KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Swt., Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Konsep Kehilangan, Kematian, dan Berduka. Kami berterimakasih kepada Ibu Dian Puspita Sari S.Kep,M.Kep selaku dosen mata kuliah falsafah dan paraigma keperawatan yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangkan menambah wawasan serta pengetahuan kita pada falsafah dan paradigma keperawatan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
Tangerang Selatan, November 2016
1
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................... 1 DAFTAR ISI .................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 3 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3 1.3 Tujuan ......................................................................................................... 4 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Riwayat Kristen Swanson ........................................................................... 6 2.2 Teori Caring ................................................................................................ 6 2.3 Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan ............................................ 11 2.4 Aplikasi dalam proses keperawatan ........................................................... 12 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14 DAFTAR PUTAKA ......................................................................................... 15
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pengetahuan tentang
proses
pengembangan
empiris teori/model konseptual
merupakan dasar untuk memahami disiplin ilmu keperawatan, sehingga perawat menyadari kebutuhan akan teori-teori keperawatan untuk membimbing penelitian profesional
dan praktek
keperawatan atau pelayanan keperawatan dimana kualitas pelayanan
keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan. Peningkatan mutu pelayanan keperawatan akan berjalan dengan baik jika didukung pengembangan model teori keperawatan
dengan adanya
karena teori keperawatan sangat penting bagi
pengembangan profesionalisme keperawatan.
Salah satu teori keperawatanyang
memberikan pengaruh di dalam pelayanan keperawatan adalah A Theory of Caring yang diperkenalkan oleh Kristen Swanson. Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit, perawat akan berhadapan dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya.Oleh karena itu, perawat harus terus meningkatkan profesionalismenya,yaitu meningkatkan perilaku caring.
Caring
bukan semata-mata
perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999).Caring adalah sentral praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, yang
mana
tolak ukurnya pada saat perawat bekerja memberikan pelayanan
keperawatan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien baik individu, keluarga,kelompok, dan masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah 1) Bagaimana riwayat Kristen W Swanson? 2) Bagaimana Konsep Teori Caring Kristen Swanson? 3) Bagaimana asumsi Teori Caring Terhadap Konsep Sentral Disiplin Ilmu Keperawatan? 4) Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan ? 3
5) Bagaimana pengaplikasian caring dalam proses keperawatan? 1.3 Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum Diharapkan mahasiswa keperawatan mampu memahami secara konseptual maupun aplikasi tentang model teori keperawatan Kristen Swanson. b. Tujuan Khusus 1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat tentang konsep teori caring Kristen Swanson. 2. Mampu menerapkan pada asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan konsep teori caring Kristen Swanson.
4
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Riwayat Kristen Swanson Kristen M. Swanson, R.N., Ph.D.,F.A A.N., lahir pada tanggal 13 Januari 1953 di Provinsi Rhode Island.Ia memperoleh gelar sarjananya (magna cum laude) dari University of Rhode Island College of Nursing tahun 1975. Setelah lulus, ia memulai karirnya sebagai Registered Nurse pada University of Massachusetts Medical Center di Worcester. Setelah menerima gelar Magister Keperawatan pada tahun 1978, Swanson bekerja selama setahun sebagai instruktur klinik keperawatan medikal bedah di University of Pennsylvania School of Nursing dan terdaftar pada program Ph.D keperawatan di University of Colorado in Denver, Colorado. Ia mempelajari psikososial keperawatan yang menekankan pada konsep kehilangan, stress, coping, hubungan interpersonal, individu dan kepribadian, lingkungan dan kepedulian (caring). 2.2 Teori Caring 1. Konsep Caring Science “Jean Watson” Caring science merupakan suatu orientasi human science dan kemanusiaan terhadap proses, fenomena, dan pengalaman human caring. Caring science, seperti juga science lainnya, meliputi seni dan kemanusiaan. Transpersonal Caring mengakui kesatuan dalam hidup dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam lingkaran caring yang konsentrik – dari individu, pada orang lain, pada masyarakat, pada dunia, pada planet Bumi, pada alam semseta (Watson, 2004) Watson mendefinisikan caring lebih
dari
(1988)
dalam
akan
eksistensi
bila
(1990)
sebuah exisestensial philosophy, ia memandang
sebagai dasar spiritual, baginya caring adalah ideal moral Manusia
George
dimensi
spiritualnya
dari
keperawatan.
meningkat ditunjukkan
dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kekuatan dari dalam diri (intuitif). Caring sebagai esensi dari keperawatan berarti juga pertanggungjawaban hubungan antara membantu
perawat-klien,
dimana
perawat
membantu
partisipsi
klien,
memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan. Teori human
caring yang dikembangkan oleh Watson antara tahun 1975-1979, hanya berkisar pada sepuluh carative factors sebagai suatu kerangka untuk 5
memberikan
suatu
bentuk
dan fokus terhadap fenomena keperawatan. Watson menganggap istilah “factors” terlalu stagnant terhadap sensibilitasnya di masa kini. Ia pun kemudian menawarkan suatu konsep yang lebih sesuai dengan evolusi teorinya dan arahnya di masa depan. Konsep tersebut adalah “clinical caritas” dan “caritas processes”,yang dianggapnya lebih cocok dengan ide-ide dan arah perkembangan teorinya (Watson, 2004). Asumsi dasar teori Watson terletak pada 7 asumsi dasar yang menjadi kerangka kerja dalam pengembangan teori; yaitu: a. Caring dapat dilakukan dipraktekkan secara interpersonal. b. Caring
meliputi
faktor-faktor
caratif
yang
dihasilkan
dari
kepuasan
terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia. c. Caring yang efektif akan meningkatkan status kesehatan dan perkembangan individu dan keluarga. d. Respon caring adalah menerima seseorang tidak hanya sebagai seseorang berdasarkan saat ini tetapi seperti apa dia mungkin akan menjadi dimasa depannya. e. Caring environment, menyediakan perkembangan potensi dan memberikan keluasan memilih kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu yang telah ditentukan. f.
Caring
bersifat
“healthogenic”
mengitegrasikan pengetahuan
daripada
biopisikal
sekedar
dan
curing.
perilaku
Praktek manusia
caring untuk
meningkatkan kesehatan. Dan untuk membantu pasien yang sakit, dimana caring melengkapi curing. g. Caring merupakan inti dari keperawatan. (Tomey, AM, Alligood, MR.2006). Fokus intervensi keperawatan yang terkait dengan perawatan manusia ditujukan pada promosi kesehatan dan penyembuhan penyakit disebut factor carative, yang meliputi 10 faktor yaitu: a) Pembentukan sistem humanistic dan altruistic. Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistic dalam diri seseorang dapat dinilai pada usia dini. Dimana nilai-nilai ini didapatkan dari orang tua. Sistem nilai humanistic altruistic ditingkatkan melalui pengalaman hidup seseorang, proses pembelajar dan paparan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Berkaitan dengan kepuasan melalui memberi dan meperluas rasa diri (sense of self). 6
b) Penanaman (melalui pendidikan) faith-Hope (keyakinan dan harapan). Hal tersebut dapat meningkatkan kesehatan dengan cara membantu klien untuk mengadopsiperilaku mendapatkan kesehatan. Dengan mengembangkan hubungan perawat dengan klien yang efektif, perawat memfasilitasi perasaan optimisme, harapan, dan rasa percaya. Hal yang sangat penting dalam caratif dan curatif. Perawat perlu selalu memiliki positif thingking sehingga dapat menularkan kepada klien yang akan membantu meningkatkan kesembuhan dan kesejahteraanklien.
c) Pengembangan dan menanamkan sensisitifitas kepada diri sendiri dan orang lain.Perawat mereka,
yang
lebih
mampu
menyadari
dan
mengekspresikan
perasaan
mampu memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengekspresikan perasaan mereka karena pikiran dan emosi seseorang adalah jendela jiwa. d)
Membina
hubungan
yang
bersifat
membantu
dan
saling
percaya
helping trust relationship or human care). Sebuah hubungan saling
(a
percaya
digambarkan sebagai hubungan yang memfasilitasi untuk penerimaan perasaan positif
dan
negatif
yang
termasuk
dalam
hal
ini,
kejujuran,
empati,
kehangatan dan komunikasi efektif. e) Meningkatkan dan saling menerima pengungkapan ekspresi perasaan baik ekpresi perasaan positif maupun negatif. Berbagi perasaan duka cita, cinta, dan kesedihan adalah pengalaman yang penuh resiko. Perawat harus siap untuk perasaan negatif. f) Menggunakan metode ilmiah (proses caring) dan menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan (pemecahan masalah kreatif). Caring berhubungan
dengan
proses
keperawatan
berperan
pada
yang
pendekatan
pemecahan masalah dalam asuhan keperawatan. g) Meningkatkan dan memfasilitasi proses belajar mengajar
yang bersifat
transpersonal Faktor ini membedakan caring dari curing dan menggeser tanggung jawab kesehatan ke klien. h) Menciptakan (protektif)
lingkungan
dan meningkatkan
yang
mendukung
atau
memperbaiki
kultural dan lingkungan spiritual.
7
(suportif), keadaan
melindungi
mental,
sosial,
Klien dapat mengalami perubahan baik dalam aspek lingkungan internal dan eksternal, perawat harus mengkaji dan memfasilitasi kemampuan klien untuk mengatasi perubahan mental, emosional, dan fisik. i) Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan antusias (kebutuhankebutuhan survival, fungsional, integratif dan grup). Caring disampaikan dengan mengenali
dan
memenuhi
kebutuhan
fisik,
emosi,
sosial,
dan spiritual
klien. j)
Mengembangkan
kekuatan
faktor
excistensial-phenomenologic-spiritual.
Fenomologi menggambarkan data mengenai situasi segera yang membantu seseorang memahami konsep atau kejadian fenomenal
yang menjadi masalah. Lapang
adalah kerangka referensi individual; melibatkan banyak tingkat
kesadaran, seperti waspada, persepsi diri, sensasi tubuh, pemikiran, nilai, perasaan, daya tilik intuitif, keyakinan dan harapan. Saat perawat dan klien berkumpul, dua lapang fenomenal bersatu dan keduanya berada dalam proses sedang, menjadi, dan mengembangkan pemahaman transpersonal. 2. Konsep Teori Caring Kristen Swanson Asal teori Swanson dapat ditemukan dalam wawancaranya yang dilakukannya pada wanita yang mengalami keguguran, orangtua yang memiliki anak di unit perawatan intensif, dan ibu yang secara sosial berisiko dan telah melalui system untuk menerima berbagai macam bentuk perawatan kesehatan (Potter et al. 2005). Melalui wawancara ini, Swanson mampu memahami ruang lingkup caring secara keseluruhan dan pada saat yang sama menguraikan dimensi spesifik dari apa yang diperlukan seorang perawat untuk merawat pasien. Salah satu hal paling penting yang memberikan kontribusi pada teori keperawatan dalam hal ini, yaitu argumen bahwa pasien seharusnya tidak hanya dilihat sebagai individu yang terpisah, melainkan sebagai manusia seutuhnya, yang saat ia menulis "berada di tengah-tengah dan yang menjadi keutuhan dibuat nyata dalam pikiran, perasaan dan perilaku" (Swanson, 1993). Hal yang menarik tentang pengertian pasien ini adalah bahwa Swanson selalu menempatkan peran perawat dalam proses becoming tersebut. Jadi dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi dispenser pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra dalam membantu pasien lebih dekat dengan tujuannya (well-being).
8
Teori
caring
Swanson
menyajikan
permulaan
yang
baik
untuk
memahami
kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson menjelaskan tentang proses caring yang terdri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang
lain
sama
seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan
memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidupnya. Swanson (1991) menjelaskan middle range theory of caring. Caring didefinisikan sebagai ´a nurturing way of relating to a valued other toward whom one feels a personal sense of commitment and responsibility`. Kata kunci dari definisi tersebut adalah memberikan asuhan keperawatan yang bernilai kepada klien dengan penuh rasa komitment dan tanggung jawab.
3.
Struktur Caring Swanson Asumsi dasar dari teori ini ditemukan dalam gagasan caring yang dijelaskan Swanson. Menurut Swanson, caring adalah proses multifaset yang terus ada dalam dinamika hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai hubungan yang linear, namun juga harus dianggap sebagai hubungan siklik, dan proses yang terjadi harus selalu diperbarui karena peran perawat untuk membantu klien mencapai kesehatan dan kesejahteraan. Secara umum, proses yang terjadi sebagai berikut, pertama perawat membantu klien mempertahankan keyakinannya, yang berarti bahwa perawat mendorong pasien dan membantu untuk memperkuat harapan mereka mengatasi kesulitan saat ini. Hal ini sangat penting terutama dalam kasus di mana pasien menghadapi penyakit yang mengancam nyawa seperti kanker, atau peristiwa yang sangat traumatis seperti keguguran (Swanson & Wojnar, 2004). Sebagai pelengkap dan langkah berikutnya dalam
proses
untuk
mempertahankan keyakinan, adalah "knowing". Dalam proses
“knowing”, perawat berusaha untuk memahami apa arti situasi yang terjadi saat ini bagi pasien, hal ini muncul dalam bentuk latihan sebagai seorang perawat, menciptakan
seseorang
dengan
rasa
tertentu
bagaimana
kondisi
yang fisik dan
psikologis dapat mempengaruhi seseorang secara keseluruhan. Dengan mengetahui apa yang dialami pasien, perawat kemudian dapat melanjutkan proses "do for", ada untuk memberikantindakan terapi dan intervensi bagi pasien. Proses “do for”, diikuti dengan
9
proses"enabling" yang memungkinkan pasien untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraannya.
Asumsi Teori Caring Terhadap Konsep Sentral Disiplin Ilmu Keperawatan 1. Manusia Asumsi Swanson tentang caring sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Watson (1985) bahwa manusia merupakan makhluk yang unik dan utuh yang memiliki pemikiran, perasaan dan tingkah laku. Pengalaman hidup dari setiap orang dipengaruhi oleh warisan genetik, anugerah spiritual, dan kebebasan memilihnya. 2.
Kesehatan Perawat tidak hanya berfokus bagaimana klien sembuh dari penyakitnya tetapi perawat membantu
klien
untuk
dapat
mencapai,
memelihara,
atau
mendapatkan kembali tingkat kesehatan atau kesejahteraan hidupnya yang optimal. Pada saat perawat berfokus pada kesehatan sebagai suatu kesejahteraan hidup, perawatan yang diberikan haruslah meliputi manusia sebagai manusia yang utuh yaitu menjadi seseorang, bertumbuh, merefleksikan diri dan selalu berusaha a. Untuk dapat berhubungan dengan sesamanya (Swanson, 1993). b. Untuk dapat mengalami kesejahteraan adalah dengan hidup sebagai subjektif, memiliki arti, c. Berpengalaman sebagai manusia seutuhnya. Utuh melibatkan adanya pengertian integrasi dan d. Menjadi seseorang berarti semua aspek menjadi seseorang bebas untuk diekspresikan. Aspek e. Yang di maksud adalah : spiritualitas, pemikiran, perasaan, inteligen, kreativitas, hubungan, f. feminine, maskulin dan seksualitas (Swanson, 1993). 3.
Lingkungan a. Lingkungan didefiniskan sebagai sesuatu yang situasional. Di dalam keperawatan sendiri, 10
b. Lingkungan adalah suatu konteks yang mempengaruhi atau yang terpengaruh oleh klien. c. Pengaruh itu sendiri ada beberapa termasuk budaya, politik, ekonomi, sosial, biofisik, psikologi d. Dan spiritual. Pada saat kita mencari tahu tentang pengaruh lingkungan terhadap seseorang, ada e. Dan baiknya untuk mempertimbangkan tuntutan, kendala dan sumber – sumber yang membawa f. kepada situasi tersebut dan lingkungan di sekitarnya (Klausner, 1971). 4.
Perawat a. Swanson (1991,1993) mendefinisikan keperawatan atau pemberian pelayanan keperawatan b. untuk mencapai kesejahteraan individu. Swanson meyatakan bahwa ilmu keperawatan dibentuk c. dari ilmu pengetahuan keperawatan ilmu pengetahuan lain seperti etika, kepribadian, estetika d. yang dijadikan nilai-nilai dan harapan individu dan social secara manusiawi dan berdasarkan pengalaman.
2.3
Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan Pandangan Swanson (1993)
tentang keperawatan adalah siapa yang kita layani,
bagaimana kita memberikan pelayanan dan kenapa kita terus untuk melayani merupakan keharusan bagi perawat untuk dapat mengintegrasikan ilmu pengetahuan, diri sendiri, fokus pada kemanusian dan caring. Yang kemudian disempurnakan dengan adanya transaksi antara keperawatan, setiap perawat dan klien bahwa perawat adalah profesi yang memiliki komitmen caring, pemeliharan akan martabat manusia dan meningkatkan kesehatan. Swanson (1991) mempelajari tentang klien dan profesi pemberi layanan dalam usahanya untuk membuat teori tentang caring dalam praktik keperawatan yang bermanfaat dalam memberikan petunjuk bagaimana membangun strategi caring
yang berguna dan
efektif. Teori caring Swanson ini juga menyajikan permulaan yang baik untuk memahami 11
kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan yang berisi lima kategori atau proses. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan (Nanda Sartika, 2010). Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien
dengan
menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan pelayanan kesehatan yang tepat. Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku. Caring yang dimiliki perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami
kebiasaan
dan
proses
karakteristik
pelayanan.
Teori Caring Swanson
(1991) menjelaskan tentang proses Caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan
memudahkan
jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta
menaruh
kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup. (Potter & Perry, 2009 : 112).
2.4
Aplikasi dalam proses keperawatan.
Lima proses caring Swanson (knowing, being with, doing for, enabling & maintaining belief). Dapat diaplikasikan dalam tahap pengkajian hingga intervensi, yaitu sebegai berikut: 1. Dalam tahap knowing, perawat akan mengkaji masalah apa yang ada pada pasien melalui wawancara. Hal ini dilakukan dengan mencegah asumsi, yaitu dengan berdasar pada bukti nyata yang pasien katakan mengenai pengalaman atau hal yang dirasakan dan dialaminya pada waktu itu. Data dari tahap knowing bisa menjadi dasar perumusan diagnosa keperawatan. 2. Empat tahap berikutnya, yaitu being with, doing for, enabling, dan maintaining belief dapat digolongkan dalam tahap intervensi keperawatan. Being with adalah sebuah 12
tindakan dimana perawat hadir di saat pasien membutuhkannya. Bersikap empati dengan keadaan pasien, sehingga pasien merasa dipedulikan, bahkan dikasihi. Doing for adalah tindakan yang perawat atau pemberi layanan perawatan lainnya (orang tua, keluarga, atau pekerja sosial) lakukan di saat pasien tidak bisa melakukannya bagi dirinya sendiri, memberikan pertolongan di saat pasien membutuhkannya, tanpa memberikan kesempatan bagi pasien untuk merasa rendah diri. Hal yang sangat penting dalam tahap ini adalah intervensi dilakukan oleh perawat yang kompeten dan terampil. Kemudian dalam tahap enabling, perawat memberikan pasien kesempatan untuk belajar mengaktualisasikan dirinya melalui informasi dan pengetahuan yang perawat miliki. Intervensi yang dilakukan dalam tahap ini contohnya pasien difasilitasi untuk dapat melakukan kebersihan diri dengan minimal bantuan, sesuai kondisi pasien. Dukungan emosional tetap diberikan dalam tahap ini, yang memungkinkan peningkatan rasa percaya diri pasien, sehinggatujuan asuhan keperawatan dapat dicapai. Tahap yang terakhir, maintaining belief, adalah sebuah tindakan atau intervensi keperawatan yang dilakukan untuk menjaga keyakinan pasien terhadap dirinya sendiri bahwa pasien tersebut dapat melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan status kesehatannya, menjaga rasa kepercayaan diri pasien, sehingga pasien tidak kehilangan harapan dalam tindakan asuhan keperawatan maupun pengobatan yang diberikan kepadanya.
1) Pengakajian: pattera appraisal/pola penilaian untuk menentukan masalah kesehatan. 2) Tindakan keperawatan, formula dari tindakan keperawatan menurut Rogers adalah kesadaran akan adanya masalah, pilihan penyelesaian masalah, kebebasan memillih cara penyelesaian msalah dan perkembangan kearah yang lebih baik. 3) Evaluasi yang dilakukan menurut konsep ini adalah evaluasi selama proses yang berlangsung saat kontak yang dilakukan oleh perawat dan klien.
13
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA http://documentslide.com/documents/teori-caring-bahan-dari-ka-nesha.html http://dokumen.tips/documents/analisa-perbedaan-dan-persamaan-teori-dalam-aplikasiproses-keperawatan-1.html
15