Metlitt.docx

  • Uploaded by: Alawiyah
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Metlitt.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,676
  • Pages: 11
PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA 03 MARGAGUNA JAKARTA SELATAN TAHUN 2019 SKRIPSI

Disusun Oleh: Kelompok 5 NIM: 160210002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN Jl. Rawa Buntu No. 10 BSD City Serpong Tangerang Selatan Banten Tahun 2019

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua suatu proses alami yang akan terjadi pada setiap makluk hidup, perubahan perubahan yang terjadi penurunan secara fisik, psikologis, maupun sosial. seiring proses menua pada lansia telah terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan atau sistem organ.Jumlah lanjut usia di seluruh dunia saat ini di perkirakan lebih dari 629 juta jiwa (1 dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025 lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar (Nugroho, 2008). Berdasarkan data United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) tahun 2011 menyebutkan bahwa, jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di kawasan Asia mencapai 4,22 miliar jiwa atau 60% dari penduduk dunia. Saat ini, populasi lansia di Jepang dan Korea Selatan telah melampaui populasi lansia negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat. Sementara itu, populasi lansia Cina dan negara-negara berkembang lainnya akan menyusul sekitar tahun 2050. Populasi lansia di Asia Tenggara saat ini masih di bawah level rata-rata dunia, namun pada tahun 2040 akan jauh di atas rata-rata populasi lansia di dunia (UNESCAP, 2011). Secara global populasi lansia terus mengalami peningkatan, di Indonesia diprediksi meningkat lebih tinggi dari pada populasi lansia di wilayah Asia dan global setelah tahun 2050. Hasil sensus penduduk tahun 2010, menyatakan bahwa Indonesia saat ini termasuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia. Penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup berarti selama 30 tahun terakhir dengan populasi 5,30 juta jiwa (sekitar 4,48%) pada tahun 1970, dan meningkat menjadi 18,10 juta jiwa pada tahun 2010, di mana tahun 2014 penduduk lansia berjumlah 20,7 juta jiwa (sekitar 8,2%) dan diprediksikan jumlah lansia meningkat menjadi 27 juta pada tahun 2020. Jumlah penduduk lansia berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%) Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta), dan tahun 2035 (48,19 juta) (Kementrian Kesehatan RI, 2017). Menurut BPS, jumlah lansia umur 55-74 tahun di Jawa Timur pada tahun 2011 sebesar 6,1 juta

jiwa dan di Jember jumlah lanjut usia sebesar 30.472 jiwa. Jumlah lansia di Kelurahan desa Andongsari 2.356 jiwa. (Jurnal Edu Health, VOL. 5 No. 1, April 2015). Penelitian Ulliya (2007), merupakan eksperiment dengan pre post test design. Subyek yang dilakukan latihan ROM sebanyak 5 kali DARI 8 subyek dalam seminggu selama 6 minggu. Fleksibilitas sendi diukur pada sebelum, setelah 3 minggu dan setelah 6 minggu latihan ROM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan antara pengukuran pertama-kedua pada fleksi sendi lutut kiri. Simpulan pada penelitian ini adalah latihan ROM selama 1 bulan dapat meningkatkan fleksibilitas sendi lutut kiri sebesar 35ᵒ atau 43,75%. Pada studi pendahuluan yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha 03 Margaguna Jakarta Selatan, lansia yang mengalami keterbatasan gerak dan kelemahan fisik tidak mengikuti kegiatan senam yang dilaksanakan setiap 2 kali dalam seminggu dan tidak melakukan latihan untuk memperbaiki keadaannya. Jumlah lansia yang mengalami keterbatasan gerak ada 43 orang yaitu sekitar hampir 20% lansia. Adanya keterbatasan pergerakan dapat memperparah kondisi sistem muskuloskeletal yang mengalami penurunan karena proses menua (Tortora dan Grabowksi, 2003; Wold, 1999). Masalah ini dapat dicegah dengan latihan ROM yang dapat mempertahankan atau memelihara kekuatan otot. Seiring bertambahnya usia, lansia akan mengalami kemunduran keterbatasan gerak dalam beraktivitas, salah satunya yaitu akan mengalami penurunan kemampuan muskuloskeletal yang dapat menurunkan aktivitas fisik (physical activity) dan latihan (exercise), sehingga akan mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (activity daily living/ ADL). Pada sistem muskuloskeletal, penuaan dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang bervariasi. Lansia banyak mengalami problem muskuloskeletal berupa penurunan fleksibilitas otot, penurunan kekuatan otot, stabilitas postural yang buruk, perubahan pola jalan, dan adanya nyeri musculoskeletal. Pada lansia, struktur kolagen kurang mampu menyerap energi. hal tersebut menyebabkan masa otot dan penyembuhannya berkurang. Terjadi kehilangan jumlah serat otot akibat atrofi myofibril dan mengalami penggantian jaringan fibrosa, yang mulai terjadi pada dekade keempat kehidupan. Kebanyakan efek proses penuaan dapat diatasi bila tubuh dijaga tetap sehat dan aktif. hal ini tentunya perlu adanya penatalaksanaan untuk masalah imobilisasi pada lansia. Sebagai perawat, intervensi yang dapat digunakan pada lansia yaitu dengan latihan fisik. Terdapat berbagai macam latihan fisik untuk lansia, diantaranya latihan kontraksi otot isometrik dan isotonik, latihan kekuatan, latihan aerobik, latihan rentang

gerak (Range of Motion). Menurut (Potter & Perry, 2005) . Latihan ROM merupakan latihan yang menggerakkan persendian seoptimal dan seluas mungkin sesuai kemampuan seseorang yang tidak menimbulkan rasa nyeri pada sendi yang digerakkan. Adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi (Astrand dan Rodahl, 2003 dalam Indhah Siswoyowati, 2013:2). Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengetahui pengaruh latihan ROM terhadap peningkatan kekuatan otot pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Margaguna Jakarta Selatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH Pada lansia, struktur kolagen kurang mampu menyerap energi. Hal tersebut menyebabkan masa otot dan penyembuhannya berkurang. Kebanyakan efek proses penuaan dapat diatasi bila tubuh dijaga tetap sehat dan aktif. Hal ini tentunya perlu adanya penatalaksanaan untuk masalah imobilisasi pada lansia. Sebagai perawat, intervensi yang dapat digunakan pada lansia yaitu dengan latihan fisik. Terdapat berbagai macam latihan fisik untuk lansia, diantaranya latihan kontraksi otot isometrik dan isotonik, latihan kekuatan, latihan aerobik, latihan rentang gerak (Range of Motion) Menurut (Potter & Perry, 2005). Latihan ROM merupakan latihan yang menggerakkan persendian seoptimal dan seluas mungkin sesuai kemampuan seseorang yang tidak menimbulkan rasa nyeri pada sendi yang digerakkan. Adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi (Astrand dan Rodahl, 2003 dalam Indhah Siswoyowati, 2013:2) Adapun pertanyaan penelitian : 1. Apakah pengaruh latihan ROM terhadap peningkatan kekuatan otot pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Margaguna Jakarta Selatan? 2. Bagaimana gambaran kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan ROM pada lansia ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui efektifitas latihan range of motion terhadap peningkatan kekuatan otot pada lansia 1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Mengetahui gambaran gambaran distribusi kekuatan otot sebelum dilakukan latihan ROM 2. Mengetahui gambaran gambaran distribusi kekuatan otot sesudah dilakukan latihan ROM 3. Mengetahui efektifitas latihan range of motion terhadap peningkatan kekuatan otot pada lansia

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi ilmu pengetahuan Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan referensi untuk penelitian range of motion terhadap peningkatan kekuatan otot pada lansia 2. Bagi profesi keperawatan Penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan atau referensi khususnya ilmu keperawatan dalam memberikan latihan range of motion untuk meningkatkan kekuatan otot pada lansia 3. Bagi lokasi penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi bagi pihak tenaga keperawatan untuk membeikan intervensi pada lansia terkait range of motion untuk meningkatkan kekuatan otot pada lansia 4. Bagi penelitian selanjutnya Penelitian ini dapat dijadikan perbandingan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan range of motion untuk meningkatkan kekuatan otot pada lansia

1.5 RUANG LINGKUP Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini berfokus pada pengaruh latihan ROM terhadap peningkatan kekuatan otot pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha 03 Margaguna Jakarta Selatan Tahun 2019. Penelitian ini penting dilakukan karena latihan ROM berguna untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan

kemampuan menggerakan secara normal, untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot, untuk menetapkan adanya kelainan ataupun batas gerak sendi yang abnormal. Penelitian ini menggunakan desain studi quasi eksperimental dengan populasi lansia 43 lansia dengan sampel nya 30 orang dan menggunakan analisa data paired test.

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Metode penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan rancangan one group pre test and post test design.

4.2 Kerangka Teori Latihan Rom

Kekuatan otot

Faktor yang mempengaruhi kekuatan otot: 1.Usia 2.Makanan dan asupan gizi 3.Olahraga

4.3 Kerangka Konsep Independen

Dependen

Post latihan Rom

Kekuatan Otot

Pre Latihan Rom

Variabel

Independen

Definisi

Alat

Cara

Operasional

Ukur

Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur

Variable Dependen 1. Kekuatan Otot

Adalah

Manual

kemampuan otot

muscle

atau grup otot

testing

menghasilkan

(MMT)

tegangan dan tenaga selama

Cheklis

Dinyatakan dalam 0

jika : paralis sempurna

1

jika: tidak ada gerakan,

Ordinal

usaha maksimal

kontraksi

baik secara

otot dapat

dinamis maupun

dipalpasi

secara statis.

atau dlihat 2 jika: gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan 3

Jika : gerakan yang normal melawan gravitasi

4

Jika: Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dengan melawan tahanan minimal

5

Jika: kekuatan normal, geakan penuh yang normal melawan

gravitasi dan tahanan penuh

Variabel Independen 2. Pre latihan Rom

3. Post

Keadaan sebelum

Lembar

Cheklist

mendapat

observasi

dalam:

perlakuan latihan

derajat

1.Jika

Rom

kekuatan

dilakukan

otot

2.Jika tidak

Keadaan setelah

latihan

mendapat

Rom

pelakuan Rom

Dinyatakan

Nominal

dilakukan

secara rutin 1× seminggu

4.4 Populasi Sampel Pengambilan sampel penelitiab dilakukan dengan cara purposive sampling atau sampel bertujuan yaitu peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu. Besar sampel penelitian eksperimental menurut Gay adalah minimal 15 subyek perkelompok (Umar, 1997)

4.5 Kriteria Inklusi Kriteria inklusi dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Warga binaan sosial (WBS) 2. Lansia yang bersedia menjadi responden 3. Lansia dengan skor barthel index 0-4 4. Lansia yang dapat berkomunikasi dengan baik 5. Lansia yang menetap di PTSW Budia Mulia 03

4.6 Kriteria Eksklusi 1.

Tidak mengikuti seluruh prosedur penelitian maksimal sebanyak 2 kali berturutturut atau >2 kali tidak dalam waktu yang berurutan .

2.

Berdasarkan data catatan medik maupun pemeriksaan fisik diketahui memiliki penyakit hipertensi dan diabetes melitus.

4.7.2 Sample Menurut (Notoatmodjo, 2012) sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili populasinya. Besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan kriteria inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2013). Untuk menentukan besar sampel dalam penelitian ini peneliti menggunakaan rumus Lemes how 1990 dalam Murti (2006). Untuk menaksir Proporsi populasi sebagai berikut:

Keterangan : n = Jumlahsampel p

= Perkiraan proporsi(0,2)

q

= 1-p

d

=Presisi absolut(10%)

Z21-α/2

n=

=Statistik Z (Z = 1,96 untuk a = 0,05)

80 (1,96).0.2 (1-0,2) (0.1)2 (80-1)+(1.96)20,2(1-0,2)

n=

80. 38 . 0,16 0,79 + 0,6

n=

48,64 1,39

n = 35 Berdasarkan perkiraan rumus di atasdiperoleh jumlah sampel sebanyak 35 mahasiswi.

More Documents from "Alawiyah"