di antara 15 tahun hungga 65 tahun.1 Usia responden paling muda 19 tahun dan responden dengan usia paling tua berumur 66 tahun. Distribusi data responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.2, sebagai berikut : 1

Badan Pusat Statistik (BPS), Data untuk Perencanaan Pembangunan dalam Era Desentraliasasi. http://www.datastatistik-indonesia.com, diunduh pada tanggal 27 Januari 2009.

55

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur Umur

Responden

Persentase

11

– 20

1

3,03

21

– 30

10

30,30

31

– 40

11

33,33

41

– 50

5

15,15

51

– 60

3

9,09

61

– 70

3

9,09

33

100

Jumlah Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Secara umum Tabel 4.2 menunjukkan dari 33

responden yang

diteliti masih termasuk ke dalam kelompok berusia produktif (usia kerja), yaitu diantara umur 17 s/d 50 tahun, dan sebagian kecil responden berusia lanjut. Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan responden, yaitu jenis mata pencaharian yang digeluti masyarakat setiap hari dan menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Distribusi responden menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.3, sebagai berikut : Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan

Jumlah

Persentase

(Orang)

(%)



Petani / Peternak / Nelayan

25

75,7



Pekerja Kayu Sibitan / Buruh

2

6,1



Lain-Lain

6

18,2

33

100

Jumlah Sumber : Data Primer Tahun 2008.

56

Tabel 4.3 terlihat bahwa sebanyak 25 orang atau 75,7% memiliki pekerjaan sebagai petani, peternak dan pembudidaya ikan (Nelayan), sebanyak 2 (dua) orang atau 6,1% bekerja sebagai pengumpul sibitan kayu ulin dan sebanyak 6 (enam) orang atau 18,2% bekerja tidak tetap atau tidak jelas apa pekerjaannya.

Tingkat Pendidikan Dalam penelitian ini tingkat pendidikan formal adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh masyarakat selama hidupnya. Distribusi responden menurut pendidikan formal dilihat pada Tabel 4.4, sebagai berikut : Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Jenjang Pendidikan Formal

Responden

Persentase

 Tidak Pernah Sekolah

1

3,03

 SD / Tidak Tamat SD, atau Kejar Paket A

24

72,73

 SLTP / Tidak Tamat SLTP, atau Kejar Paket B

5

15,15

 SLTA / Tidak Tamat SLTA, atau Kejar Paket C

3

9,09

33

100

Jumlah Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 8 (delapan) orang atau 24,25% masyarakat pernah menempuh pendidikan SLTP / Tidak Tamat SLTP, atau Kejar Paket B dan SLTA / Tidak Tamat SLTA, atau Kejar Paket C. Sedangkan lainnya sebanyak 25 orang atau 75,75% hanya pernah menempuh pendidikan SD / Tidak Tamat SD, atau Kejar Paket A dan termasuk mereka yang tidak pernah menempuh pendidikan formal sama sekali.

57

Sesuai kriteria yang ditetapkan dalam defenisi operasional pernelitian dan memperhatikan data Tabel 4.4 maka diindikasikan bahwa tingkat pendidikan masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua masih termasuk dalam kategori Rendah.

Tingkat Pendapatan Pendapatan rata-rata perbulan responden, yaitu pendapatan per bulan yang diperoleh responden sesuai jenis pekerjaan yang digeluti. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendapatan rata-rata per bulan dapat dilihat pada Tabel 4.5 dibawah ini : Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendapatan Pendapatan Rata-Rata / Bulan

Responden

Persentase

 ≥ Rp.500.000,- per bulan

24

72,7

 < Rp.500.000,- per bulan

9

27,3

33

100

Jumlah Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Tabel 4.5 menunjukkan terdapat sebanyak 24 orang (72,7%) masyarakat memiliki pendapatan rata-rata ≥ Rp.500.000,- per bulan, sedangkan lainnya sebanyak

9

orang

(27,3%)

masyarakat

memiliki

pendapatan

rata-rata

≥ Rp.500.000,- per bulan. Data diatas mengindikasikan tingkat pendapatan ratarata masyarakat termasuk dalam kategori tinggi. Karena tingkat pendapatan masyarakat rata-rata per bulan di atas Rp.500.000,-.

58

Tingginya pendapatan rata-rata per bulan masyarakat karena banyaknya masyarakat yang bekerja tidak pada satu jenis pekerjaan saja. Misalnya, mereka yang bekerja sebagai petani juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai pedagang sayur-mayur di pasar Sungai Danau, atau ada juga yang merangkap bekerja sebagai buruh bangunan atau tenaga harian lepas pada perusahaan-perusahaan di sekitar desanya, dan sebagainya. Hal ini mengindikasikan bahwa ternyata masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine tidak bekerja pada satu bidang pekerjaan saja namun mereka juga memiliki pekerjaan sampingan lain sehingga dengan pekerjaannya itu mereka dapat memperoleh pendapatan rata-rata lebih dari Rp.500.000,- pada tiap bulannya.

Kelompok Etnis (Suku)

Pada 2 (dua) lokasi penelitian yang diamati ternyata masyarakat yang hidup dan berkembang di lokasi tersebut terdiri dari berbagai kelompok etnis (suku). Karakteristik responden berdasarkan kelompok etnis (suku) dapat dilihat pada Tabel 4.6 dibawah ini :

Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Kelompok Etnis ((Suku) Etnis

Bukit Baru

Jawa Banjar Sunda Bugis Batak Flores Jumlah Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Sei Cuka

Jumlah

Persentase

2 7 1

15 4 2 1 1 -

17 11 2 1 1 1

51,52 33,33 6,06 3,03 3,03 3,03

9

24

33

100

59

Tabel 4.6 terlihat bahwa masyarakat peserta Program Aku Himung Petani Banua terdiri dari beberapa kelompok etnis (suku) yang beragam. Dapat dilihat pada Tabel 4.8 bahwa terdapat kelompok etnis (suku) Jawa sebanyak 17 orang atau 51,52%, suku Banjar sebanyak 11 orang atau 33,33%, suku Sunda sebanyak 2 orang atau 6,06%, dan untuk suku Bugis, Batak serta Flores masing-masing sebanyak 1 orang atau 3,03%. Data di atas menunjukkan bahwa masyarakat dari kelompok etnis (suku) Jawa lebih banyak daripada kelompok etnis Banjar, Sunda, Batak dan Flores. Tingginya populasi kelompok etnis Jawa dibandingkan kelompok etnis (suku) lainnya karena pada 2 (dua) lokasi penelitian tersebut adalah merupakan kawasan transmigrasi yang umumnya didatangkan dari pulau Jawa sehingga mayoritas penduduknya lebih banyak yang beretnis (suku) Jawa dan telah lama menetap di kawasan tersebut hingga sekarang.

Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua adalah derajat keterlibatan aktif atau keikutsertaan seorang atau sekelompok masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satu Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Tingkat partisipasi dihitung berdasarkan skor partisipasi masyarakat dalam kegiatan pelatihan, kegiatan penyuluhan dan tanggapan masyarakat terhadap bantuan demplot. Nilai skor kriteria tingkat partisipasi digolongkan menjadi tingkat partisipasi rendah dan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data, sebagai berikut :

60

Tabel 4.7

Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

Tingkat Partisipasi

Nilai Yang Didapat

Nilai Ideal

Persentase

Kategori

- Kegiatan Pelatihan

5,61

7

80,09

Tinggi

- Kegiatan Penyuluhan

7,09

9

78,79

Tinggi

- Respon Bantuan Demplot

7,67

8

95,83

Tinggi

6,79

8

84,85

Tinggi

Rata-rata ( ) Sumber : Pengolahan Data Tahun 2008.

Berdasarkan hasil penelitian, skor yang didapat pada 3 (tiga) komponen kegiatan partisipasi masyarakat dalam Program Aku Himung Petani Banua adalah didapat rata-rata sebesar 6,79 dengan skor ideal 8, sehingga diperoleh persentase skor sebesar 84,85%. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka nilai persentase di atas termasuk kategori tinggi. Tingginya tingkat partisipasi masyarakat tersebut ditunjukkan dengan data pada Tabel 4.7 di atas bahwa lebih dari 50% masyarakat terlibat langsung dan berperan aktif dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua. Hipotesis sebelumnya dinyatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua masih rendah. Namun hasil penelitian justru menunjukkan hal yang berbeda. Hasil penelitian justru menunjukkan bahwa menolak hipotesis awal, yakni tingkat partisipasi masyarakat termasuk kategori rendah. Partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua diukur dari tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan penyuluhan, pelatihan, dan penerimaan bantuan demplot2.

2

Demplot adalah demontration plot atau kegiatan demontrasi percontohan petak lahan.

61

Hasil penghitungan skor tingkat partisipasi masyarakat diperoleh nilai skor masing-masing sebesar 80,09% dan 78,79% pada indikator tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan, sedangkan pada indikator tanggapan masyarakat terhadap bantuan demplot diperoleh skor sebesar 95,83%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan serta respon yang diberikan masyarakat terhadap bantuan demplot termasuk dalam kategori tinggi. Tingginya persentase yang diperoleh dari ketiga indikator terebut menjadi indikasi bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua termasuk dalam kategori tinggi. Tingginya tingkat kehadiran masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan didorong oleh inisiatif dari diri petani itu sendiri untuk menambah pengetahuan yang berhubungan dengan usaha budidaya yang dilakukannya. Selain itu, karena adanya keinginan (kemauan) mereka untuk memperbaiki usaha tani yang telah mereka tekuni selama ini. Dengan mengikuti kegiatan pelatihan dan penyuluhan tersebut mereka dapat memperoleh tambahan pengetahuan yang dirasakan bermanfaat bagi usaha budidaya pertanian yang dilakukannya. Materimateri pelatihan yang diberikan dalam kegiatan tersebut, meliputi : 

Tehnis Budidaya Pertanian Tanaman Pangan dan Tanaman Tahunan



Tehnis Budidaya Perikanan Keramba dan Jala Apung



Tehnis Budidaya Peternakan Sapi Potong, Ayam Broiller dan Ayam Petelur



Tehnis Pengolahan Limbah Kotoran Sapi Untuk Tehnologi Biogas, dan ;



Tehnis Manajemen Usaha Ekonomi Produksi Pertanian Terpadu.

62

Pada kegiatan pelatihan terungkap bahwa tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan termasuk tinggi, yaitu 69,7%, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1. Dalam setiap pertemuan yang dilaksanakan mereka selalu aktif mengajukan berbagai pertanyaan mengenai materi yang disampaikan dalam kegiatan pelatihan tersebut. Mereka juga aktif menyampaikan setiap masalah yang mereka hadapi di lapangan. Dengan dilaksanakannya kegiatan pelatihan tersebut mereka mengharapkan adanya pemecahan terhadap masalahmasalah yang terkait dengan usaha budidaya yang ditekuninya. Hal positif lainnya adalah mereka dapat saling bertukar informasi dan pengalaman dengan anggota masyarakat dari wilayah lainnya terhadap beberapa permasalahan usaha budidaya yang pernah mereka alami sebelumnya. Kondisi inilah yang mendorong mereka ingin bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua dan selalu menghadiri kegiatan-kegiatan pelatihan yang dilaksanakan dalam program tersebut.

30,3% 69,7%

Kategori Tinggi, sebanyak 23 Orang Kategori Rendah, Sebanyak 10 Orang

Gambar 4.1 Tingkat Kehadiran Masyarakat Dalam Kegiatan Pelatihan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan tergolong tinggi, dimana terdapat 23 orang atau 69,7% menunjukkan tingkat kehadiran yang tinggi dalam kegiatan pelatihan.

63

Tingginya tingkat kehadiran masyarakat dalam

kegiatan pelatihan

dikarenakan umumnya masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine merasa tertarik dan terstimulasi untuk mengikuti kegiatan pelatihan, karena mereka ingin belajar dan ingin mengetahui materi-materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan pelatihan tersebut. Alasannya adalah mereka ingin mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru sesuai sektor kegiatan yang diikutinya. Harapannya adalah dengan materi pelatihan yang diperolehnya maka mereka pengetahuan dan pengalaman mereka akan bertambah sehingga produkvitas lahannya akan lebih meningkat di masa yang akan datang. Kondisi inilah yang mendorong keinginan kuat mereka untuk bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua dan selalu

menghadiri kegiatan-kegiatan pelatihan yang

dilaksanakan dalam program tersebut. Hal ini sesuai pendapat Djatmiko, et.al. (2003) yang mengatakan bahwa partisipasi masyarakat dipengaruhi kemampuan dan kemauan mereka untuk berpartisipasi dalam program. Terungkap bahwa sebelum mereka bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua, ternyata banyak di antara mereka atau para petani sekitar tambang sering mengalami gagal panen. Hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan tentang tehnis budidaya mereka selama ini. Selain tidak mendapatkan hasil panenan ternyata usaha budidaya pertanian yang mereka tekuni semakin terpuruk karena terjerat hutang Saprodi (sarana produksi pertanian) dengan para tengkulak. Akibatnya, harga panen yang mereka peroleh sering dipermainkan oleh para tengkulak karena mereka harus membayar modal usaha pertanian yang telah diinvestasikan oleh para tengkulak tersebut. Permasalahan inilah yang menjadi

64

perhatian PT Arutmin Indonesia Satui Mine untuk memecahkan kesulitan masyarakat sekitar tambang yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Salah-satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan sebuah program pengembangan masyarakat (community development), yaitu Program Aku Himung Petani Banua. Program ini memfokuskan kegiatannya untuk membantu dan memberikan pendampingan tehnis kepada masyarakat sekitar tambang terutama untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para petani. Komponen lain yang digunakan indikator untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat adalah tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan penyuluhan. Terungkap bahwa tingkat kehadiran yang masyarakat dalam kegiatan pelatihan termasuk tinggi, yaitu 67,7%, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.2, sebagai berikut :

33,3% Kategori Tinggi, sebanyak 22 Orang 67,7%

Kategori Rendah, Sebanyak 11 Orang

Gambar 4.2 Tingkat Kehadiran Masyarakat Dalam Kegiatan Penyuluhan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 22 orang atau 66,7% masyarakat menyatakan bahwa mereka sering menghadiri kegiatan penyuluhan pada tiap minggunya. Data di atas menjadi indikasi bahwa ternyata tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan penyuluhan masih termasuk dalam kategori tinggi.

65

Informasi yang didapatkan bahwa kegiatan penyuluhan rutin dilaksanakan 2 (dua) kali dalam sebulan, dan kegiatan tersebut dilaksanakan terjadwal pada kelompok tani binaan oleh tim pendamping tehnis yang disediakan oleh PT Arutmin Indonesia Satui Mine. Hal ini dilakukan karena ternyata masyarakat sekitar tambang yang umumnya bekerja sebagai petani tidak pernah menerima kunjungan dari petugas PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) dari instansi pemerintah setempat. Untuk mengatasi masalah tersebut maka PT Arutmin Indonesia Satui Mine melakukan kerjasama dengan Fakultas Pertanian dan Fakultas

Perikanan

Universitas

Lambung

Mangkurat

untuk

mengatasi

permasalahan tersebut. Tim pendamping tehnis ini memiliki tugas dan tanggungjawab memberikan saran dan bantuan tehnis pembinaan kepada masyarakat terkait dengan sektor kegiatan dalam Program Aku Himung Petani. Tingginya tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan penyuluhan karena mereka merasa tertarik perlu menyampaikan segala permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan penyuluhan terutama yang terkait dengan usaha budidaya yang dilakukannya. Alasannya, karena ingin mempelajari materi dan pengetahuan dari para pendamping tehnis dan sekaligus menerapkannya di lahan yang mereka miliki. Ada indikasi bahwa mereka berkeinginan hadir dalam kegiatan penyuluhan karena mereka tidak ingin gagal panen lagi seperti saat mereka belum tergabung dalam program tersebut. Tingginya kehadiran masyarakat pada kegiatan penyuluhan tersebut memicu peningkatan pengetahuan terhadap materi penyuluhan yang diberikan, dan pada gilirannya dapat meningkatkan partisipasi terhadap pelaksanaan program. Hal tersebut menunjukkan indikasi bahwa intensitas komunikasi masyarakat

66

dalam kegiatan penyuluhan dengan para Tenaga Pendamping Tehnis Program Aku Himung Petani dapat memicu timbulnya perubahan dalam diri masyarakat untuk semakin meningkatkan pengetahuannya. Faktor sosial yang juga penting agar terjadi partisipasi adalah komunikasi (Dwiyanti, 2005). Liliweri (2002) mengemukakan bahwa kehidupan manusia di masyarakat ditandai oleh dinamika komunikasi, kita bertukar informasi, gagasan dan pikiran melalui komunikasi. Melalui akses informasi maka akan meningkatkan partisipasi. Syamsi (1994 dalam Dwiyanti, 2005) berpendapat bahwa faktor komunikasi sebagai salah-satu cara untuk menyampaikan informasi merupakan sarana untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Karena, hasil dari proses komunikasi dapat merubah sikap dan perubahan sosial masyarakat yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap pembangunan. Komponen kegiatan terakhir yang digunakan untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua yang digunakan adalah tanggapan (respon) masyarakat terhadap bantuan demplot yang diberikan. Tanggapan masyarakat terhadap bantuan demplot dalam pelaksanaan Program Aku Himung Jadi Petani Banua dapat dilihat pada Gambar 4.3, sebagai berikut :

15,1%

84,9%

Kategori Tinggi, sebanyak 28 Orang Kategori Rendah, Sebanyak 5 Orang

Gambar 4.3 Tanggapan Masyarakat Terhadap Bantuan Demplot

67

Gambar 4.3 di atas mengungkapkan bahwa terdapat sebanyak 28 orang atau 84,9% masyarakat menunjukkan tanggapan (respon) yang termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa bantuan demplot yang diberikan dalam pelaksanaan Program Aku Himung Jadi Petani Banua umumnya direspon atau ditanggapi secara baik oleh masyarakat. Sebagian besar masyarakat yang tergabung sebagai peserta binaan dalam Program Aku Himung Petani Banua menyatakan bahwa bantuan demplot yang diberikan PT Arutmin Indonesia Satui Mine sangat bermanfaat bagi usaha budidaya pertanian yang mereka tekuni saat ini. Bantuan saprodi tersebut membuat mereka bergairah kembali untuk menekuni usaha budidaya pertanian, sehingga dapat dikatakan bahwa melalui bantuan demplot yang diberikan akan memicu dan memacu masyarakat akan lebih meningkatkan partisipasinya dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Tingginya tanggapan masyarakat tersebut juga mendukung tingginya partisipasi terhadap pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Hal ini sesuai dengan pendapat Poston dalam Mardikanto (1994) bahwa perbaikan kondisi hidup masyarakat dan upaya memenuhi kebutuhan untuk dapat menggerakkan partisipasi usaha yang dilakukan adalah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata, yaitu dijadikan stimulasi terhadap masyarakat yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban atau respon yang dikehendaki. Hal tersebut didukung pendapat Paul (1987, dalam Soemarwoto et.al., 2001) yang mengatakan bahwa partisipasi sebagai suatu proses aktif yang memperlihatkan bagaimana pihak-pihak yang mendapat manfaat ikut mempengaruhi arah dan pelaksanaan proyek, bukan hanya sekedar mendapat keuntungan dari proyek.

68

Merujuk pada uraian di atas dan memperhatikan hasil penelitian yang menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua, masih termasuk kategori tinggi, maka kondisi ini perlu terus dipertahankan. Hal yang mungkin dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk mempertahankan tingkat partisipasi masyarakat tersebut dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua adalah dengan memberikan kompensasi sosial atau penghargaan sosial (social award) kepada masyarakat sekitar tambang yang telah dianggap berhasil,

memberikan kontribusi

yang positif sebagai agen perubahan

(agent of change) dalam upaya pengembangan masyarakat di sekitarnya, dan dinilai telah berprestasi selama mengikuti seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua. Sehingga dengan penghargaan tersebut akan memicu keinginan dan semangat untuk lebih berprestasi masyarakat lain di sekitarnya dalam upaya meningkatkan taraf kehidupannya melalui Program Aku Himung Petani Banua. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua Pendidikan formal adalah jenjang terakhir yang pernah diikuti oleh masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan formal yang pernah diikuti oleh masyarakat dari tidak tamat SD sampai dengan SMU/ Sederajat. Secara umum, pendidikan masyarakat tergolong rendah diperoleh oleh 24 responden dan sisanya 9 orang tergolong berpendidikan tinggi.

69

27,27% 72,73%

Kategori Tinggi, sebanyak 24 Orang Kategori Rendah, Sebanyak 9 Orang

Gambar 4.4 Tingkat Pendidikan Masyarakat Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi rank Spearman antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat diperoleh rhitung 0,304, thitung 1,465 dengan ttabel = 2,040 pada taraf kepercayaan 95% (Lampiran 4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa thitung = 1,465 < ttabel = 2,040 maka hipotesis nihil (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H1) ditolak. Berarti tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Program Aku Himung Petani Banua. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah tidak menjadi halangan untuk mereka berpartisipasi dalam kegiatan program Program Aku Himung Petani Banua yang dilaksanakan. Sebab keinginan kuat masyarakat bergabung dan meningkatkan kesejahteraan keluarga lebih besar dan terpatri kuat dalam diri masyarakat. Berbeda dengan pendapat Tjokroamidjojo (1985) bahwa ada hubungan yang erat antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi. Hal senada dikemukakan Suryani, et.al. (1987) yang berpendapat bahwa tingkat pendidikan dan kemiskinan adalah merupakan faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat. Berbeda pula dengan pendapat Inkeles (1969) yang mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan individu, semakin luas pengetahuannya dan kesadarannya pada masalah-masalah kemasyarakatan.

70

Keinginan yang kuat masyarakat sekitar tambang untuk menambah wawasan dan pengetahuan tersebut, ditunjukkan dengan tingkat kehadiran mereka yang termasuk kategori tinggi, baik dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan. Disamping itu, stimulus yang diberikan oleh PT Arutmin Indonesia Satui Mine yang memberikan dukungan berupa sarana produksi budidaya pertanian, perikanan dan peternakan, serta pendampingan teknis kepada masyarakat sekitar tambang. Hal ini mendorong mereka untuk selalu menghadiri seluruh kegiatan dan pada gilirannya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Program Aku Himung Petani Banua. Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode yang sangat sederhana dan jauh dari hal-hal yang bersifat tehnis dalam pelaksanaannya di lapangan. Selain mendapatkan bantuan demplot dalam bentuk saprodi (sarana produksi) dari PT Arutmin Indonesia Satui Mine, ternyata masyarakat yang tergabung dalam program tersebut juga diberikan bantuan pendampingan tehnis agar usaha budidaya yang ditekuni dapat memperoleh keberhasilan dan mendatangkan keuntungan. Program Aku Himung Petani Banua dilaksanakan dengan proses pembelajaran yang bersifat terapan dan praktek langsung di lahan yang dimiliki oleh masyarakat, atau lebih dikenal dengan isitilah “learning by doing”. Sehingga materi budidaya yang diberikan lebih efektif dapat diserap dan dicerna dengan mudah. Selain itu, mereka juga diberikan peluang untuk mempraktekannya secara langsung. Kondisi ini mendorong masyarakat untuk bersungguh-sungguh dalam menekuni usaha budidaya yang dilakukan. Tentunya metode pembelajaran dan

71

pendampingan tehnis yang dilakukan tidak memerlukan batasan tingkatan pendidikan formal masyarakat. Merujuk pada uraian di atas, tentunya tingkat pendidikan formal bukan menjadi hambatan dan kendala bagi masyarakat untuk selalu terlibat dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan formal masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine bukan menjadi faktor penentu terhadap tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua.

Hubungan Antara Tingkat Pendapatan Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

Pendapatan rata-rata perbulan responden adalah pendapatan per bulan yang diperoleh responden sesuai jenis pekerjaan yang digeluti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 24 orang masyarakat termasuk ke dalam kategori tinggi, dan sisanya sebanyak 9 orang termasuk dalam kategori rendah.

27,27% 72,73%

Kategori Tinggi, sebanyak 24 Orang Kategori Rendah, Sebanyak 9 Orang

Gambar 4.5 Tingkat Pendapatan Masyarakat

72

Berdasarkan

hasil

perhitungan

koefisien

korelasi

menggunakan

rank Spearman antara tingkat pendapatan dengan partisipasi masyarakat diperoleh rhitung = 0,338, thitung 1,648 dengan ttabel = 2,040 pada taraf kepercayaan 95% (Lampiran 3). Hasil tersebut menunjukkan bahwa thitung = 1,648 < ttabel = 2,040 maka hipotesis nihil (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H1) ditolak. Berarti tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendapatan dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Program Aku Himung Petani Banua. Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yang baik mempunyai kecenderungan untuk berpartisipasi dibandingkan dengan orang yang tingkat sosial ekonominya masih kurang (King, 1983 ; Isbal 1989 dalam Dwiyanti, 2005). Hasil penelitian ini berbeda pula dengan pendapat Gaffar ; Akbar (1989 dalam Dwiyanti, 2005) yang menyatakan bahwa dari berbagai macam studi yang dilakukan ada hubungan yang erat antara tingkat pendapatan dengan meningkatnya partisipasi. Apabila dilihat dari tingkat kehadiran masyarakat terhadap kegiatan Program Aku Himung Petani Banua, sebagian besar tingkat kehadirannya termasuk dalam kategori tinggi. Selain itu, ada juga masyarakat yang menunjukkan tingkat kehadiran dalam kategori rendah dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan. Ketidakhadiran sebagian masyarakat tersebut disebabkan mereka harus mencari nafkah untuk keperluan hidup sehari-hari. Namun demikian, orang yang mempunyai tingkat pendapatan atau tingkat ekonomi yang rendah maupun tingkat pendapatannya tinggi, sebagian besar dari mereka masih bisa meluangkan waktunya untuk mengikuti semua

73

kegiatan Program Aku Himung Petani Banua. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan masih termasuk kategori tinggi. Tidak terdapatnya hubungan antara tingkat pendapatan terhadap tingkat partisipasi masyarakat disinyalir disebabkan faktor lain. Sebagian anggota masyarakat berpendapat bahwa mereka tertarik bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua karena program tersebut sangat membantu dan mempermudah upaya mereka untuk meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya. Hal ini ditandai dengan adanya upaya mereka untuk meningkatkan produktivitas lahan dimiliki yang mendorong mereka untuk selalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan agar pengetahuan mereka terhadap usaha budidaya pertanian dapat semakin bertambah. Selain itu, bantuan demplot yang diberikan menjadi perangsang usaha bagi mereka untuk lebih meningkatka produktivitas pada lahan yang diolah dan dikelolanya. Keinginan yang kuat untuk lebih meningkatkan kesejahteraan hidup telah mendorong mereka untuk mengembangkan usaha budidaya yang ditekuninya. Kebutuhan hidup yang terus meningkat sebagai akibat terjadinya perubahan sosial di kawasan tersebut mendorong masyarakat sekitar tambang harus beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja di sektor lain. Kondisi ini mendorong masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine menekuni kembali usaha budidaya pertanian yang selama ini sempat mereka tinggalkan. Sehingga dapat dilihat pada terlihat Gambar 4.5 bahwa ternyata tingkat pendapatan masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine

74

termasuk kategori tinggi. Dalam kondisi seperti ini, mereka masih menyediakan waktu untuk selalu hadir dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam program tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan masyarakat tidak memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Artinya, dengan tingkat pendapatan apapun baik dalam kategori tinggi atau rendah ternyata tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Aku Himung Petani Banua masih termasuk dalam kategori tinggi. Hal di atas mengindikasikan bahwa masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia tergerak untuk bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua dilatarbelakangi oleh motif ekonomi masyarakat untuk semakin meningkat hasil usaha budidaya yang ditekuninya. Motif inilah yang mendorong mereka selalu hadir dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan pada Program Aku Himung Petani Banua. Merujuk pada uraian di atas, tentunya tingginya tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua bukan ditentukan oleh tingkat pendapatan masyarakat. Karena dengan harapan dan keinginan yang kuat untuk merubah taraf kesejahteraan hidup mendorong mereka untuk berpikir ekonomis (motif ekonomi) yang lebih berorientasi untuk mendorong terjadinya peningkatan produktivitas produksi lahan yang dikelolanya. Salah-satu alternatif untuk memenuhi harapannya tersebut adalah dengan bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua karena selain mendapatkan bantuan demplot dan selain itu, ternyata

75

terdapat keuntungan lainnya, yaitu adanya pola pendampingan tehnis yang bertujuan untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada mereka untuk mampu mencapai keberhasilannya secara mandiri. Dengan berkembangnya usaha budidaya tersebut tentu akan semakin menambah pemasukan terhadap tingkat pendapatan. Sehingga keadaan ini akan berimplikasi positif terhadap pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hal inilah yang dapat menjelaskan bahwa motif ekonomi mendorong masyarakat lebih mengembangkan usahanya

yang

berimplikasi pada meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tingginya tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua bukan ditentukan oleh tingkat pendapatan. Karena ada faktor lain, yaitu adanya motif ekonomi masyarakat terhadap bantuan demplot dan pola pendampingan tehnis yang diberikan dalam Program Aku Himung Petani Banua diyakini mereka akan mampu memberikan perubahan yang berarti terhadap upaya peningkatan kesejahateraan hidupnya. Hubungan Antara Etos Kerja Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua Hasil penelitian terhadap etos kerja masyarakat diperoleh skor rata-rata sebesar 18,9 dan skor rata-rata ideal sebesar 22 sehingga diperoleh persentase etos kerja sebesar 85,95%. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka nilai persentase tersebut termasuk kategori tinggi. Etos kerja masyarakat dalam kegiatan Program Aku Himung Petani Banua dapat dilihat pada Tabel 4.8, sebagai berikut :

76

Tabel 4.8

Etos Kerja Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

Faktor Budaya

Nilai Yang Didapat

- Etos Kerja Rata-rata ( )

Nilai Ideal

Persentase

Kategori

624

726

85,95

Tinggi

18,9

22

85,95

Tinggi

Sumber : Pengolahan Data Tahun 2008.

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi menggunakan rank Spearman antara tingkat etos kerja dengan partisipasi masyarakat diperoleh rhitung 0,093, thitung 0,427 dengan ttabel = 2,040 pada taraf kepercayaan 95% (Lampiran 5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa thitung = 0,427 < ttabel = 2,040 maka hipotesis nihil (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H1) ditolak. Berarti tidak terdapat hubungan yang nyata antara etos kerja dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Program Aku Himung Petani Banua. Hal ini menunjukkan bahwa etos kerja masyarakat yang tinggi tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap tingkat partisipasi masyarakat. Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Hikmat (2001) yang mengatakan bahwa perbedaan latar belakang kultur (budaya) memang dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda terhadap suatu objek yang ditafsirkan. Seperti halnya yang terjadi pada pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua, dimana beberapa kelompok etnis (suku) yang bergabung dalam program tersebut memberikan tingkat partisipasi yang tidak berbeda. Berbeda pula dengan pendapat Sukriyanto (2000) bahwa ada keterkaitan yang erat antara etos kerja dengan survivalitas (daya tahan hidup) manusia di bidang ekonomi. Artinya,

77

semakin progresif etos kerja suatu masyarakat maka akan semakin baik hasil-hasil yang dicapai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Terungkap dalam penelitian ini bahwa masyarakat sekitar tambang yang berdomisili di sekitar kawasan operasional tambang batubara PT Arutmin Indonesia Satui Mine dan hidup turun menurun hingga saat ini ternyata kehidupannya sangat memprihatinkan. Posisi mereka yang sering termarjinalkan dan kalah bersaing dengan masyarakat pendatang membuat kondisi semakin terkucilkan. Terungkap dalam penelitian bahwa kondisi mereka yang terisolir membuat mereka kurang mendapatkan perhatian instansi terkait terutama dengan hal-hal yang terkait dengan program-program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di wilayah terpencil dan perdesaan. Hal ini didukung hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa Pemerintahan desa belum sepenuhnya berjalan menurut prinsip otonomi daerah. Pembangunan dan pengembangan desa mandiri selama dua tahun terakhir (2004 dan 2005) masih belum menunjukkan perkembangan yang dapat dinilai manfaatnya bagi masyarakat sekitar tambang. Kondisi ini membuat mereka bergantung dengan berbagai bantuan dari perusahaan-perusahaan tambang yang banyak beroperasi di kawasan tersebut. Tapi selama ini bantuan yang diberikan oleh perusahaan tersebut lebih bersifat donasi ataupun charity perusahaan yang berlangsung temporer bukan bantuan dalam bentuk program pengembangan masyarakat (community development) yang lebih mengedepankan aspek pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencapai keberhasilannya sendiri secara mandiri dan berkelanjutan.

78

Dengan adanya bantuan demplot dan pendampingan tehnis yang diberikan dalam Program Aku Himung Petani Banua membuat hidup mereka bergairah kembali. Karena bantuan dalam bentuk apapun dan dari pihak manapun sangat mereka harapkan untuk merubah taraf kesejahteraan hidupnya. Hal ini dapat dilihat pada indikator tanggapan (respon) masyarakat terhadap penerimaan bantuan demplot dalam Program Aku Himung Petani Banua, yaitu sebesar 95,83 %. Hal ini mengindikasikan bahwa ternyata tanggapan (respon) masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine terhadap bantuan demplot diberikan dalam program tersebut termasuk dalam kategori tinggi, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.7. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ternyata bantuan demplot tersebut membuat masyarakat tertarik untuk berpartisipasi aktif dalam Program Aku Himung Petani Banua. Program Aku Himung Petani Banua telah memberikan kesempatan akses peluang dan harapan kepada masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine untuk lebih mengembangkan hidupnya. Hal inilah yang membuat masyarakat sekitar tambang, baik masyarakat lokal maupun pendatang dengan ciri khas budaya (etos kerja) masing-masing tertarik untuk bergabung dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor budaya (etos kerja) masyarakat sekitar tambang bukan menjadi faktor penentu terhadap tinggi atau rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua.

79

Merujuk pada hasil penelitian dan memperhatikan hubungan antara faktor sosial budaya yang meliputi tingkat pendidikan dan tingkatan pendapatan serta faktor budaya (etos kerja), maka hal-hal yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan terhadap pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua, antara lain : 1. Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua perlu terus dipertahankan dan dikembangkan lagi dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine. 2. Konsep kesederhanaan dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua terutama dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan serta pemberian bantuan demplot perlu terus dipertahankan agar tujuan dilaksanakannya Program Aku Himung Petani Banua benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar tambang, dan salah satu upaya yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan lebih memfokuskan bentuk kegiatan yang lebih mengarah upaya peningkatan taraf perekonomian masyarakat sekitar tambang secara mandiri dan berkelanjutan. 3. Memberikan kompensasi sosial atau penghargaan sosial (social award) kepada masyarakat sekitar tambang untuk semakin mendorong masyarakat sekitar tambang untuk lebih berprestasi dalam meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya melalui Program Aku Himung Petani Banua, dan pada gilirannya akan mendorong mereka untuk meningkatkan partisipasinya dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua.

Related Documents

Word > Bab Iv
November 2019 5

More Documents from ""