TANAH DAN BATUAN
►
Referensi
: Principles of Geotechnical Engineering (Braja M. Das)
Bagaimanakah : ► Tanah
dan Batuan ► Komposisi Tanah ► Klasifikasi Tanah ► Konsep Tegangan Efektif ► Aliran Air Tanah ► Pertambahan Tegangan ► Penurunan Tanah ► Pemadatan Tanah
PEMBENTUKAN DEPOSIT TANAH
PENDAHULUAN: ►
Untuk maksud teknis tanah dapat didefinisikan sebagai "bahan yang belum terkonsolidasi di atas batuan padat (solid)".
►
Tanah merupakan produk sampingan deposit akibat pelapukan batuan kerak bumi dan/atau batuan yang tersingkap dalam matriks tanah.
PEMBENTUKAN DEPOSIT TANAH BUMI:
Secara teori bumi terbentuk sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu dari suatu bola api berpijar yang terdiri dari gas kosmis dan debu angkasa luar.
Mendinginnya massa ini membentuk atmosfer, hidrosfer, dan litosfer.
Atmosfer adalah selubung gas yang mengelilingi hidrosfer atau zona air (seperti lautan, danau), dan litosfer, atau kerak bumi dan massa bagian dalam.
PEMBENTUKAN DEPOSIT TANAH
Kerak bumi terdiri dari batuan dan batuan yang mengalami pelapukan (tanah) dan dianggap mempunyai tebal 10 sampai 15 kilometer atau lebih
Unsur-unsur yang membentuk kerak bumi: Unsur
Simbol
% Berat
% Volume
Oksigen Silikon Aluminium Besi Magnesium Kalsium Sodium Potasium
O Si Al Fe Mg Ca Na K
46.6 27.7 8.1 5.0 2.1 3.6 2.8 1.8
93.8 0.9 0.5 0.4 0.3 1.0 1.3 1.8
PEMBENTUKAN DEPOSIT TANAH Unsur-unsur di atas jarang yang berdiri sendiri dan biasanya terjadi dalam bentuk kombinasi yang disebut mineral: Mineral
% perkiraan
Felspar • Ortoklas [K(Al)Si3O8] – merah jambu, putih, dan kelabu • Plagioklas [Na(Al) Si3O8] – putih, kelabu, hijau, merah, dan dapat mengandung Ca sebagai ganti Na
30
Kuarsa (SiO2, atau silikon dioksida)
28
Mineral-mineral lempung dan mika • Muskovit [K(Al2)SiO3Al(O10)(OH)2] – mineral berwarna terang • Biotit [K2(Mg, Fe)6(SiAl)8O2(OH)4 – berwarna hitam, coklat, atau hijau
18
Kalsit (sebagai CaCO3) atau dolomit [sebagai CaMg(CO3)2]
9 berlanjut
PEMBENTUKAN DEPOSIT TANAH
lanjutan
Mineral
% perkiraan
Oksida besi • Hematit (Fe2O3) – bayangan merah • Limonit (2Fe2O3 3H2O) – berbagai bayangan kuning
4
Piroxin dan amfibol • Piroxin – kalsium, magnesium, besi, dan aluminium silikat • Amfibol (horn blende) – sodium, kalsium, magnesium, besi, dan aluminium silikat
1
Lain-lain, meliputi • Kaolinit (lempung) – hidro aluminium silikat [Al2Si2O5(OH)4] sebagai hasil sampingan utama pelapukan felspar • Olivin (berwarna kehijauan) – magnesium, silikat besi [(MgFe)2SiO4]
10
SIKLUS BATUAN DAN TANAH ►
Para ahli geologi mengklasifikasikan batuan dalam tiga kelompok dasar: 1. Beku (igneous), 2. Sedimen (sedimentary) 3. Metamorf (metamorphic)
►
Batuan merupakan campuran dari berbagai mireral dan senyawa, dan komposisinya sangat bervariasi. Batu-gamping (limestone) misalnya, terutama berupa kalsit, sedangkan granit mengandung felspar, kuarsa, dan magnesium besi dalam jumlah yang bervariasi.
►
Tanah terbentuk akibat lapukan yang terjadi pada batuan Pada mulanya proses pelapukan terjadi pada batuan beku dan/atau deposit mineral yang tercurah yang terbentuk selama proses pendinginan batuan yang pijar tadi. Gravitasi melalui penggelinciran dan rangkak, yang menggerakkan air sebagai aliran permukaan, atau aksi dari angin dan es dapat mengangkut produk sampingan batuan lapuk ini ke lokasi yang baru, yang menghasilkan sedimen, atau deposit tanah yang ditransportasikan.
►
Apabila gerakan kerak bumi ini mengakibatkan bertambahnya tekanan akibat berat tanah di atasnya dan panas lewat redaman energi dan lewat celah-celah di dalam kerak bumi yang memungkinkan magma cair mengalir, beberapa batuan sedimen (dan beberapa batuan beku) bermetamorfosa menjadi batuan metamorf. Gerakan kerak bumi selanjutnya telah menyingkapkan lagi batuan tersebut sehingga mengalami pelapukan kembali, dan dalam beberapa kasus yaitu pada kedalaman dan kondisi geologi yang sesuai, telah mengubah kembali batuan tadi menjadi magma cair, dan siklus tadi diulangi kembali.
SIKLUS BATUAN DAN TANAH
pelapukan
Batuan beku
Sedimen pasir, kerikil, lumpur
Batuan sedimen
panas, tekanan, & larutan
Batuan metamorf
Panas, tekanan, larutan
How Rocks Are Formed
How Sedimentary Rock Is Formed
For thousands, even millions of years, little pieces of our earth have been eroded broken down and worn away by wind and water. These little bits of our earth are washed downstream where they settle to the bottom of the rivers, lakes, and oceans. Layer after layer of eroded earth is deposited on top of each. These layers are pressed down more and more through time, until the bottom layers slowly turn into rock.
How Metamorphic Rock Is Formed
How Igneous Rock Is Formed
Metamorphic rocks are rocks that have 'morphed' into another kind of rock. These rocks were once igneous or sedimentary rocks. How do sedimentary and igneous rocks change? The rocks are under tons and tons of pressure, which fosters heat build up, and this causes them to change. If you exam metamorphic rock samples closely, you'll discover how flattened some of the grains in the rock are.
Igneous rocks are called fire rocks and are formed either underground or above ground. Underground, they are formed when the melted rock, called magma, deep within the earth becomes trapped in small pockets. As these pockets of magma cool slowly underground, the magma becomes igneous rocks. Igneous rocks are also formed when volcanoes erupt, causing the magma to rise above the earth's surface. When magma appears above the earth, it is called lava. Igneous rocks are formed as the lava cools above ground.
SIKLUS BATUAN DAN TANAH BATUAN BEKU (IGNEOUS ROCK): ►
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk akibat mendinginnya magma cair. Pada saat penyesuaian tegangan secara periodik mengakibatkan retakan dan patahan pada kerak batuan itu. Magma akan keluar melalui retakan dan patahan tersebut, baik hanya sebagian saja (menghasilkan mata air panas dan geiser untuk kondisi-kondisi tertentu) maupun seluruhnya sampai ke permukaan (membentuk gunung). Aliran yang terputus dan tidak sampai ke permukaan bumi akan mengalir ke dalam kerak bumi dan membentuk batuan intrusif atau batuan plutonik
SIKLUS BATUAN DAN TANAH BATUAN BEKU (IGNEOUS ROCK): ►
Batuan beku diklasifikasikan menurut tekstur, komposisi, warna, dan sumbernya. Beberapa batuan beku adalah: Batuan kasar:
Granit - warna terang
Diorit – warna antara Gabro – warna gelap Batuan halus:
Riolit – warna terang Basal – warna gelap
Batuan lava:
Obsidian – hitam dan berkilat
Batu apung – ringan, berongga, berkilat Skoria – kemerahan sampai hitam, berongga
SIKLUS BATUAN DAN TANAH BATUAN BEKU:
Batu apung
PEMBENTUKAN TANAH AKIBAT PELAPUKAN (WEATHERING) ►
►
Pelapukan batu menghasilkan bahan dari mana batuan sedimen terbentuk dan menghasilkan tanah Pelapukan dapat bersifat mekanis/fisika atau kimiawi. Pelapukan Mekanis ►
►
►
Pelapukan mekanis terjadi apabila batuan berubah menjadi fragmen yang lebih kecil tanpa terjadinya suatu perubahan kimiawi. Penyebab pelapukan mekanis: Pengaruh iklim (temperatur dan curah hujan) Eksfoliasi (exfoliation/pengupasan) Erosi oleh angin dan hujan Abrasi Kegiatan organic
Pelapukan Kimiawi ►
►
Pelapukan kimiawi meliputi perubahan mineral batuan menjadi senyawa mineral yang baru. Proses yang terjadi antara lain : Oksidasi Pelarutan (solution) Pelumeran (leaching) Hidrolisi
Klasifikasi tanah menurut deposit pembentukannya: - tanah residu (residual soil) - tanah yang dipindahkan (transported soil)
PEMBENTUKAN TANAH AKIBAT PELAPUKAN Residual Soil: ► ►
Terbentuk pada lokasinya yang sekarang melalui pelapukan batuan dasar Cenderung mempunyai karakteristik: Mengandung mineral yang telah mengalami pelapukan dari batuan dasar. Partikelnya cenderung berbentuk persegi atau agak persegi Ukuran butiran tidak terbatas, maksudnya kalau tanah tersebut diayak, maka partikel yang lolos saringan akan tergantung pada waktu dan energi yang dipakai saat proses pengayakan.
Transported soil: ►
►
Terbentuk dari pelapukan batuan di satu tempat dan sekarang dijumpai pada tempat yang lain Bahan pemindah antara lain: Air (alluvial soils) Gletser (glacial soils) Angin (aeolian soils) Gravitasi (colluvial soils) Danau (lacustrine soils) Laut (marine soil)
SIKLUS BATUAN DAN TANAH BATUAN SEDIMEN (SEDIMENTARY ROCK): ► ►
►
►
Proses pelapukan akan mengurangi massa batuan menjadi partikel-partikel yang lebih mudah terangkat oleh angin, air, dan es. Apabila bahan tadi mengendap, maka ia disebut sedimen. Sedimen biasanya didepositkan lapis per lapis yang disebut lapisan (strata), dan apabila dipadatkan dan tersementasi menjadi satu akan membentuk batuan sedimen [proses ini disebut pembatuan (lithification)]. Batuan-batuan ini, yang paling banyak adalah serpih, batu-pasir, dan batugamping, merupakan 75 persen dari seluruh batuan yang tersingkap di permukaan bumi. Batuan sedimen diklasifikasikan atas:
- batuan klastik (clastic) - kimiawi (chemical)
- biokimiawi/organic
Serpih, Batu pasir, mudstone, Konglomerat Batu gamping, Dolomit, Evaporit Coquinq, Batu gamping karang, Kapur (chalk), Karang (koral) Batu bara (coal)
SIKLUS BATUAN DAN TANAH BATUAN SEDIMEN (SEDIMENTARY ROCK): ►
Batuan sedimen diklasifikasikan atas:
- batuan klastik (clastic)
Serpih, Batu pasir, mudstone, Konglomerat
- kimiawi (chemical)
Batu gamping, Dolomit,
Evaporit
- biokimiawi/organic
Coquinq, Batu gamping karang,
Kapur (chalk), Karang (koral)
Batu bara (coal)
SIKLUS BATUAN DAN TANAH BATUAN METAMORF (METAMORPHIC ROCK): ►
Batuan metamorf terjadi akibat proses metamorfosa suatu batuan sedimen melalui temperatur dan tekanan yang tinggi, atau batuan beku yang terbenam jauh di dalam tanah.
►
Selama proses metamorfosa, batuan yang asli mengalami perubahanperubahan kimiawi dan fisik yang mengubah tekstur, serta komposisi mineral dan kimiawinya.
►
Penyusunan kembali mineral selama metamorfosa menghasilkan dua tekstur dasar batuan: terfoliasi (foliated) dan tidak terfoliasi (nonfoliated).
►
Foliasi menghasilkan mineral batuan yang menjadi datar atau berbentuk pelat dan tersusun dalam jalur atau lapisan yang sejajar: • Batuan terfoliasi : • Batuan tak terfoliasi :
Batu tulis (sabak/slate), Sekis, Genes Kuarsit, Marmer, Antrasit
GERAKAN KERAK BUMI ►
Gerakan kerak bumi menghasilkan struktural yang disebut: - Lipatan (folds) - Patahan (faults) - Kekar (joint)
perubahan
bentuk
ALIRAN AIR DAN DEPOSIT ALUVIAL ►
Air hujan yang jatuh ke daratan selanjutnya akan berjalan mengikuti salah satu dari sejumlah jalur gerak yang membentuk suatu siklus hidrologi
►
Bagian yang menjalani jalur gerak suatu limpasan permukaan (runoff) akan menyebabkan erosi dan pemindahan (transportasi). Erosi dan transportasi tergantung pada kecepatan air yang bergerak dipengaruhi oleh 1. gradien 2. jumlah air yang melalui satu titik 3. keadaan sungai.
Pada umumnya, gradien akan makin berkurang dari hulu sampai ke hilir. Hilir atau muara ini dapat berakhir pada sungai yang lain, sebuah danau, atau laut. Kecepatan akhir pada danau atau laut akan mendekati nol berdasarkan pertimbangan kontinuitas dan persamaan aliran
ALIRAN AIR DAN DEPOSIT ALUVIAL ►
►
Karena bahan yang tererosi mengandung berbagai ukuran butir dan mempunyai derajat ketahanan yang berbeda-beda, maka tidak akan terdapat sungai yang benar-benar lurus, kecuali untuk jarak yang sangat pendek (biasanya kurang dari 10 kali lebar efektif saluran). Sumbu saluran (sungai) cenderung mengalir ke kiri dan ke kanan, atau disebut kelokan (meander). Dalam waktu geologi, ini biasanya akan menghasilkan lembah yang lebar di antara tebing-tebing batuan, dengan dasarnya terdiri dari tanah atau sedimen yang dipindahkan. Sedimentasi terjadi ketika kecepatan air yang bertambah kecil. Pada bagian dalam kelokan tidak dapat lagi mengangkut bahan-bahan yang dikandung oleh air. Bagian luar kelokan yang mempunyai kecepatan yang lebih tinggi akan menggerus tebing sungai, sehingga kelokan tadi akan bertambah
ALIRAN AIR DAN DEPOSIT ALUVIAL ►
Erosi pada leher kelokan dapat menyebabkan terpotongnya kelokan itu, sehingga terdapat bagian yang melengkung dan terpisah yang disebut punuk sapi atau oxbow atau disebut juga tikungan tapal kuda (horse shoe bend). Oxbow ini dapat berupa daerah rawa (slough) apabila salah satu ujungnya tetap berhubungan dengan sungai, sehingga air-balik (backwater) akan menggenang. Danau oxbow terbentuk apabila oxbow tadi terisi penuh oleh air.
►
Depresi ini kemudian dapat terisi oleh sedimen berbutir-halus, lumpur, dan bahan organik selama dan di antara banjir-banjir yang berturutan. Hasilnya adalah:
►
deposit tanah yang sangat buruk dan sangat plastis (batas cairnya sering sampai 60% hingga 100% atau lebih) deposit lanau, lempung berlanau, gambut organik
Perubahan posisi sungai yang menerus dan lambat laun ini mengakibatkan seluruh dasar lembah akan terdiri dari aluvium atau sedimen.
BATASAN TANAH UKURAN PARTIKEL
BATASAN TANAH UKURAN PARTIKEL: Ukuran Butir (mm) Nama Insitusi ► Massachusetts
Institute of Technology (MIT) ► U. S. Department of Agriculture (USDA) ► American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) ►
Unified Soil Classification System
Kerikil
Pasir
Lanau
Lempung
>2 >2
2 – 0,06 2 – 0,05
0,06 – 0,002 0,05 – 0,002
<0,002 <0,002
76,2 - 2
2 – 0,075
0,075 – 0,002
<0,002
76,2 – 4,75
4,75 – 0,075
<0,075
BATASAN TANAH UKURAN PARTIKEL
BATASAN TANAH UKURAN PARTIKEL:
BATASAN TANAH UKURAN PARTIKEL
ANALISIS MEKANIS TANAH: 1.
Analisis Ayakan
: untuk partikel berdiameter > 0,075 mm.
2.
Analisis Hydrometer
: untuk partikel berdiameter < 0,075 mm
ANALISIS AYAKAN
No. Ayakan
Lubang (mm)
No. Ayakan
Lubang (mm)
4
4,750
50
0,300
6
3,350
60
0,250
8
2,630
80
0,180
10
2,000
100
0,150
16
1,180
140
0,106
20
0,850
170
0,088
30
0,600
200
0,075
40
0,425
270
0,053
ANALISIS AYAKAN
B S Sieves B.S.:410-1962
ASTM Sieves ASTM E11-1961
IS Sieves IS: 460-1962
No saringan
Ukuran lubang (mm)
No saringan
Ukuran No Ukuran lubang (mm) saringan lubang (mm)
2 in
50.80
2 in
50.80
50 mm
50.00
1 ½ in
38.10
1 ½ in
38.10
40 mm
40.00
¾ in
19.05
¾ in
19.00
20 mm
20.00
3/8 in
9.52
3/8 in
9.51
10 mm
10.00
3/16 in
4.76
4
4.76
4.75 mm
4.75
6
2.80
7
2.83
2.80 mm
2.80
8
2.00
10
2.00
2.00 mm
2.00
12
1.40
14
1.41
1.40 mm
1.40
14
1.20
16
1.19
1.18 mm
1.18
16
1.00
18
1.00
1.00 mm
1.00
25
0.600
30
0.595
600
0.600
30
0.500
35
0.500
500
0.500
36
0.420
40
0.420
425
0.425
44
0.355
45
0.354
355
0.355
60
0.250
60
0.250
250
0.250
72
0.210
70
0.210
212
0.212
85
0.180
80
0.177
180
0.180
100
0.150
100
0.149
150
0.150
120
0.125
120
0.125
125
0.125
170
0.090
170
0.088
90
0.090
200
0.075
200
0.074
75
0.075
350
0.045
325
0.044
45
0.045
ANALISIS HIDROMETER Bekerja berdasarkan prinsip sedimentasi butiran tanah di dalam air yang ditentukan oleh kecepatan partikel tanah. Hukum Stokes
s w 2 D 18
D
18 18 s w s w
= kecepatan s = unit berat dari partikel tanah w = unit berat air = viskositas air D = diameter partikel tanah V 1 L L1 L2 B 2 A ASTM 152H
hydrometer
(ASTM = American Society for Testing and Materials)
L1 = jarak dari puncak atas labu ke titik pmbacaan L2 = panjang labu hidrometer = 14 cm VB = volume labu hidrometer = 67 cm3 A = Luas penampang tabung silinder = 27,8 cm2
L t
ANALISIS HIDROMETER Hukum Stokes
s w 2 D 18
s Gs w
D
18 18 s w s w
D
18 Gs 1 w
L t
L t
Gs= specific gravity of soil solids
Apabila satuan yang digunakan adalah g, cm, dan menit maka: 30 L D Gs 1 w t Bila w dianggap 1 maka: DK
L (cm) t (min)
K adalah fungsi dari Gs dan yang bergantung pada temperatur air pada saat test.
ANALISIS HIDROMETER K adalah fungsi dari Gs dan yang bergantung pada temperatur air pada saat test.
DK
L (cm) t (min)
CONTOH ANALISIS AYAKAN Massa contoh tanah kering = 450 gram No. Ayakan
Diameter (mm)
Massa tertahan (g)
Persen tertahan (%)
Persen lolos (%)
10
2.000
0
0
100.00
16
1.180
9.0
2.2
97.80
30
0.600
24.66
5.48
92.32
40
0.425
17.60
3.91
88.41
60
0.250
23.90
5.31
83.10
100
0.150
35.10
7.80
75.30
200
0.075
59.85
13.30
62.00
loyang
-
278.99
62.00
0
KURVA DISTRIBUSI BUTIRAN
Tanah A: - Kerikil (>4,75 mm) - Pasir (4,75 mm - 0,075 mm) - Lanau/lempung (<0,075 mm)
= 0% = 38% = 62%
Ukuran Efektif = D10 Koefisien keseragaman = Cu Koefisien gradasi = Cc 2
D C u = 60 D10
D30 Cc = D 60 x D10
Cu dan Cc berguna untuk klasifikasi tanah berbutir kasar
KURVA DISTRIBUSI BUTIRAN
Kurva I
: gradasi buruk (purely graded)
Kurva II : gradasi baik (well graded) Kurva III : gradasi senjang (gap graded)
Ciri well graded: Cc = 1 – 3 (kerikil dan pasir) Cu > 4 (kerikil) Cu > 6 (pasir)
Latihan soal 1.1
LATIHAN SOAL 1.1
No. Ayakan
Diameter (mm)
Massa tertahan (g)
Persen tertahan (%)
Persen lolos (%)
4
4.750
0
0
100
10
2.000
21.6
4.80
95.2
20
0.850
49.5
11
84.2
40
0.425
102.6
22.8
61.4
60
0.250
89.1
19.8
41.6
100
0.150
95.6
21.24
20.36
200
0.075
60.4
13.42
6.93
loyang
-
31.2
6.93
0
450
100
LATIHAN SOAL 1.1
LATIHAN SOAL 1.1
D10 = 0.086 mm D30 = 0.200 mm D60 = 0.400 mm
Cu =
D 60 D 10
0.400 0.086 2
4.65
D 30 0.200 2 Cc = 1.16 D60 x D10 0.400 x0.086