Mata Kuliah Kespro Lanjut.docx

  • Uploaded by: sri haryati halwi
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mata Kuliah Kespro Lanjut.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,286
  • Pages: 21
Mata Kuliah Kespro Lanjut "Program DepKes MPS dan SM" TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH KESPRO LANJUT PROGRAM DEPERTEMEN KESEHATAN MPS (MAKING PREGNANCY SAFER) DAN SM (SAFE MOTHERHOOD)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 : FETIFERA

SARTINA GAFUR

FINRIAH J HAKIM

REZMANIAR

FITRIANI

RESKY BUDIYANTY

HARDIANTI

RENIWIJAYANTI

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK STIKES MEGA REZKY MAKASSAR 2016 / 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasawarsa terakhir ini, dunia internasional nampaknya benarbenar terguncang. Bagaimana tidak jika setiap tahun hampir sekitar setengah juta warga dunia harus menemui ajalnya karena persalinan. Dan nampaknya hal ini menarik perhatian yang cukup besar sehingga dilakukannya berbagai usaha untuk menanggulangi masalah kematian ibu ini. Menurunkan AKI dan anak merupakan dua tujuan pembangunan millennium yang dimana dalam poin empat yaitu mengurangi tingkat kematian anak dan poin lima meningkatkan kesehatan ibu yang disepakati oleh hampir seluruh negara di dunia pada Deklarasi Milenium di tahun 2000. Tingginya AKI di Indonesia telah lama menjadi salah satu keprihatinan utama berbagai upaya telah dilakukan untuk mengakselerasi penurunan tersebut. Kematian ibu dapat diturunkan secara signifikan dengan investasi yang terbatas melalui program yang efektif, kebijakan dan upaya di bidang hukum yang menunjang, maupun intervensi sosial dan masyarakat. Perhatian khusus difokuskan pula pada kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat yang diperlukan untuk menjamin agar wanita dan bayi baru lahirnya mempunyai akses terhadap pelayanan yang diperlukan, dan mau menggunakannya, jika dibutuhkan, dengan penekanan khusus pada penolong persalinan yang terampil dan penyediaan pelayanan dan berkelanjutan.

Indonesia yang telah menjadi anggota WHO sejak tahun 1950 telah melakukan suatu bentuk kerjasama dengan organisasi internasional yang bernaung di bawah PBB tersebut, yang bergerak dalam bidang kesehatan dunia untuk menangani permasalahan AKI ini. Dalam kerjasama ini pemerintah Indonesia khususnya Departemen Kesehatan (Depkes) sangat berperan penting karena dalam pelaksanaan program MPS ini, Depkes mengadopsi langkah strategi yang dicanangkan oleh WHO dan menjalankan dengan maksimal untuk mensukseskan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Dalam arti kata luas tujuan Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer sama, yaitu melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. MPS merupakan strategi sektor kesehatan

yang fokus pada pendekatan

perencanaan sistematis dan terpadu dalam melaksanakan intervensi klinis dan pelayanan kesehatan. Dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015, visi MPS adalah : Semua perempuan di Indonesia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi dilahirkan hidup dan sehat. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan MPS (Making Pragnency Safer) ? 2. Apa yang dimaksud dengan SM (Safe Motherhood) ?

3. Bagaimana program Depkes MPS (Making Pregnancy Safer) dan SM (Safe Motherhood) ? C. Tujuan Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan MPS dan SM, serta bagaiman program Depertemen Kesehatan tentang Making Pregnency Safer dan Safe Motherhood.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian MPS (Making Pregnancy Safer) dan SM (Safe Motherhood) 1. MPS (Making Pregnancy Safer) Making Pregnancy Safer (MPS) merupakan strategi sektor kesehatan yang ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan dan kesakitan ibu dan bayi. Strategi MPS merupakan tonggak sejarah yang menandai komitmen baru untuk memastikan hak ibu dan bayinya. Strategi MPS disusun berdasarkan pengetahuan epidemiologi yang didapat sejak pencanangan Prakarsa Safe Motherhood di Nairobi tahun 1987. Strategi ini disusun berdasarkan konsensus yang dicapai pada International Conference on Population and Development (ICPD-Cairo, 1994), Konferensi Dunia ke-IV tentangWanita (Beijing, 1995) dan pernyataan bersama WHO/UNFPA/UNICEF/World Bank. MPS menyerukan kepada seluruh pihak terkait, seperti pemerintah,masyarakat dan organisasi international. Pesan Kunci MPS Kompleksnya masalah kematian ibu memerlukan strategi kesehatan yang memastikan bahwa: a.

Setiap persalinan harus diinginkan.

b. Setiap persalinan dilayani tenaga kesehatan terlatih. c.

Setiap komplikasi memperoleh pertolongan.

Kerangka Pikir MPS dalam Safe Motherhood dukungan yang efektif untuk upaya Safe Motherhood nasional membutuhkan pelaksanaan kegiatan dalam kerangka pikir MPS yang meliputi area: a.

Membangun Kemitraan.

b. Advokasi c.

Penelitian untuk Pengembangan.

d. Penyusunan Standar dan Instrumen. e.

Meningkatkan Dukungan Kapasitas, Teknis dan Kebijaksanaan.

f.

Monitoring dan Evaluasi Tujuan MPS Menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia. Strategi kegiatan yang akan dilakukan melalui kemitraan dengan pemerintah dan mitranya :

a.

Meningkatkan kapasitas pemerintah.

b.

Menyusun atau memperbaharui kebijaksanaan dan standar nasional pelayanan kebidanan untuk Kesehatan lbu Anak, KB, termasuk pelayanan pasca abortus,pelayanan aborsi bila dilegalkan) dan menyusun kombinasi perundangan untuk mendukung kebijaksanaan dan standar ini.

c.

Membangun sistem yang menjamin pelaksanaan standar ini dengan baik.

d.

Meningkatkan akses kepada pelayanan kesehatan ibu-anak dan pelayanan KB yang efektif dengan memacu investasi sektor pemerintah dan swasta sertamengembangkan pengaturan alternatif (seperti melalui kontrak) untuk memaksimumkan kontribusi pihak swasta pada tujuan nasional.

e.

Mendorong

pelayanan

di

tingkat

keluarga

dan

masyarakat

yang

mendukungkesehatan ibu anak dan KB. f.

Meningkatkan sistem untuk monitoring pelayanan kesehatan ibu dan anak.

g.

Menempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas dalam agenda pembangunan kesehatan nasional dan internasional Sebagai komponen penting dari Safe Motherhood nilai tambah Making Pregnancy Safer terletak pada fokus pada sektor kesehatan. Meskipun tujuan Safe Motherhood dan MPS sama, MPS memiliki fokus yang lebih kuat yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap, untuk menjamin pelaksanaan intervensi yang cost-effective dan berdasarkan bukti, yang bertujuan untuk menanggulangi penyebab utama kematian ibu dan kematian bayi baru lahir. Tujuannya adalah menanggulangi penyebab utama kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Perhatian khusus difokuskan pula pada kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat yang diperlukan untuk menjamin agar wanita dan bayi baru lahirnya mempunyai akses terhadap pelayanan yang diperlukan, dan mau menggunakannya, jika dibutuhkan, dengan penekanan khusus pada penolong persalinan yang terampil dan penyediaan pelayanan dan berkelanjutan. Indonesia yang telah menjadi anggota WHO sejak tahun 1950 telah melakukan suatu bentuk kerjasama dengan organisasi internasional yang bernaung di bawah PBB tersebut, yang bergerak dalam bidang kesehatan dunia untuk menangani permasalahan AKI ini. Dalam kerjasama ini pemerintah Indonesia khususnya Departemen Kesehatan (Depkes) sangat berperan penting karena dalam pelaksanaan program MPS ini, Depkes mengadopsi langkah strategi yang

dicanangkan oleh WHO dan menjalankan dengan maksimal untuk mensukseskan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2015. 2. SM (Safe Motherhood) Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang dilakukan agar seluruh perempuan menerima perawatan yang mereka butuhkan selama hamil dan bersalin. Program itu terdiri dari empat pilar yaitu keluarga berencana, pelayanan antenatal, persalinan yang aman, dan pelayanan obstetri esensial. Menurut pengertian ini penyebab kematian ibu dapat dibagi menjadi penyebab langsung maupun tak langsung. Penyebab kematian langsung yaitu setiap komplikasi persalinan disetiap fase kehamilan (kehamilan, persalinan dan pasca persalinan), akibat tindakan, kesalahan pengobatan atau dari kesalahan yang terjadi disetiap rangkaian kejadian diatas. Contohnya seperti perdarahan, pre-eklamsia/eklamsia, akibat komplikasi anestesi atau bedah kaisar. Penyebab kematian tak langsung yaitu akibat penyakit lain yang telah ada sebelumnya atau berkembang selama kehamilan dan yang tidak berhubungan dengan penyebab langsung tetapi dipicu secara fisiologis oleh kehamilan. Contohnya seperti kematian akibat penyakit ginjal atau jantung. Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan salah satu upaya yang telah dilaksanakan dan menjadi gerakan nasional sejak tahun 1996, namun dalam perkembangannya gerakan ini perlu ditingkatkan kembali baik kepedulian maupun tanggung jawab masyarakat, LSM, swasta dan pemerintah. Upaya yang dilakukan Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu Kematian ibu hamil dilatarbelakangi oleh:

a.

Persalinan yang ditolong dukun.

b.

Persalinan yang dilakukan dirumah, bila terjadi komplikasi dan memerlukan rujukan, akan membutuhkan waktu cukup lama.

c.

Derajat kesehatan ibu sebelum dan saat hamil masih rendah yaitu 50% menderita anemia, 30% berisiko kurang energi kronis, sekitar 65% berada dalam keadaan 4 terlalu.

d. Status perempuan masih rendah sehingga terlambat untuk mengambil keputusan ditingkat keluarga untuk mencari pertolongan. e.

Sekitar 90% kematian ibu disebabkan oleh pendarahan, toksemia gravidarum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang sebenarnya dapat dicegah. Sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, semisal pemeriksaan kehamilan, pemberian gizi yang memadai dan lain-lain. Karenanya upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2015. Melihat kondisi itu semua, disusunlah suatu gerakan yang disebut dengan Safe Motherhood. Gerakan ini pertama kali dicanangkan pada International Conference on Safe Motherhood, Nairobi, 1987. Program ini sendiri telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988 dengan melibatkan secara aktif berbagai sector pemerintah dan non-pemerintah, masyarakat, serta dukungan dari berbagai badan internasional.

Terdapat Empat pilar Safe Motherhood : a.

Keluarga Berencana KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana., maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran." Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga. Pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD dan sebagainya. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua. Gerakan ini mulai dicanangkan pada tahun akhir 1970'an. Tujuan Program KB : Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

b. Pelayanan Antenatal Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi lebih dini komplikasi kehamilan. Selain itu, juga menjadi sarana edukasi bagi perempuan tentang kehamilan. Komponen penting pelayanan antenatal meliputi : 1. Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular seksual. 2. Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak, hipertensi, edema, dan pre-eklampsia.

3.

Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, serta kapan dan bagaimana cara memperoleh pelayanan rujukan.

c.

Persalinan Yang Bersih Dan Aman Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencagah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi , menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Persalinan yang bersih dan aman memiliki tujuan memastikan setiap penolong kelahiran/persalinan mempunyai kemampuan, ketrampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang bersih dan aman, serta memberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi. Dalam persalinan :

1.

Wanita harus ditolong oleh tenaga kesehatan profesional yang memahami cara menolong persalinan secara bersih dan aman.

2.

Tenaga kesehatan juga harus mampu mengenali secara dini gejala dan tanda komplikasi persalinan serta mampu melakukan penatalaksanaan dasar terhadap gejala dan tanda tersebut.

3.

Tenaga plikasi

kesehatan

persalinan

yang lebih mampu.

harus

yang

tidak

siap

untuk

dapat

melakukan

diatasi

ke

rujukan

tingkat

kom

pelayanan

d. Pelayanan Obstetri Esensial Memastikan bahwa tempat pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkan. Pelayanan obstetri esensial bagi ibu yang mengalami kehamilan risiko tinggi atau komplikasi diupayakan agar berada dalam jangkauan setiap ibu hamil. Pelayanan obstetri esensial meliputi kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan ‘untuk melakukan tindakan dalam mengatasi risiko tinggi dan komplikasi kehamilan/persalinan. Pelayanan obstetri esensial pada hakekatnya adalah tersedianya pelayanan secara terus menerus dalam waktu 24 jam untuk bedah cesar, pengobatan penting (anestesi, antibiotik, dan cairan infus), transfusi darah, pengeluaran plasenta secara manual, dan aspirasi vakum untuk abortus inkomplet. Tanpa peran serta masyarakat, mustahil pelayanan obstetri esensial dapat menjamin tercapainya keselamatan ibu. Oleh karena itu, diperlukan strategi berbasis masyarakat yang meliputi : 1.

Melibatkan anggota masyarakat, khususnya wanita dan pelaksanaan pelayanan setempat, dalam upaya memperbaiki kesehatan ibu.

2.

Bekerjasama dengan masyarakat, wanita, keluarga, dan dukun untuk mengubah sikap terhadap keterlambatan mendapat pertolongan.

3.

Menyediakan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang komplikasi obstetri serta kapan dan dimana mencari pertolongan.

B. Program Depkes MPS dan SM

Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang upaya penurunan angka kematian ibu dan kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap untuk menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah yang dikenal dengan sebutan "Making Pregnancy Safer (MPS)" melalui tiga pesan kunci. Tiga pesan kunci MPS itu adalah : 1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. 2. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat akses terhadap pencegahan kehamilan. 3. Setiap wanita usia subur mempunyai tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, pemerintah melalui Departemen Kesehatan dewasa ini menerapkan Strategi Making Pregnancy Safer (MPS), atau ‘Membuat Kehamilan Lebih Aman’, yang merupakan penajaman dari kebijakan sebelumnya tentang ‘Penyelamatan Ibu Hamil’. Strategi MPS yang memberi penekanan kepada aspek medis, walaupun tidak mengabaikan aspek non-medis. Indonesia telah mencanangkan Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai strategi pembangunan kesehatan masyarakat menuju Indonesia Sehat 2010 pada 12 Oktober 2000 sebagai bagian dari program Safe Motherhood.

C. Program Making Pregnancy Safer dalam Membantu Mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Empat strategi utama ini yang merupakan strategi yang diadopsi langsung oleh Depkes dari empat strategi MPS global : a.

Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan berkualitas yang cost-effective dan berdasarkan bukti-bukti.

b.

Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas sektor dan kemitraan lainnya untuk melakukan advokasi guna memaksimalkan sumberdaya yang tersedia serta meningkatkan koordinasi perencanaan dan kegiatan MPS.

c.

Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan mereka untuk menjamin perilaku sehat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

d.

Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

1. Program Kualitas dan Cakupan Pelayanan Dalam strategi ini yang berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kesinambungan pelayanan di Indonesia. Dimana dengan adanya kualitas pelayanan yang baik, maka dalam melaksakan program ini dapat berhasil. Indonesia memiliki banyak pulau yang masih banyak belum terjangkau oleh Depkes, misalnya saja di Papua karena belum banyak tersedia sarana dalam melakukan pengobatan. Hal ini yang patut dan harus diperhatikan oleh

pemerintah. Dalam melakukan asesmen nasional tentang pelayanan ibu hamil dan bayi baru lahir dan manajemen pelayanan disemua tingkat. Tidak hanya di kotakota besar melainkan di kabupaten, kecamatan,desa bahkan di daerah-daerah terpencil. Untuk mendapatkan kualitas pelayanan yang baik tenaga ahli dokter dan bidan bahkan dukun bayi mendapat pelatihan-pelatihan agar mampu dan tidak melakukan kesalahan yang menimbulkan banyak resiko terhadap Ibu hamil, melahirkan dan dalam masa setelah persalinan (post natal) harus mempunyai akses terhadap tenaga kesehatan yang terlatih, yaitu profesi kesehatan yang terakreditasi seperti bidan, dokter, atau perawat yang telah menempuh pendidikan dan dilatih untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam mengelola kehamilan normal (tanpa komplikasi), persalinan dan periode segera setelah melahirkan dan dalam pengidentifikasian, pengelolaan dan rujukan atas komplikasi yang diderita oleh ibu dan anak. Melakukan asesmen kebutuhan dan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang terdapat di tingkat kabupaten atau kota saat ini. Dimana asesmen pelayanan perlu juga mencakup asesmen kebutuhan sistem kesehatan, seperti sumber daya manusia, peralatan, bahan-bahan, obat-obatan, kemampuan fisik, transportasi, komunikasi, manajemen struktur dan prosedur. Kerjasama WHO dan Depkes dalam pelaksanaan program yang pertama, dapat terlihat hasilnya dengan adanya penambahan jumlah tenaga kesehatan, dan penambahan puskesmas di setiap propinsi Indonesia.

Pada program ini lebih menekankan dimana ditempatkannya para bidanbidan atau tenaga kesehatan di setiap propinsi, sehingga bisa dengan cepat menangani dan sekaligus memberikan pertolongan pertama kepada para ibu hamil khususnya pada saat pemberian pelayanan untuk pertolongan pertama saat persalinan di setiap puskesmas, polindes, dan rumah sakit pemerintah dan swasta di seluruh propinsi. 2. Program Kemitraan Lintas Sektor Dalam menjalankan program MPS untuk menurunkan AKI di Indonesia, WHO dan Depkes tidak bekerja sendiri, adanya kerjasama dengan organisasiorganisasi profesi seperti Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia, dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Dengan membuat suatu kerjasama yang solid untuk menurunkan AKI, di Indonesia sendiri sudah diterapkan program keluarga berencana yaitu dimana setiap satu keluarga hanya memiliki dua orang anak, ini merupakan suatu keputusan pemerintah untuk mengurangi kematian ibu karena dengan memiliki banyak anak akan menimbulkan resiko yang sangat tinggi dalam melakukan persalinan dan terutama terlalu tua untuk melakukan persalinan. Kemudian dengan adanya kerjasama mitra kerja lain ini untuk membuat suatu kordinasi yang baik dalam memantau jumlah AKI di Indonesia secara bersama-sama. Meningkatnya kemitraan yang efektif guna memaksimalkan sumberdaya yang tersedia serta meningkatkan dan menjamin koordinasi perencanaan dan kegiatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lebih baik dengan , BKKBN.

Dalam melaksanakan program ini banyak bekerjasama dengan kemitraan lain seperti BKKBN. 3. Program Pemberdayaan Wanita dan Keluarga Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta pemanfaatan pelayanan yang tersedia. Meningkatnya upaya-upaya dalam

kegiatan

Suami

Siaga,

untuk

memantapkan

keterlibatan

suami

mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, KB, dan pencegahan Penyakit Menular Seksual. Dalam hal ini dengan Menambahkan pesan-pesan MPS dalam upaya Suami Siaga yang sedang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterlibatan dan partisipasi suami mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir : a.

Fokus khusus pada pelayanan kedaruratan kebidanan, persiapan persalinan dan pencegahan PMS termasuk HIV.

b.

Memberi dukungan pada wanita selama kehamilan, persalinan dan setelah kelahiran serta perawatan bayi baru lahir.

c.

Mempromosikan partisipasi aktif suami dalam penerimaan KB pada pascasalin dan pascaaborsi.

d.

Mendorong suami untuk menyediakan dana guna persiapan pelayanan kedaruratan. Meningkatnya keterlibatan keluarga dalam menjamin pelayanan yang adekuat selama kehamilan dan masa laktasi serta mencegah kehamilan yang

“terlalu muda”, “terlalu tua”, “terlalu sering” dan “terlalu banyak”. Pemberian informasi oleh Bidan di Desa dan petugas lain pada keluarga tentang pentingnya gizi yang memadai serta istirahat yang cukup selama kehamilan dan masa laktasi serta pemberian ASI secara dini dan eksklusif, membantu keluarga dalam persiapan persalinan. Kegiatan ini amat penting untuk menghindari keterlambatan pertama, yaitu mengenal masalah dan mengambil langkah-langkah. Pada persalinan rumah: bilamana dan bagaimana menghubungi Bidan di Desa, persiapan tempat bersalin di rumah, bahan-bahan yang diperlukan selama persalinan dan untuk keperluan bayi, mengatur keuangan untuk membayar biaya dan transportasi jika terjadi komplikasi dan fasilitas mana yang akan digunakan. Jika direncanakan untuk melahirkan di fasilistas kesehatan, perlu direncanakan bilamana akan pergi ke fasilitas kesehatan, persiapan bahan untuk persalinan, dana dan transportasi. Dalam program ini lebih ditingkatkan lagi peran keluarga terutama suami dalam mempersiapkan segala sesuatu untuk persiapan bersalin, selain dari pemberiaan kasih sayang dan perhatian yang lebih selama masa kehamilan selain itu menyiapkan dana, apabila nantinya dibutuhkan dalam masalah persalinan yang mengalami resiko, selain itu tersedianya alat transportasi apabila dalam keadaan darurat yang tidak dapat diketahui terlebih dahulu. Jadi peran suami merupakan yang paling utama karena selain wanita yang mengalami masa persalinan sang suami lebih mengerti keadaan dan kondisi istrinya. Adanya program suami siaga, diharapkan dapat membantu wanita hamil dalam masa kehamilan dan bukan hanya pada saat kehamilan pertama tapi pada

kehamilan berikutnya. Selain itu peran keluarga lainnya seperti ibu dalam memberikan informasi pengalaman dan pengetahuan pada masa kehamilan. Peran suami sangatlah penting mengingat bahwa sehari-hari, di temani oleh suami dalam merawat dan menjaga. 4. Program Pemberdayaan Masyarakat Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan penggunaan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Mantapnya Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang sedang dilaksanakan dalam meningkatkan tingkat pengetahuan wanita, suami dan keluarga mengenai peningkatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. GSI merupakan suatu gerakan yang dilaksanakan dalam upaya membantu salah satu program pemerintah untuk peningkatan kualitas hidup perempuan melalui berbagai kegiatan yang berdampak terhadap upaya penurunan AKI karena hamil, melahirkan dan nifas.

BAB III

PENUTUP A. Kesimpulan Making Pregnancy Safer (MPS) merupakan strategi sektor kesehatan yang ditujukan untuk mengatasi masalah kembar kesehatan dan kesakitan ibu. Tujuan MPS Menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia. Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang dilakukan agar seluruh perempuan menerima perawatan yang mereka butuhkan selama hamil dan bersalin. Empat pilar safe motherhood yaitu keluarga berencana, pelayanan antenatal, persalinan yang aman, dan pelayanan obstetri esensial. Upaya menurunkan kematian ibu merupakan masalah kompleks yang melibatkan berbagai aspek dan disiplin ilmu termasuk faktor sosial ekonomi dan budaya masyarakat sebagai mata rantai yang berkaitan. Sehingga, selain komitmen politik pemerintah sebagai pengambil keputusan yang akan menentukan arah dan prioritas pelayanan kesehatan, juga diperlukan partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan. Tidak ada intervensi tunggal yang mampu menyelesaikan masalah kematian ibu. Oleh karena itu, berbagai upaya untuk mengatasi hal ini melalui Strategi Menyelamatkan Persalinan Sehat, meskipun dalam pelaksanaannya masih menemui beberapa kendala, perlu untuk didukung. Kesehatan ibu adalah hal yang vital bagi keberlangsungan hidup manusia dan hal ini

menjadi

tanggung

meningkatkannya. B. Saran

jawab

kita

bersama

untuk

memelihara

dan

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu kami mengharap saran yang membangun dari pembaca sebagai penyempurna dari makalah asuhan kebidanan komunitas yang kami susun.

Related Documents

Mata Kuliah
October 2019 51
Kuliah Mata
July 2020 27
Mata Kuliah
November 2019 45
Mata Kuliah
May 2020 43
Kespro
June 2020 20

More Documents from ""