Memindah Beban Pikiran

  • Uploaded by: Indonesiana
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Memindah Beban Pikiran as PDF for free.

More details

  • Words: 550
  • Pages: 2
Memindah Beban Pikiran PERSOALAN sungguh serupa barang, jika kita tak ingin ia ada di tempatnya, cukup dipindahkan. Beban persoalan itulah yang belum lama ini saya pindah dari benak anak lelaki saya yang kehilangan tayangan kesukaannya. Tayangan itu diputar tepat ketika TV berlangganan kami dicabut izin siarnya karena sebuah persoalan. Sementara tayangan itu baru akan diputar esok hari kesedihan anak saya sudah mulai di hari ini. Saya tahu perasaan pihak yang kecewa. Ia bisa terlihat remeh bagi pihak lain, tetapi tidak bagi yang menderita. Saya pernah menjadi anak-anak. Saat kami hendak pindah rumah misalnya, soal yang paling saya sedihkan adalah berpisah dengan teman-teman sepermainan dan layang-layang kesayangan. Saya menangis di setiap kesempatan. Hari ketika perpindahan itu tiba benar-benar menjadi hari yang menakutkan. Ketika orang-orang tahu apa yang saya tangisi ini ''hanya'' sekadar teman dan layang-layang, saya menjadi pusat cemoohan. Sakit sekali tetapi tak ada pihak yang mau mengerti. Maka begitu saya melihat anak saya terluka karena kehilangan acara kesayangannya saya memutuskan untuk tidak menganggap soal ini sebagai sederhana. Di seluruh dunia, tak ada yang lebih penting dari acara televisinya. Tetapi untuk menyetujui bahwa sebuah acara televisi jauh lebih penting dari dunia seisinya, jelas sebuah kekeliruan. Saya tahu kekecewaan anak saya, tetapi saya juga tahu bahwa kekecewaan semacam itu tak perlu. Tetapi menyamakan persepsi kepala saya dan anak saya pasti tidak mudah. Termudah adalah membentaknya. Tetapi sejarah telah membuktikan, bahwa cara termudah adalah sekaligus cara yang berbahaya. Anak-anak yang menurut karena bentakan, yang patuh karena ketakutan, adalah anak yang cuma memendam kemarahan diam-diam. Kemarahan itu akan terbakar jika waktunya tiba. Dan jika waktu itu baru datang tepat ketika orang tua sudah jompo sementara anak sedang gagah-gagahnya, itulah musibah terbesar dalam hidup. Saat itulah anak yang marah itu akan menunjukkan dengan amat jelas hasil bentakan yang ia terima selama ini. Menjadi tua dan jompo sambil menjadi objek bentak-bentakan anak, jelas bukan masa tua yang saya ingini. Karenanya biarlah anak tahu, bahwa bapaknya lebih suka mengajaknya berdiskusi katimbang membentaknya. Pertama saya pahami kekecewan itu untuk kemudian ia saya ajak untuk memahami kenyataan di sekitarnya. Saya minta ibunya mendekat dan saya sarankan ia memandanginya. Kebetulan saya tahu kegemaran anak ini. Begitu dekat ibunya ia pasti akan segera menyambar begitu saja teteknya. Dan itulah kesempatan saya untuk membuat bandingan: ''Jika harus memilih, mana yang kamu kau pilih, acara televisi itu atau tetek ibumu?'' Dalam waktu singkat anak ini mengeri maksud saya. Ia segera berguling-guling memeluk ibunya. Dan saya katakan, ia tak cuma punya ibu, tetapi juga bapak yang hebat, ya saya ini. Terbukti gabungan antara bapak dan ibunya menghasilkan dia sebagai anak kami. Ia juga punya kakak perempuan yang menyayangi. Untuk memberi bukti saya panggil putri saya untuk memeluk adiknya. Jika seluruh bukti ini kurang, saya masih siap mengajaknya untuk membuka pintu. Kebetulan hari sedang hujan deras dan petir sedang merajalela. Saya minta anak-anak langsung melihat hujan dan betapa menjadi berharga menikmati kehangatan rumah. Saya meminta anak ini untuk memandangi rumahnya. Jika ini belum cukup saya meminta dia untuk meneliti seluruh mainannya. Banyak sekali jumlahnya dan seluruh barang itu, pada eranya, adalah barang-barang kesayangan. Belum semua barang habis saya pertontonkan, tapi anak ini telah melupakan acara televisinya. Anak saya memang baru kelas empat SD. Tetapi di otaknya pasti telah tertanam kemampuan untuk membandingkan. Kemampuan itulah yang membuat anak-anak tak perlu dibentak untuk memahami keberuntungan!

(Prie GS/CN05)

Related Documents

Memindah Beban Pikiran
November 2019 17
Beban Kerja.docx
October 2019 18
Beban Grill.xlsx
May 2020 13
Pikiran Kita
June 2020 16
Daya Pikiran
December 2019 27
Beban Lift.docx
April 2020 11

More Documents from "Yeni Supriyadi"

Teman Masa Kecilku
November 2019 40
Diplomasi Kopiah
November 2019 37
Buatan Indonesia
November 2019 53
Nasihat Dari Cd Porno
November 2019 40
Andai Aku Engkau Percayai
November 2019 43