Meter_fix[1] 100%.docx

  • Uploaded by: Monica Marcela
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Meter_fix[1] 100%.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,390
  • Pages: 13
MAKALAH KEPERAWATAN MATERINITAS II MATERI POST PARTUM KEPERAWATAN 5A

Disusun oleh : Monica Marcela Niken Larasati

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN 2017/2018

KONSEP POST PARTUM A. Definisi Postpartum atau masa nifas adalah masa sesudahnya persalinan terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil dan lamanya masa nifas kurang lebih 6 minggu. (Rahayu, 2016) Post partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik fisik maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah bersalin sampai tubuh menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati keadaan sebelum hamil ( 6 minggu ). Masa post partum dibagi dalam tiga tahap : Immediate post partum dalam 24 jam pertama, Early post partum period (minggu pertama) dan Late post partum period ( minggu kedua sampai minggu ke enam).(Bobak, 2005)

B. Periode Postpartum Masa penyesuaian fisik dan psikologis tubuh kembali ke keadaan normal sebelum hamil kurang lebih 6 minggu. Terbagi menjadi 3 periode, yaitu: 1. Immediately Postpartum Yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu.

2. Early Postpartum (24 jam - 1 minggu) Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik

3. Late Postpartum (1 minggu - 5 minggu) Pada periode ini tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.

C. Tahapan Postpartum 1. Immediately PP 1 minggu pertama. 2. Early PP 1 minggu pertama. 3. Laten PP minggu ke 2 sampai minggu ke 6.

Periode kira-kira 6 minggu setelah kelahiran bayi, selama tubuh beradaptasi kembali ke keadaan sebelum hamil.Dimulai dari kala IV persalinan, masa transisi menjadi orang tua, pendekatan bergeser, berorientasi pada perawatan, wanita sakit ke wanita sehat, pemulangan dini, sediakan discharge planning dengan social budaya.

D. Aspek Fisiologis Postpartum Akhir dari persalinan, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara progresif. Semua perubahan pada ibu post partum perlu dimonitor untuk menghindari terjadinya komplikasi. Perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Payudara Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak lagi ada untuk menghambatnya, kelenjar pituitary mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, terbukti adanya efek prolaktin pada payudara. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, menyebabkan hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel yang menghasilkan ASI mulai berfungsi, dan ASI mulai mencapai putting melalui saluran susu, menggantikan kolostrum yang telah mendahuluinya, selanjutnya laktasi dimulai. Payudara pada ibu yang menyusui, ketika laktasi terbentuk, teraba suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu yang terisi berubah posisi dari hari ke hari. Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum, dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi dimulai, payudara terasa hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan (tampak seperti susu skim) harus diperiksa untuk dikaji erektilitasnya, sebagai kebalikan dari inversi, dan untuk menemukan apakah ada fisura atau keretakan. 2. Uterus -

Proses Involution

-

Tinngi fundus uteri

I

: akibat kontraksi otot-otot polos uterus

Setelah bayi lahir

: setinggi pusat

Setelah plasenta lahir

: 2 jari dibawah pusat

5 hari postpartum

: ½ simpisis pusat

Setelah 10-12 hari

: tidak teraba diatas simpisis

a) Uterus Buah alvokad gepeng, P: 15 cm, L: 12 cm, Tebal: 10 cm. Berat uterus - Setelah plasenta lahir : 1000 gram - Seminggu postpartum : 500 gram - 2 minggu postpartum : 300 gram - 6 minggu postpartum : 40-50 gram b) Kontraksi uterus - Palpasi

: teraba bulat dank eras, maka kontraksi uterus

kuat atau baik. - Uterus teraba lunak

: konraksi uterus lemah atau tidak baik.

c) After Pain - Rasa mules atau nyeri abdomen, fisiologis 1-3 hari pp. - Menyusui merangsang nyeri. d) Lochea - Rubra

: 1-2 hari pp, darah, sel desidua, sel trofoblastik

- Serosa

: 3-4 hari, darah lama, serum, leukosit, sisa

jaringan, darah menyembur, warna merah muda atau coklat. - Sanguolenta

: antara 5-9 hari, warna coklat sampai kuning

- Alba

: 10 hari keatas, leukosit, desidua, sel epitel,

mucus, serum dan bakteri, warna kuning sampai putih - Purulenta (abnormal) : pus e) Serviks - Seperti corong

: karena korpus uteri berkontraksi dan serviks

tidak, seolah ada perbatasan antara korpus-serviks; terbentuk semacam cincin - Warna seviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. - Konsistensi lunak - Serviks

: setelah janin lahir, dapat dimasuki tangan

pemeriksa, 2 jam pp: 2-3 jari pemeriksa, 1 minggu pp: 1 jari pemeriksa f) Vagina dan Perineum - Estrogen pp yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.

- Dispareunia (nyeri saat coitus), sampai fungsi ovarium kembali normal 3. Sistem Kardiovaskuler Volume darah: Setalah melahirkan, hubungan shunt akan hilang dengan tiba-tiba, volume darah ibu relative bertambah, sehingga beban kerja jantung, hemokonsentrasi, hari ke 3 s/d 15 pp.

Tiga perubahan fisiologis yang melindungi wanita postpartum: 1. Eliminasi sirkulasi uteroplasenta mengurangi ukuran dasar vaskularisasi materal 10%-15%. 2. Kehlangan fungsi endokrin plasenta, melepaskan stimulus untuk vasodilatasi. 3. Mobilisasi air ekstra vaskuler disimpan selama kehamilan, mencegah syok hipovolemik. Adaptasi Fisik a) Tanda-tanda vital TPRS pada hari pertama (24 jam) post-partum sangatlah rendah dan suhu sangatlah meningkat sebagai akibat pemakaian tenaga saat melahirkan maupun karena terjadinya perubahan hormonal tetapi bila suhu diatas 38oC dan selama 2 hari dalam 10 hari pertama post-partum perlu dipikirkan kemungkinan adanya infusi kemih, endo nutitis, dan lainnya. Pembengkakan buah dada pada hari kedua dan ketiga postpartum dapat menyebabkan kenaikan suhu walaupun tidak selalui. b) Adaptasi kardiosvaskuler -

Tekanan Darah Tekanan darah post-partum tidak stabil penurunan tekanan darah sampai 20 mmHg ini dapat terjadi pada saat ibu berubah posisi berbaring duduk keadaan sementara sebagai kompensasi kardiovasculer terhadap penurunan dalam rongga pinggul dan pendarahan.

-

Denyut Nadi Denyut nadi berkisar antara 70 – 85 kali / menit berkeringat dan menggigil merupakan manifestasi pengeluaran cairan berlebihan dan sisa-sisa pembakaran melalui kulit sering terjadi terutama pada malam hari dan hal ini mengakibatkan rasa nyaman.

4. Sistem Neurologi Kegelisahan Eliminasi setelah kelahiran anak, mengurangi sindroma karpal, mencegah kompresi pada saraf, sakit kepala, bervariasi dari 1-3 hari sampai beberapa minggu. 5. Sistem Muskuloskletal Pusat gravitasi. Stabilisasi tulang-tulang komplit 6-8 minggu setelah melahirkan. Ligamentum rotundum menjadi kendor, sehingga uterus jatuh kebelakang. Mobilisasi dini mencegah stasis darah, mencegah ririko tromboplebitis atau emboli. Senam nifas. 6. Sistem Integumen Cloasma gravidarum, hiperpigmentasi aroela, linea nigra hilang secara sempurna setelah melahirkan. Cloasma/hyperpigmentasi kehamilan sering hilang setelah persalinan akibat dari penurunan hormon progesterone dan melanotropin, namun pada beberapa wanita ada yang tidak menghilang secara keseluruhan, kadang ada yang hyperpigmentasi yang menetap. Pertumbuhan rambut yang berlebihan terlihat selama kehamilan seringkali menghilang setelah persalinan, sebagai akibat dari penurunan hormon progesterone yang mempengaruhi folikel rambut sehingga rambut tampak rontok.

7. Sistem endokrin Sistem hormonal. Produksi ASI. Kontraksi uterus.

E. Aspek Psikologis postpartum Fase-fase transisi adalah sebagai berikut: 1. Fase antisipasi kehamilan 2. Fase antisipasi menjadi orang tua, membuat keputusan dan harapan, membagi pekerjaan dalam keluarga. 3. Fase bulan madu (periode postpartum): kontak lebih lama dan intim, menggali keadaan anggota keluarga yang baru. 4. fase adaptasi peran menjadi ibu yang disebut oleh “Rubin Maternal Phases” yaitu:

a.

Taking in (periode ktergantungan) Pada jam pertama kelahiran sampai 1-2 hari, dependen, pasif, fokus pada diri sendiri, perlu istirahat

b.

Taking hold (fase transisi antara ketergantungan dan kemandirian) Dependen-independen, fokus melibatkan bayi, melakukan perawatan diri sendiri, waktu baik untuk penyuluhan, dapat menerima tanggung jawab

c.

Leting go (fese mandiri) Independen pada peran yang baru. Hari-hari terakhir minggu pertama setelah melahirkan.

F. Transisi Menjadi Orang Tua Kelahiran mendorong orang tua untuk merawat dan bertanggung jawab terhadap anaknya. Proses parenting tergantung : konsep, nilai, budaya, latar belakang, filosofi dalam merawat anaknya. 1. Bonding Attachment Beberapa saat setelah bayi lahir, bayi harus secepatnya berinteraksi dengan orang tuanya dengan : kontak mata, menyentuh, menyapa, dan mengajak bayi bicara. a. Bonding : respon saling berbalas antara orang tua dan anak b. Attachment : menggambarkan proses interaksi yang terus menerus c. Nilai 0 : tidak ada kontak mata, tidak sentuhan dan tidak ada interaksi orang tua terhadap anaknya. Orang tua tidak menerima kehadiran bayinya. d. Nilai 1 : kontak mata sepenuhnya, menggendong bayi tanpa ekspresi, dan interaksi dengan bayi. e. Nilai 2 : ibu menerima kehadiran bayinya, kontak mata, sentuhan, interaksi dengan bayi. 2. Postpartum Blues and Depresion 75%-80% pada wanita primipara. Perasaan sedih, kesepian, kelelahan, kecemasan, kebingungan, ketidakmampuan untuk tidur.Hari ke-3 atau hari ke-4, puncaknya hari ke-5 sampai ke-14 pp. Stres : faktor hormonal 3. Antisipasi Sibling Membuat anak-anak yang besar merasa mencintai dan menginginkan kelahiran adiknya.Memberi perhatian yang tetap. Meyakinkan perasaan dalam memelihara bayinya tidak melebihi anak yang lain. Melibatkan anak dalam merawat adiknya.

G. Adaptasi Fisiologis Ayah 1. Bangga dan takut memegang bayi : diperlukan dorongan 2. Ekspresi yang berbeda : dekat dengan keluarga, mengadakan pesta 3. Pada immediately : terlihat lelah mengantuk 4. Bila ada komplikasi bayi : ayah cari informasi, sumber info ibu untuk merawat bayinya. H. Apek Sosial Budaya Masa nifas (puerperium) secara tradisional di definisikan sebagai periode 6 minggu segera setelah lahirnya bayi dan mencerminkan periode saat fisiologi ibu, terutama sistem reproduksi, kembali mendekati keadaan sebelum hamil.Hal ini mungkin berakar dari tradisi “chuching”, yaitu upacara keagamaan ketika wanita diterima yaitu pada periode 40hari saat mana mereka dianggap tidak bersih.Seiring dengan meningkatkan dominasi bidang medis, akhir masa nifas ditandai oleh pemeriksaan pasca postpartem wanita yang bersangkutan dengan dokter.Hal ini menyebabkan penjelasan tradisional tentang masa nifas terstruktur sebagai periode pemulihan ibu, didukung oleh medikalisasi kehamilan menjadi suatu keadaan medis.Bidan bertanggung jawab mempertahankan pengawasan yang cermat terhadap perubahan fisiologis pada masa nifas dan mengenali tanda-tanda keadaan patologis. Selama masa nifas,terjadi penurunan yang mencolok kadar estrogen dan progesteron dalam sistem ibu. Penurunan konsentrasi hormon steroid mempermudah inisiasi laktasi dan memungkinkan sistem fisiologis kembali ke pra hamil.Pada kenyataannya masa nifas seyogyanya digambarkan sebagai transisi.Masa ini dimulai saat lahirnya bayi dan rahimnya saat kembalinya fertilitas. Namun, wanita tidak kembali ke keadaan fisiologis dan anatomis yang sama. Masa nifas juga, dalam konteks sosial, mencerminkan banyak transisi bagi orang tua, anak, dan anggota keluarga yang lain. Banyak perubahan fisiologis dalam masa nifas, misalnya dalam pembentukan keterampilan menjadi orangtua, laktasi pemberian makan, dimodifikasi oleh interaksi sosial dahulu dan sekarang individu dalam situasi keluarga yang baru. (Jane Coad,Melvyn Dunstall : 2007).

I. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian 1. Identitas klien dan penanggung 2. Keluhan utama klien saat ini 3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara 4. Riwayat penyakit keluarga 5. Keadaan klien meliputi : a. Sirkulasi Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi.Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL. b. Integritas ego Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan. c. Makanan dan cairan Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan). d. Neurosensori Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural. e. Nyeri / ketidaknyamanan Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada. f. Pernapasan Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas. g. Keamanan Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh. h. Seksualitas Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus.Aliran lokhea sedang.

2. Diagnosa 1) Nyeri berhubungan dengan bekas luka post op sc 2) Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada kandung kemih

3) Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik. 4) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap bakteri pembedahan.

3. Intervensi 1) Nyeri berhubungan dengan bekas luka Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri hilang, berkurang Kriteria hasil : - Klien mengungkapkan nyeri berkurang - Klien tampak tenang Intervensi 1.

Kaji karakteristik, skala nyeri

Rasional untuk mengetahui skala nyeri dan memberikan tindakan selanjutnya

2.

Motivasi untuk mobilisasi

memperlancar pengeluaran lochea,

sesuai indikasi

mempercepat involusi dan mengurangi nyeri secara bertahap.

3.

4.

Anjurkan penggunaaan teknik

Untuk mengatur rasa nyeri luka post

relaksasi.

op

Kolaborasi pemberian analgetik

Obat analgetik di berikan untuk menghilangkan rasa nyeri

2) Gangguan eliminasi urine Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, ibu tidak mengalami gangguan eliminasi (BAK) Kriteria Hasil : - Ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit saat BAK - Jumlah urine 1,5-2 liter/hari

Intervensi 1. Kaji dan catat cairan

masuk dan keluar tiap 24

Rasional mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi dengan tepat.

jam 2. Anjurkan berkamih 6-8

melatih otot-otot perkemihan.

jam post partum 3. Berikan teknik

merangsang berkemih

agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan sehingga tidak ada retensi.

seperti rendam duduk, alirkan air keran 4. Kolaborasi pemasangan

mengurangi distensi kandung kemih

kateter

2) Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan ibu dapat memenuhi ADLnya dengan mandiri Kriteria hasil : -

Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinya

-

Kebutuhan ADL terpenuhi

Intervensi 1. Bimbing dan demonstrasikan pada

Rasional Bimbingan dan demonstrasi yang

ibu tentang bagaimana cara

benar dapat memberi contoh bagi

melakukan perawatan diri

ibu untuk dapat melakukannya dengan baik bila telah pulang dari rumah sakit

2. Beri bantuan sesuai dengan

Bantuan tindakan dapat

kebutuhan (misalnya : perawatan

membantu ibu dalam memenuhi

mulut, mandi dan vulva hygiene)

perawatan dirinya yang tidak mampu dilakukan secara mandiri

3. Jelaskan kepada ibu tentang

Untuk mempercepat proses

pentingnya menjaga kondisi tubuh

penyembuhan dan mencegah

dengan mempertahankan nutrisi dan

terjadinya komplikasi

kebersihan ibu

3) Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, karakteristik payudara. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan menyusui. Kriteria hasil : -

Ibu mengungkapkan proses situasi menyusui

-

Bayi mendapat ASI yang cukup

Intervensi 1. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan

Rasional membantu dalam

pengalaman ibu tentang menyusui

mengidentifikasi kebutuhan saat

sebelumnya

ini agar memberikan intervensi yang tepat.

2. Demonstransikan dan tinjau ulang

teknik menyusui

posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat merusak dan mengganggu.

3. Anjurkan ibu mengeringkan puting

setelah menyusui

agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Anik Puji. 2016. Panduan Pratikum Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Deepublish. Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC Doenges, M.E. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta : Mansjoer, Arief. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta : Media Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi Istyandari, 2003. Asuhan Keperawatan pada Pre dan Post Op Secsio Cesarea. Diakses pada www.ilmukeperawatan.com tanggal 20 februari 2014

More Documents from "Monica Marcela"