Membentuk Watak Umat

  • Uploaded by: H Masoed Abidin bin Zainal Abidin Jabbar
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Membentuk Watak Umat as PDF for free.

More details

  • Words: 565
  • Pages: 3
Memetik Hikmah Ramadhan Jangan dibiarkan Ramadhan berlalu tanpa ada usaha memetik nilai-nilai mulia yang terkandung di dalamnya. Sewajarnya setiap diri berusaha sekuat daya, supaya lingkungan dimanapun berada, bisa menerapkan amalan puasa (shaum),”La'allakum Tattaquuna” artinya, “supaya kamu menjadi orang-orang yang terpelihara, terlindungi”. Bangsa yang bertaqwa, adalah bangsa yang mawas diri. DALAM pergaulan hidup Muslim sehari-hari terdapat satu tugas kemasyarakatan yang mesti di tunaikan yaitu “memberikan nasehat kepada sesama saudaranya”, sebagai suatu kewajiban asasi dalam mengamalkan ajaran “amar ma’ruf nahi munkar”, supaya masyarakat hidup dalam suasana yang baik, aman dan tenteram, sehingga tercipta tatanan masyarakat utama (khaira ummah). “Amar ma’ruf nahi munkar” adalah kewajiban kemanusiaan yang mesti dijalankan dan di tunaikan secara tulus ikhlas dalam kerangka mardhatillah, menurut bingkai “tawashii bil haqqi dan tawashii bis-shabri”, yaitu berwasiat dengan kebenaran (alhaq min rabbika) dan ketabahan (shabar), beralaskan sabda Rasulullah SAW; “agama itu adalah nasehat” (ad-diin an-nashihah). Bila tugas kembar ini dilalaikan, maka yang akan tampil kepermukaan adalah segala bentuk kekacauan dan kebringasan dengan kemasan fitnah serta berbagai isu yang sulit dibendung. Sebab itu, "amar ma'ruf-nahi munkar" di ketengahkan tanpa kebencian dan dendam, jauh dari perasaan iri dan hasad dengki. Tugas ini tidak mengenal sakit hati, tetapi harus berbingkai asih-asuh berisi cinta sejati sesama hidup, karena “sama-sama ingin masuk surga, sama-sama ingin terhindar dari neraka, dan terbebas dari godaan iblis-syaitan”. Tujuan yang ingin dicapai adalah kehidupan bermartabat kemanusiaan dengan beralaskan mahabbah dan kasih sayang. Sabda Baginda Rasulullah SAW menyebutkan bahwa di bulan Ramadhan, “di bukakan pintu syurga, di tutup pintu neraka, dan dirantai syaithan", hakikinya bermakna tumbuhnya kewajiban pada seseorang dalam membuktikan amal perbuatan hanyalah yang mendekatkan ke sorga, yakni mengerjakan segala "kebaikan" sesuai ajaran Allah dan Rasulullah. Kebaikan adalah “warna fitrah" kemanusiaan.Perlombaan kepada kebaikan (al khairi, ma’ruf) dan konsekwen dalam menanggalkan keburukan (maksiat, munkarat) adalah gambaran nyata keyakinan mukmin, bahwa “puasa (shaum) tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar, tetapi adalah kemampuan menahan diri” sehingga terhindar dari berbuat kejahatan. Pernyataan Rasulullah SAW; dalam bulan Ramadhan "di tutup pintu neraka", sesungguhnya adalah peringatan sangat keras supaya tidak melakukan tindakan yang bisa berakibat masuk ke neraka yang dijelaskan sebagai tempat berkumpulnya para syaitan. Konsekwensi logis adalah tidak akan meniru perangai syaithan dengan segala tipu daya yang tidak senonoh, adu domba, fitnah, isue dengan rentetan kepalsuan dan kepalsuan. Dakwah ilaa-Allah menjadi kewajiban pribadi (fardhu-‘ain) setiap muslim yang beriman. Dakwah adalah gerakan massal “mempuasakan masyarakat dari segala tindakan tidak terpuji", seperti perangai konsumeris, indiviualis, materialis, spekulatip yang berakibat buruk kepada perilaku manusia. Ramadhan melahirkan “izzatun-nafsi” (harga diri) berakar taqwa yang terlihat pada sikap percaya diri, hemat, senantiasa berhati-hati (mawas diri), istiqamah (teguh-prinsip) dalam menanam nilai kebersamaan (ukhuwwah) ditengah hidup bermasyarakat dan berbangsa. Sikap yang mewarnai izzatun nafsi akan berperan dalam membentuk watak bangsa yang besar, yang tidak hanya semata-mata terikat kepada tabiat bernafsi-

nafsi atau hanya menyelamatkandiri sendiri, akan tetapi lebih mendahulukan sikap kebersamaan (kegotong royongan) sebagai penggambaran dari suatu budaya bangsa yang ditopang oleh ajaran wahyu agama yang benar yakni “ta ‘aa-wanuu ‘ala al-birri wa at-taqwa” artinya “saling membantu bersama-sama (bergotong royong) dalam kebajikan dan taqwa”. Prinsip inilah sesungguhnya yang telah melahirkan pengorbanan besar para pejuang bangsa dalam merebut kemerdekaan, dan sikap ini pula yang perlu di pelihara dan di tumbuhkan lagi dalam mempertahankan kemerdekaan dan mengisinya melalui program-program pembangunan. Semua jawabannya tersimpan dalam kesediaan kita semua mengamalkan satu jihad besar yang disebut “Gerakan Fastabiqul Khairat” yang melibatkan seluruh lapisan umat. Mari kita jadikan Ramadhan bulan kita berlomba berbuat kebaikan. Amin.

Related Documents

Membentuk Watak Umat
October 2019 36
Watak- Bs.docx
December 2019 17
Membentuk Kepribadian
May 2020 35
Nota Watak Perwatakan
June 2020 7

More Documents from ""