MANAJEMEN KEUANGAN OLEH : DRS. AKHMAD SAKHOWI BAB I
FUNGSI DAN TUJUAN MANAJEMEN KEUANGAN
1. 2. 3. 4. 5.
Fungsi Manajemen Keuangan Tujuan Manajemen Keuangan Keuangan Perusahaan Perkembangan Manajemen Keuangan Pasar Keuangan
BAB II
NILAI WAKTU UANG ( TIME VALUE OF MONEY )
1. Nilai Yang Akan Datang ( Future Value ) 2. Nilai Sekarang ( Present Value ) 3. Model-model Perhitungan BAB III
KEPUTUSAN INVESTASI
1. Menaksir Arus Kas 2. Menilai Investasi Aktiva Tetap 3. Risiko Investasi BAB IV 1. 2. 3. 4.
MANAJEMEN AKTIVA LANCAR
Manajemen Modal Kerja Manajemen Kas Manajemen Piutang Manajemen Persediaan
BAB V
STRUKTUR MODAL
1. Sumber-Sumber Modal 2. Analisis Sumber Modal BAB VI BIAYA MODAL 1. 2. Menghitung biaya modal masing-masing sumber midal 3. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang 4. Menghitung biaya modal marginal BAB VII
ANALISA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN
1. Laporan Keuangan Perusahaan 2. Rasio- Rasio Keuangan 3. Teknik Analisis Laporan Keuangan BAB VIII
KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KEBIJAKAN DEVIDEN
1. Pendanaan Jangka Panjang 2. Kebijakan Deviden 1
BAB I FUNGSI DAN TUJUAN MANAJEMEN KEUANGAN 1. Fungsi dan Tujuan Manajemen Keuangan 1.1. Pengertian Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan cukup beragam sesuai dengan pihak yang menafsirkan. Menurut Prof. Dr. Bambang Riyanto manajemen keuangan adalah “ semua aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan dan usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin”. Dari aspek manajemen pengertian tersebut berarti manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan perusahaan. 1.2. Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi manajemen keuangan ada dua yaitu mencari dana yang dibutuhkan perusahaan dan menggunakan dana yang diperoleh secara efisien (Suad Husnan 1996). Fungsi pertama mencari dana berarti meliputi berbagai kegiatan menemukan, menganalisis serta memutuskan sumber dana mana yang akan dipilih dan diambil serta berapa jumlahnya. Melalui pelaksanaan fungsi ini akan terbentuk struktur finansiel dan struktur modal. Struktur finansiel adalah susunan seluruh sumber dana perusahaan ( jangka pendek dan jangka panjang ) yang tercermin dalam neraca bagian kredit, sedang struktur modal adalah susunan sumber dana jangka panjang perusahaan yang terdiri dari hutang jangka panjang dan ekuitas ( modal sendiri ). Fungsi kedua menggunakan dana berarti kegiatan merencanakan, menganalisis serta memutuskan aktiva apa yang akan dibiayai dan berapa jumlahnya sehingga dapat memberikan peningkatan keuntungan sekaligus meningkatkan nilai perusahaan. Melalui pelaksanaan fungsi ini akan diperoleh struktur kekayaan (aktiva). GAMBAR 1 PENGGUNAAN (Investasi )
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kas Piutang Persediaan Brng Tanah Gedung Mesin-mesin Dlsb
ANALISIS & KEPUTUSAN
PT. ASM
SUMBER DANA
1. 2. 3. 4.
Hutang Dagang Kredit BANK OBLIGASI Setoran Modal Pemilik (Saham)
2
1.3.Tujuan Manajemen Keuangan Tujuan manajemen keuangan secara umum adalah membantu tercapainya tujuan perusahaan. Secara normatif tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Sedang nilai perusahaan adalah harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan berkaitan dengan kemakmuran pemilik, bila nilai perusahaan meningkat maka kekayaan pemilik meningkat dan berarti kemakmuran pemilik akan meningkat. Nilai perusahaan dapat diukur dari harga saham perusahaan, semakin tinggi harga saham akan semakin tinggi nilai perusahaan. Misal ; Ada dua perusahaan wartel ( wartel A dan wartel B ) keduanya memiliki investasi awal yang sama ( Rp. 100.000.000 tiap wartel ), bedanya wartel A berada di daerah ramai pengunjung ( depan pasar ) sehingga pendapatannya banyak sedang wartel B berada didaerah sepi pengunjung sehingga pendapatannya sedikit. Kedua wartel tersebut bila dijual akan memiliki harga yang berbeda, harga wartel A akan lebih tinggi dari wartel B karena wartel A dianggap memiliki nilai lebih tinggi. Tingginya nilai wartel A adalah akibat keputusan manajemen yang tepat. ( Contoh diambil dari Suad Husnan ) 2. Keuangan Perusahaan Perusahaan merupakan sebuah lembaga ( organisasi ) yang mengelola kegiatan usaha (bisnis) dan berorientasi pada memperoleh keuntungan. Dalam setiap organisasi perusahaan memiliki berbagai aspek seperti pemasaran, produksi, sumberdaya manusia serta keuangan, semua aspek tersebut harus dimanajemeni (dikelola) dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan didirikannya perusahaan. Salah satu aspek yang harus dikelola yaitu aspek keuangan perusahaan melalui penerapan manajemen keuangan perusahaan ( corporate finance ). Dalam memahami keuangan perusahaan perlu dibedakan secara tegas adanya perbedaan antara keuangan pemilik dan keuangan perusahaan. Keuangan pemilik (share holder) bearada pada rumah tangga tangga pemilik sedangkan keuangan perusahaan berada pada rumah tangga perusahaan yang terpisah secara tegas. 3. Perkembangan Manajemen Keuangan Disiplin keuangan mengalami perkembangan dari disiplin yang diskriptif menjadi makin analitis dan teoritis. Perkembangan ini karena banyaknya sumbangan para ekonom dalam perumusan teori – teori keuangan seperti konsep capital budgeting dengan memasukkan teori tentang bunga uang ( time value of money ), teori portfolio serta lainnya. 4. Laporan Keuangan Perusahaan Secara periodik ( bulan / tahun ) perusahaan harus membuat laporan keuangan. Laporan keuangan perusahaan terdiri dari Neraca ( Balance sheet ), Laporan Laba / Rugi ( Income Statement ) serta Laporan Aliran Kas ( Cash flow ). Laporan keuangan perusahaan sangat penting karena melalui laporan keuangan tsb berbagai pihak baik internal maupun eksternal perusahaan akan dapat menilai kinerja perusahaan selama periode tertentu. Pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan perusahaan diantanya adalah ; manajemen, pemilik, kreditur serta pemerintah dan pihak lain yang memiliki kepentingan dengan perusahaan. 3
a. Neraca ( Balance sheet ) Neraca merupakan laporan posisi keuangan pada saat tertentu yang terdiri dari kekayaan ( aktiva ), kewajiban dan ekuitas. ( 1 ). Aktiva terdiri dari ; i. Aktiva lancar ( Current assets ) yaitu aktiva yang memiliki masa perputaran kurang dar satu periode pembukuan ( satu tahun ) ii. Aktiva tetap atau aktiva jangka panjang ( Fixed asset and long-term assets ) yaitu aktiva yang memiliki masa perputaran lebih dari satu periode pembukuan ( satu tahun ). iii. Aktiva lain ( Other assets ) yaitu aktiva yang tidak dapat dikatagorikan aktiva lancar maupun aktiva tetap diatas, misalnya hak paten, good will, investasi surat2 berharga jangka panjang. ( 2 ). Kewajiban terdiri dari ; Kewajiban lancar yaitu kewajiban / hutang yang harus dibayar pada tahun berjalan, seperti hutang dagang, hutang biaya, hutang bank yang jatuh tempo dll. Kewajiban / hutang jangka panjang yaitu hutang yang memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun. ( 3 ). Ekuitas Ekuitas merupakan kekayaan bersih dari perusahaan yang menjadi hak pemilik perusahaan dan sering disebut sebagai modal sendiri.. b. Rugi / Laba ( Income statement ) Laporan Laba / Rugi merupakan laporan kegiatan operasi perusahaan yang terdiri dari penerimaan dikurangi dengan seluruh beban ( biaya ) dalam periode tertentu. c. Aliran Kas ( Cashflow ) Laporan arus kas menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas untuk jangka waktu tertentu ( biasanya satu tahun ). Arus kas terdiri dari ; Arus kas dari operasi dan Arus kas dari pendanaan
Arus Kas dari Operasi Arus Kas dari Pendanaan
4
Contoh : Laporan Neraca PT. JAMIN CORPORATION LAPORAN LABA / RUGI Per 31 Desember 2004 dan 2005 AKTIVA
Jumlah
Aktiva Lancar Kas Piutang dagang Persediaan barang Aktiva lancar lainnya Jumlah aktiva lancar Aktiva Tetap Bangunan dan Peralatan Akumulasi penyusutan Tanah Jumlah aktiva tetap
Rp. 44.000 Rp. 78.000 Rp.211.400 Rp. 13.800 (+) Rp.347.200 Rp.838.000 Rp.( 383.200 ) Rp. 70.000 (+) Rp.524.800
Aktiva lain ( Hak Paten )
Rp. 30.000
Total Asktiva
Rp.927.000
HUTANG DAN EKUITAS Hutang Lancar Hutang dagang Hutang pajak Hutang upah Hutang bunga Jumlah Hutang lancar
Jumlah
Hutang Obligasi Total Hutang
Rp. 200.000 (+) Rp. 299.900
Saham biasa Saldo laba ditahan Total ekuitas Total Hutang dan Ekuitas
Rp. 300.000 Rp. 327.100 (+) Rp. 627.100 Rp. 927.000
Rp. 76.110 Rp. 17.390 Rp. 3.900 Rp. 2.500 (+) Rp. 99.900
Contoh : Laporan Rugi / Laba PT. JAMIN CORPORATION LAPORAN LABA / RUGI Tahun Buku yang berakhir 31 Desember 2005 Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Biaya Operasi Beban / Biaya Penjualan Beban / Biaya Umum dan Administrasi Depresiasi Total Beban / Biaya Operasi Laba Operasi Beban Bunga Laba Bersih Sebelum pajak Pajak Penghasilan Laba Bersih Setelah Pajak Pendapatan bersih bagi pemegang saham Pembayaran Deviden saham biasa Perubahan saldo laba
Rp. 830.200 Rp. 539.750 ( - ) Rp. 290.450 Rp. 90.750 Rp. 71.800 Rp. 28.200 Rp. 190.750 (- ) Rp. 99.700 Rp. 20.000 ( - ) Rp. 79.700 Rp. 17.390 ( - ) Rp. 62.310
Rp. 62.310 Rp. 15.000 ( - ) Rp. 47.310
5
5. Pasar Keuangan Kehidupan perusahaan dewasa ini dalam aspek keuangan didukung oleh banyak lembaga keuangan modern seperti bank, pasar uang, pasar model dalam berbagai produk generik maupun derevatifnya, asuransi , dana pensiun, leasing dll. Berbagai lembaga tsb menjadikan semua aktivitas dan keputusan keuangan perusahaan menjadi lebih mudah. 5.1.Bank Umum Bank yang memiliki fungsi intermediasi dan dapat menciptakan uang giral. Bank memiliki peran yang sangat penting bagi terciptanya effisiensi keuangan perusahaan karena melalui bank kelebihan likuiditas bisa diinvestasikan serta membantu proses transfer keuangan dengan mudah. 5.2.Lembaga Keuangan Lainnya Lembaga pembiayaan merupakan lembaga yang berusaha dibidang pembiayaan seperti modal ventura, leasing, anjak piutang, pegadaian dsb. • Perusahaan asuransi Perusahaan asuransi adalah lembaga keuangan yang berusaha dibidang pertanggungan atas kerugian baik kerugian atas nyawa, harta dsbnya. •
Dana Pensiun
Dana Pensiun merupakan lembaga keuangan yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pension. •
Pasar Modal
Pasar modal merupakan suatu aktivitas bertemunya permintaan (orang/lembaga yg butuh dana) dan penawaran (orang/lembaga yang menawarkan dana) akan modal jangka panjang. Secara fisik pasar modal merupakan lembaga yang mengelola permintaan dan penawaran akan modal, di Indonesia misalnya Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya ( BES ) dlsbnya. Dipasar modal diperdagangkan instrumen keuangan seperti ; saham, obligasi, warrant. •
Pasar uang
Pasar uang merupakan aktivitas bertemunya permintaan dan penawaran dana jangka pendek ( kurang dari satu tahun ). Dipasar ini ditransaksikan ; call money, Pronote (promessory notes), Repo (reepurchases agreement), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Sertfikat Bank Indonesia ( SBI ) dll.
6
BAB II NILAI WAKTU UANG ( TIME VALUE OF MONEY ) Berbagai keputusan keuangan memiliki tujuan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik dan umumnya berhubungan dengan masa yang akan datang, sementara keadaan masa yang akan datang memiliki ketidakpastian ( risiko ). Disamping itu dalam investasi ada perbedaan waktu antara uang yang dikeluarkan dengan uang yang diterima oleh investor, sementara rupiah ( uang ) yang diterima sekarang akan berbeda nilainya dengan rupiah ( uang ) yang akan diterima dimasa masa yang akan datang disebabkan adanya inflasi, kesempatan untuk memperoleh untung dsb. Dengan kata lain dalam kalkulasi keuangan masalah nilai waktu dari uang sangat menentukan dalam mempengaruhi penilaian atas investasi. 1. Nilai Yang Akan Datang ( Future Value ) Future value yaitu nilai uang yang akan diterima dimasa yang akan datang dari sejumlah modal yang ditanamkan sekarang dengan tingkat discount rate ( bunga ) tertentu. Nilai waktu yang akan datang dapat dirumuskan sbb ;
Future Value = Mo ( 1 + i )n Mo
i n
= Modal awal = Bunga per tahun = Jangka waktu dana dibungakan
Contoh 1 : Tuan Budi pada 1 januari 2005 menanamkan modalnya sebesar Rp. 10.000.000,-dalam bentuk deposito di bank selama 1 tahun, dan bank bersedia memberi bunga 10 % per tahun, maka pada 31 Desember 2005 Tuan Budi akan menerima uang miliknya yang terdiri dari modal ppoko ditambah bunganya. Perhitungannya sbb ;
Future Value = Mo ( 1 + i )n FV FV FV
= 10.000.000 ( 1 + 0.10 )1. = 10.000.000 ( 1 + 0.10 ). = 10.000.000 + 1.000.000 . FV = 11.000.000
Jadi nilai yang akan datang uang milik Tn Budi adalah Rp. 11.000.000,Contoh 2 : Bila tuan depositi tuan Budi tersebut menjadi 2 tahun berapa nilai modal pada akhir tahun ke dua ? FV FV FV FV
= = = =
10.000.000 ( 1 + 0.10 )1( 1 + 0.10 )1 10.000.000 ( 1 + 0.10 )2. 10.000.000 ( 1,21 ). 10.000.000 + 1.210.000 . FV = 12.100.000 7
Jadi nilai yang akan datang uang milik Tn Budi adalah Rp. 12.100.000,Contoh 3 : Tuan Ali selama 3 tahun berturut turut mulai 1 januari 2005 sampai dengan tahun 2008 menanamkan modalnya sebesar Rp. 10.000.000,-pertahun dalam bentuk deposito di bank dan bank bersedia memberi bunga 10 % per tahun. Berapa jumlah uang milik Tuan Ali pada 31 Desember 2008 ?. Perhitungannya sbb ; n
FV = Mo∑ (1 + i ) t =1
FV
= Mo ( 1 + i )1 + Mo ( 1 + i )2 + Mo ( 1 + i )3
FV FV FV FV
= 10.000.000 ( 1,1 ) + 10.000.000 ( 1,1 )2 + 10.000.000 ( 1,1 )3 = 10.000.000 ( 1,1 ) + 10.000.000 ( 1,21 ) + 10.000.000 ( 1,331 ) = 10.000.000 ( 3,641 ). = 36.641.000
2. Nilai Sekarang ( Present Value ) Nilai sekarang ( Present Value ) yaitu nilai sejumlah uang yang akan diterima dimasa yang akan datang apabila dinilai sekarang dengan tingkat bunga tertentu. 1 Januari 2004
1 Januari 2005 Bunga 10 %
Rp. 909.090.91
Rp. 1.000.000
Sejumlah dana ( Rp.1.000.000 ) yang akan diterima 1 tahun yang akan datang apabila dinilai sekarang dengan tingkat bunga 10 % maka nilainya Rp. 909.090,91 Rumus Nilai sekarang ( Present Value ) yaitu ;
Present Value = Mn
i n
1 Mn n (1 + i )
= Modal yang akan diterima dimasa yang akan datang = Bunga per tahun = Jangka waktu
Contoh 1 : Tuan Budi tahun depan ( th 2005 ) akan menerima warisan senilai Rp. 100.000.000 apabila warisan tsb dinilai sekarang ( tahun 2004 ) dengan tingkat bunga 10 % pertahun berapa nilai warisan tsb sekarang ?
1
Present Value = 100.000.000 (1 + 0.10)1
Present Value
= 100.000.000 x 0.90909
Present Value = 90.909.090,91
Untuk mempermudah perhitungan maka dapat digunakan tabel present value yang ada di berbagai buku manajemen keuangan
8
3. Model-model Perhitungan Contoh 2 : Tuan Budi tahun depan ( th 2005 ) akan menerima warisan senilai Rp. 100.000.000 apabila warisan tsb dinilai sekarang ( tahun 2003 ) dengan tingkat bunga 10 % pertahun berapa nilai warisan tsb sekarang ? Karena jangka waktu dana yg akan diterima adalah 2 tahun yang akan datang maka perhitungannya menjadi ;
(1 + 0.10)
Present Value = 100.000.000
1
2
Present Value = 100.000.000 x 0.82645 ( dibulatkan ) Present Value = 82.645.000 Contoh 3 : Proyeksi penerimaan PT “X” untuk 5 tahun kedepan dimulai tahun 2006 s/d 2010 berturut-turut sebagai berikut ; Rp 300 juta ;Rp 350 juta; Rp 400 juta; Rp 450 juta ; Rp. 500 juta. Berapa nilai penerimaan tsb bila dinilai ditahun 2005 ( present value ) penerimaan tsb dengan tingkat bunga ( discount factor ) 15 % Jawaban dapat menggunakan cara sbb ; Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Penerimaan (Rp)
Discount Factor 15 % 300.000.000 0.869565 350.000.000 0.756144 400.000.000 0.657516 450.000.000 0.571753 500.000.000 0.497177 Present Value Penerimaan tahun 2005
Present Value Penerimaan 260.869.500 264.650.400 263.006.400 257.288.850 248.588.500 1.294.403.650
Jadi nilai sekarang ( th 2005 ) atas penerimaan selama 5 tahun berturut turut adalah Rp. 1.294.403.650. Contoh 4 : Proyeksi penerimaan PT “Y” untuk 5 tahun kedepan dimulai tahun 2006 s/d 2010 sebesar Rp 400 juta setiap tahun. Berapa nilai penerimaan tsb bila dinilai ditahun 2005 ( present value ) dengan tingkat bunga ( discount factor ) 15 % Karena penerimaan sama ( Rp. 400.000.000 ) pertahun maka solusinya tidak perlu mengalikan satu persatu penerimaan per tahun dengan discount factor, cukup dengan mengalikan penerimaan 1 tahun dengan jumlah discount factor selama 5 tahun. PV PV PV
= 400.000.000 x (0.8695 + 0.7561 + 0.6575 + 0.5717 + 0.4971) = 400.000.000 x 3.352155 = Rp. 1.340.862.000
9
BAB III KEPUTUSAN INVESTASI 1. Investasi Pengertian investasi yaitu penanaman dana pada suatu aktiva. Dalam hal investasi aktiva tetap sering di hubungkan dg Capital Budgeting ( CB ) Capital Budgeting merupakan keseluruhan proses menganalisis proyek untuk menentukan apakah suatu proyek dapat masuk dlm anggaran modal atau tidak. Keputusan dalam C B penting karena ; • Implikasi keputusan akan berlangsung dalam jangka panjang. • Menentukan bentuk-bentuk aktiva perusahaan • Menyangkut pengeluaran dana yg besar Proyek yang dianalisis dalam CB terdiri dari ; 1. Penggantian (replacement) utk mempertahankan bisnis yg ada 2. Penggantian untuk mengurangi ( menghemat ) biaya 3. Pengembangan produk yg ada pada pasar yg ada 4. Pengembangan produk baru pada pasar baru 5. Keamanan dan pemeliharaan lingkungan. 2. Analisis dan Penilaian dalam Capital Budgeting Menganalisis / menilai dalam capital budgeting hampir sama dg penilaian sekuritas ( saham / obligasi ). Prosedure penilaian menggunakan tahap-tahab sebagai berikut ; 1. Penentuan biaya proyek 2. Menaksir cash-flow proyek ( operating maupun terminal cash flows ) 3. Menaksir risiko cash-flow proyek ( misal dg menggunakan biaya modal untuk mendiskontokan cash-flow proyek ) 4. Menghitung present value cash-flow proyek 5. Membandingkan present value cash-inflow dg cash-outflow proyek, bila hasilnya positif maka layak diterima bila negatif tidak layak diterima. 3. Cash Flow Proyek Cashflow adalah aliran dana yang berkait investasi suatu proyek Suatu proyek biasanya tidak hanya memerlukan aktiva tetap tapi juga membutuhkan modal kerja. Cash-flow suatu proyek akan terdiri dari ; a. Cash out flows sering disebut juga sebagai initial investment yaitu total jumlah dana yg dikeluarkan untuk membiayai proyek baik untuk pengadaan aktiva tetap maupun modal kerja. b. Operating Cash-flows sering disebut dg proceeds yaitu kas masuk bersih yg terdiri dari depresiasi dan laba bersih c. Terminal cash flows yaitu kas masuk bersih sebagai akibat berakhirnya proyek, misalnya nilai residu aktiva tetap, pencairan modal kerja.
10
Secara skematis Th 0
th 1
th 2
th3
th 4
x--------------x------------------x------------------x----------------x (- ) Cash out ( + ) proceed th 1 ( + ) proceed th 2 ( + ) proceed th 3 ( + ) proceed th 4 Cash flow berbeda dengan laporan laba rugi karena laba rugi melihat penerimaan dan pengeluaran dari sisi akrual sedang cash flow melihat dari sisi kas. Contoh Perbandingan Laporan Laba Rugi dan Arus Kas Keterangan Penjualan Biaya-biaya a. Tunai. b. Depresiasi Laba Operasi ( EBIT ) Pajak Laba bersih ( EAT )
Akuntasi 2.000.juta
Keterangan Kas masuk
Arus Kas 2.000. jt
1.000.juta 500 juta 500 juta 150 juta 350. juta
Kas keluar
1.000. jt
Kas keluar Kas masuk bersih
150. jt 850. jt
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sesuai akuntansi yg dilaporkan dalam R/L adalah laba Rp. 350 juta namun sesuai arus kas maka kas yg nasuk sebesar Rp. 850 (EAT + Depresiasi). 4. Metode Penilaian Capital Budgeting Untuk melakukan penilaian atas suatu proyek ada beberapa metode yang dapat digunakan yaitu 4.1. Metode Payback Period dan Discounted Payback Period 4.2. Metode Accounting Rate of Return ( ARR ) 4.3. Metode Net Present Value 4.4. Metode Internal Rate of Return ( IRR ) 4.5. Profitability Index ( PI ) 4.1. Metode Payback Period Metode Payback Period ( PP ) yaitu mengukur periode ( jangka waktu) yg diperlukan agar investasi dapat kembali dari proyek. Contoh 1 : Total Investasi pendirian Cold Storage sebesar Rp. 1.000.000,- Umur investasi 4 tahun dan laba bersih pertahun berturut turut Rp. 250.000, Rp.150.000, Rp. 50.000, Rp. (150.000 ). Apakah Investasi tsb menguntungkan bila metode depresiasi dengan garis lurus
11
a. Metode Payback Periode ( PP ) Perkiraan Arus Kas Investasi Tahun 0 1 2 3 4
EAT 250.000 150.000 50.000 (150.000)
Depresiasi 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000
Perkiraan Arus Kas ( 1.000.000 ) 500.000 400.000 300.000 100.000
Arus Kas Kumulatif ( 1.000.000 ) ( 500.000 ) ( 100.000 ) 200.000 300.000
Sampai tahun ke 2 arus kas menunjukkan investasi masih sisa Rp. 100.000 dan dpt ditutup oleh sebagian proceed th ke 3. Payback Periode = 2 +
100.000 x12bulan = 4bulan 300.000
Kesimpulan : Investasi menguntungkan karena akan dapat kembali lebih cepat ( 2 tahun 4 bulan ) dari jangka waktu ekonomisnya ( 4 tahun ) b. Metode Discounted Payback Period Metode ini memasukkan time value of money yg merupakan kritik atas kelemahan metode Payback Period. Arus kas dipresent valuekan dgn tingkat bunga tertentu dan kemudian dihitung periode pengembalian investasi Tahun 0 1 2 3 4
Perkiraan Arus Kas ( 1.000.000 ) 500.000 400.000 300.000 100.000
Discounted PP = 2 +
DF 10 % 1 0.909 0.826 0.751 0.683
PV Arus Kas Diskonto 10 % ( 1.000.000 ) 454.500 330.400 225.300 68.300
Arus Kas Kumulatif ( 1.000.000 ) ( 545.500 ) ( 215.100 ) 10.200 78.500
215.100 Discounted PP = 2, 95 tahun ( 2 tahun + 11,4 bln ) 225.300
4.2.Metode Accounting Rate Of Return ( ARR ) Metode ini mencari kemampuan investasi dalam menghasilkan rata-rata laba akuntansi. LabaBersihrata − rata x100% ARR = Investasirata − rata Dengan menggunakan contoh diatas maka ARR dapat dicari sbb ; Rata-rata Laba bersih = ( 250.000 + 150.000 + 50.000 -150.000) / 4 =Rp. 75.000 Rata-rata Investasi = Rp. 1.000.000 / 2 = Rp. 500.000 ARR =
75.000 x100% = 15 % 500.000 12
4.3. Metode Net Present Value Metode ini menggunakan Discounted Cash Flow ( DCF ) dengan mempresent valuekan seluruh cash flow. n
Rumus NPV
NPV= ∑ t =0
CFt (1 + k )
Dimana ; CFt ( Cash flow atau arus kas pada th t ), k ( biaya modal proyek ), t ( periode waktu ), n ( usia proyek ) dengan contoh proyek diatas maka arus kas dan biaya modal proyek 10 % sbb ; Tahun 0 1 2 3 4
Atau NPV =
Perkiraan Arus Kas DF 10 % ( 1.000.000 ) 1 500.000 0.909 400.000 0.826 300.000 0.751 100.000 0.683 Net Present Value ( NPV )
Present Value Cash Flow ( 1.000.000 ) 454.500 330.400 225.300 68.300 78.500
− 1.000.000 500.000 400.000 300.000 100.000 + + + + (1 + 0.1) 0 (1 + 0.1) 1 (1 + 0.1) 2 (1 + 0.1) 3 (1 + 0.1) 4
NPV = - 1.000.000 + 454.500 + 330.400 + 225.300 + 68.300 NPV = 78.500 Kesimpulan : Karena NPV positif, proyek feasable ( menguntungkan ) 4.4. Profitability Index Profitability index sering disebut sebagai cost benefit analysis method. Metode ini merupakan modifikasi metode NPV yaitu dengan mencari rasio antara present value proceeds dengan present value investasi bila hasilnya > 1 maka investasi menguntungkan tapi bila hasilnya < 1 maka investasi tidak menguntungkan. PI =
PVCash inf low PI = 1.078.820 / 1.000.000 PVcashoutflow
P I = 1.078 Karena PI proyek 1,078 atau > 1 maka berarti proyek diterima / menguntungkan.
13
4.5. Metode Internal Rate of Return ( IRR ) Metode IRR yaitu mencari tingkat diskonto ( interest ) yg dapat menghasilkan NPV = 0 (PV cash out flow = PV cash in flow). IRR juga dianggap sebagai tingkat keuntungan yang diperkirakan akan dihasilkan oleh suatu proyek. n
Rumus IRR
=
CFt
∑ (1 + r ) t =0
t
=0
Dimana r = IRR yaitu tingkat diskonto yang menghasilkan NPV = 0 Dengan contoh proyek diatas maka IRR dpt dihitung sbb ; 0 = - 1.000.000 +
500.000 400.000 300.000 100.000 + + + (1 + r )1 (1 + r ) 2 (1 + r ) 3 (1 + r ) 4
r dicari dgn prosedure sbb ; Cari DF sehingga menghasilkan NPV positif Cari DF sehingga menghasilkan NPV negatif Lakukan Interpolasi antara dua DF ( i ) dan dua NPV diatas
Atau dengan rumus pendek
IRR = r1 − C1
r 2 − r1 C 2 − C1
Dimana : C1 = nilai NPV positif C2 = nilai NPV negatif r1 = tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif ( C1 ) r2 = tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif ( C2 )
IRR = 14% − 8.083
15% − 14% IRR = 14 % + 0.49 % − 8.330 − 8.083
IRR = 14.49 % Bila biaya dana > dari 14.49 proyek tidak menguntungkan tapi bila biaya dana < 14.49 proyek menguntungkan
14
5. Investasi Penggatian Penggantian aktiva tetap lama dg aktiva tetap baru membutuhkan investasi karena itu perlu dianalisis. Analisis penggantian aktiva tetap ( replacement analysis ) memiliki perbedaan dg analisis investasi baru dalam hal menentukan cashflows investasi, sementara dalam menilai layak tidaknya memiliki kesamaan dengan penilaian investasi baru. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam investasi penggatian yaitu ; Nilai sisa investasi aktiva lama yang akan diganti. Nilai depresiasi aktiva lama Nilai jual aktiva lama. Nilai investasi aktiva baru Umur ekonomis aktiva baru Pengaruh penggantian terhadap ; Penghasilan ( Revenue ) apakah bertambah atau berkurang. Biaya ( Cost ) apakah bertambah atau berkurang g. Taksiran arus kas harus dihitung atas dasar selisih ( incrimental ) a. b. c. d. e. f.
Contoh : PT.GTN akan mengganti mesin pengering jagung yg lama dg mesin baru. Nilai buku mesin lama Rp. 800 juta dg sisa usia ekonomis 4 tahun tanpa nilai residu dan disusut dg metode garis lurus. Harga mesin baru Rp. 1.200 juta (untuk memudahkan analisis diumpamakan umur ekonomis sama dg mesin lama = 4 tahun ). Penggunaan mesin baru tsb akan menghemat biaya Rp. 150 juta pertahun. Mesin lama dijual sesuai dg nilai bukunya dan pajak keuntungan 30 %. Buatlah analisis apakah keputusan penggantian tsb layak dilaksanakan. Langkah analisis sbb ; Langkah 1 : Menghitung Cashflows (1). Arus kas keluar ( besarnya investasi ) Harga mesin baru Rp. 1.200.000.000,Hasil penjualan mesin lama Rp. 800.000.000,- ( - ) Nilai investasi Rp. 400.000.000,(2). Arus kas masuk Tambahan laba akibat penghematan Rp. 150.000.000 Tambahan penyusutan Penyusutan mesin baru Rp. 300.000.000,Penyusutan mesin lamaRp. 200.000.000,Tambahan penyusutan Rp. 100.000.000,- ( - ) Tambahan laba sebelum pajak Rp. 50.000.000,Tambahan pajak 30 % Rp. 15.000.000,-( - ) Tambahan laba setelah pajak Rp. 35.000.000,Jadi penggantian mesin tsb mengeluarkan investasi Rp. 400.000.000,- dan akan memberi tambahan laba bersih setelah pajak Rp. 35.000.000,-pertahun Langkah 2 : Melakukan penilaian Proceeds = tambahan laba bersih + tambahan depresiasi 15
Proceeds = Rp. 35.000.000 + Rp. 100.000.000 = Rp. 135.000.000,a. Metode Payback Periode PP = Investasi / Proceed pertahun PP = 400.000.000 / 135.000.000 PP = 2.96 tahun ( 2 tahun 11,5 bulan ) Jadi investasi akan kembali dalam 2 tahun 11,5 bulan sedang umur investasi 4 tahun sehingga kesimpulannya investasi penggantian layak ( menguntungkan ) untuk dilaksanakan. b. Metode ARR ARR ARR ARR ARR
= Rata-rata laba bersih tahunan / Rata-rata investasi = 35.000.000 / (( 400.000.000 + 0 ) / 2 ) = 35.000.000 / 200.000.000 = 0.175 ( dalam prosentase 17.5 % )
c. Metode NPV dengan discount rate 10 % PV Proceeds = Rp. 135.000.000 x 3.170 PV Investasi = Rp. 400.000.000 x 1 NPV Karena hasil NPV positif maka (menguntungkan) bila dilaksanakan.
= Rp. 427.950.000,= Rp. 400.000.000,- ( - ) = Rp. 27.950.000,investasi
penggantian
tsb
layak
d. Metode IRR Karena dengan DF 10 % diperoleh NPV positif = Rp. 27.950.000 Maka kita perlu mencari NPV negative dengan menaikkan DF misalnya dengan DF 18 % sbb ; PV Proceeds = Rp. 135.000.000 x 2.690 = Rp. 363.150.000,PV Investasi = Rp. 400.000.000 x 1 = Rp. 400.000.000,- ( - ) NPV = Rp. ( 36.850.000,-)
IRR = r1 − C1
r 2 − r1 C 2 − C1
IRR = 10 − 27.950.000
18 − 10 − 36.850.000 − 27.950.000
IRR = 10 + 3.45
atau 13.45 %
6. Menilai Aktiva Tetap Dengan Umur Tidak Sama Manajemen kadang dihadapkan pada pemilihan atas beberapa alternatip aktiva tetap. Dalam analisis yang bersifat membandingkan maka harus digunakan basis waktu yang sama atau common horizon approach. Dalam hal beberapa aktiva tetap yang dianalisis memiliki harga, kapasitas, umur ekonomis serta biaya operasi sama maka analisisnya adalah dengan membandingkan 16
present value kas keluar dan hasil PV yang paling kecil yang efisien. Namun bila aktiva yg harus dipilih memiliki umur ekonomis tidak sama maka perlu pendekatan yg berbeda yaitu dg equivalent annual cost approach( EACA). Equivalent annual cost approach (EACA) yaitu metode analisis yang mencari besarnya pengeluaran tahunan yg ekuivalen ( sama ) dg PV kas keluar ( initial investment). Contoh : Perusahaan dihadapkan pada pemilihan dua buah mesin yaitu mesin A dan mesin B dg karaketeristik sbb ; Mesin Harga Umur ekonomis Biaya operasi
A Rp. 15 jt 3 tahun Rp. 4 juta
B Rp. 10 juta 2 tahun Rp. 6 juta
Karena umur ekonomis tidak sama maka perlu menggunakan metode penilaian equivalen annual cost approach dengan langkah sbb ; 1. Mencari present value kas keluar keseluruhan Present Value Kas keluar ( dlm jutaan ) dengan DF 10 % Mesin Th 0 Th 1 Th 2 Th 3 PV pd DF 10 % A 15 4 4 4 24, 95 B 10 6 6 20,41 2. Menghitung equivalen annual cost X
X
X
Mesin A 24,95 = (1 + 0.10)1 + (1 + 0.10) 2 + (1 + 0.10) 3 24,95 = 0.9091 X + 0.8264 X + 0.7513 X 24,95 = 2,4868 X
X =
24,95 2,4868
X = 10,03 juta
Jadi equivalent annual cost mesin A sebesar Rp. 10,03 juta Dengan cara yg sama maka mesin B dapat dihitung dan akan menghasilkan equivalent annual cost ( EACA) sebesar Rp. 11,76 juta. Karena EACA mesin A sebesar Rp. 10,03 maka mesin A lebih efisien dibanding mesin B, karena itu alternatif yang dipilih adalah mesin A
17
BAB IV MANAJEMEN AKTIVA LANCAR 1. Manajemen Modal Kerja 1.1. Pengertian / Konsep Modal Kerja Modal kerja merupakan modal / asset yang beroperasi dan berputar terus menerus didalam perusahaan dalam rangka menghasilkan pendapatan. Modal kerja dapat didiskripsi menurut tiga konsep yaitu ; a. Modal kerja kotor ( brutto ) yaitu konsep yang menganggap bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar yang ada dalam perusahaan. b. Modal kerja bersih ( netto ) yaitu konsep yang menganggap bahwa modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar. c. Modal kerja fungsionil yaitu konsep yang menganggap bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan perusahaan pada suatu periode. Dari konsep modal kerja tsb maka aktiva lancar merupakan bagian yang terpenting. Unsur aktiva lancar yang dominan biasanya adalah ; Kas , Piutang , Persediaan Barang Aktiva lancar yaitu aktiva selalu berputar dalam periode jangka pendek ( < 1 tahun ) Aktiva lancer berputar berarti berubah dari kas menjadi barang dan menjadi kas lagi, seperti dibawah ini ; KAS
BARANG
KAS
( Penjualan Tunai )
KAS
BARANG
PIUTANG
KAS
( Penjualan Kredit )
CONTOH : Neraca PT. GTN pada tanggal 31 Desember 2003 Rekening Kas Sekuritas Piutang Persediaan Jumlah Aktiva Lancar Aktiva tetap Akumulasi penyusutan Jumlah aktiva tetap Total
Nilai 22.000 10.000 170.000 117.000 319.000
Rekening Hutang dagang Hutang bank Hutang pajak Jumlah hutang lancar
Hutang jangka panjang 700.000 (100.000) Modal saham 600.000 Laba ditahan 919.000 Total
Nilai 91.000 160.000 30.000 281.000 200.000 300.000 138.000 919.000
Dengan menggunakan neraca diatas maka dapat ditentukan besarnya modal kerja PT GTN tahun 2003 menurut konsep-konsep tersebut diatas sbb ; Modal kerja kotor ( brutto ) = Rp. 319.000 yaitu jumlah aktiva lancar Modal kerja bersih ( netto ) = Rp. 38.000 atau ( Rp.319.000 – Rp.281.000 ) Modal kerja fungsionil terdiri dari ;Kas, Piutang, Persediaan, Aktiva tetap (sebesar penyusutan tahun tersebut ). 18
1.2. Menghitung Kebutuhan Modal Kerja Modal kerja yang harus ada dalam perusahaan harus ditetapkan secara baik karena bila kurang dapat mengganggu kelancaran operasi perusahaan namun bila terlalu banyak maka akan menyebabkan unefisiensi dan mengurangi keuntungan. Besar kecilnya kebutuhan modal kerja dipengaruhi oleh dua hal yaitu ; Lama waktu terikatnya dana pada aktiva lancar sebagai unsur modal kerja Jumlah pengeluaran perhari dari unsur aktiva lancar tsb Dengan melihat faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja maka kebutuhan modal kerja dapat dicari dengan cara sbb ; ( 1 ). Tentukan lama waktu dana terikat pada aktiva lancar unsur modal kerja. ( 2 ). Tentukan besarnya pengeluaran perhari dari masing-masing aktiva lancar yang menjadi unsur modal kerja. ( 3 ). Kalikan lama waktu dana terikat dengan jumlah pengeluaran per hari dari masing-masing aktiva lancar. ( 4 ). Jumlahkan seluruh hasil perkalian masing-masing aktiva lancar. Contoh 1 : PT. KUDA TEX adalah perusahaan yang memproduksi sarung palekat dengan merk kuda terbang. Volume produksi sebanyak 1000 potong / perhari. Proses produksi sbb ; Benang dibeli secara tunai untuk kebutuhan produksi tiap hari senilai Rp. 5.000.000 atau Rp. 5.000 / perpotong dibeli 1 hari sebelum diproses Biaya pewarnaan sebesar Rp. 1000,- perpotong dengan lama proses 2 hari Proses persiapan penenunan memerlukan waktu 5 hari Proses penenunan dan finishing membutuhkan rata-rata waktu 2 hari Biaya bahan penolong sebesar sebesar Rp 500, Biaya tenaga kerja Rp. 2.000,- perpotong Biaya administrasi dan persediaan kas Rp. 500.000 / hari Hasil produksi dijual secara tunai dengan lama waktu menunggu trasaksi 5 hari Dari data diatas kebutuhan modal kerja PT.KUDA TEX dapat dihitung sbb ; 1. Lama proses Bahan baku Pewarnaan Proses persiapan tenun Penenunan dan finishing Menunggu laku di gudang Lama waktu proses
= = = = = =
2. Jangka waktu terikat dana Bahan baku Pewarnaan Proses persiapan tenun Penenunan dan finishing Menunggu laku di gudang
= 15 hari = 14 hari = 12 hari = 8 hari = 5 hari
1 hari 2 hari 4 hari 3 hari 5 hari ( + ) 15 hari
19
3. Pengeluaran perhari Biaya bahan baku Biaya pewarnaan Biaya bahan penolong Biaya tenaga kerja persiapan, tenun & finishing Biaya administrasi dan kas
= Rp. 5.000.000,= Rp. 1.000.000,= Rp. 500.000,= Rp. 2.000.000,= Rp. 500.000,-
4. Kebutuhan modal kerja Bahan baku = 15 x Rp. 5.000.000 = Rp. 75.000.000, Pewarnaan = 14 x Rp. 1.000.000 = Rp. 14.000.000, Proses persiapan tenun = 12 x Rp. 500.000 = Rp. 6.000.000, Pesiapan, tenun, finishing = 12 x Rp. 2.000.000 = Rp. 24.000.000,- ( + ) Jumlah kebutuhan modal kerja = Rp.119.000.000,Cara lain yaitu menghitung dengan rumus sbb ;
Perputaran Modal kerja =
Modal Kerja
=
Penjualan ModalKerja
Penjualan PerputaraModalKerja
Misal : Target penjualan tahun 2006 sebesar Rp. 900.000.000 dan perputaran modal kerja 12 kali, maka kebutuhan modal kerja tahun 2006 dapat ditentukan sbb ; Modal kerja =
Rp.900.000.000 = Rp. 75.000.000,12
1.3. Efisiensi Modal Kerja Penggunaan modal kerja dalam perusahaan sangat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, salah satu ukuran kinerja keuangan yaitu efisiensi penggunaan modal kerja yang dapat diukur dengan rasio Return on Working Capital ( RWC ) yang mengukur kemampuan modal kerja dalam menghasilkan keuntungan.
RWC =
LabaOperasi x 100 % ModalKerja
Hasil pengukuran RWC yang makin tinggi menunjukkan makin efisien penggunaan modal kerja perusahaan.
20
2. Manajemen Kas Kas dan surat berharga merupakan aset yang paling likuid dan sangat menentukan bagi kelancaran operasi perusahaan, karena kas menjadi alat tukar yang memungkinkan perusahaan membiayai kegiatannya. Ada tiga motif memiliki kas ( Keynes dalam Agus Sartono, 2001 ) yaitu ; (1). Alasan untuk memenuhi kebutuhan transaksi (2). Alasan untuk berjaga-jaga karena aliran kas perusahaan sulit diprediksi (3). Alasan kebutuhan untuk spekulasi Karena alasan pentingnya kas dalam perusahaan maka manajemen harus mengelola kas secara tepat sehingga menjamin kelancaran operasi dan dapat mendukung dicapainya tujuan perusahaan yaitu diperolehnya keuntungan dan meningkatnya kekayaan perusahaan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam rangka mengelola kas diataranya yaitu ; Membuat anggaran kas yaitu anggaran yang berisi rencana kas masuk dan rencana kas keluar baik dari kegiatan operasi maupun dari rencana pengambilan dan pembayaran pinjaman selama periode tertentu ( satu tahun ) Melalui anggaran ini manajemen mampu me Menentukan jumlah kas optimal ( metode inventory dan metode Stochastik ). Memelihara kas membawa konsekwensi menanggung 2 biaya yaitu (1). Biaya bunga bila sumber dana tsb dari pinjaman (2). Biaya peluang ( opportunity cost ) yaitu hilangnya kesempatan meraih keuntungan bila kas tsb digunakan untuk investasi surat berharga. Jumlah kas optimal dapat ditentukan melalui metode inventory dengan rumus sbb ; 2OD Q= i Q ( jumlah kas minimal ), O ( biaya pengadaan kas / perubahan surat berharga menjadi kas ), D ( kebutuhan kas selama 1 tahun ) Contoh : Kebutuhan kas PT GTN pertahun Rp. 1.200.000.000 dengan pemakaian perhari konstan. Biaya transaksi perubahan surat berharga (efek) menjadi kas Rp. 50.000 setiap kali perubahan. Pendapatan bunga bila memiliki surat berharga adalah 12 % pertahun. Berapa jumlah kas optimal bagi PT GTN ? Q=
2 x50.000 x1.200.000.000 = Rp. 31.622.777 0.12
Hasil perhitungan menunjukkan Q = Rp. 31.622.777 ( Rp. 31.623.000 dibulatkan ) Berarti bila kas perusahaan habis ( 0 ) maka perusahaan harus melakukan penjualan surat berharga sebesar Rp. 31.623.000. Dengan cara tsb maka manajemen dapat meminimumkan biaya kas sebagaimana dijelaskan diatas.
21
3. Manajemen Piutang Piutang yang ada dalam perusahaan umumnya timbul sebagai akibat kebijakan penjualan kredit. Apabila kebijakan manajemen menggunakan penjualan tunai maka tidak akan muncul piutang dagang ( investasi dalam piutang ). Persoalannya lebih menguntungkan mana bagi manajemen apakah dengan penjualan tunai atau penjualan kredit ? Persoalan ini dapat dianalisis dengan cost and benefit kebijakan penjualan kredit. Bila cost > benefit penjualan kredit maka sebaiknya digunakan penjualan tunai. Bila cost < benefit penjualan kredit maka sebaiknya digunakan penjualan kredit. Contoh : PT GTN saat ini ( tahun 2005 ) menggunakan sistim penjualan tunai dan memiliki omzet Rp. 800.000.000,- Untuk tahun 2006 manajemen akan mempertimbangkan mengubah kebijakan penjualan tunai menjadi penjualan kredit dengan syarat n/60 artinya pembeli diberi tempo untuk membayar sampai hari ke 60 dari saat pembelian. Dengan perubahan tsb diharapkan penjualan akan meningkat menjadi Rp.1.050.000.000,- dan profit margin 15 %, sementara biaya dana sebesar 16 % pertahun. Apakah rencana kebijakan penjualan kredit tsb menguntungkan bagi perusahaan ? Masalah diatas dapat dianalisis dengan membandingkan manfaat (benefit) dan biaya (cost) sebagai berikut ; MANFAAT Tambahan keuntungan adanya penjualan kredit. ( Rp. 1.050.000.000 – Rp. 800.000.000 ) x 15 %
= Rp.
37.500.000,-
BIAYA 360 = 6 kali pertahun 60 Rp.1.050.000.000 = Rp. 175.000.000 Rata-rata piutang = 6 Modal yg diperlukan untuk investasi dalam piutang dihitung adalah = ( 100 % - 15 % ) x Rp. 175.000.000 = Rp. 148.750.000 Perputaran piutang
=
Biaya dana untuk tambahan modal guna investasi pada piutang = Rp. 148.750.000 x 16 % = Rp. 23.800.000 SIMPULAN Manfaat = Rp. 37.500.000 Biaya = Rp. 23.800.000 ( - ) Tambahan keuntungan = Rp. 13.700.000 Jadi kebijakan penjualan kredit akan memberi manfaat bersih (keuntungan) sebesar Rp. 13.700.000,4. Manajemen Persediaan Persediaan barang bagi perusahaan baik usaha dagang maupun industri merupakan aktiva lancar yang penting, karena persediaan berpengaruh terhadap kelancaran produksi dan pelayanan pelanggan. Untuk itu manajemen harus mengelola 22
persediaan dengan tepat agar tidak terlalu banyak yang dapat berakibat risiko kerusakan dan tidak terlalu sedikit yang dapat mengakibatkan kegagalan melayani pelanggan. Dalam mengelola persediaan perusahaan akan terbebani dua biaya yaitu biaya pemesanan ( procuremen cost ) dan biaya penyimpanan ( carrying cost ). Dua biaya ini sifatnya berlawanan sbb ; Biaya pesan dihitung atas dasar frekwensi pesan tidak berkait dengan jumlah yang dipesan yang berarti semakin sedikit jumlah yang dipesan akan semakin besar biaya pemesanan perunit. Biaya simpan dihitung atas dasar jumlah unit yang dipesan yang berarti makin banyak yang barang disimpan maka biaya makin besar dan sebaliknya. a. Metode penentuan persediaan optimal menggunakan EOQ (Economic Order Quantity) EOQ =
2 RS C
EOQ ( Jumlah pembelian yang ekonomis ), R (jumlah kebutuhan bahan satu tahun), S ( set up cost / biaya pemsanan ), C ( Carrying cost / biaya penyimpanan ) Contoh : PT. GTN memiliki kebutuhan bahan baku 1 tahu sebesar 1.600 unit, biaya pesan Rp. 100.000 untuk sekali pesan, biaya penyimpanan Rp. 500 per unit pertahun. Jumlah pembelian yang ekonomis adalah ; Q=
2 x100.000 x1600 = 800 unit 500
Dari hasil perhitungan diatas maka jumlah pembelian yang ekonomis ( efisien ) adalah 800 unit setiap kali beli sehingg frekwensi pembelian menjadi 1.600 / 800 = 2 kali dalam satu tahun. b. Lead time dan Reorder Point
Lead time yaitu jangka waktu antara saat barang dipesan dan barang dating. Reorder point yaitu saat yang tepat untuk memesan kembali barang. Reorder point depengaruhi oleh lead time,
Misal menggunakan contoh diatas lead time = 6 hari.sementara penggunaan perhari = 1.600 / 300 hari = 5.3 unit, maka reorder point = 5.3 x 6 = 32.8 atau 33 unit. Jadi bila persediaan sudah tinggal 33 unit maka bagian pembelian harus memesan barang. c. Savety Stock Savety stock yaitu persediaan pengaman ( persediaan besi ) yang biasanya digunakan untuk berjaga jaga untuk menghadapi masalah keterlambatan pembelian maupun lainnya. Besarnya savety stock biasanya ditentukan berdasarkan pemakaian barang dalam waktu tertentu misal 6 hari atau 10 hari dsb. Dengan menggunakan contoh diatas maka bila ditentukan savety stock sebesar penggunaan 10 hari = 10 x 5.3 = 53 unit. 23
BAB V STRUKTUR MODAL 1. Sumber-sumber Modal Modal perusahaan dapat diperoleh dari dua sumber yaitu sumber luar perusahaan dan sumber dari dalam perusahaan a. Sumber dari luar yaitu sumber modal dari luar rumah tangga perusahaan seperti ; Dari pemilik / Pemegang saham ( berupa setoran modal ) yang merupakan ekuitas (modal sendiri) sumber pemilik dari luar perusahaan karena keuangan pemilik dan keuangan perusahaan terpisah. Dari pinjaman ( Debt = hutang ) seperti hutang obligasi, hutang bank, hutang dagang dll. b. Sumber dari dalam perusahaan yaitu merupakan dana yang dihasilkan sendiri dari hasil operasi perusahaan seperti ; Laba ditahan, Penyisihan Depresisasi. 2. Konsep Struktur Keuangan dan Struktur Modal Struktur keuangan ( finansiil ) adalah paduan dari seluruh sumber modal perusahaan ( baik jangka pendek maupun jangka panjang ). Struktur modal merupakan paduan dari sumber modal jangka panjang yang digunakan perusahaan. Rancangan Struktur Keuangan merupakan aktivitas manajemen mencari komposisi yg baik dari semua komponen sumber modal dengan tujuan meminimumkan biaya penggunaan dana. Dengan konsep struktur modal maka pembelanjaan dlm perusahaan ada 2 kemungkinan yaitu ; Menggunakan hutang pembelanjaan dengan Leverage Tidak ada hutang pembelanjaan Unleverage Contoh : Jenis Pembelanjaan Leverage = 0 Semua modal dari ekuitas ( modal sendiri ) atau Un Leverage Leverage = 10 Modal terdiri dari Hutang 10 % , dan ekuitas 90 % Leverage = 40 Modal terdiri dari Hutang 40 % , dan ekuitas 60 % Leverage = 90 Modal terdiri dari Hutang 90 % , dan ekuitas 90 % Manajemen dalam memutuskan penggunanaan leverage dipengaruhi oleh ; Ketersediaan sumber dana bagi perusahaan. Biaya masing2 sumber dana. Policy manajemen yg berkait dengan keterlibatan pemilik modal terhadap pengambilan keputusan. Target return bagi modal sendiri ( pemegang saham )
24
3. Analisis Penggunaan Hutang dan Rentabilitas Penggunaan hutang dalam perusahaan ( pembelanjaan leverage ) akan berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas modal sendiri ( RMS ) dengan kata lain penggunaan hutang dapat berakibat naik / turunnya rentabilitas modal sendiri. Karena itu manajemen dalam menentukan penggunaan hutang harus menganalisis terlebih dahulu apakah kebijakan menggunakan hutang tsb dapat meningkatkan rentabilitas modal sendiri atau tidak. Bila penggunaan hutang meningkatkan keuntungan bagi modal sendiri maka pengambilan hutang dibenarkan tapi sebaliknya bila tidak meningkatkan keuntungan modal sendiri maka kebijakan mengambil hutang tidak dibenarkan. Secara umum keputusan penggunaan hutang akan ditentukan oleh tingkat bunga hutang dan tingkat earning power ( rentabilitas ekonomi ) dari perusahaan. Ada 2 kemungkinan dalam penggunaan hutang dan pengaruhnya terhadap RMS sbb ; a. Bila bunga hutang lebih tinggi dari earning power ( RE ) maka penggunaan hutang akan menurunkan rentabilitas modal sendiri ( merugikan modal sendiri ). b. Bila bunga hutang lebih rendah dari earning power ( RE ) maka penggunaan hutang akan menaikkan rentabilitas modal sendiri ( menguntungkan modal sendiri). CONTOH PT. RINA pada tahun 1996 memiliki total modal Rp. 2.000.000,- yang terdiri dari modal sendiri ( ekuitas ) Rp. 1.200.000,- dan dari hutang Rp. 800.000,- dengan bunga 15 % pertahun. Untuk tahun operasi 1997 manajemen ingin memperluas usaha dan memerlukan tambahan modal sebesar Rp. 2.000.000,- (atau tambahan 100 % dari modal tahun 1996). Dengan tambahan modal tersebut maka laba operasi perusahaan akan menjadi Rp. 500.000,- Perusahaan dapat membiayai tambahan modal tsb dengan dua alternatif yaitu dengan menambah setoran modal sendiri (mengeluarka saham baru), atau dengan mengambil pinjaman / hutang dengan bunga 15 % pertahun, dan pajak keuntungan perusahaan 50 %. Dengan mencermati data diatas maka dapat dianalisis pemenuhan kebutuhan dana sbb ; REKENING LABA USAHA BUNGA H1 = 15 % ( 800.000 ) BUNGA H2 = 15 % ( 2.000.000 ) LABA SEBELUM PAJAK PAJAK 50 % LABA SETELAH PAJAK
Tambahan Modal dipenuhi dg Hutang Rp. 500.000 Rp. ( 120.000 ) Rp. ( 300.000 ) Rp. 80.000 Rp. 40.000 Rp. 40.000
Tambahan Modal dipenuhi dg Modal sendiri Rp. 500.000 Rp. ( 120.000 )
Jumlah Modal Asing ( Hutang ) Jumlah Modal Sendiri Total Modal
Rp. 2.800.000 Rp. 1.200.000 Rp. 4.000.000
Rp. 800.000 Rp. 3.200.000 Rp. 4.000.000
Rentabilitas Modal Senidiri (RMS)
3.33 %
Rp. Rp. Rp.
380.000 190.000 190.000
5.94 %
25
Dari analisis diatas menunjukkan bahwa tambahan modal bila menggunakan hutang akan menghasilkan rentabilitas modal sendiri sebesar 3,33 % sedang bila dipenuhi dengan setoran modal sendiri akan menghasilkan rentabilitas modal sendiri 5,94 % atau lebih tinggi, sehingga keputusannya adalah lebih baik kebutuhan tambahan modal dipenuhi dengan menambah modal sendiri. Bagaimana bila laba operasi / usaha tidak Rp. 500.000 tapi naik menjadi Rp. 800.000,bagaimana keputusannya ? Karena laba operasi Rp. 800.000 sedang total modal Rp. 4.000.000,- maka Earning Power ( Rentabilitas Ekonomi ) sebesar 20 % atau (800.000 / 4.000.000 ) x 100 % Karena earning power 20 % lebig tinggi dari bunga hutang 15 % maka kebutuhan tambahan modal akan lebih baik menggunakan hutang karena akan m,eningkatkan rentabilitas modal sendiri.
4. Analisis Hutang ( Leverage Finansiil ) dan Likuiditas Penggunaan hutang akan menimbulkan kewajiban finansiil, baik berupa kewajiban pembayaran bunga maupun angsuran pokok hutang. Karena itu pimpinan perusahaan harus hati-hati dalam mengambil hutang jangan sampai penggunaa hutang menimbulkan kesulitan keuangan ( kesulitan likuiditas ) bagi perusahaan. Untuk menganalisis apakah penggunaan hutang akan menimbulkan kesulitan likuiditas atau tidak dibelakang hari dapat dideteksi dengan rasio keuangan Debt Service Coverage ( DSC ) DSC =
( LabaOperasi + Penyusu tan) AngsuranPokokHu tan g Bunga + SewaGuna + (1 − Tax)
t = tarif pajak penghasilan ( income tax ) Dari analisis ini dapat diperoleh kesimpulan sbb ; Bila DSC > 1,00 maka berarti perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansiel ( membayar kewajiban hutang ) Bila DSC < 1,00 maka berarti perusahaan tidak mampu untuk memenuhi kewajiban finansiel ( membayar kewajiban hutang ). Contoh Perusahaan memerlukan tambahan dana sebesar Rp. 200.000.000,- untuk membeli aktiva tetap sebesar Rp. 120.000.000 dan tambahan modal kerja Rp. 80.000.000,Aktiva tetap memiliki umur ekonomis 4 tahun sehinggan besarnya penyusutan dg garis lurus sebesar Rp. 30.000.000,- pertahun ( 120 jt / 4 ). Tambahan modal tsb akan memberikan rentabilitas ekonomis sebesar 25 % dan pajak penghasilan 25 %. Perusahaan ditawari kredit bank dengan bunga 18 % dan jangka waktu 2 tahun, dan tahun 1 harus membayar 50 % dari pokok pinjaman dan sisanya dibayar pada tahun kedua. Dengan demikian bila kredit tersebut diambil maka akan menimbulkan kewajiban finasiil sbb ;
26
Tahun 1 2
Angsuran Pokok Bunga 50% x Rp. 200 jt = Rp. 100 jt 18 % x Rp 200 jt = Rp. 36 jt 50% x Rp. 200 jt = Rp. 100 jt 18 % x Rp 100 jt = Rp. 18 jt
Dari data diatas maka rasio DSC adalah sbb ; DSC =
(50 jt + 30 jt ) = 0.472 100 jt 36 jt + 0 + (1 − 0.25)
Hasil rasio DSC sebesar 0.472 atau kurang dari 1 ini berarti bahwa dana dari laba operasi dan penyusutan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban membayar bunga dan angsuran pokok hutang. Karena itu bila perusahaan menerima tawaran dari bank dengan syarat yang ada maka perusahaan akan menghadapi kesulitan keuangan ( likuiditas ).
5. Pedoman Penggunaan Hutang Untuk keperluan kehati-hatian manajemen dalam menggunakan hutang dapat menggunakan pedoman konservatif sbb ; a. Aturan Konservatif Vertikal yaitu besarnya jumlah hutang tidak boleh melebihi jumlah modal sendiri. b. Aturan Konservatif Horizontal yaitu bahwa modal yang digunakan untuk membiayai aktiva jangka panjang ( tetap ) harus memiliki jangka waktu lebih panjang dari aktiva yang dibiayai. KONSERVATIF HORIZONTAL
AKTIVA LANCAR
HUTANG MODAL SENDIRI
KONSERVATIF VERTIKAL
AKTIVA TETAP
27
BAB VI BIAYA MODAL 1. Pengertian Biaya Modal Biaya modal ( Cost of Capital ) merupakan biaya peluang ( opportunity cost ) atas penggunaan dana ( modal ) dalam suatu proyek ( perusahaan ). Semua pemilik dana yang digunakan ( diinvestasikan ) dalam perusahaan berharap memperoleh return ( pengembalian / hasil ) yang memuaskan. Keuntungan (return ) yang harus dibayar oleh perusahaan tsb akan menjadi syarat dibolehkannya pemakaian dana oleh pemilik dana ( sumber dana ). Dengan demikian biaya modal akan menjadi hurdle of rate ( pembatas ) untuk menentukan apakah sebuah investasi proyek menguntungkan atau tidak. Misal ; Tingkat pengembalian investasi 1. Return Investasi < Biaya Modal 2. Return Investasi = Biaya Modal 3. Return Investasi < Biaya Modal
Kekayaan Pemilik Saham
Kekayaan Menurun Kekayaan Tetap Kekayaan Meningkat
2. Menghitung Biaya Individual ( Masing-Masing Sumber Dana ) Biaya modal tertimbang ( Weight Average Cost of Capital = WACC ) merupakan biaya modal gabungan ( rata-rata ) dari seluruh sumber dana yang digunakan perusahaan. Dalam hal sumber dana yang digunakan hanya satu sumber maka besarnya WACC adalah sama dengan biaya modal sumber dana tsb tapi bila sumber dana yang digunakan dari berbagai sumber maka cara menghitung WACC menjadi lebih rumit. Untuk menghitung Biaya modal tertimbang ( WACC ) dari berbagai sumber modal harus dihitung dulu biaya modal masing-masing sumber dana misalnya ; Modal sendiri ( saham biasa , Saham preference, Kredit bank dan Obligasi. Untuk masing – masing sumber dana cara menghitungnya sbb ; a. Biaya Modal Saham Biasa ( Notasi biaya modal sendiri = Ke ) Ada beberapa metode untuk menghitung biaya modal saham biasa diantaranya ; (1). Metode CAPM
Ri = Rf + ( Rm – Rf ) β Ri Rf Rm
β
= Tingkat return ( keuntungan ) yg layak untuk pemilik saham biasa = Tingkat keuntungan bebas risiko = Tingkat keuntungan portfolio pasar modal = Beta ( risiko ) saham perusahaan 28
CONTOH : 7.1 Tingkat keuntungan portfolio saham di pasar modal yang ditunjukkan dengan index harga saham sebesar 17 %, keuntungan investasi bebas risiko ( bunga SBI ) sebesar 10 % sedang risiko saham ( β ) PT SAMPOERNA sebesar 1,2. Berapa biaya modal saham biasa PT SAMPOERNA ? Menggunakan rumus diatas maka biaya modal saham biasa PT SAMPOERNA sbb ;
Ri = Rf + ( Rm – Rf ) β Ri = 10 % + ( 17 % - 10 % ) 1,2 Ri = 18,4 %
karena Ri = Ke
maka Ke = 18,4 %
Jadi Ke ( biaya modal saham ) PT SAMPOERNA = 18, 4 % (2). Metode Cash Flow Metode ini mendasarkan diri pada perkiraan deviden yang akan diterima dimasa yang akan datang dengan rumus sbb ;
Po =
D1 ( Ke − g )
Po D1 Ke g
= Harga saham biasa pada tahun 0 = Deviden yg diharapkan pada tahun depan ( tahun 1 ) = Biaya modal saham = Pertumbuhan laba perusahaan ( deviden )
CONTOH : 7.2 Harga saham PT INDOSAT tahun 2005 Rp. 10.000,- dan deviden tahun depan diperkirakan Rp. 800,- sedang pertumbuhan laba ( deviden ) diharapkan 14 % dengan pay out ratio tetap maka bisya modal saham dari PT INDOSAT dapat dihitung sbb ;
10.000 =
800 ( Ke − 0.14)
10.000 Ke - 1.400 = 800
10.000 Ke = 2.200
Ke
= 22 %
b. Biaya Modal Saham Preference Biaya modal saham preference memiliki sifat campuran antara saham biasa dan hutang, yaitu bersifat tetap dan dalam likuidasi dibayar sebelum saham biasa.
Kp =
D P
dimana
Kp
= biaya modal saham preference,
D = deviden saham preference P = harga saham preference saat itu 29
CONTOH : 7.3. Harga nominal saham preference Rp. 10.000,-/lembar dg deviden Rp. 900, hasil penjualan netto saham preference tsb Rp. 9.000,-/ lembar . Biaya modal saham preference adalah ; Kp = 900 / 9.000 = 0.10
Kp = 10 %
c. Biaya Modal Hutang Biaya modal hutang adalah seluruh biaya yang ditanggung perusahaan karena menggunakan sumber dana hutang. Cara menghitung biaya modal hutang yaitu seluruh biaya yang ditanggung selama periode hutang dibagi dengan pokok hutang. CONTOH : PT. FOOD memperoleh pinjaman dari bank sebesar Rp. 100.000.000,- dengan jangka waktu 5 tahun, bunga 15 % per tahun dan biaya administrasi serta provisi 2 % selama jangka waktu hutang. Biaya hutang bank sebelum pajak dapat dihitung sbb ;
2.000.000 + (0.15 x100.000.000) 5 BiayaHu tan g = 100.000.000 BiayaHu tan g =
400.000 + 15.000.000 100.000.000
Biaya Hutang = 0,154 atau 15, 4 % Jadi biaya hutang bank sebelum pajak = 15,4 % pertahun. d. Biaya Modal Hutang Obligasi Hutang obligasi merupakan hutang jangka panjang yang secara periodik perusahaan harus membayar bunga ( coupon ). Menghitung biaya modal obligasi ada 2 cara (1). Cara Kira-Kira Rumus sbb ;
Kd = Kd Po
Fc t Po + Pn 2
Bunga +
= biaya modal obligasi, Fc = harga awal obligasi, Pn
= biaya emisi obligasi, t = umur obligasi = harga nominal saat jatuh tempo 30
CONTOH : 7.4 Sebuah obligasi memiliki nilai nominal Rp. 1.000.000,- dengan umur 10 tahun, dengan bunga ( coupon ) 12 % pertahun. Obligasi tsb dijual dengan harga Rp. 900.000,- dan biaya emisi sebesar Rp. 50.000,Biaya modal obligasi sebelum pajak dapat dihitung sbb ;
50.000 10 Kd = 900.000 + 1.000.000 2 120.000 +
Kd =
120.000 + 5.000 950.000
Kd = 0.1316
atau 13,16 %
(2). Cara Cash Flow Menghitung biaya modal obligasi dengan dasar cash flow yaitu dengan mempresent valuekan baik kas masuk maupun kas keluar dari obligasi dan kemudian mencari IRRnya. CONTOH : 7.5. Sebuah obligasi memiliki nilai nominal Rp. 1.000.000,- dengan umur 10 tahun, dengan bunga ( coupon ) 12 % pertahun. Obligasi tsb dijual dengan harga Rp. 900.000,- dan biaya emisi sebesar Rp. 50.000,CASH FLOW OBLIGASI Sbb ; Kas masuk ( dari penjualan obligasi ) = Rp. 900.000 ( tahun 0 ) Kas keluar ( biaya emisi ) = Rp. 50.000 `( tahun 0 ) Kas keluar ( biaya bunga ) = Rp. 120.000 ( tahun 1 s/d tahun 10 ) Kas keluar ( pembayaran pokok ) = Rp. 1.000.000 ( tahun ke 10 ) MENCARI NPV dari CASH FLOW OBLIGASI PV Kas masuk ( df 12 % ) = 900.000 x 1 = 900.000 PV Kas keluar ( df 12 % ) 1. biaya emisi = 50.000 x 1 = ( 50.000 ) 2. biaya bunga = 120.000 x 5,650 = ( 667.200 ) 3. Pembayaran pokok = 1.000.000 x 0,322 = ( 322.000 ) NPV = (139.200 ) Karena NPV negatif pada df 12 %, maka perlu dicari NPV positif yaitu dengan menaikkan df menjadi 17 %. PV Kas masuk ( df 17 % ) PV Kas keluar ( df 17 % ) 1. biaya emisi 2. biaya bunga 3. Pembayaran pokok
= 900.000 x 1
= 900.000
= 50.000 x 1 = ( 50.000 ) = 120.000 x 4,659 = ( 559.080 ) = 1.000.000 x 0,208 = ( 208.000 ) NPV = 82.920 31
Kd dicari dengan INTERPOLASI DF 12 % ( i1 ) DF 17 % ( i2 )
Kd = i1 − c1
NPV NPV
i 2 − i1 c 2 − c1
Kd = 12 − (−139.200) Kd = 12 +
= - 139.200 = 82.920
17 − 12 82.920 + 139.200
696.000 222.120
Kd = 12 + 3,133 Kd = 15,133 %
Jadi biaya modal obligasi sebelum pajak yang dihitunga dengan dengan cara cash flow hasilnya 15,133 %
3. Menghitung Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang ( Weight Average Cost Capital ) Untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang dilakukan melalui langkah 2 sbb ; a. Hitung biaya modal individual / setiap sumber dana ( misal hutang bank, obligasi saham preference, saham biasa ). b. Tentukan prosentase masing-masing modal dari total modal ( proporsi sumber modal ). c. Hitung Biaya modal tertimbang dengan mengalikan biaya modal individual dengan proporsi modal dan jumlahkan. CONTOH : 7.6. PT XYZ selama tahun 2005 memiliki struktur modal sbb : 1. Hutang investasi dari bank Rp. 2.000.000.000 dengan bunga 15 % dan biaya administrasi serta lainnya 2 % untuk jangka waktu 5 tahun. 2. Hutang obligasi sebesar Rp. 3.000.000.000 dengan biaya modal 15,13 % pertahun. 3. Saham preference sebesar Rp. 1.000.000.000 dengan return 10 % setelah pajak. 4. Saham biasa sebesar Rp. 4.000.000.000 dengan biaya modal 18, 4 % setelah pajak. 5. Pajak atas keuntungan perusahaan 25 % Dari informasi diatas biaya modal rata-rata tertimbang PT XYZ tahun 2005 adal sbb ; CARA 1 ( Dengan Tabel ) Sumber Modal Hutang Bank Hutang Obligasi Saham Preference Saham Biasa
NILAI ( ribuan ) 2.000.000 3.000.000 1.000.000 4.000.000 10.000.000
Proporsi (%) 20 30 10 40 100
COC Individual 15,4 % 15,13 % 10 % 18,4 %
COC after Tax 11.55 11.35 10 18,4
WACC 0.0231 0.03405 0.01 0.0736 0.14075 32
Hasil WACC sebesar 0.14075 bila dikalikan 100 % maka WACC menjadi sebesar 14, 075 % CARA 2 ( Dengan rumus ) WACC = (Wd bank ).( Kd bank ) .(1-tax ) + ( Wd obl ).(Kd ) .(1-tax ) + Wp.Kp + Ws.Ke WACC Wdbank Wdobl Wp Ws Kd bank Kd obl Kp Ke
= biaya modal rata-rata = proporsi modal hutang bank = proporsi modal hutang obligasi = proporsi modal saham preference = proporsi modal saham biasa = biaya modal hutang bank = biaya modal hutang obligasi = biaya modal saham preference = biaya modal saham biasa
Dengan rumus diatas maka WACC sbb ; WACC = (0.2)(0.154)(1-0.25) + (0.3)(0.1513)(1-0.25) + (0.1)(0.1) + ( 0.4 )(0.184) WACC = (0.0231) + (0.03404) + (0.01) + ( 0.0736 )
WACC = 0.14074
14.074 %
33
BAB VII ANALISIS LAPORAN KEUANGAN 2. Laporan Keuangan Perusahaan Laporan keuangan perusahaan merupakan sumber informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan atas kinerja perusahaan utamanya adalah manajemen dan pemegang saham. Bagi manajemen laporan keuangan akan menjadi potret kinerja selama periode akuntansi serta akan menjadi dasar pijak bagi pengambilan keputusan keuangan pada tahun-tahun yang akan datang. Manajemen dalam merencanakan dan mengambil keputusan keuangan dimasa yang akan datang perlu melakukan analisis atas kinerja keuangan masa sebelumnya berdasar pada laporan keuangan. Karena itu analisis laporan keuangan menjadi penting bagi manajemen dalam rangka operasi dimasa yang akan datang. Untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan dapat digunakan beberapa metode diantaranya ; common size, index, rasio dan trend. e. Analisis Common Size Analaisis common size dilakukan dengan merubah angka-angka dalam neraca dan rugi laba menjadi prosentase berdasar pada pedoman tertentu ( common base ). Untuk neraca prosentase angka-angka didasarkan ( common base ) pada total aktiva sehingga nilai total aktiva diubah menjadi 100 %, sedang untuk laporan laba rugi menggunakan dasar ( common base ) penjualan netto, sehingga nilai penjualan netto diubah menjadi 100 %. Contoh : Laporan Laba Rugi Common Size KETERANGAN Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Biaya Operasi Laba Operasi Biaya Bunga Laba sebelum pajak Pajak Laba bersih setelah pajak
2004 ( Rp )
2005 ( Rp )
700.000 (455.140) 244.860 (161.000) 83.860 (14.600) 69.260 15.100 54.160
830.200 (539.750) 290.450 (190.750) 99.700 (20.000) 79.700 (17.390) 62.310
Coomon Size 2004 (%) 100 ( 65.02 ) 34.98 ( 22.98 ) 11.98 ( 2.09 ) 9.89 ( 2.15 ) 7.74
Common Size 2005 (%) 100 ( 65.01 ) 34.99 ( 22.98 ) 12 ( 2.41 ) 9.59 ( 2.09 ) 7.5
34
Contoh : Neraca PT. Jamin Co 2004 ( Rp ) Aktiva Lancar Kas Piutang dagang Persediaan barang Aktiva lancar lainnya Total aktiva lancar Aktiva Tetap Tanah Pabrik dan Peralatan Akumulasi penyusutan pabrik Pabrik dan peralatan bersih
39.000 70.500 177.000 13.500 300.000 70.000 759.000 ( 355.000 ) 404.000
2005 ( Rp ) 44.000 78.000 211.400 13.800 347.200 70.000 838.000 (383.200) 454.800 55.000 927.000
Coomon Size 2004 % 4.85 8.77 22.01 1.68 37.31
Common Size 2005 % 4.75 8.41 22.80 1.49 37.45
8.71 94.40 ( 44.15 ) 50.25
7.55 90.40 (41.34) 49.06
3.73 100
5.93 100
Hak paten Total Aktiva Hutang Lancar Hutang dagang Hutang pajak Hutang gaji Hutang bunga Jumlah hutang lancar
30.000 804.000 60.810 12.000 3.400 2.000 78.210
76.110 17.390 3.900 2.500 99.900
7.56 1.29 0.42 0.25 9.73
8.21 1.87 0.42 0.27 10.78
Hutang jangka panjang
146.000
200.000
18.16
21.57
Saham biasa Saldo laba Total ekuitas Total Hutang dan ekuitas
300.000 279.790 579.790 804.000
300.000 327.100 627.100 927.000
37.31 34.80 72.11 100
32.36 35.29 67.65 100
Analisis model ini memudahkan untuk mengetahui perubahan (peningkatan / penurunan) komponen-komponen dalam neraca.
35
f. Analisis Index Analisis ini mengubah angka angka dalam neraca dan rugi laba berdasar tahun dasar dimana tahun dasar diberi ganti angka 100 Contoh : Neraca PT. Jamin Co 2004 ( Rp ) Aktiva Lancar Kas Piutang dagang Persediaan barang Aktiva lancar lainnya Total aktiva lancar Aktiva Tetap Tanah Pabrik dan Peralatan Akumulasi penyusutan pabrik Pabrik dan peralatan bersih Hak paten Total Aktiva Hutang Lancar Hutang dagang Hutang pajak Hutang gaji Hutang bunga Jumlah hutang lancar
39.000 70.500 177.000 13.500 300.000
2005 ( Rp )
Coomon Size 2004
Common Size 2005
44.000 78.000 211.400 13.800 347.200
100 100 100 100 100
112.8 110.64 119.43 102.22 115.73
70.000 838.000 (383.200) 454.800 55.000 927.000
100 100 100 100 100 100
100 110.41 (107.94) 112.57 183.33 115.30
60.810 12.000 3.400 2.000 78.210
76.110 17.390 3.900 2.500 99.900
100 100 100 100 100
125.16 144.92 114.71 125 127.73
Hutang jangka panjang
146.000
200.000
100
136.99
Saham biasa Saldo laba Total ekuitas Total Hutang dan ekuitas
300.000 279.790 579.790 804.000
300.000 327.100 627.100 927.000
100 100 100 100
100 116.91 108.16 115.30
70.000 759.000 ( 355.000 ) 404.000 30.000 804.000
Analisis model ini memudahkan untuk mengetahui perubahan (peningkatan / penurunan) komponen-komponen dalam neraca. Contoh : Laporan Laba Rugi Common Size KETERANGAN Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Biaya Operasi Laba Operasi Biaya Bunga Laba sebelum pajak Pajak Laba bersih setelah pajak
2004 ( Rp )
2005 ( Rp )
700.000 (455.140) 244.860 (161.000) 83.860 (14.600) 69.260 15.100 54.160
830.200 (539.750) 290.450 (190.750) 99.700 (20.000) 79.700 (17.390) 62.310
Coomon Size 2004 (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Common Size 2005 (%) 118.6 118.59 118.62 118.48 118.89 136.99 115.07 115.17 115.05 36
g. Analisis Rasio Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kinerja keuangan perusahaan. Analisis ini dilakukan dengan menghitung rasio-rasio dari laporan keuangan ( Neraca dan Rugi laba ). Dengan analisis ini manajemen dapat melakukan 2 cara pertama ; membandingkan rasio perusahaan antar waktu untuk mengetahui kinerja keuangan beberapa periode. Kedua membandingkan rasio perusahaan dengan rasio perusahaan sejenis atau rasio industri, maka akan diperoleh gambaran posisi keuangan perusahaan dalam lingkungan industrinya. Rasio keuangan perusahaan ada 4 jenis yang utama ; ( 1).
Rasio likuiditas yaitu rasio yang mengukur kemampuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang segera harus dibayar. Rasio Solvabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan untuk mengukur (2). kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan ( dalam menghasilkan laba dari modal yang digunakan. 3). Rasio aktivitas yaitu rasio yang mengukur seberapa cepat aktiva bekerja (berputar) ( 4). Setiap rasio terdiri dari beberapa macam sbb ; Rasio Likuiditas diukur dengan Current ratio, Quick ratio, Cash ratio dimana rumusnya. Semakin tinggi rasio semakin baik. Current ratio
Quick ratio
Cash ratio
=
=
AktivaLancar x100% Hu tan gLancar
AktivaLancar − Persediaanbarang x100% Hu tan gLancar =
Kas + setarakas x100% Hu tan gLancar
Rasio Solvabilitas : rasio ini sering disebut juga rasio leverage. Hasilnya makin rendah rasio makin baik Total Debt to Total Asset ratio =
TotalHu tan g x100% TotalAsset
37
Total Debt to Equity
=
TotalHu tan g x100% Ekuitas
Rasio Profitabilitas ,Rasio ini sering juga disebut rasio efisiensi ( Husnan & Eny ), karena dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal. Makin tinggi rasio makin baik. Rentabilitas Ekonomi =
LabaOperasi x100% TotalModal
Rentabilitas Modal Sendiri =
Profit Margin=
Labasetelahpajak x100% Ekuitas
LabaOperasi x100% Penjualanbersih
Return on Investmen ( ROI ) =
Labasetelahpajak x100% Rata 2kekayaan
Rasio Aktivitas ( Perputaran aktiva ) rasio ini mengukur berapa kali aktiva berputar, makin cepat makin baik. Perputaran Aktiva =
Penjualan TotalAktiva
Perputaran Modal Kerja =
Perputaran Kas
=
Penjualan ModalKerja
Penjualan Rata 2 Kas
Perputaran Piutang =
Perputaran Persediaan
PenjualanKredit Rata 2 Piu tan g =
H arg aPokokPenjualan Rata 2 Persediaan
h. Analisis Trend Analisis trend digunakan untuk melihat kecenderungan kinerja keuangan selama beberapa periode dimasa yang lalu dan menyimpulkan apakah kinerja keuangan 38
memburuk apa membaik, dengan melihat nilai trend ( koefisien arah ). Bila nilai trend positif berarti kinerja makin membaik, dan sebaliknya.
39
40
1. 2. 3. 4.
Struktur Modal Perusahaan Biaya Modal ( Cost of Capital ) Penggunaan Cost Capital jkhl
BAB VII KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KEBIJAKAN DEVIDEN 1. Pendanaan Jangka Panjang 2. Kebijakan Deviden BAB VIII ANALISA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN 1. Laporan Keuangan Perusahaan 2. Rasio- Rasio Keuangan 3. Teknik Analisis Laporan Keuangan
DAFTAR PUSAKA Keown J. Arthur dkk ; Dasar dasar Manajemen Keuangan
41