BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatitis adalah peredangan atau cidra pada hati yang dapat di sebabkan oleh virus, toksin atau kimia (termasuk obat).ada beberapa tipe hepatitis seperti akut, kronis, fulminant, dan alkoholik.hepatitis karena virus dapat menyebabkan peradangan pada hepar dengan gejalah klinik berupa penyakit kuning yang akut di sertai malaise, mual dan muntah, serta dapat pula disertai peningkatan suhu badan (Black & Hawks, 2014; Sanityoso, 2006; Warouw, 2007). Berdasarkan Pusat Data Dan Informasi (Pusdatin) Kemenkes Ri Tahun 2015 Penyakit Hepatitis Merupakan Masalah Kesehatan Masyarakat Di Dunia Termasuk Di Indonesia, Yang Terdiri Dari Hepatitis A, B, C, D Dan E. Hepatitis A Dan E, Sering Muncul Sebagai Kejadian Luar Biasa, Ditularkan Secara Fekal (Yaitu Proses Pembuangan Sisa Metabolisme Tubuh Berupa Fases) Oral Dan Biasanya Berhubungan Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat, Bersifat Akut Dan Dapat Sembuhdengan Baik. Sedangkan Hepatitis B, C Dan D (Jarang) Ditularkan Secara Parenteral, Dapat Menjadi Kronis Dan Menimbulkan Cirrhosis Dan Lalu Kanker Hati. Virus Hepatitis B Telah Menginfeksi Sejumlah 2 Milyar Orang Di Dunia, Sekitar 240 Juta Orang Diantaranya Menjadi Pengidap Hepatitis B Kronik, Sedangkan Untuk Penderita Hepatitis C Di Dunia Diperkirakan 1
Sebesar 170 Juta Orang. Terdapat 1,2 % Penduduk Di Indonesia Mengidap Penyakit Hepatitis Dan Kondisi Ini Meningkat 2 Kali Lipat Dibandingkan Tahun 2007 Yaitu Sekitar 0,6 %. Istiah “Hepatitis” Di Pakai Untuk Semua Jenis Peradang Pada Hati (Liver).Penyebab Dapat Berbagai Macam, Mulai Dari Virus Sampai Dengan Obat-Obatan, Termasuk Obat Tradisional. Hepatitis
Mempunyai
Beberapa
Penyebab
Termaksut
Penyakit
Yang
Menyebabkan Sistim Kekebalan Tubuh Menyerang Jaringan Sehat Alam Tubuh Yang Disebut Sebagai Penyakit Autoimun Dan Mikroorganisme Termasuk Virus.Virus Hepatitis Juga Ada Beberapa Jenis. Hepatitis A, Hepatitis B, Dan Hepatitis C .Manifestasi Penyakit Hepatitis Akibat Virus Bisa Akut (Hepatitis A) Dapat Pula Hepatitis Kronik (Hepatitis B Dan C) Ada Pula Kemudian Menjadi Kanker Hati (Hepatitis B Dan C). Penyakit Hepatitis Merupakan Penyakit Urutan Pertama Dari Berbagai Penyakit Hati Di Dunia.Hepatitis Terjadi Secara Sporadis Di Seluruh Dunia, Dengan Kecenderungan Pengulangan Siklus Epidemin. Di Dunia, Prevalensi Infeksi Penyakit Virus Hepatitis Sekitar 1,4 Juta Jiwa Setiap Tahun (Who) Dengan Prevalensi Tertinggi Pada Negara Berkembang. Hepatitis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan Yang Serius Di 2
Seluruh Dunia, Terutama Di Negara Berkembang Seperti Indonesia.Who Telah Memperkirakan Bahwa Terdapat Lebi Dari Dua Miliar Orang Terinfeksi Virus Hepatitis B (Vhb) Dan 378 Juta Orang Menjadi Carrier Kronis Di Seluruh Dunia. Diperkirakan 620.000 Kematian Karena Vhb Dan 4,5 Juta Infeksi Baru Vhb Terjadi Setiap Tahun Di Seluruh Dunua. Menurut Who, Vhb Dapat Ditemukan Di Seluruh Dunia Tetapi Dengan Tingkat Endemisitas Yang Bervariasi. Sebagai Besar Populasi Dunia Hidup Di Negarah–Negara Dengan Prevalensi Hbsag Tinggi (≥ 8%) Atau Intermediet (2 – 7%).Pada Daerah Tertentu Seperti Amerika Bagian Utara, Eropa Bagian Utara Dan Barat, Amerika Selatan, Australia Dan Selandia Baru, Memiliki Prevalensi Hbsag Yang Relative Rendah (< 2%). Indonesia Adalah Salah Satu Negara Dengan Tingkat Endemisitas Tinggi (Who,2014). Dari Hasil Penilitian Yang Di Terbitkan Jurnal Kesehatan , Virus Hepatitis Merupakan Salah Satu Virus Mematikan Di Dunia, Dengan Jumblah Korban Jiwa Sebanyak Korban Aids Atau Tuberculosis (Tbc), Pada Data Riskesdas Yang Dilaporkan Pada Tahun 2013 Menunjukan Bahwa Secara Umum Pravelensi Hbsag Adalah 7,2%. Angkah Ini Lebih Rendah Bila Dibandingkan Dengan Data Tahun 2007, Yaitu 9,4% Pada Populasi Umum. Diperkirakan 18 Juta Orang Memiliki Hepatitis B Dan 3 Juta Orang Menderita Hepatitis C. Sekitar 50% Dari 3
Orang-Orang Ini Memiliki Penyakit Hati Yang Berpotensi Kronis Dan 10% Berpotensi Menuju Fibrosis Hati Yang Dapat Menyebabkan Kanker Hati. AngkaAngka Ini Menujukan Bahwa 1.050.000 Pasien Memiliki Potensi Menjadi Ini Menjadi Kanker Hati.Untuk Itu, Surveilans Hepatitis B Dan Hepatitis C Telah Dilakukan Di Kalangan Penduduk Berisiko Tinggi. Lima Provinsi Dengan Pravelensi Hepatitis Tertinggi Adalah Nusa Tenggara Timur (4,3%), Papua (2,9%), Sulawesi Selatan (2,5%), Sulawesi Tengah (2,3%), Dan Maluku (2,3%). Penyakit Hepatitis Merupakan Penyakit Yang Mudah Menular Dan Dapat Menyerang Banyak Orang Sehingga Dapat Menimbulkan Wabah (Djoko Widodo, 2007). Hal Ini Disebabkan Oleh Kesehatan Lingkungan Yang Kurang Memadai, Penyedian Air Minum Yang Tidak Memenuhi Syarat, Tingkat Social Ekonomi, Dan Tingkat Pendidikan Masyarakat (Harrison,2005). Dari Segi Kesehatan Masyarakat, Tingginya Prevalensi Hepatitis Virus Ini Merupakan Indikasi Bahwa Sebetulnya Ini Merupakan Masalah Kesehatan Masyarakat.Namun Belun Mendapat Perhatian Dari Berbagai Pihak, Terutama Di Daerah-Daerah, Karena Jarang Menyebabka Kematian Langsung. Hal Ini Mudah Dilihat Dari Kurang Tersedianya Rekap Data Infeksi Virus Hepatitis Baik
4
Di Tingkat Puskesmas, Rumah Sakit, Dan Dinas Kesehatan Daerah Dari Tahun Ke Tahun. Penerapan NCP Merupakan Cara Atau Intervensi Yang Di Lakukan Oleh Penelitian Untuk Mengetahui Pengaturan Makan Dan Makanan Yang Akan Di Konsumsi Oleh Pasien HEPATITIS B. Pengaturan Diet Harus Memperhatikan Kondisi Dan Keadaan Pada Umumnya Pada Pasien Dengan Penyakit HEPATITIS B Atau Penyakit Hati (Liver) Harus Memberikan Makanan Yang Tinggi Kabohidrat Yang Dibrikan Dalam Bentuk Lunak/Cair Agar Tidak Merusak Jaingan Hati. (Almatsier,2005) PENERAPAN
NCP HEPATITIS B bertujuan untuk menghilangkan
keluhan atau gejala hepatitis b sedangkan, jangka panjang untuk mencegah komplikasi. Kerangka utama penatalaksanaanya yaitu dengan terapi farmakologi (obat dan terapi non farmakologi perencanaan makanan, latihan jasmani dan penyuluhan).penerapan NCP Dilakukan Di Rs Dengan Cara Memonitoring Dan Pemberian Asupan Nutrisi Sesuai Dengan Penyakit Dan Kebutuhan Pasien Yang Didapat Dengan Cara Merecall Dengan Selama 24 Jam Sampai Penyembuhan. (Almatsier, 2005) Berdasarkan Data Yang Telah Di Ambil Dari Rsud Dr. M. Haulussy Dari Tahun 2016 Sampai Tahun 2017, Pada Tahun 2017 Jumlah Pasien Hepatitis 5
Menurut Golongan Umur Dan Jenis Kelamin, Hepatitis A Umur 45 Sampai 64 Tahun Laki-Laki Sebanyak 1 Orang. Hepatitis B Umur 15 Sampai 24 Tahun LakiLaki Sebanyak 1 Orang, Umur 24 Sampai 44 Tahun Laki-Laki Sebanyak 7 Orang Sedangkan Perempuan Sebanyak 1 Orang. Pada Tahun 2016 Jumlah Pasien Hepatitis Menurut Golongan Umur Dan Jenis Kelamin, Hepatitis A Umur 45 Sampai 64 Tahun Laki-Laki Sebanyak 1 Orang. Hepatitis B Umur 15 Sampai 24 Tahun Laki-Laki Sebanyak 1 Orang, Umur 24 Sampai 44 Tahun Laki-Laki Sebanyak 8 Orang,Perempuan Sebanyak 1 Orang, Umur 45 Sampai 64 Tahun Laki-Laki Sebanyak 7 Orang,Perempuan Sebanyak 2 Orang. Berdasarkan Masalah Diatas, Maka Penulis Tertarik Untuk Meneliti Tentang “Penerapan Ncp Pada Pasien Hepatitis B Di Rsud Dr. M Haulussy Ambon.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan
Uraian
Diatas,
Penulis
Tertarik
Untuk
Meneliti
Tentang
PENERAPAN NCP PADA PASIEN HEPATITIS B DI RSUD DR. M HAULUSSY AMBON.
6
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui penerapan NCP pada pasien HEPATITIS B DI RSUD. DR. M. HAULUSSY 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui penerapan Nutrition Assesmen
pada pasien
HEPATITIS B DI RSUD. DR. M HAULUSSY AMBON. b. Untuk Mengetahui penerapan Nutrition Diagnosa Pada Pasien HEPATITIS B DI RSUD. DR.M HAULUSSY AMBON. c. Untuk Mengetahui penerapan Nutrition Intervensi Pada Pasien HEPATITIS B DI RSUD. DR.M HAULUSSY AMBON d. Untuk mengetahui penerapan Nutrition monitoring Pada pasien HEPATITIS B DI RSUD. DR.M HAULUSSY AMBON. e. Untuk mengetahui penerapan Nutrition pada pasien HEPATITIS B DI RSUD. DR.M HAULUSSY AMBON D. Manfaat penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Rsud. Dr.M Haulussy Ambon. Bahan
Masukan
Dan
Evaluasi
Pertimbangan
Bagi
RSUD.Dr.M
HAULUSSY AMBON Dalam Menyusun Kebijakan Pada Masa Medatang
7
2. Bagi Masyarakat Sebagai Bahan Informasi Dan Acuan Serta Menambah Pola Pemikiran Dan Pemahaman Tentang PENERAPAN NCP PADA PASIEN HEPATITIS 3. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Sebagai Referensi Untuk Mengembangkan Pengetahuan Informasi Dan Teknologi Di Bidang Gizi Menyangkut PENERAPAN NCP PADA PASIEN HEPATITIS.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. HEPATITIS a. Pengertian HEPATITIS HEPATITIS Adalah Suatu Proses Peradangan Pada Jaringan Hati. Hepatitis Adalah Bahasa Awam Sering Disebut Dengan Istilah Lever Atau Sakit Kuning.Pada Hal Defenisi Lever Itu Sendiri Sebenarnya Berasal Dari Bahasa Belanda Yang Berarti Organ Hari, Bukan Penyakit Hati. Namun Banyak Asumsi Yang Yang Berkembang Masyarakat Mengertikan Lever Adalah
Penyakit Radang Hati . Sedangkan Istilah Sakit Kuning
Sebenarnya Dapat Menimbulkan Keracunan Karena Tidak Semua Penyakit Kuning Disebabkan Oleh Radang Hati Tetapi Juga Karena Adanya Peradang Pada Kantung Empedu (M.Sholikul Huda).
HEPATITIS Adalah Suatu Proses Peradangan Difus Pada Jaringan Yang Dapat Disebabkan Oleh Infeksi Virus Dan Oleh Reaksi Toksin Terhadap Obat-Obatan Serta Bahan-Bahan Kimia (Sunjono Hadi, 2014). HEPATITIS Adalah Inflamasi/Radang Dan Cedera Pada Hepar Karena Reaksi Hepar Terhadap Berbagai Kondisi Terutama Virus, Obat-Obatan Dan Alcohol (Ester Monika 2015:93). 9
HEPATITIS Adalah Peradang Luas Pada Jaringan Pada Jaringan Hati Yang Menyebabkan Nekrosis Dan De-Generasi Sel (Charlene J. Reever, Et Al 2001 : 143).
Dari Beberapa Pengertian Diatas Dapat Disimpulkan Bahwa HEPATITIS Adalah Suatu Penyakit Infeksi Dan Kerusakan Akibat Radang Pada Jaringan Hati Yang Menyebabkan Gangguan Fungsi
2. Klasifikasi HEPATITIS a. Hepatitis A Hepatitis A Adalah Penyakit Hati Yang Disebabkan Oleh Virus Hepatitis A. Penyebaran Virus Ini Terjadi Melalui Makanan Atau Minuman Yang Terkontaminasi Oleh Fass Orang Yang Terinfeksi (Who,2012). Dikena Dengan Hepatitis Infeksiosa, Rute Penularan Adalah Melalui Kontaminasi Oral-Fekal, Hva Terhadap Dalam Makanan Dan Air Yang Terkontaminasi.Potensi Penularan Infeksi Hepatitis Ini Melalui Secret Saluran Cerna.Umumnya Terjadi Di Daerah Kumuh Berupa Endemic. Masa Inkubasi : 2-6 Minggu, Kemudian Menunjukan Gejalah Klinis. Populasi Paling Sering Terinfeksi Adalah Anak-Anak Dan Dewasa Muda. Tanda Dan Gejalanya Yaitu Kelelahan, Mual Dan Muntah, Nyeri Perut Atau Rasa Tidak Nyaman, Terutama Di Daerah Hati (Pasa Sisi Kanan Bawah Tulang Rusuk), Kehilangan Nafsu Makan, Demam, Urine Berwarna Gelap, Nyeri Otot, Menguningnya Kulit An Mata, Tidak Semua 10
Orang Yang Terinfeksi Akan Mengalami Semua Gejalah. Orang Dewasa Mengalami Gejala Dan Tanda-Tanda Penyakit Lebih Sering Daripada Anak-Anak, Dan Keparahan Penyakit Meningkat Di Kelompok Usia Yang Yang Lebih Tua (Jurnal Ilmiah 2 Novemer 2016). Pada Tahun 2011-2012, Dilaporkan Terjadi Kejadian Luar Biasa Hepatitis A Di Beberapa Daerah Seperti Bandung, Bogor, Lampung Timur, Depok, Dan Tasikmalaya. Kejadian Ini Sering Mengenai Anak Sekolah Dan Mahasiswa (Depkes, 2012). b. HEPATITIS B Hepatitis B Adalah Infeksi Serius Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus Hepatitis
B
(Hbv).
Penularan
Virus
Ini
Melalui
Rute
Transfuse
Darah/Produk Darah, Jarm Suntik, Atau Hubungan Seks. Golongan Yang Beresiko
Tinggi
Pengunaan
Obat
Adalah Injeksi;
Mereka
Yang
Pekerjaan
Sering
Perawatan
Transfuse
Darah,
Kesehatan
Dan
Keamanan Masyarakat Yang Terjadi Terhadap Darah; Klien Dari Staf Institusi Untuk Kecatatan Perkembangan, Pria Homoseksual, Pria Dan Wanita Dengan Pasangan Hetoroseksual, Anak Kecil Yang Terinfeksi Ibunya, Resipien Produk Darah Tertentu Dan Pasien Hemodialisa. Masa Inkubasi Mulai 6 Minggu Sampai Dengan 6 Bulan Sampai Timbul Gejalah Klinis Hepatitis C. 11
c. HEPATITIS C HEPATITIS
C
Adalah
Penyakit
Virus
Yang
Menyebabkan
Peradangan Hati.Penyakit Ini Dapat Menyebar Melaluipertukaran Cairan Tubuh Dengan Orang Yang Terinfeksi.Dahulu Disebut Dengan Hepatitis Non-A Dan Non-B, Merupakan Penyebab Tersering Infeksi Hepatitis Yang Ditularkan Melalui Suprai Darah Komersial. HCV Ditularkan Dengan Cara Yang Sama Dengan Hbv, Tetapi Terutama Melalui Tranfusi Darah. Populasi Yang Sering Terinfeksi Individu Yang Menerima Produksi Darah, Potensial
Resiko
Terhadap
Pekerja
Perawatan
Kesehatan
Dan
Keamanan Masyarakat Yang Terpanjang Pada Darah.Masa Inkubasinya Adalah Selama 18-180 Hari.
d. HEPATITIS D Virus Ini Merupakan Koinfeksi Dengan Hbv Sehingga Inveksi Hbv Bertamba Parah.Infeksi Oleh Hdv Juga Dapat Timbul Belakangan Pada Individu Yang Mengedap Infeksi Kronik Hbv Jadi Dapat Menyebabkan Infeksi Hanya Bila Individu Telah Mempunyai Hbv, Dan Daah Infeksius Melalui Infeksi Hdv.Populasi Yang Sering Terinfeksi Adalah Pengguna Obat Injeksi, Hemofili, Resipien Tranfusi Darah Multipel (Infeksi Hanya
12
Individu Yang Telah Mempunyai Hbv).Masa Inkubasinya Belum Diketahui Secara Pasti.Hdv Ini Meningkatkan Resiko Timbulnya Hepatitis Fulminan, Kegagalan Hati, Dan Kematian.
e. HEPATITIS E Virus Ini Adalah Suatu Virus Rna Yang Terutama Ditularkan Melalui Ingeti Air Yang Tercemar. Populasi Yang Paling Sering Terinfeksi Adalah Orang Yang Hidup Pada Atau Perjalanan Pada Bagian Asia, Afrika Atau Meksiko Dimana Sanitasi Buruk, Dan Paling Sering Pada Dewasa Mda Hingga Pertengahan.
f. HEPATITIS F dan G Baru Ada Sedikit Kasus Yang Dilaporkan Tentang Hepatitis F. Saat Ini Para Pakar Belum Sepakat Hepatitis F Merupakan Penyakit Hepatitis Yang Terpisah. Sedangkan Hepatitis G Gejala Serupa Hepatitis C, Seringkali Infeksi Bersamaan Dengan Hepatitis B Atau Hepatitis C. Tidak Menyebabkan Hepatitis Fulminant Ataupun Hepatitis Kronik. Penularan Melalui Tranfusi Darah Dan Jarum Suntik.
13
3. Etiologi/penyebab HEPATITIS Penyebab Hepatitis terdiri dari infeksi virus (A,B,C,D,E) obat-obatan kimia, dan racun, reaksii-reaksi dari tranfusi darah yang berubah jadi virus Hepatitis, Hipertiroid, dan Igesti Etil Alcohol (Senyawa Kimia), hasilnya dalam Hepatitis Alkohol (Blank Joyce. Et Al. 2012). Hepatitis B Disebabkan Oleh Virus Hepatitis B (Hbv) Virus Hepatitis B (Bhv) Merupakan Virus Dna Berselubang Ganda Berukuran 42 Mm Yang Memiliki Lapisan Permukaan Dan Bagian Inti. Hbv Memiliki Cincin Sirkular Dalam Partikel Pusat (Hbcag) Yang Di Kelilingi Suatu Lapisan Protein Permukaan (Hbcag).Virus Ini Juga Mengandung Antingen “E” (Hbeag) (Soewigno, 2014). Cara Utama Penularan Hbv Melalui Parenteral Dan Menebus Membrane Mukosa, Terurama Melalui Hubungan Seksual.Cairan Tubuh (Terutama Darah, Semen Dan Saliva) Telah Terbukti Bersifat Infeksius. Sama Hal Dengan Virus Lain, Maka Virus Hepatitis B Ini Juga Dapat Mengadakan Replikasi Tanpa Bantuan Sel Hospes. Setelah Partikel Virus B Yang Utuh Yang Masuk Kedalam Tubuh Maka Dna Genomen Virus Tersebut Akan Di Angkut Ke Dalam Inti Sel Hati, Dimana Akan Terjadi Transkripsi Genome
14
Virus B Dan Terjadi Replikasi Dari Dna Virus B Dalam Inti Sel Hati (Fitri Halit, 2012). Penanda Sirologis Yang Pertama Di Pakai Untuk Identifikasi Hbv Adalah Antigen Permukaan (Hbcag, Dahulu Disebut “Antigen Australia”), Yang Positif Kira-Kira 2 Minggu Sebelum Timbulnya Gejalah Klinis, Dan Biasanya Menghilang Pada ,Masa Kovalesen Dini Tetapi Dapat Pula Bertahan Selama 4 Samapai 6 Bulan. Infeksu Hbv Merupakan Penyebab Utama Hepatitis Akut, Hepatitis Kronis, Sirosis Dan Kanker Hati Diseluruh Dunia. Cara Penularan Hbv Adalah Melalui Parental Dan Menebus Membra Mukosa, Terutama Melalui Hubungan Seksual. Menurut Sumber Dari Http://Www.Wikipedia.Com diterangkan Bahwa Di Bandingkan Virus Aids (Hiv), Virus Hepatitis B (Bhv) Ini Ternyata Seratus Kali Lebih Ganas (Infectious) Dan Sepulu Kali Lebih Banyak(Sering) Menularkan. Masa Inkubasi Rata-Rata Adalah Sekitar 60 Hingga 90 Hari.Hbcag Telah Ditemukan Pada Hamper Semua Cairan Tubuh Orang Yang Terinfeksi Darah, Semen, Saliva, Air Mata, Asites, Air Susu Ibu, Urine, Dan Bahkan Fases. Setidaknya Sebagian Cairan Tubuh Ini (Terutama Darah, Semen, Dan Saliva) Telah Terbukti Bersifat Infeksius. Sama Hal Dengan Virus Lain, Maka Virus Hepatitis B Ini Juga Tidak Dapat Mengadakan Replikasi Tanpa Bantuan 15
Sel Hospes. Setelah Partikel Virus B Yang Utuh Masuk Ke Dalam Tubuh Maka Dna Genome Virus Tersebut Akan Di Angkut Kedalam Inti Sel Hati, Dimana Akan Terjadi Transkripsi Genome Virus B Dan Terjadi Replikasi Dari Dna Virus B Dalam Inti Sel Hati (Soewigno 2014). 4. Tanda dan gejalah HEPATITIS Beberapa gejalah umum dari Hepatitis adalah rasa nyeri atau sakit pada perut bagian kanan, badan lemas, mual, demam, dan diare. Pada beberapa kasus juga ditemukan gejalah seperti akan flu dan sakit kuning yang ditandai kulit dan mata yang terlihat kuning. Tetapi gejalah penyakit Hepatitis tidak selalu tampak, khususnya pada kebanyakan kasus yang menimpah anakanak.virus dapat perpindah dari seorang penderita ke orang (sagung seto, 2010). Menurut chris w (2012) tidak semua yang terinfeksi HBV mengalami gejalah hepatitis.antara 30 dan 40 persen orang terinfeksi virus ini tidak mengalami gejalah apapun. Gejalah bila ada, biasanya timbul dalam empat sampai tiga minggu setelah terinfeksi, dan dapat berlangsung dari beberapa minggu sampai beberapa bulan gejala Hepatitis B akut serupa dengan gejalah infeksi hav, yaitu : a. Kulit dan putih mata menjadi kuning (icterus) 16
b. Kelelahan c. Saki perut kanan atas d. Hilang nafsu makan e. Berat badan menurun f. Demam g. Mual h. Diare i.
Muntah
j.
Air senih seperti teh
k. Sakit sendi Beberapa orang yang mengalami gejala Hepatitis B akut merasa begitu sakit dan lelah sehingga mereka tidak dapat melakukan apa-apa selama beberapa minggu atau bulan. Seperti dengan hav kurang dari 1 persen orang terinfeksi hbv dapat mengalami infeksi cepat dan berat (‘fulminant’); walaupun hal ini sangat jarang tetapi dapat menyebabkan kegagalan hati dan kematian. Bila sistem kekebalan tubuh tidak mampu mengendalikan infeksi HBV dalam enam bulan, gejala hepatitis b kronis dapat muncul.tidak semua orang dengan hepatitis b kronis mengalami gejalah. 17
Beberapa orang kadang kala mengalami gejala yang hilang setelah beberapa waktu, sementara yang lain mengalami gejalah terus menerus (soewigno, 2014). Gejalah Hepatitis B kronis dapat serupa dengan yang dialami dengan Hepatitis B akut.gejalah ini cenderung ringan sampai sedang dan biasanya bersifat sementara.gejala tambahan dapat terjadi, terutama pada orang yang sudah mengalami Hepatitis B kronis.gejalah ini termasuk ruam, urtikaria (kaligata rasa gatal yang berbintik-bintik merah dan bangkak), arthiritis (peradangan sendi), dan polineuropati (semutan atau rasa terbakar pada lengan dan kaki (arief mansjoer, 2012). 5. Patofisiologi HEPATITIS Menurut price dan daniel (2012), patofisiologi penyakit Hepatitis adalah sebagai berikut.virus dapat masuk dari aliran darah dengan inkubasi langsung melalui membran mukosa atau merusak kulit untuk mencapai hati.di hati replikasi perlu inkubasi 6 minggu sampai 6 bulan sebelum penjamu mengalami gejalah.tingkat kerusakan hati, dan hubungannya dngan demam, kekuningan, arthiris, nyeri perut dan mual.pada kasus ektrim dapat terjadi kegagalan hati, di ikuti dengan ensafolofi, mortalitas dikaitan dengan keparahan mendekati 50%. Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) 18
dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksin terhadap obatobatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendirih.sering dengan berkembangnya
inflamasi
pada
hepar,
pola
normal
pada
hepar
terganggu.gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistim imun dan diganti oleh sel-sel hepar.setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon system imun dan diganti oleh sel-sel hepar baru yang sehat.oleh karena nya sebagai besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabka peningkatan suhu badan dan pereganggan kapsulan hati yang memicu timbulnya perasaan
tidak
nyaman
pada
perut
kuadran
kanan
atas.
Hal
ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. Timbulnya ekterus karena kerusakan sel parenkim hati walaupun jumblah bilirubin tersebut yang belum mengalami konjugasi masuk kedalam hati agar tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
19
intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan bilirubin tersebut di dalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel eksresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin direk).jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin. Tinja mengandung sedikit strekobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abclis).karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. 6. Manifestasi klinis HEPATITIS Menurut stephanus gunawan (2012), manifestasi klinis merupakan suatu gejalah klinis tentang suatu penyakit yang diderita oleh pasien a. Masa tunas Virus A: 15-45 Hari (Rata-Rata 25 Heri) Virus B : 40-180 Hari (Rata-Rata 50 Hari) 20
b. Fase pre ikterik Keluha Umumnya Tidak Khas.Keluhan Yang Di Sebabkan Infeksi Virus Berlangsung Sekitar 2-7 Hari. Nafsu Makan Menurun ( Pertama Kali Timbul), Nausea, Vomitus, Perut Kanan Atas Dirasakan Sakit. Seluruh Badan Pegal-Pegal Teriuitama Di Pinggang, Bahu Dan Malaise, Lekas Cape Terutama Sore Hari, Suhu Badan Meningkat Sekitar 390c Berlangsung Sampai 2-5 Hari, Pusing, Nyeri Persendian. Keluhan Gatal-Gatal Mencolok Pada Hipetitis Virus B. Keluha Umumnya Tidak Khas.Keluhan Yang Di Sebabkan Infeksi Virus Berlangsung Sekitar 2-7 Hari. Nafsu Makan Menurun ( Pertama Kali Timbul), Nausea, Vomitus, Perut Kanan Atas Dirasakan Sakit. Seluruh Badan Pegal-Pegal Teriuitama Di Pinggang, Bahu Dan Malaise, Lekas Cape Terutama Sore Hari, Suhu Badan Meningkat Sekitar 390c Berlangsung Sampai 2-5 Hari, Pusing, Nyeri Persendian. Keluhan Gatal-Gatal Mencolok Pada Hipetitis Virus B. c. Fase ikterik Urin Berwarna Seperti Pepekat, Hijau Berwarna Pucat, Penurunan Suhu Badan Disertai Dengan Bradikardi.Icterus Pada Kulit Dan Sklera Yang Terus Meningkat Pada Minggu I. Kemudian Menetap Dan Baru 21
Berkurang Setelah 10-14 Hari.Kadang-Kadang Disertai Gatal-Gatal Pada Seluruh Badan, Rasa Lesu Dan Lepas Capai Dirasakan Selama 1-2 Minggu. d. Fase penyembuhan Dimulai Saat Menghilangya Tanda-Tanda Ikterus, Rasa Mual Rasa Sakit Di Uluhati, Disusul Bertambahnya Nafsu Makan Rata-Rata 14-15 Hari Setelah Timbulnya Masa Ikterik. Warna Urine Tampak Normal, Penderita Mulai Merasakan Segar Kembali, Namun Lemas Dan Lekas Capai. 7. Komplikasi HEPATITIS Komplikasi Hepatitis Virus Yang Paling Sering Dijumpai Adalah Perjalanan Penyakit Yang Memanjang Hingga 4-8 Bulan. Keadaan Ini Di Kenal Sebagai Hepatitis Kronis Persisten. Sekita 5% Dari Pasien Hepatitis Virus Akan Mengalami Kekambuhan Setelah Serangan Awal Yang Dapat Dihubungkan Dengan Alcohol Atau Dengan Aktifitas Fisik Yang Berlebihan. Suatu Komplikasi Lanjut Perkembang
Dari Hepatitis Yang Cukup Bermakana Adalah
Karsinormahepatoselur
(Gorzemen
Dan
Bwdoin,
2010).
Komplikasi Yang Sering Dijumpai Adalah Hepatitis Kronik Persisten Dan Terjadi Pada 5% Hingga 10% Pasien Setelah Hepatitis Virus Akut, Sejumblah 22
Kecil Pasien Akan Mengalami Hepatitis Agresif Atau Kronik Aktif, Dimana Terjadi
Kerusakan
Hati
Seprti
Digeregoti
Dan
Perkembang
Sirosi
(Sanitoso,2013). Karena Hati Diantara Semua Sejenins Virus, Virus Hepatitis B Dan C Merupakan Penyebab Infeksi Hati Menahun (Kronik) Dan Dapat Berakir Sebagai Tempat Berkembang Biak. Ketika Tubuh Menyerang Firus Ini Dengan Mengiring Limfosit (Sejenis Sel Darah Putih) Kehati Terjadilah Peradangan. Peradang Ini Adalah Respon Yang Normal Terhadap Infeksi (Sujono Hadi,2010) 8. Pemeriksaan laboratorium Menurut
Mary
Baradero
,
Dkk
(2008),
Beberapa
Pemeriksaan
Laboratorium. Untuk Mengetahui Fungsi Hepar Meliputi; a. Kolstrol total serum Normal: 140-220 Mg/100 Ml Darah Menurut: Pada Penyakit Hepatoseluler Meningkat: Pada Obstruksi Traktus Bilier b. Fosfolipid serum Normal : 150-250 Mg/100ml Darah Menurun : Pada Penyakit Hepatoseluler Berat 23
Meningkat : Pada Obstruksi Bilier c. Protein serum Normal : 6-8 G/100 Ml Darah. Pada Penyakit Hepatoseluler, Hasilnya Dapat Normal Karena Globulin Serum Dapat Menggantikan Albumin Srum Yan Menurun. Meningkat : Pada Malignasi Dan Obstruks Bilier. d. Albumin Normal : 3,4 -5,0 Mg/Dl e. Immunoglobulin, Ada Lima Macam Anti Body Yaitu, IgA, IgG, IgM, IgE Dan IgD. IgA Dan Igd Meningkat Pada Sirosis. IgD Meningkat Pada Eksasebasi Hepatitis Kronis. IgM Meningkat Pada Sirosis Bilier Dan Hepatitis A. f. Nitrogen Urea Darah (Blood Urea Nitrogen, Bun)
Normal: 10-20 Mg/Ml
Menurun : Pada Penyakit Hepatoseluler Berat Dengan Portal. g. Masa protombil Normal :12-15 Detik
24
Meningkat :Pada Penyakit Hepatoseluler Karena Hepar Tidak Mampu Menghasilkan Faktor-Faktor Pembekuan Darah. Pada Obstruksi Biliert Karenan Melabsorpsi Vitamin K. h. Kadar ammonia darah Normal :<75 Ug/100 Ml Meningkat: Pada Penyakit Hepatoseluler Karena Abstruksi Sirkulasi Portal. i.
Conjugated Bilirubin (Bilirubin Terkonjugasi) Meningkat:Pada Penyakit Hepatoseluler Dan Obstruksi.
j.
Unconjugated Bilirubin (Bilirubin Tak-Terkonjugasi) Meningkat: Padah Penyakit Hepatoseluler Dan Homolisis Eritrosit.
k. Bilirubin urin Normal: Tidak Ada. Adanya Bilirubin Dalam Urin Menunjukan Penyakit Hepatoseluler Atau Obstruksi Bilier.Warna Urinnya Adalah Coklat Kemerahan Dan Berubah Cika Di Kocok. l.
Urobilinogen Fekal Normal: 90-280 Mg/Hr Tidak ada sterkobilin.pada obstruksi bilier enzim berikut terdapat palam sel-sel hepar. Jika ada kerusakan pada sel-sel hepar, enzim 25
tersebut akan keluar dan menyebabkan peningkatan enzim dalam serum (darah). Ketika membaca hasil pemeriksaan ini, perlu dipertimbangkan karena enzim AST juga terdapat daalam otot-otot jantung; ldh terdapat dalam otot-otot skeletal, jantung dan eritosit.alt terutama terdapat dalam sel-sel hepar. 9. Penatalaksanaan diet a. ASSESMEN Dimulai dengan dengan pengumpulan data melalui riwayat gizi, pengukuran antropometri, serta data penunjang lainnya (laboratorium) dan kebiasaan makan dan perilaku makan, data pendidikan, data sosial
ekonimi dan
lainnya.setelah
semaua
data
dikumpulkan
selanjutnya dilakukan analisa data dengan membandingkan dengan standar yang telah disepakati parah ahli gizi berdasaarkan temuantemuan ilmiah sebelumnya untuk menentukan adanya ketidak normalan dari data tersebut. Data yang tidak normal biasa berupa faktor resiko yang potensial dapat menyebabkan timbulnya masalah gizi atau kelainan gizi actual. Sumber data bisaa berupa data primer (observasi langsung) maupun
26
data sekunder dari reka medic pasien (Instalasi Gizi Rssa Malang, 2014). 1) Antropometri Penilayan status gizi mengunakan metode antropometri ialah pengukuran dimensi fisik dan komposisi tubuh. Hasil pengukuran antropometri sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain usia, fisiologis, pola makan dan laainya. Salah satu keunggulan dari metode ini ialaah daapaat memberikan informasi tentang riwayat status gizi masa lalu (Sirajuddin, 2011). Penggunaan imt hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun.IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak-anaak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.disamping itu imt tidak bisa diterpkan pada keadaan khusus lainya seperti edema, asites, dll. IMT/U merupakan yang terutama bemanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan.biasanya imt tidak meningkat dengan bertambahnya umur (Assefa, 2012). IMT
merupakan
alat
yang
sangat
sederhana
untuk
memantau status gizi orang yang khususnya yang berkaitan kekurangan dan berlebihan berat badaan normal memungkinkan 27
seseoran dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang indikator IMT/U hamper sama dengan BB/PB atau BB/TB (Siraujuddin, 2011). Table 1.Kategori Imt Kategori
Bmi (Kg/M2)
Kurus
<18,50
Normal
18,50-24,99
Berat Badan Lebih
25,00-27,00
Obesitas
≥27,00
Sumber.Riset Kesehatan Dasar 2017
2) Biochemica Pemeriksaan biokimia disebut juga cara
laboratorium
pemeriksaan biokimia. Pemeriksaan yang digunakan untuk mendektesi adanya defisiensi zat gizi (Desy Khairina,2018). a) Berdasarkan albumin Normal Deplesi Ringan
: 3,5-5 Gr/Dl : 3,0-3, 5 Gr/Dl
Deplesi Sedang : 2,5-3,0 Gr/Dl 28
Deplesi Berat
: <2,5 Gr/Dl
(Instalasi Gizi Rssa Malang, 2014). b) Bedasarkan indeks sel darah merah Table 2.Indeks Sel Darah Merah
Redcell Index
Iron-Deficiency
Macrocytic
Anemia Of Chronic
Anemia (Microcytic Anemia
(Normocytic
Hypochromic)
(Macrovytic)
Normochromic)
MCV
Rendah
Tinggi
Normal
MCH
Rendah
Tinggi
Normal
MCHC
Rendah
Tinggi
Normal
Sumber. Instalasi Gizi Rssa Malang. 2014 MCV
: Deficiency Zat Besi
MCV
: Deficiency Asam Folat Atau Def Vit B12
MCH
: Deficiency Zat Besi
MCHC
: Deficiency Zat Besi, Def Asam Folat
3) Clinical/klinis Pemeriksaan klinis merupakan cara penilayan status gizi berdasarkan perubahan yang terjadi yang berhubungan erat dengan
kekurangan
maupun
kelebihan
asupan
zat
gizi. 29
Pemeriksaan klinis dapat dilihat padaa jaaringan epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid) (Hartriyanti Dan Triyanti, 2007) 4) Dieteri/jumblah makanan Metode ini dapat di gunakan utuk melihat jumblah dan jenis makanan yang dikomsumsi oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat berupa data kuantatif maupun kualitatif.data kuantitatif dapat mengetahui jumblah dan jenis pangan yang di konsumsi, sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan caraa seoran maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi (Baliwati, 2014). b. DIAGNOSE Dimulai dengan identifikasi dan penomoran (identifikasi end labeling)
dari
data
yang
tidak
normal,
kemudian
dilakukan
pengelompokan berdasarkan kelainan tertentu (clustering) serta sintesis data untuk menuju diagnose tertentu yang sering disebut domain (instalasi gizi rssa malang, 2014). Domain dalam diagnose gizi dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu domain klinik, 30
domain perilaku, dan domain intake. Masing-masing domain dapat dibagi menjadi beberapa kelas dan satu kelas bisa terdiri dari beberapa sub kelas. Dan diagnose gizi terdiri dari 3 kelompok : 1) Masalah/problem Yaitu semua masalah gizi nyata yang didapaat pada pasien a) Perubahan dari nilai normal menjadi tidak normal b) Penurunan dari suatu kebutuhan normal c) Peningkatan dari suatu kebutuhan normal d) Resiko munculnya gizi tertentu 2) Sebab/etiologi Yaitu semua hal yang dapat menyebabkan munculnya masalah
(problem)
pasien.
Komponen
ini
biasanya
menggunakan komponen gizi yang di buat oleh ahli gizi atau bisa merupakan komponen medic yang dibuat oleh dokter. 3) Gejalah/tanda
Yaitu semua temuan berupa gejalah atau tanda (bukti) yang di dapat pada pasien yang terkait dengan munculnya masalah gizi. komponen ini bisa merupakan komponen gizi atau bisa merupakan komponen medic yang di buat oleh dokter. 31
Diagnose gizi pada pasien ditampilkan dalam bentuk “problem, etiologi, dan sig symptom (PES)”, dibuat oleh ahli gizi berdasarkan kriteria diagnosa gangguan gizi tertentu, Sifatnya Lebih Cepat Mengalami Perubahan, Sesuai Dengan Respon Pasien (Instalasi Gizi Rssa Malang, 2014).
c. INTERVENSI
Setelah Diagnosis Pasien Ditegakan Maka Langkah Selanjutnya Melakukan Intervensi Gizi (Nutrion Intervention) Yang Terdiri Dari Dua Tahap Yang Membuat Rencana Intervensi Gizi Dan Implementasi Rencana (Planning And Implementasi) (Instalasi Gizi Rssa Malang, 2014).
Intervensi Gizi Ditunjukan Utuk Menejemen Dari Diagnosis Yang Telah Ditetapkan Sebelumnya Mengikuti Manejemen Dan Faktor Resiko, Faktor Perilaku, Faktor Lingkungan, Dan Aspek Gizi
Dari
Status Kesehatan Pasien.
32
d. MONITORING
Monitoring Dikerjakan Terhadap Parameter Status Gizi Yang Akan Mengalami Perubahan Akibat Implementasi Dari Intervensi Medic Maupun Gizi Dikerjakan.
Kemampuan Memonitoring Data-Data Meliputi:
1) Parameter Gizi : Pengetahuan Gizi, Intake, Status Gizi 2) Parameter Klinik Dan Penyakit : Nilai Laboratorium, Tekanan Darah, Berat Badan, Keluhan Dan Gejalah, Status Gizi Pasien, Infeksi, Komplikasi, Dan Lain-Lain. 3) Parameter Pasien : Kepuasan, Kualitas Hidup, Kemampuan Merawat Diri Sendiri. 4) Parameter Penggunaan
Faselitas Perawatan : Lamanya
Dirawat Di Rumah Sakit. e. EVALUASI
Dikerjakan
Degan
Membandingkan
Parameter-Parameter
Dimonitoring Sebelum Dan Sesudah Intervensi Gizi Atau Dengan Nilai Standar Yang Direkomendasikan.
33
Dalam Hal Ini Dibutuhkan Kemampuan Untuk Melihat Apakah Intervensi Yang Dikerjakan Sudah Mencapai Sasaran Atau Tidak Sasaran Kemampuan Melakukan Mondifikasi Atau Perubahan Dari Rencana Intervensi Gizi (Instalasi Gizi Rssa Malang, 2014).
34
B. Kerangka Konsep
Terapi diet
-
Assessment gizi Diagnosis gizi Intervensi gizi Monitoring dan evaluasi gizi -
Pasien Hepatitis
Terapi obat
Keterangan :
= Variable Yang Diteliti
= Variable Yang Tidak
35
C. Konsep Nutritional Care Process (Ncp) 1. Nutritional Care Process (Ncp) a. Pengertian Nutritional Care Process (Ncp)
Metode
Pemecahan
Masalah
Berdasarkan
Problem
Yang
Penekanannya Pada Sistimatika Proses Yang Dilakukan Ncp Dibuat Agar Parah Ahli Gizi Mampu Berpikir Kritis Dan Membuat Keputusannya Yang Tepat Terkait Dengan Masalah Gizi Pada Pasien Untuk Menyediakan Pelayanan Gizi Yang Aman, Efektif Dan Berkualitas. (Rosnelly. 2008)
b. Tahapan Dari Nutritional Care Process (Ncp)
Nutritional Care Process (Ncp), Tahapan Dari Ncp Terdiri Dari 4 Tahapan Proses Yaitu :
1) Tahapan I Nutritional Assessment Pada Tahap Ini Dimulai Denga Mengumpulkan Datang Melalui Dari Diagnosa Keluhan Utama, Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit Dahulu, Skrining Gizi (Antropometri, Data Leb, Data Fisik/Klinis, Riwayat Gizi Sekarang, Riwayat Gizi Dahulu, Data Social Ekonomi). (Rosnelly. 2008) 2) Tahapan II Adalah Nutrition Diagnosa dimulai Dengan Melakukan Identifikasi Dan Penomoran Dari Data Yang Tidak Normal, Kemudian 36
Dilakukan Pengelompokan Berdasarkan Kelainan Tertentu Serta Sintesis Data Untuk Menuju Diagnosa Gizi Tertentu Yang Sering Disebut Domain. (Rosnelly. 2008)
Problem Dalam Diagnose Gizi Dikelompokan Dalam 3 Kelompok (Domain) Yaitu Domain Intake (Ni), Domain Klinik (Nc), Dan Domain Prilaku (Nb). Masing-Masing Domain Dapat Dibagi Menjadi Beberapa Kelas Dab 1 Kelas Biasa Terdiri Dari Beberapa Sub Kelas.
a) Domain Intake (Ni) Merupakan Masalah Yang Paling Actual Dikaitkan Dengan Intake Energi, Zat-Zat Gizi, Zat Bioktif Untuk Diet Oral Atau Dukungan Gizi (Nutrition Support) Yang Terdiri Dari Lima Kelas Dan Beberapa Sub Kelas, Yaitu Keseimbangan Kalori Energy (Ni-1), Intake Oral Atau Nutrition Support (Ni-2), Intake Caira (Ni-3), Subtansi Bioktif (Ni-4), Dan Zat-Zat Gizi (Ni-5) b) Domain Clinik (Nc) Berupa Status Gizi Atau Masalah Yang Diidentifikasi Dan Di Kaitkan Dengan Kondisi Kesehatan Atau Fisik. Domain Klinik Berisi 3 Kelasyaitu Kelas Fungsional (Nc-1), Kelas Biokimia (Nc-2), Dan Kelas Berat Badan (Nc-3)
37
c) Domain Behavior (Bn) Yang Terdiri Dari 3 Kelas Yaitu, Kelas Pengetahuan
Dan
Kepercayaan
Terbaru
Yang
Dilaporkan,
Terobservasi Atau Terdokumentasi, Kelas Aktifitas Fisik Dan Fungsi (Nb-2), Berupa Actual Aktifitas Fisik, Perawatan Diri Dan Masalah Kualitas Hidup Yang Dilaporkan, Terobervasi Dan Terekam. Kelas Keamanan Panggan Dan Akses (Nb-3), Berupa Masalah Actual Keamanan Dan Masalah Kualitas Hidup Yang Dilaporkan, Terobservasi Dan Terekam.Keamanan Pangan Dan Akses (Nb-3), Berupa Masalah Actual Dan Akses Pangan. Diagnose Gizi, Pada Pasien Ditampilkan Dalam Bentuk” Problem, Etiologi, Sign\Symptom (Pes)”, Di Buat Oleh Ahli Gizi Kriteria Diagnose
Gangguan
Gizi
Tertentu,
Sifatnya
Lebih
Cepat
Mengalami Perubahan, Sesuai Dengan Respon Pasien. (Rosnelly. 2008). 3) Tahap III Adalah Nutrition Intervention, Pada Tahap Ini Setelah Diagnose Ditegakan Maka Langkah Selanjutnya Adalah Melakukan Intervensi Giziditunjukan Untuk Melakukan Manajemen Dari Diagnosa Yang Telah Ditetapkan Sebelumnya. Meliputi Manajemen Dari Factor
38
Resiko, Factor Perilaku, Dan Aspek Gizi Dari Status Kesehatan Pasien (Rosnelly. 2008).
Setelah Membuat Rencana Yang Lengkap Maka Selanjutnya Di Lakukan Implementasi Dari Rencana Dan Intervensi Gizi. Dalam Hal Ini Dibutuhkan Kemampuan Berkomunikasikan Rencana Yang Akan Di Kerjakan Kepada Pasien, Keluarga, Kepada Bidan Lai Yang Terkait Kemampuan Perubahan
Mengumpulkan Rencana
Data
Apabila
Lanjutan
Diperlukan
Dan
Setra
Melakukan Kemampuan
Mendokumentasikan Semua Rencana Tindakan Atau Respon Pasien Terhadap Yang Dikerjakan (Rosnelly. 2008).
4) Tahapan Iv Adalah Nutrition Monitoring And Evaluaton, Tahap Ini Terbagi Atas Dua Bagian Yaitu Pertama Monitoring Dan Tahap Kedua Adalah Evaluasi (Rosnelly. 2008).
39
Bab III
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian Ini Merupakan Jenis Penelitian Deskriptif, Dalam Bentuk Studi Kasus Yang Mengetahui Bagaimana Penerapan Ncp Pada Pasien Hepatitis B Di Rsus Dr. M. Haulussy Ambon.
B. Waktu Dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian : Direncanakan Januari 2019 2. Lokasi Penelitian : Dilaksanakan Di Ruang Interal Laki-Laki Di Rsud Dr. M. Haulussy Ambon C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi Dalam Penelitian Ini Adalah Pasien Hepatitis B Yang Dirawat Rsud Dr. M. Haulussy 2. Sampel Yang Menjadi Sampel Dalam Penelitian Ini Adalah Pasien Hepatitis Yang Dirawat Di Ruang Interal Laki-Laki, untuk mengetahui keluhan pasien, riwayat nutrisi, riwayat penyakit, dan keadaan social ekonomi. 40
Yang di ambil dengan cara Purposive Sampling Atau Berdasarkan Kriteria Inklusi Dan Ekslusi. a. Kriteria Inklusi 1) Pasien Hepatitis B Yang Bersedia Menjadi Sampel 2) Pasien Hepatitis B Yang Ada Dalam Keadaan Sadar Dan Dapat Berkomunikasi 3) Mendapatkan Diet Hati B Tetp (Diet Hati Iii) b. Kriteria Eklusi 1)
Pasien Hepatitis Dengan Komplikasi
D. Variable Dan Defenisi Operasional No
Variable
Defenisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Timbangan
Normal = 18,50-
Operasional Assesment Antropometr Pengumpulan Menimbang i
Data Diambil
Yang Bb
Dan Injak
Dak 24,99
Mengukur Tb Microtois
Berupa Data Pasien
Kurang
=
<18,50
41
Bb Da Tb
Dengan
Lebih = 25,00-
Menghitung
27,00
Imt Selama 3
Obesitas
Hari
<27,00 (Sumber
=
Riset Kesehatan Dasar 2007 Biochemical
Pengumpulan Observasi/Pe
Perekap
Normal: Apabila
Data
Medic
Hasil
Yang ngamatan
Diambil
Selama
3
Pengukuran
Berupa Data Hari
Sesuai Dengan
Leb : Koestrol
Nilai Normal,
Total
Kurang:
Sterum,Fosfo
Apabila
tlipit
Pengukuran
Serum,
Hasil
Protein
Dibawah
Nilai
Serum Total,
Normal.
Albumin,
Lebih: Apabilah
Nitrogen Uria
Hasil
42
Dara,
Kadar
Pengukuran
Amonia Dara,
Lebih Dari Nilai
Bilirubin
Normal
Urine,
Ast,
Dan Alt
-Clinical
Pengumpulan Observasi/Pe
Rekam
Normal: Apabila
Data Yang Di ngamatan
Medic
Hasil
Ambil Berupa Selama Data
Hari
3
Pengukuran Sesuai Dengan
Fisik/Klinis
Nilai Normal,
Pasien Yang
Kuran:
Terdiri
Hasil
Dari:
Td,Rr,Suhu
Apabila
Pengukuran Dibawah
Nilai
Normal, Lebih: Apabilah Hasil
43
Pengukuraan Lebih
Dari
Norma
-Dietery
Pengumpulan Wawancara Data Berupa Selama Riwayat
Hari
From Recall Baik: 3 Dan Megi
Jika
From Tingkat Konsumsi
Makan
110%
Pasien
Kebutuhan, Kurang:
80Dari
Jika
Tingkat Konsumsi <80% Dari Keburuhan, Lebih:
Jika
Tingkat Konsumsi >110%
Dari
Kebutuhan.
44
(Sumber Wnpg, 2004) Diaknosa
Pengambilan
Gizi
Baik:
Apabila
Data
Data
Yang
Berdasarkan
Diambil Sesuai
Problem/
Problem/
Masalah,
Masalah,
Etiologi/Peny
Etiologi/Penyeb
ebab
ab
Dan
Wawancara
From Pagt
Dan
Sign
Sign
Symptom/Tanda
Symptom/Ta
,
nda
Tidak
Baik:
Apabila Data Yg Di Ambil Tidak Sesuai Problem/ Masalah, Etiologi/Penyeb ab
Dan
Sign
45
Symptom/Tanda Intervensi Terapi Diet:
Pengobatan
Wawancara
Dengan Cara Selama Mengkomsu
From Pagt 3
Baik:
Apabila
Menjelaskan
Hari
Rencana Sesuai
msi
Dengan Syarat
Makanan
Dan
Yang
Diet,
Mengandung
Tidak
Baik:
Berbagai
Apabila
Tidak
Nutrisi
Menjalankan
Yang
Prinsip
Membantu
Rencana Sesuai
Penyembuha
Dengan Syarat
n Penyakit
Dan Prinsip Diet
Terapi Edukasi:
Serangkayan Aktifitas
From Pagt Wawancara
Baik:
Apabila
Diberikan
46
Spesifik Yang Selama Berkaitan
3
Penyuluhan Gizi
Hari
Tidak Baik: Jika
Dengan
Tidak Diberikan
Pengunaan
Penyuluhan Gizi
Bahan Untuk Penanggulan gan Masalah Gizi Monitoring
Kegiatan
Wawancara
Dan
Monitoring
Dan
Evaluasi Monitoting
– Asupan
3x24
Makanan
Selama
From Recall Baik:
Recall Dan Jam Megi 3
Apabila
From Asupan Makanan Ssesuai Dengan
Pasien, Data Hari
Kebutuhan
Fisik/Klinis
Pasien,
Dan
Fisik/Klinis Dan
Data
Data
Laboratorium
Data
Lep
Pasien
Mencapai Batas Normal,
47
-Evaluasi
Dikerjakan
Wawancara
Dengan
Selama
Membanding
Hari
From Pagt 3
Baik:
Asupan
Makanan Tidak Sesuai Dengan
kan
Kebutuhan
Parameter-
Pasien,
Parameter
Fisik/Klinis Dan
Yang
Leb
Dimonitoring
Mencapai
Sebelum Dan
Normal
Data
Tidak
Sesudah Intervensi
Baik:
Gizi
Sesuai Sasaran,
Atau
Apabila
Dengan Nilai
Tida
Baik:
Standar Yang
Apabila
Tidak
Direkomindas
Sesuai Sasaran
i
48
E. Cara Pengumpulan Data 1. Data Primer Berdasarkan Hasil Pengukuran Dan Kenyataan Yang Dikumpulkan Oleh Peneliti Dengan Menggunakan a. Data Antropometri (Tb,Bb) Dari Hasil Pengukuran. b. Data Riwayat Gizi (Wawancara) Menggunakan Form Megi, Form Recall Dan Pagt. 2. Data Sekunder Data Sekunder Berdasarkan Data Fisik/Klinis, Data Laboratorium Yang Diperoleh Dari Hasil Rekam Medic Pasien Rsud Tulehu Ambon. F. Bahan/Instrument Penelitian Bahan Atau Instrument Yang Digunakan Dalam Penelitian Adalah : 1. Form Megi Dan Form Recall Untuk Mengumpulkan Data Riwayat Gizi. 2. Timbangan Injak Dan Microtoice Untuk Perhitungan Data Antropometri. 3. Cd Menu Untuk Mengolah Data Asupan Nutrisi Pasien. G. Cara Pengolahan Dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Dilakukan Dengan Cara Sebagai Berikut : a. Data Bb Dan Tb Diolah Dengan Rumus Imt= Bb/Tb M2. b. Fisik/Klinis Diolah Dengan Cara Membandingkan Dengan Standar. 49
c. Data Laboratorium Diolah Dengan Cara Membandingkan Dengan Standar. d. Data Asupan Makanan Pasien Diolah Menggunakan Cd Menu. 2. Analisa Data Dilakukan Dengan Cara Sebagai Berikut : a. Data Dianalisa Dilakukan Dengan Menggunakan Cara Univarial Terhadap Masing-Masing Variable Yaitu Assessment, Diagnose Gizi, Monitoring Dan Evaluasi H. Penyajian Data Dalam Penyajian Data Yang Sudah Diperoleh Disajikan Dalam Bentuk Narasi, Grafik, Dan Tabel
50
Daftar pustaka
Black & Hawks. 2014 ; Sanityoso. 2006. Agung F, Sumantri. 2013. Bengkak Pada Tubuh. Jakarta: Egc Akdon Hadi. 2004. Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi (Wnpg). Jakarta: Egc. Arif Mansjoer. 2011. Buku Kedokteran. Jakarta: Egc. Assefa, Berhane & Workus. 2012. “Wealth Status, Mid Upper Arm Baliwati. 2004. Pengantar Pangan Dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Circumference (Muac) And Antenatal Care (Anc) Are
Cris W. 2012.Hepatitis Virus Dan Hiv. Jakarta: Spritia. Determinants For Low Birth Weight.New York: Henri Holt And Company.
Data Rumah Sakit 2016.Pasien Hepatitis Di Rsud Haulussy. Dessy Khatrina. 2008. Factor-Factor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi. Dinas Kesehatan Ri 2012. Target Mdgs Bidang Kesehatan, Http:Www 1456Depkes-Target-Mdgs-Bidang-Kesehatan-Html. Diakses Pada Tanggal 12 Desember 2015 Pukul 16.35 Wit.
Fitri Halit. 2012. Hepatitis Virus B Edisi 2. Jakarta:Fkui. Gorzemen & Bowdoin. 2010. Virus Hepatitis. Jakarta: Rineke Cipta.
51
Hartriyanti & Triyanti. 2007. Penilayan Status Gizi, Gizi Dalam Kesehatan. Jakarta: Egc.
Instalai Gizi Rssa 2014, Buku Pedoman Praktis Diagnose Gizi Dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar. Malang: Rssa.
Jhonni M. S. 2010. Hepatitis Virus Dan Hiv. Surabaya: Bina Ilmu. Mary Baradero,dkk.2008. klien gangguan hati (seri asuhan keperawatan). Jakarta:EGC
Mega , Astera. 2009. Buku ajar penyakit dalam jilid I edisi V. Jakarta: Bina ilmu Price & Daniel. 2012. Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC Riskesda. 2007. Laporan Nasional Rised kesehata dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan departemen kesehatan republic Indonesia.
Riskesda. 2013. Laporan Nasional Rised kesehata dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan departemen kesehatan republic Indonesia.
Sanitoso. 2013. Buku ajar penyakit hati. Jakarta.: FKUI. Sirajuddin, saifuddin. 2011. Penuntun prektikum penilaian status gizi secara Biokimia dan Antropometri. Makasar. Laboratorium terpada fakultas kesehatan masyarakat universitas hasanuddin.
Soewigno. 2014. Hepatitis virus B. Jakarta: EGC Stephanus gunawan. 2012. Hepatitis virus B edisi 2. Jakarta: FKUI
52
KATA PENGANTAR Segalah
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
perkenan nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian dengan judul “Penerapan Ncp Pada Pasien Hepatitis B Di Ruang Interna Laki-Laki Di Rsud. Dr. M. Haulussy” Ucapan terima kasih dan tulus dan penuh rasa terhormat penulis sampaikan kepada ibu
Khartini Kaluku, S, Gz., M. kes selaku pembimbing. Yang telah
mengorbankan waktu, tenaga, dan fikiran dalam membantu serta membimbing penulis hingga menyusun proposal ini. dengan rasa hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Hairudin Rasako, S. KM. M. Kes selaku Direkturat politeknik kesehatan kemenkes Maluku yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada politeknik keehatan kemenkes Maluku jurusan gizi. 2. Direktur RSUD Dr. M. Haulussy yang telah memberi izin penelitian. 3. Mahmud S. Pd. M. Kes, selaku Ketua program studi jurusan gizi. 4. Nilfar Ruaida, SKM., MPH selaku penguji Penguji KTI I 5. Muhamad Asrar, SKM., MPH selaku penguji II 53
6. Octovina Soumokil, SKM,MPH selaku pembimbing akademik yang telah sabar membina atau mengarahkan peneliti dalam menyusun karya tulis ilmiah ini. 7. Kedua orang tua saya (mama,papa) yang slalu topang saya dalam doa dan slalu memberi motivasi kepada saya 8. Ketiga kk kandung saya
yang slalu membantu saya dalam mengetik
proposal 9. Teman-taman seperjuangan saya yang slalu membantu saya dalam menyusun proposal.
54
Daftar lampiran
55
Daftar tabel
56
57