Materi Ppt Uas Aqidah Tentang Allah Subhanahu Wa Ta.docx

  • Uploaded by: kata berquotes
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Materi Ppt Uas Aqidah Tentang Allah Subhanahu Wa Ta.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,721
  • Pages: 33
MALAIKAT A. Makhluk Ghaib Semua makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dapat dibagi kepada dua macam yaitu, yang ghaib (alghaib) dan yang nyata (as-syahadah). Yang membedakan keduanya adalah bisa dan tidak bisanya dipantau oleh pancaindera manusia.

Ghaib secara bahasa berarti sesuatu yang disamarkan, yang tidak terlihat dan tidak jelas. Hal ini mengisyaratkan bahwa yang ghaib adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak nampak, seperti jin, syetan, hantu, malaikat, dan yang tidak nampak lainnya.

Percaya kepada hal yang ghaib merupakan rukun iman yang enam, oleh karena itu iman kepada yang ghaib menjadi salah satu yang harus diyakini dan dipedomani. Dan iman kepada yang ghaib merupakan sesuatu yang wajib diyakini oleh setiap pemeluk Islam.

Rukun iman yang enam adalah 1) iman kepada Allah, 2) iman kepada malaikat, 3) iman kepada kitabkitab Allah, 4) iman kepada rasul-rasul Allah, 5) iman kepada hari akhir, dan 6) iman kepada qadha dan qadhar Allah.

Alquran sendiri mengisyaratkan bahwa salah satu ciri orang yang beriman salah satunya adalah mempercayai kepada hal yang ghaib.

Makhluq ghaib harus kita percayai keberadaannya karena dengan kita meyakini atau mengimani keberadaan makhluq ghaib berarti kita iman kepada hal yang ghaib. Iman kepada hal yang ghaib berarti meyakini ciptaan Allah SWT yang berada diluar dunia nyata. Dan meyakini secara penuh tentang kekuasaan-Nya. Namun percaya atau beriman kepada hal yang ghaib bukan berarti meyakini bahwa makhluk ghaib itu memiliki kekuatan penuh, karena jika hal ini sampai terjadi maka akan mengakibatkan kemusyrikan atau menganggap ada sesuatu kekuatan selain kekuatan Allah SWT.

pada paragraph sebelumnya telah kita bahas tentang contoh-contoh makluk ghaib. Setelah ini kami akan merinci beberapa makluk ghaib dan kewajiban kita mengimaninya serta hikmah-hikmahnya. Diantara pembahasan makhluk ghaib kita kali ini adalah malaikat, jin, iblis dan syaithan.

B. Malaikat

Pada bagian ini kami akan membahas tentang pengertian malaikat, eksistensi malaikat, nama dan tugas malaikat, Sifat-sifat dasar malaikat, perbedaan malaikat dengan jin, setan/syetan dan iblis, hikmah beriman kepada malaikat allah swt dan cara untuk meyakini dan mengimani keberadaan malaikat.

Pengertian Malaikat

Secara etimologis (lughawi), kata malaikah yang dalam bahasa Indonesia disebut malaikat, adalah bentuk jamak dari kata malak, berasal dari mashdar al-alukah yang berarti ar-risalah (misi atau pesan). Yang membawa misi disebut ar-rasul (utusan). Dalam beberapa ayat Al-Qur`an, malaikat juga disebut dengan rusul (utusan-utusan), misalnya pada surat Huud ayat 69. Bentuk jamak lainnya dari kata malak adalah mala`ik. Dalam bahasa Indonesia, kata malaikat bermakna tunggal (satu malaikat), bentuk jamaknya menjadi malaikat-malaikat.

Secara terminologis (isthilahi), makaikat adalah makhluk gaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya (nur) dengan wujud dan sifat-sifat tertentu. Tentang penciptaan malaikat, Rasulullah SAW menginformasikan bahwa malaikat diciptakan dari cahaya (nur), berbeda dengan jin yang diciptakan dari api (nar)

”Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu semua”. (HR. Muslim)

Tentang kapan waktu penciptaannya, tidak ada penjelasan yang rinci. Tapi secara jelasnya, malaikat diciptakan lebih dahulu dari manusia pertama, Adam As. sebagaimana yang disebutkan oleh Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya:

”Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…”

Eksistensi Malaikat

Semua makhluk ciptaan Allah SWT dapat dibagi kepada dua macam, yaitu: makhluk yang gaib (al ghaib) dan makhluk yang nyata (as syahadah). Yang bisa membedakan keduanya adalah panca indera manusia. Segala sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh salah satu panca indera manusia digolongkan kepada al ghaib, sedangkan yang bisa dijangkau oleh salah satu panca indera manusia digolongkan kepada as syahadah.

Untuk mengetahui dan mengimani wujud makhluk ghaib tersebut, seseorang dapat menempuh dua cara. Pertama, melalui berita atau informasi yang diberikan oleh sumber tertentu (bil-Akhbar). Kedua, melalui bukti bukti nyata yang menunjukkan makhluk gaib itu ada (bil atsar).

Salah satu makhluk ghaib Allah adalah malaikat. Allah menciptakan mahkluk-makhluk untuk menjalankan alam semesta ini. Di antara makhluk-makhluk Allah, ada yang diciptakan nyata (yaitu meliputi seluruh zat dan energi fisik, termasuk makhluk-makhluk biologis), dan ada yang diciptakan ghaib . Hukum fisik real berlaku untuk mahkluk nyata, dan hukum ghaib berlaku untuk makhluk ghaib. Tidak banyak yang dapat diketahui manusia tentang keghaiban, kecuali yang diinformasikan Allah melalui rosul dan kitab-Nya.

Sebagai makhluk ghaib, wujud Malaikat tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan dicicipi (dirasakan) oleh manusia. Dengan kata lain tidak dapat dijangkau oleh panca indera, kecuali jika malaikat menampilkan diri dalam rupa tertentu, seperti rupa manusia. Dalam beberapa ayat dan hadits disebutkan beberapa peristiwa malaikat menjelma sebagai manusia seperti terdapat dalam surat Huud ayat 69-70:

”Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: Selamat. Ibrahim menjawab: Selamatlah, maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikatmalaikat) yang diutus kepada kaum Luth.

Nama Dan Tugas Malaikat

Salah satu jenis makhluk ghaib adalah malaikat. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta. Jumlah malaikat sangat banyak. Beberapa nama malaikat yang perlu dikenal adalah:

a) Jibril – Menyampaikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul Allah.

”Sesungguhnya Al Qur’aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril)” (QS. At-Takwiir: 19)

”Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.”(QS.Al-Baqarah: 98).

b) Mikail – Membagi rezeki kepada seluruh makhluk, di antaranya menurunkan hujan [QS. Al-Baqarah: 98]

c) Israfil – Meniup sangkakala (terompet) pada hari kiamat (HR An Nasaa’i)

d) Maut – Mencabut nyawa seluruh makhluk (QS. As-Sajdah: 11)

”Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (QS. As-Sajdah: 11)

e) Munkar – Memeriksa amal perbuatan manusia di alam kubur (HR Ibnu Abi ‘Ashim)

f) Nakir – Memeriksa amal perbuatan manusia di alam kubur (HR Ibnu Abi ‘Ashim)

g) Raqib – Mencatat amal baik manusia ketika hidup di dunia (QS. Qaf: 18)

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 18)

h) Atid – Mencatat amal buruk manusia ketika hidup di dunia (QS. Qaf: 18)

i) Malik / Zabaniyah- Menjaga neraka dengan bengis dan kejam.

“Mereka berseru: “Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja.” Dia menjawab: “Kamu akan tetap tinggal di neraka.” (QS. Az-Zukhruf: 77)

”kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah” (Al-’Alaq: 18)

j) Ridwan, Penjaga Surga – Menjaga sorga dengan lemah lembut (QS Az-Zumar: 73)

”Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga berombong-rombongan. Sesampai di surga dan pintu-pintunya telah terbuka berkatalah penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan dilimpahkan atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.” (QS Az-Zumar: 73)

Sifat- Sifat Dasar Malaikat Allah Swt

a) Pasti selalu patuh pada segala perintah Allah dan selalu tidak melaksanakan apa yang dilarang Allah SWT.

b)

Tidak sombong, tidak memiliki nafsu dan selalu bertasbih.

c)

Dapat berubah wujud dan menjelma menjadi yang dia kehendaki.

d)

Memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman.

e)

Ikut bahagia ketika seseorang mendapatkan Lailatul Qadar.

f)

Malaikat tidak dilengkapi dengan hawa nafsu.

g)

Tidak memiliki keinginan seperti manusia.

h)

Tidak berjenis lelaki atau perempuan.

i)

Tidak berkeluarga.

j)

Hidup dalam alam yang berbeda dengan kehidupan alam semesta yang kita saksikan ini.

k)

Yang mengetahui hakikat wujudnya hanyalah Allah Swt semata.

Perbedaan Malaikat dengan Jin, Syaitan dan Iblis

Malaikat terbuat dari cahaya atau nur sedangkan jin berasal dari api atau nar. Malaikat selalu tunduk dan taat kepada Allah sedangkan jin ada yang muslim dan ada yang kafir. Yang kafir adalah syetan dan iblis yang akan terus menggona manusia hingga hari kiamat agar bisa menemani mereka di neraka.

Malaikat tidak memiliki hawa nafsu sebagaimana yang dipunyai jin. Jin yang jahat akan selalu senantiasa menentang dan menjalankan apa yang dilarang oleh Tuhan Allah SWT.

Malaikat adalah makhluk yang baik dan tidak akan mencelakakan manusia selama berbuat kebajikan, sedangkan syetan dan iblik akan selalu mencelakakan manusia hingga hari akhir.

Hikmah Beriman Kepada Malaikat

Iman kepada Malaikat adalah yakin dan membenarkan bahwa Malaikat itu ada, diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya/nur. Beriman kepada Malaikat adalah rukun Iman yang kedua. ”Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya…” (QS. AlBaqarah: 285)

”Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisaa’: 136)

Malaikat diciptakan Allah dari Nur/Cahaya [HR Muslim] dan merupakan makhluk ghaib yang tidak dapat dilihat oleh manusia kecuali jika Allah mengizinkan.

Malaikat tidak memiliki hawa nafsu dan selalu taat dan melaksanakan perintah Allah:

”Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” [QS. An-Nahl: 50)

Para Malaikat tidak lalai dalam menjalankan kewajiban:

”Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.” [QS. Al-An’aam: 61)

Malaikat merupakan hamba Allah yang dimuliakan:

”Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak”, Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan” (QS. Al Anbiyaa’: 26)

Malaikat senantiasa beribadah kepada Allah dan bertasbih:

”Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud” (QS. Al-A’raaf: 206)

Para Malaikat mengerjakan berbagai urusan yang diberikan Allah kepada mereka:

”Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan untuk mengurus berbagai macam urusan yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Faathir: 1)

”Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.” (QS. Al-Qadr: 4)

Para malaikat senantiasa berdoa untuk orang-orang yang beriman:

”(Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala, ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari

(pembalasan) kejahatan pada hari itu, maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar”. (QS. Al-Mu’min: 7-9)

Fungsi Iman Kepada Malaikat

a) Selalu melakukan perbuatan baik dan merasa najis serta anti melakukan perbuatan buruk karena dirinya selalu diawasi oleh malaikat.

b) Berupaya masuk ke dalam surga yang dijaga oleh malaikat Ridwan dengan bertakwa dan beriman kepada Allah SWT serta berlomba-lomba mendapatkan Lailatul Qodar.

c) Meningkatkan keikhlasan, keimanan dan kedisiplinan kita untuk mengikuti/meniru sifat dan perbuatan malaikat.

d) Selalu berfikir dan berhati-hati dalam melaksanakan setiap perbuatan karena tiap perbuatan baik yang baik maupun yang buruk akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

e) Hikmah dari beriman kepada malaikat cukup banyak. Misalnya dengan menyadari adanya malaikat Roqib dan ’Atid yang selalu mencatat amal baik/buruk kita, maka kita akan lebih hati-hati dalam berbuat. Kita malu berbuat dosa.

”Padahal sesungguhnya bagi kamu ada malaikat-malaikat yang mengawasi pekerjaanmu, yang mulia di sisi Allah dan mencatat pekerjaan-pekerjaanmu, mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (AlInfithaar: 10-12)

f) Dengan meyakini adanya malaikat Maut yang mencabut nyawa kita, Munkar dan Nakir yang memeriksa kita di alam kubur serta malaikat Malik yang menyiksa para pendosa di neraka, niscaya kita takut berbuat dosa. Kita juga bisa meniru ketaatan dan kerajinan malaikat dalam beribadah.

”Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih.” (QS. AlAnbiyaa’: 19)

Cara Untuk Meyakini Dan Mengimani Keberadaan Malaikat

Cara untuk meyakini dan mengimani keberadaan malaikat ada 2 cara:

Pertama, melalui berita (akhbar) yang disampaikan oleh firman Allah dalam Al-Quran maupun sabda Rasulullah SAW dalam Hadits. Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran dan hadits yang menjelaskan perihal malaikat. Karena kita mengimani kebenaran sumber (Al-Quran dan Hadits), maka berita tentang malaikat pun kita imani.

Kedua, kita dapat mengetahui dan mengimani wujud malaikat melalui bukti-bukti nyata yang ada di alam semesta yang menunjukkan bahwa malaikat itu benar-benar ada. Misalnya, Malaikat Maut yang bertugas mencabut nyawa manusia, dapat dibuktikan secara nyata dengan adanya peristiwa kematian manusia. Demikian pula dengan keberadaan Malaikat Jibril, bisa dibuktikan secara nyata dengan adanya Al-Quran yang disampaikannya kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman.

C. Jin, Iblis dan Syaitan

Beriman kepada yang ghaib adalah termasuk salah satu asas dari akidah Islam, bahkan ianya merupakan sifat yang pertama dan utama yang dimiliki oleh Allah SWT Justru itu, bagi setiap orang Muslim, mereka wajib beriman kepada yang ghaib, tanpa sedikitpun ada rasa ragu. Dalam perkara ini Ibn Mas’ud mengatakan: Yang dimaksudkan dengan yang ghaib itu ialah segala apa saja yang ghaib dari kita dan perkara itu diberitahukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Begitu juga jin. Jin termasuk makhluk ghaib yang wajib kita imani, kerana banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang menerangkan tentang wujudnya.

Walaupun jin itu tidak dapat dilihat, maka bukanlah bererti ia tidak ada. Sebab berapa banyaknya sesuatu yang tidak dapat kita lihat di dunia ini, akan tetapi benda itu ada. Angin misalnya, kita tidak dapat melihatnya, tetapi hembusannya dapat kita rasakan. Begitu juga roh yang merupakan hakikat dari

kehidupan kita, kita tidak dapat melihatnya serta tidak dapat mengetahui tentang hakikatnya akan tetapi kita tetap meyakini wujudnya.

Pengertian Jin, Iblis dan Syaitan

Jin adalah nama jenis, bentuk tunggalnya adalah Jiniy (dalam bahasa arab dahulu kala, dan Genie dalam bahasa Inggris) artinya “yang tersembunyi” atau “yang tertutup” atau “yang tak terlihat”. Hal itulah yang memungkinkan kita mengaitkannya dengan sifat yang umum “alam tersembunyi”, sekalipun akidah Islam memaksudkannya dengan makhluk-makhluk berakal, berkehendak, sadar dan punya kewajiban, berjasad halus dan hidup bersama-sama kita di bumi ini. Dalam sebuah hadits dari Abu Tha’labah yang bermaksud : “Jin itu ada tiga jenis yaitu: Jenis yang mempunyai sayap dan terbang di udara, Jenis ular dan jengking dan Jenis yang menetap dan berpindah-pindah.”

Kata Iblis menurut sebagian ahli bahasa berasal dari ablasa artinya putus asa. Dinamai iblis karena dia putus asa dari rahmat atau kasaih saying Allah SWT. (Sayid Sabiq, 1986, hal. 219).

Kata Syaitan berasal dari kata syatana artinya menjauh. Dinamai Syaitan karena jauhnya dari kebenaran. (Shabuni, 1977, hal. 17)

Bangsa jin itu ada yang patuh dan ada yang durhaka kepada Allah SWT tatkala Allah SWT memerintahkan kepada bangsa jin untuk sujud kepada Adam bersama dengan para malaikat, salah satu dari mereka menentang. Yang menentang itulah dikenal dengan iblis. Iblis itulah nenek moyang seluruh syaitan, yang seluruhnya selalu durhaka kepada Allah SWT dan bertekad untuk menggoda umat mausia (anak cucu Adam) mengikuti langkah mereka menentang perintah Allah SWT.

Cara-cara Syaitan Mengganggu Manusia

Syaitan adalah musuh besar bagi manusia seperti yang telah di katakana didalam Al-Quran. Dan caracara syaitan mengganggu manusia untuk mengikuti langkah-langkahnya dengan 2 cara: pertama, Tadhil (menyesatkan), yang kedua, takhwif (menakut-nakuti). Berikut ini kami akan menjelaskan kedua cara tersebut secara terperinci:

a) Tadhil

Allah SWT sudah menjelaskan melalui para rasul yang Dia utus, mana yang hak dan mana yang batil, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang terpuji dan mana yang tidak terpuji, mana yang boleh dikerjakan dan mana yang tidak boleh dikerjakan. Allah SWT sudah memberikan hidayah kepada umat manusia bagaimana menempuh kehidupan di dunia supaya mendapatkan kebaikan didunia maupun kebaikan di akhirat. Akan tetapi syaithan berusaha memutar balikkan, sehingga manusia akan mudah tersesat dan mengikutinya. Langkah-langkah syaitan untuk menyesatkan manusia paling kurang ada delapan yaitu:

1) Waswashah (Bisikan).

Syaithan membisikkan keraguan, kebimbangan dan keinginan untuk melakukan kejahatan ke dalam hati manusia. Firman Allah SWT:

Artinya: “Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. Dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. An-Nas: 1-6)

2) Nisyan (Lupa)

Lupa memang sesuatu yang manusiawi. Tapi syaitan berusaha membuat manusia lupa engan Allah SWT, atau paling kurang membuat manusia menjadikan lupa sebagai alas an untuk menutupi kesalahn atau menghindari tanggung jawab. Firman Allah SWT:

Artinya: “Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat kami, Maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), Maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (QS. Al-An’am: 68)

3) Tamani (Angan-angan)

Syaitan berusaha memperdayakan pikiran manusia dengan khayalan yang mustahil terjadi dan dengan angan-angan kosong, Allah mengingatkan kita akan tekad Syaitan untuk membangkitkan angan-angan kosong pada diri manusia. Firman Allah SWT:

Artinya: “Dan Aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan Aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya”. barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (QS. An-Nisa: 119)

4) Tazyin (Memandang Baik Perbuatan Maksiat)

Syaitan berusaha dengan segala macam cara menutupi keadaan yang sebenarnya sehingga yang batil keliatan terpuji dan sebagainya. Allah SWT mengingatkan tekad syaitan untuk melakukan tazyin tersebut:

Artinya: “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau Telah memutuskan bahwa Aku sesat, pasti Aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti Aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka”.” (QS. Al-Hijr: 39-40)

5) Wa’dun (Janji Palsu)

Syaitan berusaha membujuk umat manusia supaya mau mengikutinya dengan memberikan janji-janji yang menggiurkan yaitu keuntungan yang akan peroleh jika mau menuruti ajakannya. Di akhirat nanti syaitan akan mengakui bahwa janji-janji yang diberikannya kepada umat manusia dahulu di dunia adalah janji-janji palsu yang pasti tidak mampu menepatinya. Firman Allah SWT:

Artinya: “Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) Telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah Telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun Telah menjanjikan kepadamu tetapi Aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) Aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca Aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya Aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan Aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.” (QS. Ibrahim: 22).

6) Kaidun (Tipu Daya)

Syaitan berusaha dengan segala macam tipu daya untuk menyesatkan umat manusia. Akan tetapi sebenarnya tipu daya syaitan itu tidak aka nada pengaruhnya bagi orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT. Firman Allah SWT:

Artinya: “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, Karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” (QS. An-Nisa: 76)

7) Shaddun (Hambatan)

Syaitan berusaha untuk menghalang-halangi umat manusia menjalankan perintah-Nya dengan menggunakan segala cara macam hambatan. Firman Allah SWT:

Artinya: “ Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan Telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,” (QS. An-Naml: 24)

8) ‘Adawah (Permusuhan)

Syatan berusaha menimbulkan permusuhan dan rasa saling membenci di antara sesame manusia, karena dengan permusuhan tiu manusia akan lupa diri dan melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh Allah untuk membinasakan musuh-musuhnya. Firman Allah SWT:

Artinya: “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al-Maidah: 91)

Demikianlah delapan langkah syaitan memperdaya, menyesatkan manusia untuk mengikuti segla langkahnya, yaitu kufur. Dan sebagai seorang manusia kita jangan sampai mengikutinya karena syaitan adalah musuh bagi kita (manusia).

b) Takhwif

Jika syaitan tidak berhasil dengan delapan cara tersebut, syaitan masih mempunyai cara lain yaitu takhwif (menakut-nakuti). Takut yang dimaksud disini bukan takut yang tabi’I (alami). Seperti takut dengan binatang buas, atau takut mengerjakan kemaksiatan. Akan tetapi taku disini adalah takut melaksanakan kebenaran. Takut melakukan amar ma’ruf nahi munkar karena khawatir dengan segala risiko dan konsekwensinya. Misalnya risiko jatuh miskin, turun jabatan, dipecat atau lainnya. Allah berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali-Imran: 175)

Itulah cara syaitan yang tanpa lelah selalu mengajak manusia kepada kesesatan dan kita sebagai seorang muslim jangn lelah juga untuk selalu mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.

Inilah beberapa langkah agar kita terhindar dari tipu daya syaitan:

Masuk Islam secara kaffah (utuh).

Selalu menyadari bahwa syaitan adalah musuh yang utama. Mengikuti ajaran-ajaran nabi Muhammad. Mengikuti hal-hal yang diajarkan nabi untuk melawan syaitan. Membaca Al-Isti’adzah Membaca Al-Ma’uzatain (surat Al-Falaq dan Surat An-naas) Membaca Ayat Kursi (Al-Baqarah ayat 255) Membaca surat Al-Baqarah Lengkap Membaca zikir 100 kali sehari ‫ا‬ ‫ش ا‬ ‫كل عىل وهو الحمد وله الملك له له ر‬ ‫قدير ر ي‬ ‫الشيك وحده هللا إال الإله‬

Mengingat Allah SWT. Berwudhu tatkala mara

KITAB KITAB ALLAH BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Kitab-Kitab Allah Secara etimologis kata kitab adalah bentuk mashdar dari kata ka-ta-ba yang berarti menulis. Setelah jadi mashdar berarti tulisan, atau yang ditulis. Bentuk jama’ dari kitab adalah kutub. Dalam bahasa Indonesia, kitab berarti buku. Secara terminologis yang dimaksud dengan kitab (Al-Kitab, Kitab Allah, Al-Kutub, Kitab-Kitab Allah) adalah Kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Kata Al-Kitab di dalam Al-Qur’an dipakai untuk beberapa pengertian: 1. Menunjukkan semua Kitab Suci yang pernah diturunkan kepada para Nabi dan Rasul: Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitabkitab, nabi-nabi…” (Al-Baqarah 2: 177). 2.

Menunjukkan semua Kitab Suci yang diturunkan sebelum Al-Qur’an:

Artinya: “Berkatalah orang-orang kafir: “Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul.” Katakanlah: “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu, dan antara orang yang mempunyai ilmu Al-Kitab.” (Ar-Ra’d 13: 43). 3.

Menunjukkan Kitab Suci tertentu sebelum Al-Qur’an; misalnya Taurat:

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa…” (Al-Baqarah 2: 87) 4.

Menunjukkan Kitab Suci al-Qur’an secara khusus:

Artinya: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (AlBaqarah 2: 2). Di samping Al-Kitab, untuk menunjukkan Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya Al-Qur’an memakaikan juga istilah lain yaitu: 1. Shuhuf, bentuk jama’ dari shahifahyang berarti lembaran. Dipakai untuk menunjukkan Kitab-Kitab Suci sebelum Al-Qur’an, khususnya yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa ‘Alaihima

As-salam, sebagaimana yang dinyatakan dalam Surat Al-A’la ayat 18-19 Artinya: “Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa.” (Al-A’laa 87: 18-19). 2.

Zubur,bentuk jama’ dari Zabur yang berarti buku. Dipakai untuk menunjukkan Kitab-Kitab

Suci yang diturunkan Allah sebelum Al-Qur’an, sebagaimana yang dinyatakan dalam surat Ali ‘Imran ayat 184: Artinya:

“Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.” (Ali ‘Imran 3: 184). 3.

Zabur,bentuk mufrad dari Zubur, dipakaikan khusus untuk menunjukkan Kitab Suci yang

diturunkan Allah kepada Nabi Daud ‘Alaihi As-Salam, sebagaimana yang dinyatakan dalam An-Nisa’ ayat 163: Artinya: “Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (An-Nisa’ 4: 163)

1. Kitab-Kitab Allah Sebagai Wahyu Karena Kitab Suci yang diturunkan aoleh Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya itu adalah kumpulan dari wahyu-wahyu-Nya, maka ada baiknya kita juga membahas terlebih dahulu apa pengertian wahyu dan bagaimana Allah menurunkannya. Kata wahyu secara etimologis adalah bentuk mashdar dari kata auha. Dalam bentuk mashdar tersebut dia mempunyai dua arti, pertama Al-Khafa’ (tersembunyi, rahasia) dan kedua As-

Sur’ah(cepat). Dinamai demikian karena wahyu itu adalah semacam informasi yang rahasia, cepat, khusus diketahui oleh pihak-pihak yang dituju saja. Secara terminologis, wahyu adalah kalam Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya (Mahabits fi’ulum Al-Qur’an Manna Al-Qat than, 1976, HAL. 32-33). Di samping itu, Al-Qur’an menggunakan kata wahyu untuk beberapa pengertian lain, di antaranya: 1. Ilham Fitri yang diberikan kepada manusia, seperti ilham yang diberikan Allah SWT kepada Ibu Musa menyusukan Bayinya: Artinya: “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia,..” (Al-Qashash 28:7). 2.

Instink yang diberikan kepada hewan-hewan, seperti instink yang diberikan Allah SWT

kepada Lebah: Artinya: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”. (Al-Nahl 16:68) 3.

Isyarat yang cepat dengan cara memberi tanda dan kode-kode tertentu, seperti isyarat yang

diberikan oleh Nabi Zakaria kepada kaumnya untuk bertasbih: Artinya: “Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.” (Maryam 19: 11). 4.

Bisikan syaitan kepada manusia untuk menggoda dan menipunya:

Artinya: “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)…” (Al-an’nam 6:112). 5. Artinya:

Perintah Allah SWT kepada Malaikat-Nya:

“(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman…” (Al-Anfal 8: 12). Wahyu dalam pengertian Kalam Allah itu diturunkan oleh Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya melalui 3 cara: 1. Melalui mimpi yang benar (Ar-ru’ya As-Shadiqah fil manam). Misalnya wahyu yang diterima oleh Nabi Ibrahim ‘Alaihi As-Salamdalam mimpi untuk mengorbankan putranya Ismail AS. 2. Kalam ilahi dari balik tabir (Min wara’ Al-hijab), seperti perintah shalat fardhu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW waktu peristiwa Isra’ Mi’raj, atau wahyu yang diterima oleh Nabi Musa AS di bukit Tursina. 3. Melalui Malaikat Jibril ‘Alaihi As-Salam, seperti wahyu yang diterima oleh Rasulullah SAW. Penurunan wahyu melalui Malaikat Jibril ini berlangsung dalam dua cara, pertama: Jibril datang membawa wahyu seperti bunyi gemerincing lonceng (Shalshalah al-Jaras) yang amat keras, atau kedua: Jibril datang membawa wahyu dengan memperlihatkan dirinya sebagai seorang lelaki. Demikian pengertian wahyu dan cara turunnya kepada Nabi dan Rasul. 1. Kitab-Kitab Allah Sebelum Al-Qur’an Sebelum Kitab Suci Al-Qur’an Allah SWT telah menurunkan beberapa Kitab Suci kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Hanya di dalam Al-Qur’an (dan Hadist Nabi yang Sahih) tidak disebut secara konkrit semua nama kitab Allah dan jumlahnya/bilngannya, yang telah diturunkan kepada para Rasul-Nya, yang disebut namanya secara konkrit dalam al-Qur’an ada 4 buah, yaitu: 1. Kitab Taurot Kitab Taurot merupakan kitab yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Musa AS untuk membimbing kaumnya Bani Israil yang ditulis dengan menggunakan bahasa Ibrani. Firman Allah swt Q.S Al-Ma’idah ayat 44 Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada )petunjuk dan cahaya(yang menerangi)”….( Q.S Al-Ma’idah: 44) Diantara isi kitab Taurot yang terkenal adalah 10 perintah Allah SWT ( Ten of Comandement), yaitu: 1. a)Mengaku ke-Esaan Allah SWT 2. b)Larangan menyembah berhala 3. c)Jangan menyebut nama Allah dengan sia-sia 4. d)Supaya mensucikan hari Sabtu 5. e)Larangan membunuh sesama manusia 6. f)Menghormati ayah dan ibu 7. g)Jangan berzina 8. h)Larangan mencuri 9. i)Tidak boleh bersaksi palsu 10. j)Tidak boleh mengambil istri orang Kalau kita cermati 10 perintah tersebut semua terdapat dalam Al-Quran, sehingga sebagai seorang muslim kita harus yakin bahwa semua kitab-kitab yang diturunkan kepada para Nabi terdahulu itu semua terangkum dalam Al-Quran dan tidak ada satupun yang bertentangan dengan Al-Quran karena berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT. 2.

Kitab Zabur

Kitab Zabur merupakan kitab yag diturunkan oleh Allah kepada Nabi Daud AS yang berisi 5 jenis nyanyian (mazmur) yang mengungkapkan semua pengalaman yang dialami Nabi Daud semasa

hidupnya seperti dosa, pengampunan dosa, suka cita tentang kemenangan atas musuh Allah SWT, dan kemulian Allah SWT. Di ajarkan pada kaumnya yaitu yahudi menggunakan bahasa Qibti. Firman Allah swt. Q. S. al-Isra’ ayat 55 : Artinya: “Dan kami berikan Zabur kepada Daud a.s“(al-Isra’ : 55) 3.

Kitab Injil

Kitab Injil merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Isa AS yang intinya berisi tentang ajakan Nabi Isa AS untuk hidup zuhud (memikirkan akhirat), yaitu menjauhi kerakusan dan ketamakan duniawi. Hal ini dimaksudkan untuk meluruskan pandangan orang-orang Yahudi yang hidupnya besifat materialistis. Diajarkan pada kaumnya yaitu nasrani dengan menggunakan bahasa suryani. Firman Allah swt. al-Maidah 46 : ُ‫…ون ْورُ هدَى فِ ْي ُِه اْ ِإل ْن ِج ْي َُل َوأَت َ ْينَه‬ َّ Artinya: “Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa) kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)” …(al-Maidah 46) 4.

Kitab Al-Qur’an

Kitab Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allas SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia ditulis dengan bahasa arab sebagai pedoman hidup agar manusia selamat di dunia dan akherat. Al-Qur’an telah menyempurnakan kitb-kitab terdahulu (Taurot, Zabur, dan Injil). Dengan diturunkannya Al-Qur’an, maka kitab-kitab terdahulu itu tidak berlaku lagi. Al-Quran diturunkan Allah swt.kepada Nabi Muhammad saw. Melalui malaikat Jibril itu tidak sekaligus, melainkan secara berangsur-angsur, yang waktu turunnya selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Terdiri dari 30 juz, 144 surat, 6666 ayat, 74.437 kalimat, dan 325.345 huruf. Turunnya alQuran disebut Nuzulul Quran. Wahyu pertama berupa surat Al-‘Alaq ayat 1-5, diturunkan pada malam 17 Ramadhan tahun 610 m. Di Gua Hira ketika Nabi Muhammad sedang berkhalwat. Pada saat itu pula Nabi Muhammad saw. dinobatkan sebagai Rasulullah atau utusan Allah swt. untuk menyampaikan risalahNya kepada seluruh umat. Sedangkan ayat yang terakhir turun adalah surat alMaidah ayat 3, ayat tersebut turun pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 hijriyah di padang ‘Arafah ketika beliau sedang menunaikan haji wada’ (haji perpisahan), karena beberapa hari sesudah menerima wahyu tersebut nabi Muhammad saw wafat. Al-Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Pokok-pokok kandungan Alquran 1. a)Ajaran yang berkenaan dengan tauhid (keimanan) kepada Tuhan yang maha Esa. 2. b)Ajaran yang berkenaan dengan ibadah yang mengatur pengabdian manusia kepada Allah SWT. 3. c)Ajaran yang berkenaan dengan akhlak manusia dengan Allah SWT. 4. d)Ajaran yang berkenaan dengan hukum yang mengatur kepentingan umat. 5. e)Ajaran yang berkenaan dengan masyarakat (muamalah dan mukahat). 6. f)Ajaran yang berkenaan dengan janji dan ancaman. 7. g)Hal-hal yang berhubungan dengan sejarah umat masa lampau sebagai teladan. 8. h)Hal-hal yang berhubungan dengan IPTEK. Keutamaan Al quran Alqur’an mempunyai beberapa keutamaan antara lain: 1. a)Alquran memiliki susunan (uslub) dan ketinggian gaya bahasa yang mengagumkan. 2. b)Isi alquran ditujukan kepada seluruh umat.

3. c)Alquran selalu memuliakan akal pikiran yang menjadikannya sebagian dasar untuk memahami alquran. 4. d)Alquran memandang manusia sama dan meniadakan sistem kasta. 5. e)Alquran memberi petunjuk yang lengkap untuk manusia. 6. Al-Qur’an Sebagai Kitab Allah Yang Terakhir Kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT adalah Al-Qur’an Al-Karim yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dalam rentang waktu lebih kurang 23 tahun meliputi periode Mekkah dan Madinah. Secara etimologis Qur’an artinya bacaan atau ydang dibaca. Berasal dari kata qa-ra-a yang berarti membaca. Secara terminologis Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Di samping Al-Qur’an, kitab suci terakhir ini juga dinamai dengan nama-nama lain seperti Al-Kitab (Al-baqarah 2: 2), Al-furqan (Al-Furqan 25 :1), Az-Zikru ( Al-hijr 15; 9), AlMau’izhah (Yunus 10: 57), Al-Huda (Al-jin 72: 13), As-Syifa’ (Yunus 10: 57) dan lain-lain. 1. Keutuhan dan Keaslian Al-Qur’an Berbeda dengan Kitab-Kitab suci sebelumnya, Al-Qur’an terjamin keutuhan dan keasliannya. Hal itu bisa terjadi pertama dan utama sekali karena adanya jaminan dari Allah SWT: Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Al-Hijr 15: 9) Kemudian yang kedua karena adanya usaha-usaha yang manusiawi dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW oleh para sahabat dibawah bimbingan Rasulullah SAW dan oleh generasi berikutnya dan oleh setiap generasi kemudian. Usaha-usaha itu dapat kita lihat antara lain dalam nuktahnuktah berikut ini: 1. Rasulullah SAW- sebagai seorang yang ummi- berusaha menghafal ayat-ayat Al-Qur’an yang xditurunkan Allah SWt lewat malaikat Jibril AS. Bahkan bfelum lagi wahyu selesai disampaikan Jibril beliau segera menggerakkan kedua bibirnya untuk menghafal. Hal ini ditegur oleh Allah SWT seraya memberikan jaminan bahwa tanpa usaha, Allah Akan membuat Nabi muhammad SAW bisa membaca, hafal dan mengerti maksudnya. Rasulullah SAW selalu mempergunakan sebagian besar malamnya untuk taqarrub, mendekatkan diri ke hadirat Allah. Melakukan Shalat dan membaca Al-qur’an dengan tartil. Kemudian seperti yang diceritakan oleh Siti’ Aisyah RA bahwa Jibril Asselalu mengunjungi Rasul pada setiap tahun untuk menyaksikan Rasul dalam bertadarus dan menghafal Al-Qur’an. Berkat perhatian dan upaya yang sungguh-sungguh, dan atas bimbingan Jibril AS serta terutama jaminan Allah SWT, sehingga Rasulullah benar-benar menguasai Al-Qur’an dengan sempurna. Tiada seorang pun yang mengungguli Rasul dalam penguasaan Al-Qur’an, yang menjadi titik tumpuan umat islam dalam masalah yang mereka perlukan (Miftah Fatidh, 1989, hal. 137-138) 1. Setiap Rasulullah SAW selesai menerima ayat-ayat yang diwahyukan, beliau membacakannys kepada para sahabat dan memerintahkan kepada mereka untuk menghafal dan kepada sahabat-sahabat tertentu diperintahkan oleh Rasul SAW untuk menuliskannya di sarana-sarana yang memunngkinkan waktu itu seperti dipelepah-pelepah korma, ditulang-tulang binatang, di batu-batu dan kulit binatang serta sarana lainnya. Begitulah dengan sungguh-sungguh dan penuh kecintaan para sahabat yang menghafal dan mencatat Al-Qur’an. Tidak terhitung jumlahnya para sahabat yang hafal dan benar-benar menguasai Al-Qur’an. Untuk menyebut beberapa orang saja misalnya:

khalifah yang empat, ibnu mas’ud, abu musa Al-As’ari, zaid bin tsabit, ibnu umar, ibnu Abbas, Amru bin ‘Ash, Mu’awiyah dan lain-lain. 2. Pada masa Abu Bakar As-Shiddiq, atas anjuran Umar bin Khatab, Al-Qur’an dikumpulkan dalam satu Mushaf oleh panitia tunggal yaitu Zaid bin Tsabit dengan berpedoman kepada hafalan dan tulisan para sahabat. Ayat demi ayat disusun sesuai dengan petunbjuk Rasulullah SAW sebelumnya, tapi surat demi surat belim lagi diurutkan sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW. 3. Pada masa-masa Utsman bin affan pembukuan Al-Qur’an disempurnakan dengan menyusun surat demi surat sesuai dengan ketentuan Rasulullah SAW dan menuliskannya dalam satu sistem penulisan yang bisa menampung xsemua qira’at yang benar. Sistem penulisan itu dikenal dengan mushaf usman itu disalin beberapa naskah dan cdikirimkan kepusat-pusat pemerintahan umat islam waktu itu untuk dijadikan pedoman dan standar penulisan. Tugas pembukuan yang disempurnakan ini dilaksanakan oleh satu tim yang diketahui oleh Zaid bin Tsabit, dengan anggota Abdullah bin Zubair, Sa’id bin ‘ash dan abdur Rahman bin Haris bin Hisyam. 4. Pada masa-masa berikutnya para ulama selalu berusaha untuk menyempurnakan penulisan dan pemeliharaan

Al-Qur’an

sehingga

lahirlah

beberapa

ilmu

pengetahuan

yang

mendukung

pemeliharaan keaslian dan keutuhan Al-Qur’an, seperti ilmu tajwid untuk qaidah-qaidah qira’ah, ilmu nahwu sharaf dari segi tata bahasa, ilmu khath dari segi penulisan, ulumul Qur’an dan ilmu Tafsir dari segi metodologi pemahaman, dan ilmu-ilmu lainnya. Al-Qur’an dijamin oleh allah SWT keutuhan dan keasliannya sampai akhir zaman karena memang AlQur’an bersifat universal (‘am lijami’il basyar fi kulli makan wa zaman- berlaku untuk seluruh manusia dimana dan kapan saja berada) – berbeda dengan kitab-kitab Allah sebelumnya yang bersifat lokaluntuk umat tertentu(Al-Furqan 25: 1, Al-Anbiya’ 21: 107, Saba 34:28. 2.

Fungsi Al-Qur’an terhadap Kitab-Kitab Allah Sebelumnya

Dalam hubungannya dengan Kitab-Kitab Suci yang diturunkan Allah sebelumnya, Maka Al-Qur’an berfungsi Sebagai: 1. Nasikh, baik lafazh maupun hukum, terhadap Kitab-Kitab sebelumnya. Artinya semua kitab suci terdahulu dinyatakan tidak lagi berlak. Satu-satunya yang wajib diikuti dan dilaksanakan petunjuknya hanyalah kitab suci Al-Qur’an. Hal itu disebabkan dua hal: pertama, karena kitab-kitab suci terdahulu itu tidak ada lagi yang utuh dan asli seperti waktu diturunkan; kedua, karena kitabkitab suci tersebut berlaku khusus untuk umat dan masa tertentu saja. Dalil yang paling kuat menunnjukkan bahwa Al-Qur’an adalah Nasikh terhadap Kitab-Kitab suci sebelumnya adalah perintah Allah SWT terhadap Nabi Muhammad SAW untuk memberlakukan Al-Qur’an terhadap seluruh umat manusia termasuk para ahlul Kitab. 2. Muhaimin atau batu ujian terhadap kebenaran Kitab-Kitab yang sebelumnya. Artinya Al-Qur’an lah yang jadi korektor terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada Kitab-Kitab sebelumnya. Dengan demikian Al-Qur’an lah satu-satunya yang dijadikan pegangan. Apa yang dibenarkan dan ditetapkan oleh Al-Qur’an itulah yang benar dan harus diikuti. Dan jika terdapat perbedaan /pertentangan antara Al-Qur’an dengan isi Kitab-Kitab sebelumnya maka Al-Qur’an lah yang benar dan diikuti, karena seperti dijelaskan oleh Allah sendiri Kitab-Kitab suci sebelumnya tidak bebas dari pemalsuan dan penambahan atau pengurangan dalam perjalanan sejarahnya (Lihat ayat 48 surat AlMaidah diatas) 3. Keistimewaan Al-Qur’an Sebagai kitab Allah yang terakhir Al-Qur’an mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain sebagai berikut:

1. Berlaku umum untuk seluruh umat manusia di mana dan kapan pun mereka berada sampai akhir zaman nanti. Hal itu sesuai dengan Risalah Nabi Muhammad SAW yang ditujukan unbtuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman nanti. Allah berfirman: Artinya: “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (Al-Furqan 25: 1). 1. Ajaran Al-Qur’an mencakup seluruh aspek kehidupan (As-Syumul), seperti aspek ekonomi, politik, hukum budaya, seni, ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Serta xmencakup seluruh cruang lingkup kehidupan, seperti kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat, bernegara dan dunia internasinal. 2. Mendapat jaminan pemeliharaan dari Allah SWT dari segala bentuk penambahan, pengurangan, dan pemalsuan, sebagai mana firman-nya: Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Al-Hijr 15: 9) 1. Allah SWT menjadikan Al-Qur’an untuk dipahami, dihafal, dan diamalkan. Firman-nya: Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”. (Al-Qamar 54: 17). 1. Al-Qur’an berfungsi sebagai nasikh, muhaimin, dan mushaddiq terhadap Kitab-Kitab suci sebelumnya (lihat bagian Fungsi Al-Qur’an terhadap Kitab-Kitab Allah sebelumnya). 2. Al-Qur’an berfungsi sebagai Mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW. Mukjisat berarti melemahkan. Maksudnya membuktikan kebenaran nubuwah dan risalah Nabi Muhammad SAW dengan menjadikan orang-orang yang menantangnya tidak berkutik menghadapi tantangan Al-Qur’an. Manna’ AlQaththan dalam bukunya mabahhits fi ‘ulum Al-Qur’an menjelaskan bahwa tantangan Al-Qur’an terhadap para penentangnya itu terdiri dari tiga tahap:



Tahap pertama, tantangan yang bersifat umum mencakup manusia dan jin untuk membuat seperti Al-Qur’an. Allah berfirman: Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Al-Isra’ 17: 88)



Tahap kedua, tantangan untuk membuat sepuluh surat saja seperti surat-surat Al-Qur’an. Allah berfirman: Artinya: “Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu”, Katakanlah: “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.” (Huud 11: 13).



Tahap ketiga, tantangan ungtuk membbuat satu surat saja seperti surat-surat yang ada pada AlQur’an. Allah Berfirman: Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolongpenolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Al-baqarah 2: 23).

Mukjizat Al-Qur’an itu dapat dilihat dari beberapa anasir berikut ini: 1. Gaya bahasa Al-Qur’an yang mengagumkan, yang tidak bisa ditandingi oleh siapa pun. 2. Kandungan Al-Qur’an mengenai sejarah dan ramalan hidup manusia yang menakjubkan. 3. Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan. 4. Al-Qur’an sebagai pedoman seluruh kehidupan manusia. 5. Al-Qur’an, kitab suci yang bebas dari kesalahan-kesalahan. 6. Penerima wahyu Al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW, seorang Nabi yang ummi. 7. Isi Al_Qur’an yang terpelihara dari usaha pemalsuan. (uraian lengkap tentang ini baca miftah faridh dan agus syihabuddin, Al-Qur’an sumber hukum islam yang Pertama, 189, hal. 30-99) 1. Perbedaan Iman kepada Al-Qur’an Dengan Kitab-Kitab Suci Lainnya Seorang muslim wajib mengimani semua kitab-kitab suci yang telah diturunkan oleh Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya, baik yang disebutkan nama dan kepada siapa yang diturunkan maupun yang tidak disebutkan. Allah berfirman: Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” ( An-Nisaa 4: 136). Akan tetapi tentu ada perbedaan konsekuensi keimanan antara iman kepada Al-Qur’an dan iman kepada Kitab Suci sebelumnya. Kalau terhadap kitab Suci sebelumnya seorang muslin hanyalah mempunyai kewajiban mengimani keberadaan dan kebenarannya tanpa kewajiban mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan kandungannya karena Kitab-kitab Suci tersebut berlaku untuk umat dan masa tertentu yang telah berakhir dengan kedatangan Kitab Suci yang terakhir yaitu AlQur’an. Jika ada hal-hal yang sama yang masih berlaku dan diamalkan, itu hanya semata-mata karena diperintahkan oleh Al-Qur’an bukan karena ada pada Kitab Suci sebelumnya. Sedangkan iman kepada Al-Qur’an membawa konsekuensi yang lebih luas seperti mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkannya serta membelanya dari serangan musuh-musuh Islam. Untuk lebih jelasnya kewajiban seorang muslim terhadap Al-Qur’an adalah sebagai berikut: 1. Mengimani

bahwa

Al-Qur’an

adalah

Kitab

Allah

yang

terakhir

yang

berfungsi

sebagaiNasikh, Muhaimin, dan Mushaddiqbagi Kitab-Kitab Suci sebelumnya; Mukjizat bagi bagi kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad SAW; Hudan bagi kehidupan umat manusia sampai akhir zaman; dan fungsi-fungsi lainnya (Al-Maidah 5:48; Al-Baqarah 2:23; Al-Baqarah 2: 185). 2. Mempelajari Al-Qur’an baik cara membacanya (ilmu tajwiddan qira’ah), makna dan tafsirnya (iarjamah dan tafsir Al-Qur’an) maupun ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan Al-Qur’an seperti ulumul Qur’an, hadist, ushulul fiqhi, fiqh, dan lain-lain. (Muhammad 47: 24, At-Taubah 9: 122). 3. Membaca Al-Qur’an sebanyak dan sebaik mungkin (Al-Muzammil 73: 4, 20). 4. Mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam seluruh kehidupannya, baik kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, bernegara, maupun kehidupan internasional. Baik aspek ekonomi, politik, hukum, budaya, pendidikan, maupun aspek hidup lainnya (Al-A’raf 7: 7-8, An-Nur 24: 51, Al-Baqarah 2: 208).

5. Mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain sehingga mereka dapat membaca, memahami dan mengamalkannya (Ali ‘Imran 3: 110, Ali ‘Imran 3: 104, An-Nahl 16: 125, Ali ‘Imran 3: 79, HR Bukhari:

sebaik-baik

mengajarkannya.”).

orang

di

antara

kamu

ialah

yang

mempelajari

Al-Qur’an

dan

A. IMAN KEPADA QADHA’ DAN QADAR Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun.Yang terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini. Semoga paparan ringkas ini dapat membantu kita untuk memahami keimanan yang benar terhadap takdir Allah. Wallahul musta’an. 1. Qadha’ dan Qadar Dalam pembahasan takdir, kita sering mendengar istilah qodho’ dan qodar. Dua istilah yang serupa tapi tak sama. Mempunyai makna yang sama jika disebut salah satunya, namun memiliki makna yang berbeda tatkala disebutkan bersamaan. Jika disebutkan qadha’ saja maka mencakup makna qadar, demikian pula sebaliknya.Namun jika disebutkan bersamaan, maka qadha’ maknanya adalah sesuatu yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan, maupun perubahan terhadap sesuatu.Sedangkan qodar maknanya adalah sesuatu yang telah ditentukan Allah sejak zaman azali, dengan demikian qadar ada lebih dulu kemudian disusul dengan qadha’. Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu: hukum, ketetapan, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar, arti qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan ridah-Nya. Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (QS .Al-Furqan ayat 2).[1] 2.

Definisi qadha’ dan qadar serta kaitan di antara keduanya

a.

Qadar

Qadar, menurut bahasa yaitu: Masdar (asal kata) dari qadara-yaqdaru-qadaran, dan adakalanya huruf daal-nya disukunkan (qa-dran). Ibnu Faris berkata, “Qadara: qaaf, daal dan raa’ adalah ash-sha-hiih yang menunjukkan akhir/puncak segala sesuatu. Maka qadar adalah: akhir/puncak segala sesuatu. Dinyatakan: Qadruhu kadza, yaitu akhirnya. Demikian pula alqadar, dan qadartusy syai’ aqdi-ruhu, dan aqduruhu dari at-taqdiir.”[2] Qadar (yang diberi harakat pada huruf daal-nya) ialah: Qadha’ (kepastian) dan hukum, yaitu apa-apa yang telah ditentukan Allah Azza wa Jalla dari qadha’ (kepastian) dan hukumhukum dalam berbagai perkara Takdir adalah: Merenungkan dan memikirkan untuk menyamakan sesuatu. Qadar itu sama dengan Qadr, semuanya bentuk jama’nya ialah Aqdaar. Qadar, menurut istilah ialah: Ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk, sesuai dengan ilmu Allah yang telah terdahulu dan dikehendaki oleh hikmah-Nya. Atau: Sesuatu yang telah diketahui sebelumnya dan telah tertuliskan, dari apa-apa yang terjadi hingga akhir masa. Dan bahwa Allah Azza wa Jalla telah menentukan ketentuan para makhluk dan hal-hal yang akan terjadi, sebelum diciptakan sejak zaman azali. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengetahui, bahwa semua itu akan terjadi pada waktuwaktu tertentu sesuai dengan pengetahuan-Nya dan dengan sifat-sifat tertentu pula, maka hal itu pun terjadi sesuai dengan apa yang telah ditentukan-Nya. Atau: Ilmu Allah, catatan (takdir)-Nya terhadap segala sesuatu, kehendak-Nya dan penciptaan-Nya terhadap segala sesuatu tersebut.

b.

Qadha’ Qadha’, menurut bahasa ialah: Hukum, ciptaan, kepastian dan penjelasan. Asal (makna)nya adalah: Memutuskan, menentukan sesuatu, mengukuhkannya, menjalankannya dan menyelesaikannya. Maknanya adalah mencipta.[3] c. Kaitan Antara Qadha’ dan Qadar Dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan qadar ialah takdir, dan yang dimaksud dengan qadha’ ialah penciptaan.

Yakni, menciptakan semua itu. Qadha’ dan qadar adalah dua perkara yang beriringan, salah satunya tidak terpisah dari yang lainnya, karena salah satunya berkedudukan sebagai pondasi, yaitu qadar, dan yang lainnya berkedudukan sebagai bangunannya, yaitu qadha’. Barangsiapa bermaksud untuk memisahkan di antara keduanya, maka dia bermaksud menghancurkan dan merobohkan bangunan tersebut. Dikatakan pula sebaliknya, bahwa qadha’ ialah ilmu Allah yang terdahulu, yang dengannya Allah menetapkan sejak azali. Sedangkan qadar ialah terjadinya penciptaan sesuai timbangan perkara yang telah ditentukan sebelumnya.Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Mereka, yakni para ulama mengatakan, ‘Qadha’ adalah ketentuan yang bersifat umum dan global sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah bagian-bagian dan perincian-perincian dari ketentuan tersebut.” Dikatakan, jika keduanya berhimpun, maka keduanya berbeda, di mana masing-masing dari keduanya mempunyai pengertian sebagaimana yang telah diutarakan dalam dua pendapat sebelumnya, dimana jika salah satu dari kedunya disebutkan sendirian, maka yang lainnya masuk di dalam (pengertian)nya. c.

Hubungan antara Qadha’ dan Qadar Pada uraian tentang pengertian qadha’ dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha’ dan qadar selalu berhubungan erat .Qadha’ adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman azali.Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah.Jadi hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan.[4]

B. Fungsi Iman Kepada Qadha’ dan Qadar Allah SWT mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qada dan qadar (takdir), yang tentu mengandung banyak fungsi (hikmah atau manfaat), yaitu antara lain :[5] a) Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam semesta adalah tuhan Yang Maha Esa , maha kuasa, maha adil dan maha bijaksana. Keyakinan tersebut dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk melakukan usaha-usaha yang bijaksana, agar menjadi umat (bangsa) yang merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan kedaulatan yang di perolehnya itu

akan di manfaatkannya secara adil, demi terwujudnya kemakmuran kesejahteraan bersama di dunia dan di akherat. b)

Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah SWT (sunatullah) atau hukum alam. Kesadaran yang demikian dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih di bidangnya masing-masing, kemudian mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap mahluk Allah seperti manusia, hewan, tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil – hasil penelitiannya di manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah yang lebih tinggi. (lihat dan pelajari Q.S. Almujadalah, 58 : 11)

c) Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir dapat menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini seperti daratan, lautan, angkasa raya, tanah yang subur, tanah yang tandus, dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, serta banjir semata-mata karena kehendak, kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan dan keadilan Allah SWT akan di tampakkan kepada umat manusia, takkala umat manusia sudah meninggal dunia dan hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa, tentu akan memperoleh nikmat kubur dan akan di masukan kesurga, sedangkan manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak berbuat dosa, tentu akan memperoleh siksa kubur dan di campakan kedalam neraka jahanam. (lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 : 131 – 133). d) Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji, serta menghilangkan sikap serta prilaku tercela. Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat islam yang bertakwa ) tentu akan memiliki sikap dan prilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qanaah, dan optimis dalm hidup. Juga akan mampu memelihara diri dari sikap dan prilaku tercela, seperti: sombong, iri hati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam hidup. Mengapa demikian? Coba kamu renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24) e)

Mendorong umat manusia (umat islam) untuk berusaha agar kualitas hidupnya meningkat, sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Umat manusia (umat islam) jika betul-betul beriman kepada takdir, tentu dalam hidupnya di dunia

yang sebenar ini tidak akan berpangku tangan. Mereka akan berusaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing, sesuai dengan kemampuannya yang telah di usahakan secara maksimal, sehingga menjadi manusia yang paling bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “sebaik-baiknya manusia ialah yang lebih bermanfaat kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).

C. Ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan qadar Seorang muslim yang percaya akan adanya ketentuan Allah swt pastinya memiliki tingkat ketaatan yang tinggi. Karena ketentuan Allah swt menyangkut hidup di dunia dan di akherat. Adapun ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan qadarnya Allah swt adalah :[6] 

Mentaati perintah Allah swt dan menjauhi serta meninggalkan segala larangan Allah swt



Berusaha dan bekerja secara maksimal



Tawakkal kepada Allah swt secara menyeluruh dan berdoa



Mengisi kehidupan di dunia dengan hal-hal positif untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat



Memperhatikan dan merenungkan kekuasaan dan kebesaran Allah swt



bersabar dalam menghadapi cobaan

D. Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain: [7] o Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian o Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa

Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah. o Memupuk sifat optimis dan giat bekerja Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung.Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan.Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu. o Menenangkan jiwa Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.

E. Telaah Materi Qada Dan Qadar. Menurut buku T.Ibrahim, H.Darsono pada buku aqidah akhlak untuk kelas VII mts, beliau menjelaskan Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu: hukum, ketetapan, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar, arti qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan ridah-Nya. Jadi kita sebagai orang islam harus mempercayai tentang qada dan qadar. Fungsi Iman Kepada Qadha’ dan Qadar: a) Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam semesta adalah tuhan Yang Maha Esa , maha kuasa, maha adil dan maha bijaksana.

b)

Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah SWT (sunatullah) atau hukum alam.

c)

Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji, serta menghilangkan sikap serta prilaku tercela. Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat islam yang bertakwa ) tentu akan memiliki sikap dan prilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qanaah, dan optimis dalam hidup.

Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar:  Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar.  Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa.  Memupuk sifat optimis dan giat bekerja

 Metode a. Untuk materi Qada dan Qadar, metode-metode yang tepat menurut pemakalah untuk memberikan pelajaran mengenai materi tersebut adalah sebagai berikut: 1) Ceramah, adalah suatu metode penyampaian pesan pengajaran secara lisan oleh guru kepada siswa atau sekelompok siswa didalam kelas. 2) Tanya Jawab, ialah metode penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan dan siwa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberkan kesempatan bertanya dan guru menjawab pertanyaan. 3) Number Head Together, dalam metode ini hhal yang ingin disampaikan adalah bagaimana siswa mampu menerima bebagai pendapat yang diterima dan disampaikan oleh orang lain atau kelompok lain. 4) Jigsaw, adalah metode pembelajaran yang berupaya untuk mendalami sebuah materi dengan memberikan sudut pandang yang bervariasi dari setiap siswa.  Media Adapun media yang tepat untuk kedua materi ini yang dapat disampaikan oleh guru dalam menyampaikan materi ini. Adalah sebagai berikut:

a.Media gambar, adlah media visual yang berupa goresan-goresan coretan-coretan atau bentuk lain yang dapat menimbulakan tanggapan, persepsi atau pun pemikiran manusia terhadap suatu objek atau benda-benda tertentu. b.Slide Proyektor, media ini dapat digunakan ketika dengan menampilkan poin-poin penting materi pelajaran tentang materi yang berkaitan dengan memahami materi yang berkaitan tentang dua materi ini. c.Media Film Bersuara, guru dapat memutarkan film-film atau video yang berkaitan dengan kedua materi ini

Related Documents


More Documents from ""