Metode Pencampuran Serbuk Marsya

  • Uploaded by: Marsya Chikita
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Metode Pencampuran Serbuk Marsya as PDF for free.

More details

  • Words: 2,692
  • Pages: 18
MAKALAH PENGUJIAN BAHAN FARMASI “ANALISIS JURNAL IN VITRO” Dosen Mata Kuliah Dr. Hadi Kuncoro, M.Farm., Apt

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK II Bayu Tri Andika (1813015114) Ni Made mela santi Alda azmi Kiki nur azizah H.F Marsya Chikita Amelia (1813015079)

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2018

KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis haturkan ke hadirat Allah SWT , karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Pengujian Bahan Farmasi yang berjudul “Analisis Jurnal In vitro” Tujuan membuat makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana metode in vitro diterapkan dalam suatu penelitian pada jurnal ilmiah. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan bimbingan, arahan, dan motivasi dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini.

Segala upaya telah penulis lakukan dalam penyusunan makalah ini. Namun, dalam usaha yang maksimal ini, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal isi, penulisan, maupun bahasa. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis baik dalam bentuk materi, dorongan, maupun bentuk lainnya mendapatkan balasan dari Allah swt. Amin

Samarinda, Oktober 2018

Penulis

ii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL …....................................................................................... i KATA PENGANTAR …………………………………………………………. ii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang......................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ........................................................................……

3

C. Tujuan Penulisan ..................................................................................

3

D. Manfaat Penulisan ….…..…………………………………………..… 4 BAB II. PEMBAHASAN A. Pengertian In vitro ......................................................

………… 5

B. Manfaat Metode In vitro .....................................................................

6

C. Kelebihan metode in vitro ....................................................................

7

D. Kekurangan metode in vitro E. Analisis jurnal

.................................................... 13 ................................................................. 18

BAB III. PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………….... 23 B. Saran…………………………………………………………………… 24 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 25

iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian adalah Suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah-masalah (Cooper & Emory, 1995). Penelitian dapat dilakukan di lapangan maupun di dalam laboratorium. Penelitian lapang merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan mendalam akan literatur yang digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak peneliti. Penelitian lapangan biasa dilakukan untuk memutuskan ke arah mana penelitiannya berdasarkan konteks. Sedangkan penelitian dalam laboratorium adalah penelitian yang dilakukan di dalam laboratorium dengan mengambil sample dari penelitian lapang yang dibawa dalam laboratorium untuk di analisa. Penelitian dalam laboratorium disebut juga dengan penelitian in vitro. Penelitian secara in vitro ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan meniru keadaan langsung yang berada dalam lapang. Hal ini dapat dilakukan dengan bahan-bahan dan alat-alat yang dapat disiapkan sedemikian rupa sehinggaa dapat menyerupai keadaan di lapangan. Hasil penelitian in vitro mempunyai hasil yang mendekati akurat dibandingkan dengan penelitian di lapangan langsung ( in vivo ). In vitro dapat memudahkan peneliti dalam menganalisa suatu sample yang tidak dapat dianalisa dalam lapangan. Hal ini karena penelitian secara in vitro menggunakan alat-alat yang memungkinkan peneliti dapat menganalisa secara keseluruhan sample yang ada. Alat –alat yang digunakan pun biasanya alat yang canggih dan dapat memudahkan peneliti dalam meniliti sample.

1

B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan metode pengujian In Vitro ? 2. Apakah tujuan dari penggunaan metode in vitro ? 3. Apa sajakah kelebihan dari metode pengujian in vitro ? 4. Apa sajakah kekurangan dari metode pengujian in vitro ? 5. Bagaimanakah penerapan metode pengujian in vitro dalam jurnal penelitian ?

C. Tujuan Pembahasan 1. Mengetahui pengertian metode pengujian in vitro 2. Mengetahui tujuan dari penggunaan metode in vitro 3. Mengetahui kelebihan dari metode pengujian in vitro 4. Mengetahui kekurangan dari metode pengujian in vitro 5. Mengetahui penerapan metode pengujian in vitro dalam jurnal penelitian

2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Metode In vitro In vitro berasal dari bahasa latin yang berarti di dalam kaca. Pada prinsipnya pengujian in vitro adalah jenis pengujian yang dilakukan dalam tabung reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh makhluk hidup. Penelitian in vitro mensyaratkan harus adanya kontak antara bahan atau suatu komponen bahan dengan sel, enzim, atau isolasi dari suatu sistem biologis. Proses kontak dapat terjadi secara langsung, dalam arti bahan langsung berkontak dengan sistem sel tanpa adanya barrier atau dengan menggunakan barrier. Metode ini dilakukan dengan menggunakan komponen organisme yang telah diidolasi dari lingkungan biologis mereka yang biasa, seperti mikoroorganisme, sel, atau molekul biologis. Banyak percobaan biologi seluler yang dilakukan di luar organisme atau sel, karena kondisi pengujian mungkin tidak sesuai dengan kondisi di dalam organisme. Hal ini dapat mengakibatkan hasil yang tidak sesuai dengan situasi yang muncul dalam organisme hidup. Akibatnya, hasil percobaan tersebut sering dijelaskan dalam metode in vitro. Contoh penerapan dari metode in vitro adalah invitro fertilization. Pada pemeriksaan in vitro terdapat dua macam sel yang biasa digunakan yatitu sel primer dan sel kontinyu. Kedua sel tersebut mempunyai peran penting dalam melakukan pengujian in vitro. 1. Sel primer Adalah sel yang langsung diambil dari organisme hidup untuk kemudian langsung dibiakkan dalam kultur. Sel jenis primer akan tumbuh hanya untuk waktu yang terbatas, tetapi mempunyai keuntungan bahwa masih tetap mempertahankan sifat sel pada kondisi in vivo. Merupakan jenis sel yang sering digunakan untuk melakukan pemeriksaan sitotoksisitas.

3

2. Sel kontinyu adalah jenis sel primer yang ditransformasikan untuk dapat ditumbuhkan dalam kultur. Karena dilakukan transformasi, maka jenis sel ini tidak lagi mempertahankan semua sifat sel pada kondisi in vivo.

B. Tujuan Metode In vitro Pengujian in vitro dapat digunakan untuk mengetahui sitotoksisitas atau pertumbuhan sel, metabolisme set fungsi sel. Pengujian in vitro bisa juga digunakan untuk mengetahui pengaruh suatu bahan terhadap genetic sel.

C. Keuntungan Metode In vitro Keuntungan dari pengujian in vitro jika dibandingkan dengan jenis pengujian lainnya, di antaranya adalah : 1. Membutuhkan waktu yang relative lebih singkat 2. Membutuhkan biaya yang relative lebih sedikit 3. Dapat dilakukan standarisasi 4. Dapat dilakukan kontrol secara berkala

D. Kekurangan Metode In vitro Sedangkan, kekurangan dari penggunaan metode in vitro ini adalah bahwa tidak adanya relevansi dengan kegunannya secara in vivo dalam kemudian hari. Selain itu, kekurangan lainnya adalah bahwa tidak adanya mekanisme inflamasi dalam kondisi in vitro. Hal yang penting untuk diketahui adalah bahwa dari hasil pemeriksaan in vitro saja jarang bisa digunakan untuk mengetahui biokompabilitas suatu bahan. Selain itu, salah satu kelemahan metode in vitro adalah besarnya peluang untuk terjadinya kegagalan meniru kondisi seluler secara tepat terumata mikroba. Pengujian in vitro terkadang akan menghasilkan kesimpulan yang tidak sesuai dengan keadaan dari organisme hidup.

4

E. Analisis Jurnal In Vitro 1. Jurnal Nasional Judul Jurnal

:

Evaluasi Sitotoksik Alfa Mangostin Pada Kultur Sel Leukosit Manusia Secara In Vitro dan Uji Aktivitas Antioksidan

Volume

:

5

Tahun

:

2018

Penulis

:

Fatma Sri Wahyuni, Ikhwan Resmala Sudji, dan Rizki Amaliyah

Alfa mangostin merupakan salah satu senyawa yang diisolasi dari kulit manggis dan memiliki potesni sebagai senyawa obat baru. Penelitian tentang bioaktifitas alfa mangostin telah banyak dikembangkan sejwak wal senyawa ini ditemukan. Bioaktifitas alfa mangostin yang telah diketahui di antaranya adalah sebagai anti inflamasi, analgetika, antikanker, dan sitotoksik, antimalaria, antibakteri, dan antioksidan. Berdasarkan studi, melalui pengujian in vitro menunjukan bahwa alfa mangostin memiliki nilai toksisitas rendah untuk sel hati normal. Berdasarkan data dari BPOM menunjukkan bahwa lebih dari 68 produk obat tradisonal yang terdaftar dari ekstrak kulit manggis tidak memiliki informasi yang berkaitan dengan komposisi

ekstrak,

dan

konsentrasi

senyawa

wang

tergantung.

Berdasarkan total produk yang telah beredar menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan dalam penggunan ekstrak manggis. Sehingga khasiat dan keamanan produk ekstrak manggis perlu untuk diamati.

Metode Penelitian : a. Alat 1) Inkubator CO2 (ThermoScientific®) 2) Biosafety cabinet (Kojair®) 3) Mikroskop inverted (Zeiss®) 4) Mikroplate reader (BioRad X MarkTM) 5) Hemasitometer (Neuer®)

5

6) Tabung falcon 15 mL 7) Tabung falcon 50 mL 8) EDTA vacum tube 9) Microtube 1,5 mL 10) Serological pipette 11) 96-well plate (Iwaki®) 12) Gelas beaker (Pyrex®) 13) Labu ukur 50 mL (Pyrex®) 14) Labu ukur 5 mL (Pyrex®) 15) Tips 1000 μL 16) Tips 100 μL 17) Micropipette (Socorex®) 18) Sentrifuse (Zentrifugen®) 19) Timbangan analitik (KERN). b. Bahan 1) Medium (SigmaAldrich®) 2) Fetal bovine serum (Gibco®) 3) Streptomycin/penicillin (Gibco®) 4) Phosphat buffer saline (PBS) 5) Trypan blue (Biorad®) 6) NH4Cl (Dwipraga Chemical) 7) EDTA (Merck®) 8) Natrium bikarbonat (Merck®) 9) Reagen DPPH (SigmaAldrich®) 10) DMSO (SigmaAldrich®) 11) Reagen MTT (SigmaAldrich®) 12) Etanol p.a (Merck®). c. Prosedrur Kerja 1) Pengumpulan sampel darah yang berasal dari relawan sehat. Dimana darah diambil melalui vena pada lengan relawan sebanyak 5 cc untuk dilakukan isolasi leukosit

6

2) Pada proses isolasi, darah yang digunakan merupakan darah yang tidak boleh lebih dari 24 jam. Darah diambil 3 ml dan dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 5 menit dan lapisan plasma dibuang. Bagian yang tersisa di encerkan dengan larutan lisis buffer ammonium klorida lalu dihomogenkan dan di sentrifus pada 3000 rpm selama 5 menit. Resuspensi pekat sel leukosit dalam 1 ml medium dan sel dihitung untuk dilakukan kultur. 3) Leukosit yang telah diisolasi diresuspensi kedalam medium RPMI 1640

yang

ditambah

10%

fetal

bovine

serum,

1%

penicillin/streptomycin. Inkubasi sel selama 24 jam pada 37 °C. Sel yang diisolasi dihitung dengan menggunakan Cell counter slide. Suspensi sel leukosit diambil 10 μL yang dimasukkan dalam microtube, dan ditambahkan dengan 10 μL trypan blue lalu dipipet agar homogen. Setelah itu dipipet 10 μL campuran, diletakkan didalam kolom counter slide, lalu dihitung dengan alat cell counter. Setelah itu, perhitungan sel untuk menentukan jumlah sel yang ditanam pada sumuran. d. Analisis Data Data penentuan konsentrasi toksik (IC50) dan aktivitas persen inhibisi DPPH dianalisa dengan analisis regresi. Data disajikan dalam bentuk mean ± standar eror (SE) atau mean ± standar deviasi (SD) dan grafik Hasil dan Diskusi Senyawa α-mangostin dalam rentang konsentrasi yang bervariasi mulai dari konsentrasi 3,125 μg/mL; 6,25 μg/ mL; 12,5 μg/mL; 25 μg/mL; 50 μg/mL dan 100 μg/mL tidak menunjukkan efek toksik terhadap kultur sel leukosit. Senyawa α-mangostin menunjukkan potensi meningkatkan proliferasi sel leukosit pada konsentrasi 50 dan 100 μg/mL. Peningkatan aktivitas proliferasi sel leukosit dibuktikan dengan peningkatan persentase

7

viabilitas sel saat diuji dengan MTT assay sebesar 208,485 ± 21,21 dan 361,818 ± 86,37. Mangostin sebagai senyawa mitogen dalam proliferasi leukosit berperan

secara

tidak

langsung

melalui

kemampuannya

untuk

menghambat radikal bebas, yang ditunjukkan oleh linearitas profil konsentrasi alfa mangostin terkait dengan viabilitas leukosit dan aktivitas antioksidan. Alfa mangostin diperoleh memiliki aktivitas antioksidan terhadap penghambatan radikal bebas DPPH dengan nilai IC50 13.57 μg/mL Keterbatasan

penelitian

ini

tidak

dapat

secara

langsung

menentukan peran alfa mangostin sebagai antioksidan intraseluler pada kultur sel leukosit dalam medium yang sama. Hal ini diperlukan untuk menguji aktivitas antioksidan dalam sistem in vivo yang melibatkan sistem kehidupan sel yang kompleks. Selain itu, perlu diketahui batas konsentrasi toksi dari alfa mangostin terhadap kultur sel leukosit dengan melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan rentang konsentrasi yang lebih besar. Kesimpulan Senyawa alpha mangostin tidak memberikan efek toksik pada kultur sel leukosit manusia pada konsentrasi 3.125; 6,25; 12,5; 25, 50, dan 100 μg/mL. Senyawa secara tidak langsung berperan mempengaruhi proliferasi sel leukosit pada konsentrasi 50 μg / mL dan 100 μg / mL. Senyawa alpha mangostin memiliki aktivitas antioksidan tinggi dalam menangkap radikal bebas DPPH dengan IC50 13.57 μg/mL. Luaran dari penelitian ini telah menyajikan data awal mengenai keamanan mangostin terhadap sel tubuh normal, yaitu sel leukosit.

8

2. Jurnal Internasional Judul

: In Vitro Study Of Eight Indonesian Plants Ectracts as Anti Dengue Virus

Volume

: 8

Tahun

: 2017

Penulis

: Leli Saptawati, Ratih Puspita Febrinasari, Ratih Dewi Yudhani, Hudiyono, Agya Ghilman Faza, Sarah Luthfiani, Hutami Sri Ummiyati, T. Mirawati Sudiro, Beti Ernawati Dewi

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang masih menjadi masalah utama di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan oleh virus dengue milik Flaviviridae. WHO menunjukkan bahwa lebih dari 40% dari populasi dunia beresiko DBD. 1 Pada 2012 jumlah kasus yang 57.204 dengan 1.229 kematian di Asia Tenggara. 2 Kementerian Indonesian data Kesehatan menunjukkan bahwa jumlah penderita DBD meningkat setiap tahunnya. 3 Pada tahun 2014 ada 71.668 kasus DBD di 34 provinsi dengan 641 kematian. Oleh karena itu, penelitian untuk menemukan antivirus spesifik untuk virus dengue sangat diperlukan. Indonesia kaya akan tumbuhan herbal yang mungkin berpotensi memiliki aktivitas antivirus, diantaranya adalah Psidium guajava (Jambu biji), Euphorbia hirta (Patikan kerbau), Piper bettle L. (Sirih), Carica papaya (Pepaya), Curcuma longa L. (Kunyit/turmeric), Phyllanthus niruri L. (Meniran), Andrographis paniculata (Sambiloto), dan Cymbopogon citratus (Serai). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa tumbuhan herbal tersebut memiliki khasiat antibakteri, antivirus maupun keduanya. Namun, penelitian yang mengeksplorasi potensi beberapa herbal tersebut dalam melawan virus dengue masih terbatas.

9

Metode Penelitian : Periapan Ekstrak Alami Delapan tanaman herbal asli seperti yang disebutkan sebelumnya yang berasal dari Solo, Jawa Timur diekstraksi dalam etanol dan dikeringkan, dan dilarutkan dalam dimetil sulfoksida (DMSO) di Laboratorium Fakultas Ilmu, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah. Daun diperoleh dari tanaman tumbuh di dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) perkebunan Balai Besar Penelitian di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Ekstrak terlindung dari cahaya dan disimpan pada -20 ° C

Hasil

: Berdasarkan uji penapisan awal terhadap 8 ekstrak tanaman herbal

dengan dosis 20μg / mL, Psidium guajava (Jambu biji) dan Carica papaya (Pepaya) memiliki efek sitotoksik sebesar 11,3% dan 2,5% dan mampu menghambat virus replikasi dengue masing-masing hingga 92,6% dan 89,5%. Dosis tergantung uji pada P. guajava menunjukkan CC 50 , IC 50 dan indeks selektivitas bersama-turut sebesar 153,18 μg / mL, 7,2 μg / mL dan 21,28. Sedangkan C. papaya menunjukkan CC 50, IC 50 dan indeks seletivitas berturut-turut sebesar 244,76 μg / mL, 6,75 μg / mL, dan 37,25 μg / mL.

10

Setelah dilakukan pegujian didapatkan bahwa di antara delapan ekstrak diuji, ternyata P. guajava dan C. pepaya sangat menghambat replikasi virus (92,6% dan 89,5% masing-masing) pada 20 ug / mL dosis.

Serupa dengan P. guajava, kami juga diukur infektivitas DENV-2 setelah diobati dengan C. pepaya. penambahan C. pepaya pada konsentrasi 40 ug / mL dan lebih menunjukkan 100% penghambatan replikasi DENV. dosis yang lebih rendah seperti 20 mg / mL, 10 dan 5 mg / mL menunjukkan persentase infektivitas pada tingkat 3,7%, 25% dan 48% masing-masing. Dari persamaan regresi linear dari infektivitas persen, IC50 dari C. pepaya adalah 6,57 mg / mL Diskusi

:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak cuti dari Psidium guajava ( Jambu biji), Euphorbia hirta ( Patikan kerbau), Piper bettle L. (Sirih), Carica papaya ( Pepaya), Curcuma longa L. (Kunyit / kunyit), Phyllanthus niruri L. (meniran), Paniculata Andrographis ( Sambiloto), dan Serai ( Serai) memiliki aktivitas antivirus in vitro terhadap DENV-2. Seperti disebutkan di atas, ekstrak herbal dianggap memiliki in vitro aktivitas berdasarkan tiga kriteria, yaitu viabilitas sel> 50%, IC 50 ≤25 g / mL dan selektivitas indeks> 3. 15-17 Hasil skrining kami menunjukkan bahwa P. guajava dan C. pepaya memiliki aktivitas penghambatan masing-masing 92,6% dan 89,5%, sedangkan ekstrak lainnya hanya 11

menunjukkan aktivitas inhibisi kurang dari 80%. Semua ekstrak tidak menunjukkan toksisitas, viabilitas sel yaitu> 50%. Hasil ini menunjukkan bahwa P. guajava dan C. pepaya memiliki aktivitas antivirus yang baik in vitro. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Joseph et al. (2015), yang juga menunjukkan bahwa C. pepaya meninggalkan ekstrak kloroform yang menghambat DENV-2 dalam sel LLC-MK2 dengan CC50 > 1 mg / mL dan EC50 > 1 mg / mL. 18 Ekstrak Psidium guajava terbukti sebagai antivirus yang efektif untuk virus dengue dengan pengujian in vitro, hal ini mungkin disebabkan ekstrak ini mengandung quarcetin (derivate dari flavonoid) yang menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase. 19 C. pepaya juga berisi flavonoid, di samping substansi lain seperti alkaloid, karbohidrat, saponin, fenol, glycosid, fitosterol, terpenoid dan tanin. 20 Berdasarkan penelitian dari Zandi et al. (2011), quarcetin dapat menghambat replikasi virus dengue serotipe 2 (IC50: 35,7 mg / mL) secara signifikan. Mekanisme antivirus pasti tidak diketahui, tetapi mungkin mirip dengan aktivitas flavonoid lain, yaitu dengan penghambatan RNA polimerase. 21 Studi bioinformatika

menunjukkan

bahwa

quercetin

dari

C.

pepaya

meninggalkan ekstrak dapat menghambat NS2B-NS3 protease. 20 Dalam tes skrining menggunakan 20 ug / mL ekstrak, Phyllanthus niruri L. (Meniran), Curcuma longa L. (Kunyit / kunyit), aktivitas penghambatan ke DENV-2 replikasi dalam sel Huh7-olah 36,1% dan 46,4% masing-masing, yang berarti tidak ada aktivitas antivirus. Kesimpulan Kesimpulannya, dari skrining aktivitas antivirus dari meninggalkan ekstrak kasar delapan tanaman herbal asli berasal dari Solo, Jawa Timur, P. guajava dan C. pepaya memiliki aktivitas antivirus potensial terhadap virus dengue in vitro. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi aktivitas antivirus in vivo

12

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

15

Related Documents


More Documents from "salsa loi"