Manajemen Konflik Eks. Dalam Organisasi Konflik dapat dibilang merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan setiap manusia. Manusia akan diikuti konflik selama masa hidupnya. Konflik dalam kehidupan manusia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konflik internal dan konflik eksternal. Di mana konflik internal merupakan masalah yang muncul karena diri manusia itu sendiri, misalnya kurang kepercayaan diri dan kurang skill dalam bersosial. Sedangkan konflik eksternal dapat dikatakan konflik yang terjadi karena adanya pengaruh dari lingkungannya. Sama halnya dengan berorganisasi pasti memiliki konflik juga yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Bahkan, dalam keberjalanan setiap organisasi pasti memiliki konflik karena organisasi yang tidak memiliki masalah atau konflik dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut stagnan atau tidak adanya perkembangan dalam organisasi tersebut. Dengan adanya konflik organisasi dapat membuat organisasi tetap hidup dan harmonis. Konflik yang dapat diselesaikan dalam organisasi dapat lebih mempererat para anggotanya dan juga dapat lahir peraturan maupun gagasan inovatif karena adanya konflik di dalamnya. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya konflik dalam sebuah organisasi. Perbedaan tujuan antar anggota organisasi dapat memicu terjadinya konflik, menyatukan lebih dari satu kepala bukanlah hal yang mudah dalam suatu organisasi. Selain itu, terhambatnya komunikasi dalam sebuah organisasi dapat menjadi pemicu lahirnya konflik dalam organisasi itu sendiri. Konflik dalam organisasi memang ditandakan sebagai sebuah kehidupan dalam sebuah organisasi. Namun, jika konflik dibiarkan berlarut-larut dalam sebuah organisasi akan membawa dampak negatif bagi organisasi tersebut, misalnya terjadinya putus komunikasi antar anggota maupun antar divisi. Sebagaimana dalam sebuah organisasi kita dituntut harus dapat berkerja sama satu sama lain demi mencapai tujuan bersama sebuah organisasi. Seorang pemimpin dapat mencegah terjadinya konflik berlarut-larut dengan meningkat disiplin antar anggotanya. Selain itu, mempertahankan komunikasi yang baik pun akan menciptakan lingkungan organisasi yang kondusif. Seorang pemimpin harus menjadi listener yang baik untuk para anggotanya, dengan begitu kita dapat menjadi problem solver di tengah konflik organisasi. Pemimpin organisasi lah yang bertugas menjadi pihak ketiga (penengah) di dalam konflik yang sedang terjadi dalam sebuah organisasi. Sebagai pemimpin kita harus dapat bertindak sebagai listener dan observer yang baik untuk menghasilkan keputusan yang akan memutus gejolak konflik dalam sebuah organisasi. Sebagai pihak ketiga, dengan mediasi dan bertindak sebagai penengah kita dapat mempertemukan pihak-pihak yang sedang berkonflik untuk melakukan mediasi. Dengan bernegosiasi diharap pihak-pihak yang berkonflik dapat memperoleh win-win solution yang akan menguntungkan dua belah pihak yang sedang berkonflik. Dengan begitu, pihak yang sedang berkonflik malah akan saling berharmonisasi karena tujuan-tujuan dari kedua belah pihak telah tercapai.
Selain sebagai pihak penengah, pemimpin organisasi juga dapat menjadi hakim dalam konflik yang terjadi dalam sebuah organisasi. Memang cara ini mungkin tidak dapat menguntukan semua pihak, tetapi dengan cara ini dapat menyelesaikan sebuah konflik agar tidak berlarut-larut. Sikap objektif dari seorang pemimpin sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan sebagai seorang hakim. Sikap dari pemimpin pun juga sangat penting untuk menghindari terjadinya konflik yang tidak diperlukan. Keberpihakan seorang pemimpin kepada seseorang maupun suatu divisi dalam organisasinya dapat memicu timbulnya rasa iri terhadap seseorang maupun divisi yang diistimewakan. Selain itu, seseorang ataupun sebuah divisi yang merasa tidak diberikan keistimewaan dibandingkan dengan orang maupun divisi lainnya akan merasa di-anak tirikan dan dapat memicu terjadinya terdegradasi-nya loyalitas terhadap pemimpin organisasi tersebut. Konflik dalam sebuah organisasi pun jika dibiarkan berlarut-larut pun akan menimbulkan dampak negatif bagi keberjalanan organisasi tersebut. Oleh karena itu, peran dari seorang pemimpin sangat dibutuhkan dalam membendung konflik yang terjadi dalam sebuah organisasi. Pemimpin yang baik dapat memenejemen konflik yang terjadi dengan bertindak sebagai listener maupun observer dan juga selalu bertindak objektif tanpa melihat siapa yang terlibat agar menghindari terjadinya kasus anak tiri.