Nilai
LAPORAN PRAKTIKUM KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN (Retensi Air, Equilibrium Moisture Content (EMC))
Oleh : Nama
: Marsya Sekar A
NPM
: 240110160090
Hari, TanggalPraktikum
: Jumat, 27 Oktober 2017
Waktu / Shift
: 13.30-16.0 WIB / B1
Co. Ass
: 1. Connie Shintia Ayu Sidabutar 2. Lisa Oktavia Br Napitupulu 3. Zahrah Eza Arpima 4. Zulfaa Irbah Zain
LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2017
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahan hasil pertanian memliki sifat yang sensitive terhadap kondisi lingkungan, setelah pemanenan. Kerusakan fisik ataupun biologis seringkali terjadi pada bahan hasil pertanian setalah melakukan pemanenan. Keruskan tersebut terjadi dikarenakan beberapa faktor, seperti seranga, mikoroorganisme, maupun akibat proses fisiologis yang kurang tepat pada penanganan saat panen. Salah satu penyebabnya adalah kandungan air pada bahan yang mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dalam bahan yang dapat mengurangi kulaitas bahan hasil pertanian. Kerusakan bahan hasil pertanian yang dikarenakan kandungan air dalam bahan tergantung jenis bahan dan media penyimpanan. Suatu bahan memilikiretensi atau
daya
simpan
air
yang
berbeda-beda. Oleh karena pentingnya mengetahui retensi air dan titik kesetimbangan air antara lingkungan dengan bahan hasil pertanian, pada praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk mengetahui EMC dari lingkungan dan beberapa bahan hasil pertanian.
1.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan kali ini adalah 1. Mengamati perubahan kadar air bahan hasil pertanian pada berbagai kondisi penyimpanan dengan menggunakan moisture tester. 2. Mengukur kadar air bahan dengan metode dasar (metode oven).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Hasil Pertanian Bahan hasil pertanian merupakan produk pertanian yang dihasilkan langsung dari tanaman pertanian setelah mengalami proses pemanenan. Bahan hasil pertanian merupakan produk yang sangat sensitif terhadap perubahan suhu, tekanan maupun tegangan. Bahan hasil pertanian merupakan produk hidup yang masih mengalami proses respirasi dan juga proses enzimatis sehingga sangat mudah untuk menurun kualitasnya setelah terlepas dari proses pemanenan. Bahan hasil pertanian juga banyak mengandung air yang sangat mudah untuk digunakan mikroorganisme dalam berkembang sehingga produk pertanian menjadi mudah membusuk dan rusak (Prakoso, 2010).
2.2 Retensi Air Retensi air adalah kemampuan suatu bahan pertanian untuk mempertahankan kadar air yang ada di dalam bahan tersebut karena adanya nilai kelembaban yang sama besar antara bahan hasil pertanian dengan lingkungannya. Pada kondisi yang seimbang ini maka besarnya tekanan parsial uap air pada atmosfer dengan tekanan air pada bahan akan sama besar sehingga tidak ada air yang akan masuk atau keluar dari bahan karena kedua tekanan sudah sama besar sehingga kadar air dalam bahan akan selalu tetap karena adanya kesetimbangan tersebut (Rahmat, 2012).
2.3 EMC (Equilibrium Moisture Content) EMC adalah suatu keadaan dimana suatu bahan hasil pertanian memiliki titik kesetimbangan kadar air yang sama besar dengan lingkungannya. Secara umum dapat disimpulkan bahwa Equilibrium Moisture Content adalah titik kesetimbangan antara kadar air bahan hasil pertanian dengan RH pada lingkungan tempat disimpannya bahan tersebut. Pada EMC, bahan pertanian akan lebih tahan lama dan lebih baik untuk disimpan karena pada titik EMC ini bahan hasil pertanian tidak akan menyerap
atau membuang kadar air yang ada dalam bahan karena adanya kesetimbangan tekanan air antara bahan dengan lingkungan sekitarnya. Pada titik ini, kadar air pada bahan dan RH pada lingkungan harus dijaga agar terus seimbang sehingga kerusakan secara biologi maupun secara kimia dapat ditekan seminimal mungkin untuk menjaga kualitas bahan setelah dilakukan proses pemanenan (Raldi, 2015). Equilibrium Moisture Content atau titik kesetimbangan kelembaban adalah suatu titik yang menggambarkan kesetimbangan antara kadar air dalam suatu bahan hasil pertanian dengan uap air yang ada pada udara di lingkungan sekitar bahan tersebut. Pada titik ini diketahui bahwa tidak ada air yang terlepas maupun bahan yang masuk ke dalam bahan karena adanya kesetimbangan tekanan air pada bahan dengan tekanan parsial uap air pada atmosfer di sekitar bahan. Akibat dari kesetimbangan tersebut diperoleh kondisi yang sangat ideal untuk menyimpan bahan hasil pertanian karena tidak akan ada air yang keluar maupun masuk ke bahan sehingga kelembaban bahan akan terjaga dan umur simpan bahan menjadi lebih lama (Arianto, 2010).
2.4 Kadar Air Standar Beberapa Bahan Hasil Pertanian Beberapa bahan hasil pertanian akan sangat baik apabila disimpan dalam kadar air tertentu setelah dilakukan proses pemanenan. Pada kadar air tertentu bahan hasil pertanian akan memiliki daya simpan yang lebih lama sehingga kualitas dari bahan dapat terjaga lebih lama dari umur simpan normalnya. Pada bahan hasil pertanian dengan kadar air yang belum dikondisikan bahan akan lebih mudah rusak dan lebih mudah menurun kualitasnya serta umur simpannya. Berikut ini adalah beberapa kadar air yang baik untuk beberapa bahan hasil pertanian. (Prakoso, 2010). 1. Jagung, kadar air yang cocok untuk jagung kering adalah kurang dari 18-20% dan untuk jagung basah adalah berkisar antara 9,6-14%. 2. Kedelai, kadar air yang cocok untuk kedelai adalah 11% basis kering untuk umur simpan maksimal. 3. Kacang hijau, pada kadar air basis kering 11-12% kacang hijau dapat disimpan secara optimal dengan baik dalam jangka waktu yang cukup lama dari umur simpan normalnya.
4. Kacang tanah memiliki kadar air yang berkisar antara 10-11% yang baik untuk disimpan serta untuk memaksimalkan umur simpan bahan tersebut.
BAB III METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1 Alat Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah: 1. Alat tulis dan kalkulator untuk menulis dan menghitung hasil. 2. Cawan untuk menampung bahan hasil pertanian. 3. Desikator untuk menghilangkan kadar air pada bahan hasil pertanian. 4. Moisture Tester untuk mengukur jumlah kandungan air pada bahan hasil pertanian. 5. Oven untuk mengeringkan bahan hasil pertanian. 6. Refrigerator untuk mendinginkan bahan hasil pertanian. 7. RH meter untuk mengukur kelembapan bahan hasil pertanian. 8. Timbangan analitik untuk menimbang berat bahan hasil pertanian.
3.1.2 Bahan Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah: 1. Jagung 2. Kacang Tanah 3. Kedelai
3.2 Prosedur Percobaan 1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum kali ini. 2. Mengukur moisture content jagung awal dengan moisture tester. 3. Menimbang massa kedelai menggunakan timbangan analitik dan bagi kedelai menjadi 6 kelompok dengan massa yang sama besar. 4. Memasukkan bahan ke dalam refrigerator dan oven secara bersamaan dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan yang telah ditentukan.
5. Mengeluarkan bahan dari refrigerator dan masukkan bahan ke dalam desikator sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan. 6. Mengukur kadar air bahan setelah dikeluarkan dari desikator dengan moisture tester dan masukkan hasil pengukuran ke persamaan yang telah diketahui. 7. Mengganti bahan dengan bahan lainnya lalu mengulangi langkah kedua sampai dengan ke-6. 8. Mengelompokkan data kemudian bandingkan data dari setiap bahan. 9. Melakukan
pengukuran
dengan
menggunakan
metoda
ISTA
lalu
bandingkan hasil pengukuran dengan metoda ISTA tersebut. 10. Bandingkan seluruh hasil pengukuran dengan literature yang ada kemudian lakukan analisis dan membuat kesimpulan dari praktikum kali ini.
BAB V PEMBAHASAN
Praktikum Karakteristik Bahan Hasil Perrtanian kali ini yaitu membahas mengenai pengukuran kadar air terhadap bahan-bahan hasil pertanian disebabkan adanya pengondisian bahan. Pengukuran kadar air ini digunakan untuk mengurangi kerusakan pada bahan hasil pertanian yang memiliki kadar air tertentu agar diketahui penangan dari hasil pertanian tersebut. Proses pengeringan kadar air pada praktikum kali ini menggunakan proses mekanis. Keuntungan menggunakan proses mekanis yaitu lebih cepat sedangkan kekurangannya yaitu alat yang digunakan cukup mahal. Bahan bahan yang digunakan berbeda-beda, berupa kacang tanah, kedelai dan juga jagung. Hasil pengukuran dapat menunjukkan penanggulagan yang berbeda dari setiap jenis maka dari itu praktikum kali ini dilakukan pengukuran pada bahan bahan yang berbeda untuk dapat membandingkan hasil. Pengukuran yang dilakukan terlebih dahulu adalah melakukan pengukuran pada suhu dan RH pada ala-alat yang digunakan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui nilai suhu pada saat pengukuran yang nantinya akan dijadikan perbandingan terhadap literatur. Pada pengukuran Suhu dan RH kali ini, belum menunjukan presisi dan kekauratan yang baik, sebab pada saat pengukuran Suhu dan RH kondisi dari pada alat berada dalam keadaan terbuka sehingga bisa saja nilai suhu ruangan ikut tercampur dan nilai suhu yang diperoleh tidak mutlak. Selain dari itu, praktikan terlalu cepat dalam melakukan pengukuran suhu, yang menyebabkan belum stabilnya termometer walaupun pada akhirnya diberikan suhu rata-rata pengukuran. Dari pengukuran kacang tanah didapatkan besar dari kadar air awal dalam 5, 10, dan 20 menit perlakuan mendapatkan hasil yang meninggi yaitu secara berturutturut dengan hasil 10,6% pada 5 menit, 10,6% pada 10 menit, dan 11% pada 20 menit. Dari hasil pengukuran kadar air awal kacang tanah tersebut didapat hasil ratarata sebesar 10,83%. Lalu kemudian, kacang tanah yang telah diukur kadar air awalnya, kacang tanah yang laun diberi perlakuan dengan menggunakan oven. Setelah diberi perlakuan di oven, kadar air mengalami penurunan untuk setiap
menitnya yaitu 10,5% untuk 5 menit pertama, 10,2% untuk 10 menit dan 10,1% untuk 20 menit. Tetapi pada pengukuran dengan refrigerator didapatkan hasil yang tidak memiliki kecenderungan karena memiliki hasil yang tidak bergradien dimana persenase peningkatan sebesar 10,7% pada menit ke 5, 10,9% pada menit ke 10 dan 10,9% pada menit ke 20. Setelah dilakukannya perhitungan dan penghitungan, hasil dari praktikum dikonversi ke dalam bentuk grafik. Hal ini bertujuan untuk dapat membandingkan hasil dengan literatur teori yang ada. Pada grafik hasil memnunjukkan bahwa peningkatan kadar air berbanding lurus dengan waktu yang digunakan selama bahan dalam refrigerator. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa proses pendinginan suatu bahan dapat membuat kadar air pada bahan semakin meningkat. Sebaliknya, pada grafik hasil penurunan kadar air didapatkan hasil yang berbanding terbalik dimana semakin lama bahan dalam oven maka kadar air semakin menurun. Pada praktikum kali ini terdapat beberapa kendala yang dialami praktikan yang mempengaruhi hasil dari pengukuran yang dilakukan. Kendala yang dialami yaitu kekurangan alat yang digunakan menyebabkan erornya pengukuran serta kurang telitinya dari praktikan yang menyebabkan nilai hasil dari perhitungan berbeda. Selain itu, kurang kondusifnya praktikan lain juga menghambat keberlangsungan dari praktikum yang sedang berlangsung.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik pada praktikum kali ini adalah: 1. Equilibrium Moisture Content (EMC) adalah titik kesetimbangan antara tekanan air dalam bahan dengan tekanan parsial uap air di udara sehingga tidak akan terjadi absopsi maupun desorpsi air ke dalam ataupun ke luar bahan. 2. Semakin tinggi kadar air pada suatu bahan maka semakin tinggi kemungkinan bahan untuk rusak. 3. Faktor yang mempengaruhi kadar air bahan pangan diantaranya adalah daya simpan bahan, air bebas dan air terikat, kadar air basis basah dan kering, aktivitas air, kelembaban mutlak dan kelembaban relatif, serta sifat fisik dari bahan. 4. Mengetahui kadar air di dalam suatu bahan sangatlah penting untuk menentukan perlakuan atau penanganan dari hasil pertanian tersebut.
6.2 Saran Saran untuk praktikum kali ini adalah: 1. Sebaiknya sebelum dilaksanakannya praktikum, praktikan mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dilaksanakan 2. Sebaiknya praktikum dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi kecelakaan saat melakukan percobaan. 3. Praktikan harus lebih kondusif dalam pelaksanaan praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Arianto, D. 2010. Pengaruh Suhu dan Tekanan Parsial Uap Air terhadap Daya Simpan Bahan Hasil Pertanian Organik.Available at : http://resipotary.ipb.ac.id. (diakses pada tanggal 27 Oktober 2017 pukul 10.33 WIB) Prakoso, Sujiwo. 2010. Bahan Hasil Pertanian dan Teknologi Proses.Available at : http://pasca.ipb.ac.id. (diakses pada tanggal 30 Oktober 2017 pukul 19.10 WIB) Rahmat, S. 2012. Retensi Air dan EMC. Available at : http:// http://www.pdfcoke.com. (diakses pada tanggal 30 Oktober 2017 pukul 19.10 WIB) Raldi, K. 2015. Ruang Penyimpanan Tomat Standar dengan Menggunakan Perhitungan EMC. Available at : http://journal.ipb.ac.id. (diakses pada tanggal 27 Oktober 2017 pukul 18.24 WIB) Rima, T. 2014. Teorema Mesin Pendinginan dan Pembekuan.Available at : http://academia.edu. (diakses pada tanggal 27 Oktober 2017 pukul 18.16 WIB) Ruby, R. 2013. Moisture Tester.Available at : http://alatuji.com. (diakses pada tanggal 30 Oktober 2017 pukul 18.57 WIB) Yana, K. 2013. Desikator dan Evaporator.Available at: http://academia.edu. (diakses pada tanggal 31 Oktober 2016 pukul 18.54 WIB)
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktikum
Gambar 1. Kacang Kedelai
Gambar 2. Proses pengukuran berat kacang kedelai
Gambar 3. Proses Perlakuan Kacang di
Gambar 4. Moisture Tester
Refrigerator
Gambar 5. Proses Perlakuan Kacang Tanah pada Oven
Gambar 6. Desikator