Menjaga Ucapan Lidah
KESELAMATAN DIRI PADA KONTROL LISAN OLEH : H. MAS’OED ABIDIN
ُخلَ ْقنَا ال ْنسَانَ َونَ ْعلَمُ مَا تُ َوسْوِسُ بِهِ َنفْسُه َ َْوَلقَد إِذْ َيتََلقّى- ِح ْبلِ الْوَرِيد َ ْحنُ َأقْرَبُ إَِليْهِ ِمن ْ َو َن مَا- ٌعنِ الشّمَالِ قَعِيد َ ن الْيَمِينِ َو ِ َالْ ُم َتَلقّيَانِ ع ٌعتِيد َ ٌل لَ َديْهِ َرقِيب ّلإ ٍ يَ ْل ِفظُ ِمنْ قَ ْو “ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan telah mengetahui apa-apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika kedua malaikan mencatat amal perbuatannya, satu duduk di sebelah kanan, dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. ” (Q.S. Qaaf : 16-18)
Luqmanul Hakim menasehati anaknya, «.. Jangan lah
kamu
memalingkan
sombong),dan
janganlah
mukamu
dari
manusia
kamu
berjalan
dimuka
karena
bumi
Kontrol Utama seorang Muslim dengan
angkuh.
Sesungguhnya
Allah
tidak
menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah dalam berjalan, dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara (lenguh) keledai » (QS.Luqman, 18-19)
Rasulullah SAW bersabda, « Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam ». Diam
itu emas. Diam adalah
kebijaksanaan, namun sedikit orang yang melakukannya.
Rasulullah SAW bersabda : “Berbahagialah orang yang
dapat
menahan
kelebihan
lisannya
dan
menginfakkan kelebihan hartanya. ” (HR. Al Baihaqi, Al
Baghawi dan Ibnu Qani’) Kehati-hatian dalam berucap menjadi salah satu ciri khas Ummat Muslim yang baik, karena banyaknya penyakit lidah yang dapat membahayakan pemiliknya baik di dunia dan berdampak jauh hingga ke akhirat. Penyakit lidah yang banyak itu, amat mudah meluncur dari lidah seseorang, bahkan sering terjadi pemilik lidah kurang mampu menahannya, dan dapat membahayakan dirinya dan orang lain di sekitarnya. Maka, diam adalah jalan keselamatan. Dalam diam terkandung kewibawaan, konsentrasi, untuk berfikir, berzikir dan beribadah. Lebih dari itu bahwa diam dapat menyelamatkan seseorang dari
Menjaga Ucapan Lidah berbagai tanggung jawab perkataan di dunia maupun hisabnya di akhirat kelak. Lidah memiliki kewajiban dan larangan1, di antaranya
adalah:
berdakwah
di
jalan
Allah,
menyatakan yang haq, membaca Al Qur’an, berzikir, berdoa,
membaca
shalawat
atas
Nabi
SAW,
mengucapkan salam dan menjawabnya, mengajarkan ilmu pengetahuan, mengampaikan nasehat, berkata jujur, beramar ma’ruf nahi munkar, dan sebagainya. Banyak
sekali yang perlu dipahami tentang kontrol lidah2, di antaranya
adalah:
ghibah,
bersumpah
palsu,
menghukum dengan yang tidak ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, berdusta, bersaksi palsu, berkata keji, mencaci kedua orang tua, mencaci maki orang lain, menghardik anak yatim
dan fakir miskin, melaknat
makhluk Allah, membuka aib orang lain, menceritakan aib
dan
rahasia
keluarga
atau
suami
istri
dan
sebagainya. Imam
Al
Ghazali
dalam
kitabnya
Ihya
Ulumuddin menyebutkan dua puluh macam penyakit lidah3 di antaranya adalah: berucap
yang
tidak
1 Ibnu Al Azraq di dalam kitabnya Badaa’i’u As Saalik menyebutkan ada lima puluh kewajiban utama lidah, 2 Ibnu Al Azraq juga menyebutkan dalam kitabnya Badaa’i’u As Saalik sembilan puluh empat larangan lidah. 3 Sebagaimana yang dikutip oleh Syeikh Said bahwa dalam kitabnya al Mustakhlish Tazkiyatil Anfus
Kontrol Utama seorang Muslim berguna, atau “ngobrol ngalor ngidul” tanpa tujuan yang bermanfaat, berbantah-bantahan, perdebatan tanpa didasari ilmu, pertengkaran, ejekan, dan cemoohan, serta sanjungan yang berlebihan dan sebagainya. Barra’ bin ‘Aazib ia berkata, “ Seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah seraya berkata : “ Tunjukkan kepadaku amal perbuatan yang dapat memasukkan diriku ke dalam sorga ”, Rasulullah SAW bersabda : “ Berilah makan orang yang lapar, berilah minum orang yang haus, peintahkan
yang ma’ruf dan cegahlah kemungkaran. Jika
kamu tidak sanggup, maka tahanlah lidahmu kecuali dari (berkata-kata) yang baik.” (H.R. Abu Dunya dengan sanad shahih)
Disimpulkan bahwa diam bukanlah berarti kita mengunci mulut. Karena Allah perintahkan setiap manusia untuk aktif menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, dengan lidahnya. Rasulullah menegaskan dalam sebuah hadits: “Barangsiapa
melihat
kemungkaran
hendaklah
ia
mengatasinya dengan tangannya (kekuasaanya), jika tidak mampu dengan lidahnya (perkataanya), jika tidak mampu juga barulah dengan hatinya dan itulah selemah-lemah iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Beberapa ayat-ayat Al Qur’an mengungkapkan bagaimana semestinya perkataan atau pembicaraan yang baik bijaksana dengan ungkapan yang beragam.
Menjaga Ucapan Lidah 1.
Memakai ungkapan “Qaulan yaitu
perkataan
yang
Kariman”
mulia
yang
diucapkan kepada kedua orang tua sesuai firman Allah dalam surat Al Israa’ ayat 23: “Dan
Rabbmu
telah
memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik (berbakti) kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau dua-duanya
sampai
pemeliharaanmu kamu
umur
maka
mengatakan
perkataan
‘Ah’
lanjut
dalam
sekali-kali
jangan
kepada
dan
keduanya
janganlah
kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan
yang
mulia
(Qaulan
Karima).” 2.
Memakai ungkapan “Qaulan
Balighan”
yaitu perkataan berbekas pada jiwa, yang ditujukan sebagai ucapan pelajaran kepada
orang
munafik.
Sebagaimana
firman Allah dalam surat An Nisaa’ ayat 23: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka dan berilah mereka pelajaran dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
Kontrol Utama seorang Muslim berkesan dan berbekas (Qaulan Balighan) pada jiwa mereka.” 3.
Memakai ungkapan “Qaulan Layyinan” yaitu kata-kata lemah lembut, sekalipun diucapkan kepada penguasa yang dzalim. Hal ini tergambar dalam firman Allah SWT dalam surat Thaha ayat 43-44 yang
menceritakan
tentang
apa
dan
bagaimana Nabi Harun dan Nabi Musa a.s diberi bekal oleh Allah Ta’ala untuk berdialog
mengahadapi
Fir’aun
sang
penguasa yang dzalim lagi melampaui batas:
“Pergilah
kamu
berdua
kepada
Fir’aun sesungguhnya dia telah melampaui batas
maka
berbicaralah
kamu
berdua
kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut (Qaulan Layyinan). Mudah-mudahan ia ingat atau takut.” Shadaqallahul ‘Adzim.
ْب ُ ت السّمِيْ ُع ال َعلِيْ ِم وَ ت َ َْربّنَا تَقَ ّبلْ مِنّا إِ ّنكَ أَن .ِت ال ّتوّابُ الرّحِيْم َ ْعلَيْنَا إِ ّنكَ أَن َ