NAMA: ROSI ROSMAYANTI KELAS: BSI/III/D MATKUL: QUR’AN HADITS TGS PERSYARATAN BUAT UTS Metode Tahlili (Analitik) Metode tahlili atau yang menurut Muhammad Baqir Sadr sebagai metode Tajzi’i (al-ittijah al-tajzi’iy) adalah suatu metode penafsiran yang berusaha menjelaskan al-Qur’an dengan menguraikan berbagai seginya dan menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh al-Qur’an. Dimana seorang mufasir menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan tertib susunan al-Qur’an mushaf Utsmani, ia menafsirkan ayat demi ayat kemudian surah demi surah dari awal surah al-Fatihah sampai akhir surah An-Nas. Di antara keempat metode tafsir al-Qur’an, metode tahlili merupakan yang paling tua, karena metode tafsir ini sudah ada sejak masa sahabat Nabi SAW. Tafsir tahlili ini, mencakup beberapa aliran tafsir lainnya, yaitu : tafsir bi al-ma'tsur, tafsir bi al-ra'y, tafsir fiqhi, tafsir shufi, tafsir falsafi, tafsir, 'ilmi, dan tafsir adabi-ijtima'i. Metode Muqaron (perbandingan) Yang dimaksud dengan metode tafsir jenis ini adalah menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an atau surah tertentu dengan cara membandingkan ayat dengan ayat, atau antara ayat dengan hadis, atau antara pendapat-pendapat para ulama’ tafsir dengan menonjolkan segi-segi perbedaan tertentu dan obyek yang dibandingkan itu. Dalam menggunakan metode ini, seorang mufasir dapat menempuh langkah-langkah sebagai berikut: pertama, seorang mufasir mengambil sejumlah ayat-ayat al-Qur’an; kedua, mengemukakan penafsiran para ulama tafsir terhadap ayat-ayat tertentu, baik mereka itu termasuk ulama salaf maupun ulama khalaf, baik penafsiran mereka berdasarkan riwayat yang bersumber dari Rosulullah SAW., para sahabat dan tabi’in, (tafsir bi al-ma’tsur) atau berdasarkan rasio (tafsir bi alra’y); ketiga, mengungkapkan pendapat mereka serta membandingkan segi-segi dan kecenderungan-kecenderungan masing-masing yang berbeda dalam menafsirkan al-Qur’an, kemudian menjelaskan siapa diantara mereka yang penafsirannya dipengaruhi oleh perbedaan madhab, siapa diantara mereka yang penafsirannya ditujukan untuk melegitimasi suatu golongan tertentu atau mendukung aliran tertentu dalam Islam, dan yang terakhir, memberi komentar berdasarkan apa yang ditulisnya, apakah termasuk tafsir makbul ataukah tafsir yang tidak makbul. Dalam hal ini seorang mufasir dituntut mampu menganalisis pendapat-pendapat para ulama tafsir yang dikemukakan untuk kemudian mengambil sikap menerima penafsiran yang dinilai benar dan menolak penafsiran yang tidak dapat diterima oleh rasio, serta menjelaskan kepada pembaca alasan dari sikap yang diambilnya. Metode Maudhu’i (Tematik) Metode tafsir maudhu’i atau yang menurut Muhammad Baqir Shadr sebagai metode alTaukhidiy adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban al-Qur’an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai tujuan yang satu, yang bersama-sama membahas topik/judul tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab-sebab turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan dan hubungan-hubungannya dengan ayat-ayat yang lain, kemudian mengistimbatkan hukum-hukum.