Marasmus Ppt.pptx

  • Uploaded by: Nabila Amelia
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Marasmus Ppt.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,154
  • Pages: 21
Kelompok 6 “Marasmus” Dewi aprilianti Nabila amelia

Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan berat badan sehingga mengalami penciutan atau pengurusan otot generalisata dan tidak adanya lemak subkutis (Rudolph, 2014). Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus (Nurarif, 2013).









Faktor psikologis seperti adanya penolakan ibu dan penolakan yang berhubungan dengan anoreksia. Asupan kalori dan protein yang tidak memadai akibat diet yang tidak cukup. Kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan antara orang tua dan anak yang terganggu atau tidak harmonis. Adanya kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.

Emasiasi (kurus), BB kerdil dan tidak ada lemak subkutis, sehingga kulit (khususnya sisidalam paha) tergantung berlipat lipat. gelombang peristaltik mudah terlihat melalui dinding abdomen yang tipis, protein serum sangat kurang, biasanya disertai adanya konstipasi. pada marasmus murni tidak terdapat perubahan kulit, rambut, membran mukosa, dan tidak ada edema ( Sacharin 1996)

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet ( Arisman, 2004). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan. Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.

Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi jika kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh ( Muchsan Lubis, 2002).

Penatalaksanaan pada anak dengan marasmus yaitu perlu dilakukan pengkajian tentang riwayat status sosial ekonomi, riwayat pola makan, antropometeri, maniprestasi klinis, monitor hasil labolatorium, timbang berat badan dan kaji tanda-tanda vital. Pada anak dengan marasmus memerlukan diet yang berisi cukup protein yang kualitas biologiknya baik, tinggi kalori, mineral dan vitamin. Selain perbaikan gizi juga perlu pemberian terapi cairan dan elektrolit. Terapi ini diberikan karena pada umumnya penderita marasmus juga mengalami diare sehingga perlu adanya cairan pengganti.

Komplikasi dari penyakit marasmus antara lain hipoglikemi (suhu aksiler kurang dari 35 Cº ), infeksi / sepsis, diare, dan dehidrasi serta anemia berat.

Pengkajian  Riwayat kesehatan Biasanya pada penderita marasmus sering dibarengi dengan diare, peningkatan suhu tubuh, penurunan berat badan, penurunan nafsu makan dan perubahan aktifitas.  Riwayat penyakit dahulu Biasanya pada penderita marasmus memiliki riwaayat prematur, diet yang tidak baik dan sering sakit-sakitan karena terjadi penurunan ketahanan tubuh.  Riwayat keluarga Ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama dengan pasien, atau menderita penyakit seperti asma, TBC, jantung, DM.

Pola-pola fungsi kesehatan meliputi :  Pola nutrisi : pada penderita marasmus biasanya mengalami penurunan nafsu makan dan mual muntah.  Pola eliminasi : penderita marasmus baisanya sering disertai diare  Pola aktivitas : penderita marasmus biasanya mengalami gangguan dengan aktivitasnya karena mengalami kelemahan tubuh yang disebabkan adanya gangguan metabolisme  Pola istirahat dan tidur : anak dengan marasmus biasanya sering rewel karena selalu merasa lapar meskipun sudah diberi susu sehingga sering terbangun dimalam hari.

Pengkajian fisik  Keadaan umum yang meliputi : kesadaran Composmentis, lemah, rewel, kebersihan kurang, berat badan, tinggi badan, nadi, suhu, dan pernapasan  Kepala : lingkar kepala biasanya kecil dari ukuran normal, warna rambut kusam.  Muka : tampak seperti wajah orang tua  Mata : pada penderita marasmus biasanya konjungtiva anemis  Hidung : pada penderita marasmus biasanya terpasang sonde untuk memenuhi intake nutrisi, terdapat sekret  Mulut : biasanya terdapat lesi mukosa bibir kering  Leher : biasanya leher mengalami kaku kuduk.  Torax : ada tarikan dinding dada, wheezing, ronchi  Abdomen : ada acites, bising usus meningkat, suara hipertympani  Extrenitas atas : lingkar lengan atas standar normal, akral hangat  Extremitas bawah : edema tungkai  Kulit : keadaan turgor kulit menurun, kapilary refill lebih dari 3 detik, kulit keriput

Pemeriksaan penunjang Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati, dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru 

     

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berelebih Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh badan anoreksia Kerusakan integritas kulit badan gangguan nutrisi/status metabolik. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi bakteri. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kondisi, prognosis dan tindakan.

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sputum

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan jalan nadi berjalan efektif. Dengan kriteria hasil :  Sekret hilang  Tidak sesak  Bunyi nafas bersih Intervensi :  Lakukan fisioterapi dada sebelum melakukan suction  Lakukan nebulizer sesuai advis dokter  Berikan obat mukolitik ,eksprimen sesuai terapi.  Kaji status pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman, dan bunyi nafas )

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berelebih Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan anak menunjukkan keadaan hidrasi yang adekuat. Dengan kriteria hasil : ◦ Asupan cairan adekuat ◦ Mukosa bibir lembab ◦ Turgor kulit baik ◦ Suhu tubuh normal ◦ Frekuensi defekasi ≤ 1 x / 24 jam dengan konsistensi lembek Intervensi :  Observasi pemberian cairan perinfus sesuai program  Monior TTV dan tanda tanda dehidrasi  Hitung balance cairan  Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan diet bubur tempe sesuai program  Berikan obat untuk mengganti cairan tubuh

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh badan anoreksia Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi menjadi adekuat. Dengan kriteria hasil :  Peningkatan BB  Nafsu makan meningkat Intervensi :  Dapatkan riwayat diet anak  Berikan diet sesuai program  Timbang berat badan setiap hari  Berikan penambah nafsu makan sesuai advisi dokter

Implementasi yang dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan kondisi klien.

Evaluasi adalah fase pengakajian proses keperawatan yang menilai keefektifan tindakan keperawatan dan mengindikasi kemajuan klien terhadap tujuan pencapaian. Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelakanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan seberapa efektifnya tindakan keperawatan itu untuk mencegah atau mengobati respon manusia terhadap prosedur kesehatan. Berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan:  Mengakhiri rencana tindakan keperawatan ( klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)  Memodifikasi rencana tindakan keperawatan ( klien mengalami kesulitan untuk mencapai tujun)  Meneruskan rencana tindakan keperawatan ( klien memerlukan waktu yang lama untuk mencapai tujuan)

Related Documents


More Documents from "Jefri Johanes"