Masalah Gizi Komunitas.rtf

  • Uploaded by: Novi Sujono
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Masalah Gizi Komunitas.rtf as PDF for free.

More details

  • Words: 3,700
  • Pages: 22
A.

LATAR BELAKANG Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi. Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia. Dalam Repelita VI, pemerintah dan masyarakat berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi 30%. Namun saat ini di Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berdampak juga pada status gizi balita, dan diasumsi kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk akan bertambah.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan dan pemberdayaan tenaga kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP berat/gizi buruk secara terpadu ditiap jenjang administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Umum, Puskesmas perawatan, puskesmas, balai pengobatan (BP),

puskesmas

pembantu, dan posyandu/PPG (Pusat Pemulihan Gizi).

Agar upaya penanggulangan KEP di puskesmas dan rumah tangga dapat mencapai sasaran yang diharapkan secara optimal diperlukan adanya Buku Pedoman sebagai acuan.

B. PENGERTIAN, KLASIFIKASI DAN GEJALA KLINIS KURANG ENERGI PROTEIN

1.

Pengertian Kurang Energi Protein (KEP)

KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).

2.

Klasifikasi KEP

Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan umur dan menggunakan KMS dan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS (lampiran 1)

2.1.KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita warna kuning 2.2.KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah Garis Merah (BGM). 2.3.KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median WHONCHS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/Gizi buruk dan KEP sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS (lampiran 1)

3.

Gejala klinis Balita KEP berat/Gizi buruk

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor.

a. Kwashiorkor -

Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki

(dorsum pedis)

-

Wajah membulat dan sembab

-

Pandangan mata sayu

-

Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut

tanpa rasa sakit, rontok -

Perubahan status mental, apatis, dan rewel

-

Pembesaran hati

-

Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri

atau duduk -

Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah

warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis) -

Sering disertai :

• penyakit infeksi, umumnya akut anemia diare.

b. Marasmus: -

Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit

-

Wajah seperti orang tua

-

Cengeng, rewel

-

Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar)

-

-

Perut cekung

-

Iga gambang

Sering disertai:

- penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) - diare kronik atau konstipasi/susah buang air

c. Marasmik-Kwashiorkor: -

Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok.

SEMUA PENDERITA KEP BERAT UMUMNYA DISERTAI DENGAN ANEMIA DAN DEFISIENSI MIKRONUTRIEN LAIN

C. PENEMUAN KASUS Penemuan kasus balita KEP dapat dimulai dari :

1.

Posyandu/Pusat Pemulihan Gizi

Pada penimbangan bulanan di posyandu dapat diketahui apakah anak balita berada pada daerah pita warna hijau, kuning, atau dibawah garis merah (BGM). Bila hasil penimbangan BB balita dibandingkan dengan umur di KMS terletak pada pita kuning, dapat dilakukan perawatan di rumah , tetapi bila anak dikategorikan dalam KEP sedang-berat/BGM, harus segera dirujuk ke Puskesmas. 2.

Puskesmas

Apabila ditemukan BB anak pada KMS berada di bawah garis merah (BGM) segera lakukan penimbangan ulang dan kaji secara teliti. Bila KEP Berat/Gizi buruk (BB < 60% Standard WHO-NCHS) lakukan pemeriksaan klinis dan bila tanpa penyakit penyerta dapat dilakukan rawat inap di puskesmas. Bila KEP berat/Gizi buruk dengan penyakit penyerta harus dirujuk ke rumah sakit umum.

Semua balita yang datang ke Puskesmas harus ditentukan status gizinya

ANAK DENGAN TANDA-TANDA KLINIS KEP BERAT/GIZI BURUK (MARASMUS,KWASHIORKOR, MARASMIC KWASHIORKOR) HARUS DI RAWAT INAP

BAB II MEKANISME PELAYANAN GIZI BALITA KEP BERAT/GIZI BURUK

A. Tingkat Rumah Tangga -

Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan

untuk mengetahui pertumbuhan berat badannya -

Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0-4 bulan

-

Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun

-

Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai

anjuran pemberian makanan (lampiran 5) -

Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggauta keluarga lainnya

-

Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila

mengalami sakit atau gangguan pertumbuhan -

Ibu menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas

B. Tingkat Posyandu

balita

-

Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta mencatat hasil penimbangan pada KMS -

Kader memberikan nasehat pada orang tua balita untuk memberikan hanya

ASI kepada bayi usia 0-4 bulan dan tetap memberikan ASI sampai usia 2 tahun -

Kader memberikan penyuluhan pemberian MP-ASI sesuai dengan usia anak

dan kondisi anak sesuai kartu nasehat ibu -

Kader menganjurkan makanan beraneka ragam untuk anggauta keluarga

lainnya -

Bagi balita dengan berat badan tidak naik (“T”) diberikan penyuluhan gizi

seimbang dan PMT Penyuluhan -

Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik

3 kali (“3T”) dan berat badan di bawah garis merah (BGM) -

Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit

penyerta lain -

Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan

kesehatan balita C.

Pusat pemulihan Gizi (PPG)

PPG merupakan suatu tempat pelayanan gizi kepada masyarakat yang ada di desa dan dapat dikembangkan dari posyandu. Pelayanan gizi di PPG difokuskan pada pemberian makanan tambahan pemulihan bagi balita KEP. Penanganan PPG dilakukan oleh kelompok orang tua balita (5-9 balita) yang dibantu oleh kader untuk menyelenggarakan PMT Pemulihan anak balita.

Layanan yang dapat diberikan adalah :

-

Balita KEP berat/gizi buruk yang tidak menderita penyakit penyerta lain dapat

dilayani di PPG -

Kader memberikan penyuluhan gizi /kesehatan serta melakukan demonstrasi

cara menyiapkan makanan untuk anak KEP berat/gizi buruk

-

Kader menimbang berat badan anak setiap 2 minggu sekali untuk memantau

perubahan berat badan dan mencatat keadaan kesehatannya



Bila anak berat badan nya tidak naik atau tetap maka berikan

penyuluhan gizi seimbang untuk dilaksanakan di rumah 

-

Bila anak sakit dianjurkan untuk memeriksakan anaknya ke puskesmas

Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning atau di bawah garis

merah (BGM) pada KMS, kader memberikan PMT Pemulihan 

Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan

diberikan setiap hari. 

Bila makanan tidak memungkinkan untuk dimakan bersama, makanan

tersebut diberikan satu hari dalam bentuk matang selebihnya diberikan dalam bentuk bahan makanan mentah 

Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning pada KMS

teruskan pemberian PMT pemulihan sampai 90 hari 

Apabila setelah 90 hari, berat badan anak belum berada di pita warna

hijau pada KMS kader merujuk anak ke puskesmas untuk mencari kemungkinan penyebab lain -

Apabila berat badan anak berada di pita warna hijau pada KMS, kader

menganjurkan pada ibu untuk mengikuti pelayanan di posyandu setiap bulan dan tetap melaksanakan anjuran gizi dan kesehatan yang telah diberikan -

Ibu memperoleh penyuluhan gizi/kesehatan serta demontrasi cara menyiapkan

makanan untuk anak KEP -

Kader menganjurkan pada ibu untuk tetap melaksanakan nasehat yang

diberikan tentang gizi dan kesehatan

-

Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan

kesehatan dan gizi anak

D.

Puskesmas -

Puskesmas menerima rujukan KEP Berat/Gizi buruk dari posyandu dalam

wilayah kerjanya serta pasien pulang dari rawat inap di rumah sakit -

Menyeleksi kasus dengan cara menimbang ulang dan dicek dengan Tabel

BB/U Baku Median WHO-NCHS (lampiran 1) 

Apabila ternyata berat badan anak berada di bawah garis merah (BGM)

dianjurkan kembali ke PPG/posyandu untuk mendapatkan PMT pemulihan 

Apabila anak dengan KEP berat/gizi buruk (BB < 60% Tabel BB/U

Baku Median WHO-NCHS) tanpa disertai komplikasi, anak dapat dirawat jalan di puskesmas sampai berat badan nya mulai naik 0,5 Kg selama 2 minggu dan mendapat PMT-P dari PPG 

Apabila setelah 2 minggu berat badannya tidak naik, lakukan

pemeriksaan untuk evaluasi mengenai asupan makanan dan kemungkinan penyakit penyerta, rujuk ke rumah sakit untuk mencari penyebab lain -

Anak KEP berat/Gizi Buruk dengan komplikasi serta ada tanda-tanda

kegawatdaruratan segera dirujuk ke rumah sakit umum -

Tindakan yang dapat dilakukan di puskesmas pada anak KEP berat/ gizi buruk

tanpa komplikasi 

Memberikan penyuluhan gizi dan konseling diet KEP berat/Gizi buruk

(dilakukan di pojok gizi) 

Melakukan pemeriksaan fisik dan pengobatan minimal 1 kali per

minggu 

Melakukan evaluasi pertumbuhan berat badan balita gizi buruk setiap

dua minggu sekali



Melakukan peragaan cara menyiapkan makanan untuk KEP berat/Gizi

buruk 

Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan berat

badan dan kemajuan asupan makanan 

Untuk keperluan data pemantauan gizi buruk di lapangan, posyandu,

dan puskesmas diperlukan laporan segera jumlah balita KEP berat/gizi buruk ke Dinas kesehatan kabupaten/kota dalam 24 jam dengan menggunakan formulir W1 dan laporan mingguan dengan menggunakan formulir W2 (lampiran 2)

-

Apabila berat badan anak mulai naik, anak dapat dipulangkan dan dirujuk ke

posyandu/PPG serta dianjurkan untuk pemantauan kesehatan setiap bulan sekali

-

Petugas kesehatan memberikan bimbingan terhadap kader untuk melakukan

pemantauan keadaan balita pada saat kunjungan rumah

TATA LAKSANA DIET PADA KEP BERAT/GIZI BURUK

A. Tingkat Rumah Tangga 1. Ibu memberikan aneka ragam makanan dalam porsi kecil dan sering kepada anak sesuai dengan kebutuhan 2. Teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun B. Tingkat Posyandu / PPG

1. Anjurkan ibu memberikan makanan kepada anak di rumah sesuai usia anak, jenis makanan yang diberikan mengikuti anjuran makanan (lampiran 5) 2. Selain butir 1, maka dalam rangka pemulihan kesehatan anak, perlu mendapat makanan tambahan pemulihan (PMT-P) dengan komposisi gizi mencukupi minimal 1/3 dari kebutuhan 1 hari, yaitu : Energi 350 – 400 kalori Protein 10 -

15 g

3. Bentuk makanan PMT-P Makanan yang diberikan berupa : a. Kudapan (makanan kecil) yang dibuat dari bahan makanan setempat/lokal. b. Bahan makanan mentah berupa tepung beras,atau tepung lainnya, tepung susu, gula minyak, kacang-kacangan, sayuran, telur dan lauk pauk lainnya c. Contoh paket bahan makanan tambahan pemulihan (PMT-P) yang dibawa pulang Contoh bahan makanan yang dibawa pulang : Alternative

Kebutuhan Paket Bahan Makanan/Anak/Hari

I

Beras 60 g

Telur 1 butir atau kacangkacangan 25 g

gula 15 g

II

Beras 70 g

Ikan 30 g

-

III

Ubi/singkong 150 g

Kacang-kacangan 40 g

gula 20 g

V

Tepung ubi 40 g

Kacang-kacangan 40 g

gula 20 g

4. Lama PMT-P pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan setiap hari kepada anak selama 3 bulan (90 hari)

5.

Cara penyelenggaraan a. Makanan kudapan diberikan setiap hari di Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau b. Seminggu sekali kader melakukan demonstrasi pembuatan makanan pendamping ASI/makanan anak, dan membagikan makanan tersebut kepada anak balita KEP, selanjutnya kader membagikan paket bahan makanan mentah untuk kebutuhan 6 hari.

C. Tingkat Puskesmas Tata laksana diet pada balita KEP berat/gizi buruk ditujukan untuk memberikan makanan tinggi energi, tinggi protein, dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna mencapai status gizi optimal. Ada 4 (empat) kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu : pemberian diet, pemantauan, dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.

I. Pemberian diet balita KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Melalui 3 fase yaitu : fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi b. Kebutuhan energi mulai 100-200 kal/Kgbb/hari c. Kebutuhan protein mulai 1-6 g/Kgbb/hari d. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral khusus, bila tidak tersedia diberikan bahan makanan sumber mineral tertentu (lihat hal 12) e. Jumlah cairan 130-200 ml/kgbb/hari, bila ada edema dikurangi menjadi 100 ml/Kg bb/hari f. Jumlah pemberian peroral atau lewat pipa nasogastrik g. Porsi makanan kecil dan frekwensi makan sering h. Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa, dan rendah serat i. Terus memberikan ASI j. Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi dan berdasarkan berat badan, yaitu : bb < 7 kg diberikan kembali makanan bayi dan bb > 7 Kg dapat langsung diberikan makanan anak secara bertahap

Tabel 1 : KEBUTUHAN GIZI MENURUT FASE PEMBERIAN MAKAN

FASE ZAT GIZI

STABILISASI

TRANSISI

REHABILITASI

Energi

100 Kkal/kgbb/hr

150 Kkal/kgbb/hr

150-200 Kkal/kgbb/hr

Protein

1-1,5 g/kgbb/hr

2-3 g/kgbb/hr

4-6 g/kgbb/hr

Vitamin A

Lihat langkah 8

Lihat langkah 8

Lihat langkah 8

Asam Folat

Idem

Idem

Idem

Zink

Idem

Idem

Idem

Cuprum

Idem

Idem

Idem

Fe

Idem

Idem

Idem

Cairan

130 ml/Kgbb/hr atau

150 ml/Kgbb/hr

150-200 ml/Kgbb/hr

100 ml/kgbb/hr bila ada edema

Tabel 2 JADWAL, JENIS, DAN JUMLAH MAKANAN YANG DIBERIKAN JUMLAH CAIRAN (ml) SETIAP MINUM MENURUT BB ANAK

FASE

Stabilisasi

WAKTU PEMBERI AN

JENIS FREKWENS MAKANAN I

4 Kg

6 Kg

8 Kg

10 Kg

Hari 1-2

F75/modifika 12 x ( dg si/Modisco ½ ASI )

45

65

-

-

45

65

90

110

65

100

-

-

65

100

130

160

12 x ( tanpa ASI)

Hari 3-4

F75/modifika si/Modisco½ 8 x ( dg ASI) 8 x (tanpa ASI)

Hari 5-7

Transisi

Minggu 2-3

F75/Modifik asi/Modisco ½

6 x (dg ASI)

90

130

-

-

6 x (Tanpa ASI)

90

130

175

220

F100/modifi

4 x ( dg ASI )

130

195

-

-

90

130

175

220

90

100

150

175

-

-

-

-

100

100

100

100

3 x 1 porsi

-

-

-

-

1 –2 x 1 buah

-

-

-

-

kasi/Modisco 6 x ( tanpa I ASI) Atau II Rehabilita Si

Minggu 3-6

F135/modifi kasi/Modisco III, ditambah

3 x ( dg/tanpa ASI )

BB < 7 Kg Makanan lumat/makan

3 x 1 porsi

lembik sari buah

BB >7 Kg

Makanan lunak/makan

1x

An biasa Buah *) 200 ml = 1 gelas Contoh : Kebutuhan anak dengan berat badan 6 Kg pada fase rehabilitasi diperlukan : Energi : 1200 Kkal 400 kalori dipenuhi dari 3 kali 100 cc F 135 ditambah 800 kalori dari 3 kali makanan lumat/makanan lembik dan 1 kali 100 cc sari buah

Tabel 3 FORMULA WHO Bahan

Per 100 ml

F 75

F 100

F 135

FORMULA WHO Susu skim bubuk

g

25

85

90

Gula pasir

g

100

50

65

Minyak sayur

g

30

60

75

Larutan elektrolit

Ml

20

20

27

Tambahan air s/d

Ml

1000

1000

1000

Energi

Kalori

750

1000

1350

Protein

g

9

29

33

Lactosa

g

13

42

48

Potasium

Mmol

36

59

63

Sodium

Mmol

6

19

22

Magnesium

Mmol

4.3

7.3

8

NILAI GIZI

Seng

Mg

20

23

30

Copper

Mg

2.5

2.5

3.4

% energi protein

-

5

12

10

% energi lemak

-

36

53

57

Mosm/l

413

419

508

Osmolality

Tabel 4 MODIFIKASI FORMULA WHO FASE Bahan Makanan

STABILISASI F75 I

F75 II

F75

Susu skim bubuk (g)

25

-

Susu full cream (g)

-

Susu sapi segar (ml)

TRANSISI

REHABILITASI

M½ F100

M1

MII

F135

MIII

-

100

-

100

100

-

-

35

-

-

110

-

-

25

120

-

-

300

-

-

-

-

-

-

Gula pasir (g)

70

70

70

50

50

50

50

75

75

Tepung beras (g)

35

35

35

-

-

-

-

50

-

Tempe (g)

-

-

-

-

-

-

-

150

-

Minyak sayur (g)

27

17

17

25

30

50

-

60

-

Margarine (g)

-

-

-

-

-

-

50

-

50

Lar. Elektrolit (ml)

20

20

20

-

20

-

-

27

-

Tambahan air (L)

1

1

1

1

1

1

1

1

1

*) M : Modisco

III

Keterangan : 1. Fase stabilisasi diberikan Formula WHO 75 atau modifikasi. Larutan Formula WHO 75 ini mempunyai osmolaritas tinggi sehingga kemungkinan tidak dapat diterima oleh semua anak, terutama yang mengalami diare. Dengan demikian pada kasus diare lebih baik digunakan modifikasi Formula WHO 75 yang menggunakan tepung 2. Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai Formula WHO 100 atau modifikasi 3. Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai dari pemberian Formula WHO 135 sampai makanan biasa

CARA MEMBUAT 1. Larutan Formula WHO75 Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan larutan elektrolit, diencerkan dengan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen dan volume menjadi 1000 ml. Larutan ini bisa langsung diminum Larutan modifikasi : Campurkan susu skim/full cream/susu segar, gula, tepung, minyak. Tambahkan air sehingga mencapai 1 L (liter) dan didihkan hingga 5-7 menit. 2. Larutan Formula WHO 100 dan modifikasi Formula WHO 100 Cara seperti membuat larutan Formula WHO 75 Larutan modifikasi : Tempe dikukus hingga matang kemudian dihaluskan dengan ulekan (blender, dengan ditambah air). Selanjutnya tempe yang sudah halus disaring dengan air secukupnya. Tambahkan susu, gula, tepung beras, minyak, dan larutan elektrolit. Tambahkan air sampai 1000 ml, masak hingga mendidih selama 5-7 menit. 3. Larutan elektrolit Bahan untuk membuat 2500 ml larutan elektrolit mineral, terdiri atas : KCL

224

g

Tripotassium Citrat

81

g

MgCL2.6H2O

76

g

Zn asetat 2H2O

8,2 g

Cu SO4.5H2O

1,4 g

Air sampai larutan menjadi 2500 ml (2,5 L) Ambil 20 ml larutan elektrolit, untuk membuat 1000 ml Formula WHO 75, Formula WHO 100, atau Formula WHO 135. Bila bahan-bahan tersebut tidak tersedia, 1000 mg Kalium yang terkandung dalam 20 ml larutan elektrolit tersebut bisa didapat dari 2 gr KCL atau sumber buah-buahan antara lain sari buah tomat (400 cc)/jeruk (500cc)/pisang (250g)/alpukat (175g)/melon (400g).

II.EVALUASI DAN PEMANTAUAN PEMBERIAN DIET 1. Timbang berat badan sekali seminggu, bila tidak naik kaji penyebabnya (asupan gizi tidak adequat, defisiensi zat gizi, infeksi, masalah psikologis). 2. Bila asupan zat gizi kurang, modifikasi diet sesuai selera. 3. Bila ada gangguan saluran cerna (diare, kembung,muntah) menunjukkan bahwa formula tidak sesuai dengan kondisi anak, maka gunakan formula rendah atau bebas lactosa dan hipoosmolar, misal: susu rendah laktosa, formula tempe yang ditambah tepung-tepungan. 4. Kejadian hipoglikemia : beri minum air gula atau makan setiap 2 jam III.PENYULUHAN GIZI DI PUSKESMAS 1. Menggunakan leaflet khusus yang berisi jumlah, jenis, dan frekwensi pemberian bahan makanan 2. Selalu memberikan contoh menu (lampiran 6) 3. Mempromosikan ASI bila anak kurang dari 2 tahun 4. Memperhatikan riwayat gizi (lampiran 3 dan 4) 5. Mempertimbangkan sosial ekonomi keluarga 6. Memberikan demonstrasi dan praktek memasak makanan balita untuk ibu IV.TINDAK LANJUT 1. 2.

Merencanakan kunjungan rumah Merencanakan pemberdayaan keluarga

Penyakit gizi buruk menjadi isu hangat nasional yang sedang dibahas saat ini. Namun sebenarnya Trubus Mania tau enggak sih, sebenarnya kelaparan dan kekurangan gizi adalah dua kondisi yang berbeda. Kelaparan adalah kondisi dimana tubuh membutuhkan makanan setelah sebelumnya tubuh menerima makanan. Kondisi kelaparan sendiri bisa terjadi karena memang tidak ada makanan yang bisa dimakan. Sementara itu, kekurangan gizi bisa disebabkan karena kondisi kelaparan yang terjadi secara terus menerus. Di Indonesia sendiri kasus kekurangan gizi masih sering terjadi. Ada berbagai latar belakang dari peristiwa ini, namun bayi dan balita menjadi paling sering masuk dalam kasus ini. Dampak nyata yang diakibatkan dari gizi buruk adalah mudah terkena berbagai jenis penyakit. Berikut ini adalah 7 penyakit karena kekurangan gizi : 1.Marasmus Marasmus adalah penyakit yang disebabkan karena tubuh kekurangan protein dan kalori. Penyakit ini banyak ditemukan pada anak-anak atau bayi berumur dibawah satu tahun.

Marasmus akan membuat tubuh menjadi lebih kurus, berat badan yang sangat kurang dan tidak bisa beraktifitas dengan normal. 2.Kwashiorkor Kwashiorkor merupakan penyakit akibat kekurangan gizi pada bayi dan bila yang disebabkan kekurangan protein akut. Penyakit ini memang mirip seperti marasmus namun pada penderita kwashiorkor terdapat edema pada bagian kaki. Penyakit ini memang pada awalnya dideteksi karena kekurangan protein tapi sebenarnya penyakit ini juga disebabkan karena kekurangan vitamin dan mineral. 3.Anemia Anemia adalah jenis penyakit akibat kekurangan gizi pada bayi dan balita. Anemia disebabkan karena kekurangan vitamin B12. Penyakit ini menyebabkan tubuh menjadi lebih lemah dan tidak bisa melakukan berbagai aktivitas. Anemia bisa terjadi ketika sel darah merah tidak memiliki banyak oksigen sehingga menyebabkan jaringan tubuh menjadi lebih lemah. 4.Gondok Gondok adalah penyakit yang disebabkan karena kekurangan yodium. Gejala gondok menyebabkan ciri yang sangat khas sehingga bisa menyebabkan pembengkakan pada kelenjar tiroid. Perawatan untuk gondok bisa dilakukan sesuai dengan tingkat besar dan kecilnya gondok. Jika gondok berukuran kecil maka perawatan dengan konsumsi makanan yang mengandung yodium bisa dilakukan. Jika gondok berukuran besar maka harus berikan tindakan lanjut oleh medis. 5.Beri-Beri Beri-beri adalah jenis penyakit akibat kekurangan gizi pada bayi yakni vitamin B1. Penyakit ini akan menyerang saraf dan bisa menyebabkan berbagai penyakit komplikasi. Perawatan dilakukan dengan menambahkan nutrisi yang mengandung vitamim B1 atau thiamin. 6.Pellagra Pellagra adalah penyakit yang timbul karena kekurangan vitamin B3 atau niacin. Penyakit akibat kekurangan gizi pada balita ini, juga bisa disebabkan karena perubahan metabolisme protein dalam tubuh. Penyakit ini bisa disembuhkan dengan perawatan yang benar, namun jika tidak diobati maka abisa menyebabkan kematian.

7.Rakhitis Penyakit rakhitis disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan vitamin D. Akibatnya maka tubuh tidak bisa menyerap kalsium dengan baik. Kebutuhan vitamin D sebenarnya bisa diperoleh dari sinar matahari terutama sinar matahari pagi. Rakhitis bisa terjadi pada anakanak yang menyebabkan gangguan pada perkembangan tulang. Penyakit ini membutuh perawatan sebab jika tidak diobati dapat menyebabkan tulang menjadi melengkung dan sering patah tulang.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Hasil Penataran Petugas Kesehatan Dalam Rangka Pelayanan Gizi Buruk di Puskesmas dan Rumah Sakit, BLK Cimacan, Oktober 1981. Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Indonesia, Jakarta 1997 Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes. Pedoman Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan PMT pada Balita, Jakarta 1997. London School of Hygiene and Tropical Medicine. Dietary Management of PEM (Not Published, 1998)

WHO. Guideline for the Inpatient Treatment of Severely Malnourished Children, WHO Searo, 1998. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pelaksanaan Pojok Gizi (POZI) di Puskesmas, Jakarta 1997 Waterlaw JC. Protein Energy Malnutrition, Edward Arnold , London,

1992

Penasehat : Dr. Dini Latief MSc

(Kepala Direktorat Bina Gizi Masyarakat)

Dr. Muharso SKM

(Kepala Pusat Data Dep.Kesehatan)

Dr. Bambang G. Hamurwono SpM (Kepala Direktorat RS Umum dan Swasta)

Tim Penyusun 1. Dr. Sri S. Nasar, SpAK 2. Dr. Emelia Soeroto Hamzah, SpAK 3. Budi Hartati SKM, Mkes 4. Dr.Endang Peddyawati, MSc 5. Bambang Harianto, SKM. M.Sc. 6. Nursiah A. Ganie, M.Sc 7. Ir. Martini, MCN 8. Rita Kemalawati, MCN 9. Dr. Kirana Pritasari, M.Sc 10. Dr. Anie Kurniawan M.Sc 11. Ida Pasaribu MPH 12. Drs. Arizal, MCN 13. Minarto, MPS 14. Dr. Wistianto, MPH 15. Sunawang, M.Sc 16. Evarini Ruslina, SKM 17. Ichwan Arbie, SKM

IDAI IDAI Persagi PDGMI Dit Bina Gizi Masyarakat Dit Bina Gizi Masyarakat Dit Bina Gizi Masyarakat Dit Bina Gizi Masyarakat Dit. Bina Kesehatan Keluarga Dit Bina Gizi Masyarakat Dit. Bina Upaya Kes. Puskesmas Dit Bina Gizi Masyarakat Dit Bina Gizi Masyarakat Pusat Data Kesehatan Unicef Dit Bina Gizi Masyarakat Dit Bina Gizi Masyarakat

18. UKK dan UK Gizi

IDAI

19. Ferina Darmarini, DCN

RSCM

Related Documents


More Documents from "Binet Care"

Trend.docx
November 2019 13
Malpraktek.docx
November 2019 20
19270.docx
November 2019 7
Tugas Kdm- Ttv.docx
November 2019 6
Masalah Gizi Komunitas.rtf
November 2019 7