Membangun Desa Ramah Anak (bab Vi)

  • Uploaded by: Choiri Askolani
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Membangun Desa Ramah Anak (bab Vi) as PDF for free.

More details

  • Words: 2,585
  • Pages: 20
PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK

BAB VI Pengembangan Desa Ramah Anak Pengembangan

desa

ramah

anak

menuntut

pelibatan semua komponen didalamnya. Kebanyakan pendekatan yang digunakan dalam pengembangan desa ramah anak adalah model pendekatan berbasis hak (Right based). Namun seringkali implementasi dilapangan sangat berbeda dengan konsep idealnya. Melihat kondisi desa,

maka

ada

beberapa

model

pendekatan

dan

pengembangan strategi yang dapat dilakukan untuk menjadikan

Hak

Anak

sebagai

arus

utama

pengembangan. Keluarga, Warga masyarakat, Tokoh Masayarakat, Tokoh Agama, Institusi dan lembaga yang ada di desa dan pemerintah desa.

Semua harus berperan dalam

upaya pengembangan desa ramah anak. Ini adalah sebuah kerja besar merubah paradigma masyarakat dan semua komponen

yang ada didalamnya. Merubah

kebiasaan, adat dan budaya yang telah mengakar kuat. Ada beberapa langkah atau tahapan yang harus dilakukan untuk mengembangkan sebuah desa ramah anak. Langkah-langkah ini diambil dengan landasan kesamaan pemahaman antara masing-masing komponen yang ada di desa. Dengan komitmen yang kuat dan semangat perubahan, Langkah ini akan menjadi awal Pengembangan Desa Ramah Anak

81

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK sebuah gerakan moral dan gerakkan sosial menuju perubahan. A. Pendekatan Dalam mengembangkan desa ramah anak pendekatan yang dilakukan harus benar-benar dapat menyentuh semua komponen. Pendekatan berbasis hak

dengan

berlandaskan

budaya

lokal

adalah

pendekatan yang cukup efektif. Model pendekatan ini cenderung

mudah

diterima

oleh

masyarakat

mengingat masyarakat desa sangat kental dengan budaya dan adat istiadat. Perlu ada sebuah upaya menggali budaya dan kearifan

lokal

yang

pernah

dan

mengakar

dimasyarakat desa. Kemudian temuan-temuan ini dikembangkan

sebagai

sumber

kekuatan

untuk

perubahan masyarakat. Dengan demikian masyarakat tidak akan Resistent terhadap upaya perubahan yang dilakukan. Dari

beberapa

pengalaman,

Masyarakat

menganggap bahwa KHA dan UUPA adalah produk budaya barat yang tidak sesuai dengan budaya bangsa timur. Padahal bila kita gali, Budaya bangsa Indonesia menyimpan berbagai macam kearifan yang sejalan dengan KHA dan UUPA. Hanya saja seringkali itu kita lupakan begitu saja dan berusaha kita ganti dengan

paham

baru

Pengembangan Desa Ramah Anak

produk

masyarakat

barat.

82

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK Beberapa modifikasi dan penyesuaian dengan budaya lokal perlu dilakukan. Sejauh penyesuaian itu tidak mengurangi esensi dari pemenuhan hak anak. Agama mempunyai peran yang tak dapat diabaikan di masyarakat. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pendekatan masyarakat melalui sisi agama.

Beberapa

pengalaman

aktivis

sosial

menunjukkan pendekatan melalui agama mempunyai tingkat efektifitas yang amat tinggi. Diakui maupun tidak tokoh-tokoh agama mempunyai legitimasi dan pengaruh yang amat kuat dimasyarakat. Dalam budaya Islam di Jawa, Pengaruh dan peran tokoh agama kadang melebihi pengaruh pemimpin lokal. Bahkan banyak pemimpin lokal yang merasa belum mempunyai legitimasi bila belum mendapat restu dari tokoh-tokoh agama. Perlu

kehati-hatian

dalam

melakukan

pendekatan pada masyarakat dari sisi manapun. Sekali masyarakat kecewa dan tersakiti akan sangat sulit untuk kembali didekati. Untuk itu keterbukaan dan

kepercayaan

harus

dibangun

sejak

awal.

Komunikasi yang efektif harus terus dilakukan agar tidak terjadi kesalah pahaman antar komponen di masyarakat. B. Strategi

Pengembangan Desa Ramah Anak

83

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK Paradigma

pembangunan

yang

dilakukan

negara pada masa Orde baru adalah paradigma yang meletakkan peranan negara sebagai sentral dalam merencankan

dan

melaksanakan

pembangunan.

Paradigma ini tidak mempercayai kemampuan rakyat untuk

turut

serta

mengembangkan

(berpartisipasi)

dan

membangun

dalam diri

dan

komunitasnya. Selain itu langkah penyeragaman yang dilakukan

pemerintah

untuk

menyederhanakan

sistem dan memperkuat kontrol terhadap masyarakat mematikan budaya dan kearifan lokal yang telah mengakar di masyarakat. Beberapa Ahli dan aktivis sosial yang telah sekian lama mengecam paradigma diatas kemudian mencoba paradigma dikenal

membuat baru

menawarkan

pembangunan

dengan

(empowerment).

dan

yang

paradigma dalam

sebuah kemudian

pemberdayaan

paradigma

baru

ini,

masyarakat diajak untuk berpartisipasi dan berperan dalam proses perencanaan, pelaksanaan sampai pada monitoring

dan

evaluasi.

Bahkan

sampai

pada

pengelolaan dana dan sumberdaya yang ada untuk pembangunan. Ada dua model pemberdayaan, yang pertama adalah model Paulo Freire, yang berinti pada metodologi

Conscientization.

Yaitu

model

pemberdayaan yang menekankan pada proses belajar Pengembangan Desa Ramah Anak

84

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK untuk melihat kontradiksi sosial, ekonomi dan politik yang terjadi dalam masyarakat untuk menyusun cara/ rencana menghilangkan kondisi yang Opresif didalam

masyarakat.

Menurut

Paulo

itu

Freire,

Masyarakat bukan hanya diberi kesempatan untuk mengelola dan menggunakan sumber dana dan sumber

daya

untuk

pembangunan.

Lebih

jauh

masyarakat juga harus dilibatkan dalam prosesproses politik dan pengambilan kebijakan. Masyarakat juga didorong untuk mencari cara lepas (bebas) dari struktur-struktur yang Opresif. Model

lain

adalah

yang

ditawarkan

oleh

Scumacher, Untuk membangun masyarakat tidak perlu

terlebih

dulu

menghilangkan

ketimpangan

struktural yang ada. Strategi yang paling tepat menurut Scumacher adalah dengan memberi kail pada

masyarakat

miskin.

Harapannya

adalah

masyarakat miskin akan dapat berusaha sendiri dan menjadi mandiri. Model

pemberdayaan

yang

pertama

lebih

menekankan pada upaya politis (advokasi). Kelemah model pemberdayaan ini adalah akan munculnya resistensi dari elit-elit lokal yang merasa terancam posisi dan status sosialnya. Bila kekuatan elite ini begitu dominan maka upaya pemberdayaan ini akan menabrak dinding batu. Pada model pemberdayaan Scumacher

dengan

Pengembangan Desa Ramah Anak

fokus

pada

pembentukan

85

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK kelompok/ komunitas mandiri tidak akan berarti bila tidak

ada

dukungan

politis.

Memberi

kail

pada

seseorang tanpa mengijinkannya mengail disungai akan sama saja bohong. Jadi kedua model pemberdayaan seperti telah diuraikan diatas harus dipadukan. Pilihan manapun dari

model

pemberdayaan

sedikit banyak

harus

memasukkan unsur politis sebagai pendukung. Pemberdayaan harus memiliki unsur ”Transformatif”. Model apapun yang dipilih dan dikembangkan tidak akan berarti tanpa adanya unsur transformatif, dan hanya akan menjadi sebuah Strategi kosong tak berarti. Selain itu upaya ini juga harus realistis dan rasional.

Artinya

kita

juga

harus

memahami

kemampuan dan hambatan serta tantangan dan ancaman

yang

akan

muncul

pada

proses

pemberdayaan. C. Langkah Pengembangan Langkah

pertama

yang

dilakukan

dalam

pengembangan desa ramah anak adalah Penyadaran. Ini dapat dilakukan melalui Kampanye, Workshop dan pelatihan-pelatihan

kepada

anak,

keluarga,

masyarakat dan pemerintahan desa. Penyadaran dan pemahaman ini adalah hal terpenting dan paling rawan dalam upaya pengembangan desa ramah anak. Langkah yang salah akan menghambat pada proses-proses selanjutnya. Pengembangan Desa Ramah Anak

86

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK Harapannya adalah masing-masing komponen akan mengetahui, memahami dan menyadari tujuan dan manfaat yang diperoleh dari pengembangan desa ramah

anak.

Pemahaman

dan

kesadaran

yang

tumbuh dalam nantinya akan menumbuhkan dan memperkuat komitmen pada diri tiap komponen. Dengan demikian maka sebuah dasar yang kuat akan terbentuk dan mudah disatukan dalam sebuah tujuan bersama. Setelah

komitmen

terbentuk

kemdian

dilanjutkan pada tahap Perencanaan. Pada tahap ini yang dilakukan adalah pembuatan perencanaan yang diwujudkan (Renstra)

dalam Desa.

sebuah

Renstra

Rencana

desa

dibuat

Strategis dengan

melibatkan semua komponen yang ada di desa. Renstra dibuat dengan dasar data-data yang akurat tentang segala potensi positif maupun potensi negatif yang dimiliki desa. Data-data itu meliputi data primer yaitu data dasar desa seperti luas wilayah, jumlah penduduk , jumlah anak, sarana dan prasarana serta potensi ekonomi desa. Data-data sekunder juga harus digali untuk menambah dan memperkuat data primer. Yang tak kalah penting adalah data sejarah desa untuk melihat

kecenderungan

perubahan

(trend

and

change). Dalam perencanaan juga ditetapkan Visi dan

Pengembangan Desa Ramah Anak

87

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK misi

bersama

desa

kemudian

juga

strategi

pencapaian. Penetapan peran dan tanggung jawab juga harus ditentukan pada tahapan ini agar nantinya tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan gerakan. Dengan sebuah perencanaan yang matang dengan semangat kebersamaan maka tahap-tahap selanjutnya akan dengan mudah dilalui. Proses

perencanaan

ini

dapat

dilakukan

melalui beberapa workshop yang diadakan di desa dengan melibatkan semua komponen. Sebelumnya proses penggalian data dilakukan dengan metode RRA dan PRA atau metode yang lain guna menjamin keakuratan data sumber. Pada tahap Aksi yang harus dilakukan adalah memobilisasi semua sumber daya yang ada untuk mencapai ditetapkan. harus

tujuan

target-target

Sinergisitas

terus

komunikasi

dan

gerakan

dilakukan antara

dan

dengan

masing-masing

yang

telah

konsolidasi membangun komponen.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan harus menyentuh langsung pada penerima dampak (tepat sasaran) dengan skala prioritas yang jelas. Monitoring dan Evaluasi harus dilakukan secara berkala secara partisipatif. Ini merupakan hal penting yang tidak boleh dilupakan. Dengan monitoring dan evaluasi berkala berbagai kendala yang muncul akan Pengembangan Desa Ramah Anak

88

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK segera dapat diatasi. Selain itu dengan monitoring dan evaluasi kemajuan yang telah dicapai dapat dilihat.

Tahapan ini bukanlah sebuah tahap akhir,

akan tetapi adalah tahap dimana perencanaan lebih lanjut akan dibuat. Tahapan-tahapan menjadi

sebuah

siklus

tersebut

kemudian

akan

dimana

tiap siklus

akan

mempunyai jangka waktu tertentu. Renstra Strategis Desa adalah sebuah program dengan siklus panjang 5-15

Tahun.

(operasional)

Sedang dapat

Rencana

dibuat

pengembangan

dalam

sebuah

siklus

pendek 1 tahunan.

Perencanaan

Aksi Masyarakat

Siklus Pengembangan Pemerintah

Evaluasi

Pengembangan Desa Ramah Anak

Monitoring

89

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK D. Kegiatan dan Sasaran Ada

berbagai

macam

kegiatan

yang

harus

dilakukan dalam pengembangan desa ramah anak. Kegiatan satu dengan kegiatan yang lain adalah sebuah

rangkaian

yang

saling

berkaitan

dan

mendukung. didalamnya akan terjadai pembagian peran

dan

kewenangan

secara

selaras

yang

mengarah pada satu tujuan yaitu desa ramah anak. Sasaran dari kegiatan adalah semua komponen yang ada didesa yaitu masyarakat, Lembaga dan Institusi di desa, pemerintah desa dan Anak sendiri.

Perencanaan Penggalian Data

Penyadaran dan Pembangunan Komitmen Siklus Program dan

Kegiatan

Sosialisasi Implementasi dan Aksi

Anak Masyarakat Pemerintah

Pengorganisasian Pemikiran

Pendampingan dan Advokasi Networking dan Partnership

Mobilisasi Sumber daya

Evaluasi dan Refleksi Monitoring

Pengembangan Desa Ramah Anak

90

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK Ada 4 (empat) sasaran strategis dari kegiatan pengembangan desa ramah anak yaitu : 1. Anak

Anak harus

di

berdayakan,

di

kuatkan

pemahaman akan hak dan kewajibannya agar memahami peran dan tanggung jawab yang harus diembannya dimasa datang. Partisipasi sediakan

anak media/

perlu

didorong

dan

wadah partisipasi

di

yang

benar-benar kondusif. 2. Orang

Orang tua/ Keluarga tua/

Keluarga

dipandang

sebagai

sasaran yang cukup penting karena keluarga menjadi tempat dimana anak tumbuh dan berkembang. adalah

Yang

penyadaran

pertama

dilakukan

terhadap

orangtua

bahwa anak punya hak dan orang tua harus memperhatikan hak anak ini. Posisi krusial.

dan

peran

Di

satu

orangtua/wali pihak

adalah

orangtua/wali

mempunyai fungsi fasilitasi terutama dalam perlindungan dan pemenuhan hak anak. Orang tua harus mampu mendampingi anak dan mampu mewakili anak dalam menuntut dan memperjuangkan hak-hak anak. Namun

Pengembangan Desa Ramah Anak

91

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK di pihak lain, orangtua/wali bisa bersifat disruptif. Selanjutnya penguatan keluaraga, terutama ekonominya

adalah

hal

yang

harus

dilakukan. Ekonomi keluarga yang kuat akan meninimalisir

kecenderungan

pelanggaran

hak anak oleh orang tua. Selain itu dengan ekonomi keluarga yang kuat, Anak akan mendapat

kehidupan

mampu

yang

mengakses

layak

segala

serta macam

kebutuhan yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang. Penyadaran dan penguatan orang tua dan keluarga

harus

mampu

menjamin

dan

menciptakan sebuah kondisi keluarga yang memungkinkan

anak

berpartisipasi

didalamnya. 3.

Masyarakat

dan

Kelompok

Masyarakat Masyarakat diharapkan

dan

kelompok

mampu

masyarakat

menciptakan

sebuah

lingkungan dimana hak-hak anak dihargai dan

terpenuhi.

masyarakat efektif

adalah

untuk

advokasi.

sebuah

penguatan

Kelompok

Pengembangan Desa Ramah Anak

Kelompok-kelompok sarana ekonomi

masyarakat

yang dan perlu

92

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK disadarkan dan dilatih mengenai hak-hak anak serta peran dan tanggung jawabnya terhadap pemenuhan hak anak. Penguatan

pada

masyarakat

harus

kelompok-kelompok lebih

khusus

dan

disesuaikan dengan basis potensi kelompok. Ini

untuk

lebih

mengefektifkan

peran

kelompok di masyarakat dan diharapkan mampu

memperkuat

ekonomi

desa

dan

mengadvokasi hak-hak anak. Sebuah

Aliansi

perlu

dibentuk

untuk

memperkuat proses-proses pemberdayaan dan Advokasi. Aliansi ini yang nanti akan menjad sebuah lembaga yang bertindak mengawasi

pemenuhan

hak

anak

dan

menangani jika terjadi pelanggaran. 4.

Pemerintah

dan

Institusi

pemerintahan Pemerintah desa dan Institusi pemerintahan di desa adalah representasi dari negara. Dengan kata lain mereka adalah pemangku tanggung jawab utama terhadap pemenuhan hak anak di desa. Namun seringkali mereka tidak menyadari hal ini. Untuk itu para pemangku kewajiban ini perlu disadarkan

Pengembangan Desa Ramah Anak

93

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK akan

peran

penting

mereka

dalam

pemenuhan hak anak. Penguatan

terhadap

para

pemengku

kewajiban ini adalah dengan memberikan pelatihan

tentang

Perlindungan

anak

Undang-undang dan

tata

kelola

pemerintahan yang baik (Good Governance). Karena para pemangku kewajiban ini adalah ”Policy maker” ditingkat desa, merka juga harus diberdayakan agar dapat membuat kebijakan-kebijakan yang ramah anak. Pelatihan pembuatan Perdes, Pemrograman berbasis beberapa

hak

dan

keahlian

Akuntabilitas yang

adalah

harus

mereka

punyai. Intsitusi

pemerintahan

bukanhanya

Pemerintah

ditingkat desa.

desa

Sekolah,

Puskesmas/ Polindes, LKD/ BPD dan Ranting Parpol adalah beberapa institusi pemerintah (negara/ state) yang ada didesa. Secara

garis

besar

berdasarkanuraian

yang

telah diberikan pada bab-bab yang alau, ada 5 (lima) Bidang program yang harus dikembangkan di dalam desa ramah anak. Program-program ini satu sama lain tidak dapat dipisahkan dan menuntut keterlibatan

Pengembangan Desa Ramah Anak

94

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK semua komponen yang ada di desa. 5 (lima) bidang itu adalah : 1.

Perlindungan Anak

Perlindungan anak meliputi pembuatan dan penegakkan melindungi

peraturan anak

dan hukum

di

desa

dan

yang

adanya

mekanisme penangan kasus pelanggaran hak anak. Pencegahan dan penghapusan eksploitasi

anak

dan

trafficking

serta

pembentukan media partisipasi anak di level desa. 2.

Pendidikan

Bidang pendidikan mencakup penyediaan layanan dan sarana pendidikan yang ramah anak bagi semua tingkatan umur, Jaminan keberlangsungan pendidikan dan Partisipasi aktif

dari

anak

dan

masyarakat

dalam

penyelenggaraan pendidikan yang ramah anak dan akuntabel. 3.

Kecakapan Hidup

Kecakapan hidup adalah kemampuan untuk mengakses ekonomi

dan

yang

kesejahteraan.

mengolah ada

untuk

Bidang

sumber

daya

memperoleh ini

meliputi

pendidikan ketrampilan khusus sesuai deng Pengembangan Desa Ramah Anak

95

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK minat dan kondisi lokal, penguatan ekonomi keluarga dan kelompok, manajemen sumber daya dan pemerataan akses ekonomi. 4. Di

Kesehatan bidang

yangharus program dengn

kesehatan

beberapa

dilakukan

adalah

kesehatan posyandu,

antara

agenda integrasi

dinas

peningkatan

terkait

gizi

dan

layanan kesehatan bagi ibu hamil dan anak serta jaminan kesahatan bagi masyarakat miskin. 5.

Lingkungan

Bidang

lingkungan

meliputi

kesehatan

lingkungan dan pola hidup sehat, sarana air bersih

dan

sanitasi,

manajemen

sumber

daya alam desa dan peraturan pengelolaan sumber daya desa. Lima bidang diatas harus di sentuh dan ditangani

dengan

partisipasi

Anakdan

Masyarakat didalamnya. E. Kendala Pengembangan Desa ramah anak bukan hal yang mudah dan dapat cepat terwujud. Ini adalah sebuah kerja besar yang tak akan pernah usai. Akan Pengembangan Desa Ramah Anak

96

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK ada banyak kendala yang muncul saat pada proses pengembangan desa ramah anak. Beberapa kendala mungkin berasal dari luar dan beberapa lainnya akan muncul dari dalam. Menganalisa potensi negatif yang muncul akan lebih baik dalam sebuah perencanaan, tetapi seringkali kendala yang muncul tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Beberapa

kendala

yang

potensial

dalam

pengembangan desa ramah anak diantaranya adalah : 1. Kebijakan dan Anggaran Kendala utama dalam mewujudkan desa Ramah Anak adalah kurangnya kebijakan dan terbatasnya anggaran pembangunan untuk

anak.

mewujudkan didukung

Padahal desa

kebijakan

untuk

ramah dan

anak

anggaran

dapat harus yang

memadai. Untuk itu dibutuhkan dukungan dan

dorongan

mendesak

dari

semua

pembuatan

pihak,

untuk

kebijakan

dan

peningkatan anggaran untuk anak. 2. Budaya

dan

stigma

yang

muncul

di

masyarakat Budaya mengenai

dan anak

pandangan selama

masyarakat ini

masih

menempatkan anak pada posisi yang sangat Pengembangan Desa Ramah Anak

97

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK tidak manguntungkan. Anak masih dianggap sebagai manusia yang belum sempurna dan belum mampu melakukan apapun. Merubah stigma ini bukan hal yang mudah, perlu pendekatan

dengan

menggali

sumber-

sumber kearifan lokal untuk menyadarkan masyarakat bahwa anak juga manusia. Dan sebagai manusia mereka mempunyai hak sebagaimana manusia lainnya. 3. Tingkat partisipasi masyarakat yang rendah Masyarakat mediator

yang

seharusnya

pemenuhan

hak

harusnya berperan aktif

sebagai

anak

yang

belum menyadari

peran dan tanggung jawabnya. Masyarakat dituntut untuk berperan aktif sesuai dengan bidang

kemampuan

individu

dan

berperan berperan

atau

dalam dalam

pelaksanaan,

dan

keahlian

institusi.

setiap

Legislatif

kebijakan;

eksekutif

perencanaan,

anggaran,

monitoring,

evaluasi,

dan

peninjauan kembali kebijakan; pihak swasta memberikan konsesi dan dana tanggung jawab

sosial;

berperan

lembaga

dalam

non

advokasi

pemerintah

kebijakan

dan

anggaran; dan masyarakat sipil berperan dalam pelaksanaan. Pengembangan Desa Ramah Anak

98

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK

Tiga hal tersebut adalah sebuah kendala yang kemungkinan besar akan muncul dalam upaya pengebangan desa ramah anak. Mungkin ada beberapa

kendala

yang

alinterkait

dengan

pengambangan desa ramah anak. Di perlukan komitmen mengatasi

dari semua komponen untuk dapat kendala-kendala

tersebut

demi

mewujudkan sebuah desa yang ramah anak.

Pengembangan Desa Ramah Anak

99

PENGEMBANGAN DESA RAMAH ANAK

Pengembangan Desa Ramah Anak

100

Related Documents


More Documents from "Choiri Askolani"